Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 106615 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
"Suatu penelitian dilakukan di kecamatan Wulanggitang – kabupaten Flores Timur dengan menggunakan Bacillus thuringiensis H-14 (TEKNAR) dosis 0,6 liter per Ha terhadap jentik Anopheles barbirostris pada kolam tanpa vegetasi, dengan vegetasi rumput dan vegetasi lumut, untuk menekan kepadatan populasi jentik vektor di ketiga jenis kolam tersebut. Tangki semprot “Hudson” digunakan untuk menyemprotan bakteri ini ke masing-masing kolam. Kolam tanpa vegetasi sebanyak 1,98 ml per 33 m2, kolam vegetasi rumput 7,2 ml per 120 m2 dan kolam vegetasi lumut 2,1 ml per 36 m2. Hasil pengamatan 24 jam sesudah penyemprotan menunjukkan bahwa B.thuringiensis H-14 dapat menekan kepadatan populasi jentik instar I – II dan III-IV masing-masing sebesar 97.52% dan 100% pada kolam tanpa vegetasi, 91,70% dan 88,99% pada kolam vegetasi rumput serta 55,92% dan 51,39% pada kolam vegetasi lumut. Pengamatan 6 hari penyemprotan menunjukkan penurunan kepadatan populasi jentik instar 1-II dan III-IV. Penurunan ini relatif rendah, bahkan kadang tidak terlihat adanya penurunan.
"
MPARIN 7 (1-2) 1994
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Saddam Alkautsar
"Salah satu masalah kesehatan masyarakat adalah penyakit tular vektor, diantaranya demam berdarah dengue (DBD) yang ditularkan Aedes aegypti dan filariasis yang ditularkan Culex quinquefasciatus. Pemberantasan penyakit tersebut terutama menggunakan insektisida. Untuk mengurangi efek negatif insektisida, dilakukan pemberantasan biologis salah satunya menggunakan Bacillus thuringiensis israelensis (Bti).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lama efek residu Bti terhadap Ae. aegypti dan Cx. quinquefasciatus. Desain penelitian ini adalah eksperimental. Sebanyak 100 larva instar III Ae. aegypti dan Cx.quinquefasciatus yang berasal dari koloni laboratorium dimasukkan ke dalam bak fiber glass, keramik, dan semen yang berukuran 60 x 60 x 60 cm3 dan berisi 125 L air. Selanjutnya diteteskan Bti dengan konsentrasi 2 ml/m2 lalu diobservasi selama 24 jam kemudian dihitung jumlah larva yang mati. Selanjutnya dilihat perkembangan pada setiap minggunya.
Penelitian dihentikan jika jumlah kematian larva <70%. Sebagai kontrol 100 larva dimasukkan ke bak dengan jenis dan ukuran yang sama namun tidak diberikan Bti. Lama efek residu Bti dalam membunuh larva Ae. aegypti pada ketiga container adalah dua minggu sedangkan terhadap Cx. quinquefasciatus pada bak semen dan keramik adalah satu minggu, dan pada bak fiber glass dua minggu. Pada uji Mc Nemar didapatkan p= 0,001 yang artinya terdapat perbedaan bermakna. Disimpulkan efek residu Bti terhadap Ae. aegypti lebih lama dibandingkan Cx. quinquefasciatus.

One of the problem in public health is vector borne diseases, such as dengue hemorrhagic fever (DHF) which is transmitted by Aedes aegypti and filariasis transmitted by Culex quinquefasciatus. The control of the disease by controlling vector mainly using insecticides. To reduce the negative effects of insecticides, today’s control of the vector attempted with biological eradication, among others, with Bacillus thuringiensis israelensis (Bti).
This study aims to determine residual effect of Bti against Ae. aegypti and Cx. quinquefasciatus. This experimental study was performed using 100 third instar larvae Ae. aegypti and Cx. quinquefasciatus from laboratory colonies introduced into containers of fiber glass, ceramics, and cement which measures 60 x 60 x 60 cm3 and containing 125 L of water. The concentrations of Bti was 2 ml/m2 then observed for 24 hours and then counted the number of dead larvae. After that, the observation was conducted each week to observe the progress of the experiment.
The experiment is stopped when the mortality number dropped below 70%. As control 100 larvae introduced to the same type an size containers but not given Bti. Residual effect of Bti against Ae. aegypti larvae in the three containers is 2 weeks whereas against Cx. quinquefasciatus in the containers of cement and ceramic is 1 week, and in the fiber glass is 2 weeks. McNemar test showed p = 0,001, which means there is significant difference. It was concluded that residual effect of Bti against Ae. aegypti is two weeks and longer than Cx. quinquefasciatus.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Saddam Alkautsar
"Salah satu masalah kesehatan masyarakat adalah penyakit tular vektor, diantaranya demam berdarah dengue (DBD) yang ditularkan Aedes aegypti dan filariasis yang ditularkan Culex quinquefasciatus. Pemberantasan penyakit tersebut terutama menggunakan insektisida. Untuk mengurangi efek negatif insektisida, dilakukan pemberantasan biologis salah satunya menggunakan Bacillus thuringiensis israelensis (Bti).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lama efek residu Bti terhadap Ae. aegypti dan Cx. quinquefasciatus. Desain penelitian ini adalah eksperimental. Sebanyak 100 larva instar III Ae. aegypti dan Cx.quinquefasciatus yang berasal dari koloni laboratorium dimasukkan ke dalam bak fiber glass, keramik, dan semen yang berukuran 60 x 60 x 60 cm3 dan berisi 125 L air. Selanjutnya diteteskan Bti dengan konsentrasi 2 ml/m2 lalu diobservasi selama 24 jam kemudian dihitung jumlah larva yang mati. Selanjutnya dilihat perkembangan pada setiap minggunya.
Penelitian dihentikan jika jumlah kematian larva <70%. Sebagai kontrol 100 larva dimasukkan ke bak dengan jenis dan ukuran yang sama namun tidak diberikan Bti. Lama efek residu Bti dalam membunuh larva Ae. aegypti pada ketiga container adalah dua minggu sedangkan terhadap Cx. quinquefasciatus pada bak semen dan keramik adalah satu minggu, dan pada bak fiber glass dua minggu. Pada uji Mc Nemar didapatkan p= 0,001 yang artinya terdapat perbedaan bermakna. Disimpulkan efek residu Bti terhadap Ae. aegypti lebih lama dibandingkan Cx. quinquefasciatus.
One of the problem in public health is vector borne diseases, such as dengue hemorrhagic fever (DHF) which is transmitted by Aedes aegypti and filariasis transmitted by Culex quinquefasciatus. The control of the disease by controlling vector mainly using insecticides. To reduce the negative effects of insecticides, today?s control of the vector attempted with biological eradication, among others, with Bacillus thuringiensis israelensis (Bti).
This study aims to determine residual effect of Bti against Ae. aegypti and Cx. quinquefasciatus. This experimental study was performed using 100 third instar larvae Ae. aegypti and Cx. quinquefasciatus from laboratory colonies introduced into containers of fiber glass, ceramics, and cement which measures 60 x 60 x 60 cm3 and containing 125 L of water. The concentrations of Bti was 2 ml/m2 then observed for 24 hours and then counted the number of dead larvae. After that, the observation was conducted each week to observe the progress of the experiment.
The experiment is stopped when the mortality number dropped below 70%. As control 100 larvae introduced to the same type an size containers but not given Bti. Residual effect of Bti against Ae. aegypti larvae in the three containers is 2 weeks whereas against Cx. quinquefasciatus in the containers of cement and ceramic is 1 week, and in the fiber glass is 2 weeks. McNemar test showed p = 0,001, which means there is significant difference. It was concluded that residual effect of Bti against Ae. aegypti is two weeks and longer than Cx. quinquefasciatus.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lukmanul Hafiz
"ABSTRAK
Penyakit tular nyamuk merupakan masalah kesehatan masyarakat antara lain filariasis yang ditularkan oleh Cx.quinquefasciatus. Pemberantasan filariasis dilakukan dengan pengobatan masal yang didukung pemberantasan vektor. Saat ini pemberantasan vektor ditekankan pada pemberantasan biologis, salah satunya menggunakan Bacillus thuringiensis israelensis (Bti). Bti telah digunakan di berbagai Negara namun di Indonesia efikasi Bti terhadap Cx.quinquefasciatus belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi letal Bti bentuk cair dalam membunuh Cx.quinquefasciatus. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental menggunakan koloni larva Cx.quinquefasciatus dari Laboratorium Parasitologi FKUI. Sebanyak 100 larva instar III dimasukkan ke dalam bak keramik yang berisi 125 L air. Selanjutnya bak tersebut diberikan Bti bentuk cair dengan berbagai konsentrasi lalu diobservasi, dan setelah 24 jam dihitung jumlah larva yang mati. Sebagai kontrol 100 larva dimasukkan ke dalam bak dengan jenis dan ukuran yang sama namun tidak diberikan Bti. Hasil penelitian menunjukkan LC50 dan LC95 untuk Cx.quinquefasciatus adalah 0,575 (0.288- 0.8010.288- 0.801) ml/m2 dan 2,839 (2.431-3.4822.431-3.482) ml/m2. Koefisien determinasi (R2) selama pengamatan 24 jam sebesar 0,968. Disimpulkan LC50 Bti terhadap larva Cx.quinquefasciatus adalah 0,575 ml/m2 dan LC95 adalah sebesar 2,839 ml/m2. Untuk penggunaan di lapangan, digunakan estimasi konsentrasi tertinggi LC95 dan sesuai dengan sediaan yang dijual oleh pabrik yaitu 4 ml/m2.

ABSTRACT
Mosquito borne disease is still a public health problem, one of them is filariasis which is transmitted by Cx.quinquefasciatus. Eradication of filariasis by mass treatment supported the eradication of the vector. Currently focused on eradicating eradication of vector biology, one of them using Bacillus thuringiensis israelensis (BTI). BTI has been used in various countries but in Indonesia BTI efficacy against Cx.quinquefasciatus is unknown. This study aims to determine the lethal concentration BTI liquid form against Cx.quinquefasciatus. This research was conducted with experimental methods using a colony of Cx.quinquefasciatus larvae in the Laboratory of Parasitology FKUI. A total of 100 third instar larvae inserted into the ceramic container containing 125 L of water. Furthermore, these container are given BTI liquid form with various concentrations. After 24 hours counted the number of dead larvae. The results showed LC50 and LC95 for Cx.quinquefasciatus is 0,575 (0,288-0,801) ml/m2 and 2,839 (2,431-3,482) ml/m2. The coefficient of determination (R2) during 24-hour observation is 0.968. BTI concluded LC50 of Cx.quinquefasciatus larvae LC95 is 0.575 ml/m2 and amounted to 2.839 ml/m2. For use in the field, is used to estimate the highest concentration of LC95 and in accordance with the stocks being sold by the factory which is 4 ml/m2."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yogi Ismail Gani
"Penyakit tular vektor merupakan masalah kesehatan masyarakat, diantaranya demam berdarah dengue (DBD) yang ditularkan oleh Aedes aegypti dan Aedes albopictus serta filariasis yang ditularkan Culex quinquefasciatus. Pemberantasan penyakit tersebut dilakukan dengan memberantas vektornya terutama menggunakan insektisida. Untuk mengurangi efek negatif insektisida, dewasa ini pemberantasan vektor diupayakan dengan pemberantasan biologik antara lain dengan Bacillus thuringiensis israelensis (Bti).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lama efek residu Bti terhadap Ae.albopictus dan Cx.quinquefasciatus. Desain penelitian ini adalah eksperimental. Sebanyak 100 larva instar III Ae.albopictus dan Cx.quinquefasciatus yang berasal dari koloni laboratorium dimasukkan ke dalam bak fiber glass, keramik, dan semen yang berukuran 60 x 60 x 60 cm3 dan berisi 125 L air. Selanjutnya diteteskan Bti dengan konsentrasi 2 ml/m2 lalu diobservasi selama 24 jam kemudian dihitung jumlah larva yang mati. Selanjutnya dilihat perkembangan pada minggu-minggu berikutnya dan penelitian ini dihentikan sampai jumlah larva yang mati <70%. Sebagai kontrol 100 larva dimasukkan ke bak dengan jenis dan ukuran yang sama namun tidak diberikan Bti. Lama efek residu Bti dalam membunuh larva Ae.albopictus di ketiga bak adalah dua minggu sedangkan terhadap Cx. quinquefasciatus di bak semen dan keramik adalah satu minggu, dan di bak fiber glass dua minggu. Pada uji McNemar didapatkan p <0,05 yang berarti terdapat perbedaan bermakna. Disimpulkan efek residu Bti terhadap Ae. albopictus lebih lama dibandingkan Cx. quinquefasciatus.
Vector borne diseases is a public health problem, such as dengue hemorrhagic fever (DHF) which is transmitted by Aedes aegypti and Aedes albopictus and filariasis transmitted by Culex quinquefasciatus. The control of the disease by controlling vector mainly using insecticides. To reduce the negative effects of insecticides, today?s control of the vector attempted with biological eradication, among others, with Bacillus thuringiensis israelensis (Bti).
This study aims to determine residual effect of Bti against Ae. albopictus and Cx. quinquefasciatus. This experimental study was performed using 100 third instar larvae Ae. albopictus and Cx. quinquefasciatus from laboratory colonies introduced into containers of fiber glass, ceramics, and cement which measures 60 x 60 x 60 cm3 and containing 125 L of water. The concentrations of Bti was 2 ml/m2 then observed for 24 hours and then counted the number of dead larvae. After that, the progress of the study seen in the following weeks and the study was stopped until the number of larvae that died <70%. As control 100 larvae introduced to the same type an size containers but not given Bti. Residual effect of Bti against Ae. albopictus larvae in the three containers is two weeks whereas against Cx. quinquefasciatus in the containers of cement and ceramic is one week, and in the fiber glass is two weeks. McNemar test showed p <0,05, which means there is significant difference. It was concluded that residual effect of Bti against Ae. albopictus is longer than Cx. quinquefasciatus.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lukmanul Hafiz
"Penyakit tular nyamuk merupakan masalah kesehatan masyarakat antara lain filariasis yang ditularkan oleh Cx.quinquefasciatus. Pemberantasan filariasis dilakukan dengan pengobatan masal yang didukung pemberantasan vektor. Saat ini pemberantasan vektor ditekankan pada pemberantasan biologis, salah satunya menggunakan Bacillus thuringiensis israelensis (Bti). Bti telah digunakan di berbagai Negara namun di Indonesia efikasi Bti terhadap Cx.quinquefasciatus belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi letal Bti bentuk cair dalam membunuh Cx.quinquefasciatus. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental menggunakan koloni larva Cx.quinquefasciatus dari Laboratorium Parasitologi FKUI. Sebanyak 100 larva instar III dimasukkan ke dalam bak keramik yang berisi 125 L air. Selanjutnya bak tersebut diberikan Bti bentuk cair dengan berbagai konsentrasi lalu diobservasi, dan setelah 24 jam dihitung jumlah larva yang mati. Sebagai kontrol 100 larva dimasukkan ke dalam bak dengan jenis dan ukuran yang sama namun tidak diberikan Bti. Hasil penelitian menunjukkan LC50 dan LC95 untuk Cx.quinquefasciatus adalah 0,575 (0.288- 0.801) ml/m2 dan 2,839 (2.431-3.482) ml/m2. Koefisien determinasi (R2) selama pengamatan 24 jam sebesar 0,968. Disimpulkan LC50 Bti terhadap larva Cx.quinquefasciatus adalah 0,575 ml/m2 dan LC95 adalah sebesar 2,839 ml/m2. Untuk penggunaan di lapangan, digunakan estimasi konsentrasi tertinggi LC95 dan sesuai dengan sediaan yang dijual oleh pabrik yaitu 4 ml/m2.
Mosquito borne disease is still a public health problem, one of them is filariasis which is transmitted by Cx.quinquefasciatus. Eradication of filariasis by mass treatment supported the eradication of the vector. Currently focused on eradicating eradication of vector biology, one of them using Bacillus thuringiensis israelensis (BTI). BTI has been used in various countries but in Indonesia BTI efficacy against Cx.quinquefasciatus is unknown. This study aims to determine the lethal concentration BTI liquid form against Cx.quinquefasciatus. This research was conducted with experimental methods using a colony of Cx.quinquefasciatus larvae in the Laboratory of Parasitology FKUI. A total of 100 third instar larvae inserted into the ceramic container containing 125 L of water. Furthermore, these container are given BTI liquid form with various concentrations. After 24 hours counted the number of dead larvae. The results showed LC50 and LC95 for Cx.quinquefasciatus is 0,575 (0,288-0,801) ml/m2 and 2,839 (2,431-3,482) ml/m2. The coefficient of determination (R2) during 24-hour observation is 0.968. BTI concluded LC50 of Cx.quinquefasciatus larvae LC95 is 0.575 ml/m2 and amounted to 2.839 ml/m2. For use in the field, is used to estimate the highest concentration of LC95 and in accordance with the stocks being sold by the factory which is 4 ml/m2."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ivana Firman
"Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia mengingat angka kejadiannya yang tinggi. Kelurahan Rawasari, Jakarta Pusat dikenal sebagai daerah 'zona merah' di mana transmisi DBD tinggi. Pencegahan DBD telah dilakukan untuk menekan pertumbuhan Ae. aegypti, seperti penggunaan agen biologis. Dalam penelitian ini, Bacillus thuringiensis israelensis (Bti) digunakan sebagai intervensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas Bti dalam mengurangi penyebaran nyamuk Ae. aegypti di kelurahan Rawasari. Pengumpulan data dilakukan dua kali yaitu sebelum (14 Februari 2010) dan setelah (14 Maret 2010) intervensi Bti dengan metode single-larvae. Dari 100 rumah yang dievaluasi, House index (HI) menunjukkan 18% pada pre-test dan 12% pada post-test. Penurunan ini signifikan secara statistik (p = 0,00 pada tes McNemar). Meskipun hasil statistik menunjukkan signifikansi, perbaikan ditemukan terutama pada tempat penampungan air sementara (non-TPA) yang justru tidak mendapat intervensi Bti. Hal ini menunjukkan bahwa pengurangan HI bukan disebabkan dari penggunaan BTI. Dismpulkan penggunaan BTI tidak efektif dalam mengurangi distribusi nyamuk Ae. aegypti di kelurahan Rawasari.

Dengue hemorrhagic fever (DHF) is one of the major public health problem in Indonesia because of its high incidence. Specifically one area in Jakarta which is Rawasari village is known as a ?red zone? area in which the transmission of DHF is high. Several preventive measures were proposed to control the vector, Ae. aegypti, such as the use of biological agent. In the current study, Bacillus thuringiensis israelensis (Bti) was used. Hence this study aimed to evaluate the effectiveness of Bti in reducing the distribution of Ae. aegypti in Rawasari village. Data collection were done before (14th of February 2010) and after (14 th of March 2010) the intervention of Bti. Out of 100 houses included, House index was 18% in pre-test and 12% in post-test. This decreament is statistically significant (p = 0.00 on McNemmar test). Despite this significance result, improvement were found mostly on non-water containers (non-TPA) that did not receive Bti. This suggests that the reduction of HI was not due to the use of Bti and that the use of Bti is not effective in reducing the distribution of Ae. aegypti.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rheza Maulana Syahputra
"Insidens demam berdarah dengue (DBD) makin meningkat setiap tahun walaupun telah banyak tindakan yang dilakukan untuk mengontrol vektornya, yakni Ae. aegypti. Hal ini menuntut ditemukannya tindakan kontrol vektor yang murah, mudah digunakan, dan minim efek samping. Penelitian sebelumnya membuktikan bahwa bakteri Bacillus thuringiensis israelensis (Bti) dapat digunakan untuk membunuh Ae. aegypti, namun penelitian tersebut hanya sebatas uji laboratorium dan semi ? lapangan. Oleh karena itu, dilakukanlah penelitian ini, yang ditujukan untuk mengetahui efektifitas Bti bentuk cair dalam menurunkan indeks kontainer Ae. aegypti di Kelurahan Rawasari, Jakarta Pusat.
Survei dilakukan pada bulan Februari dan Maret 2010 di kelurahan Rawasari, Jakarta Pusat. Larva Ae. aegypti dari tempat penampungan air (TPA) di 120 rumah diambil dengan single larval method lalu diidentifikasi. Semua TPA diteteskan Bti bentuk cair sebanyak 4 mL/m2 lalu dievaluasi satu bulan kemudian. Data di proses menggunakan SPSS versi 20 dan diuji dengan uji McNemar. Sebelum pemberian Bti, dari 261 TPA terdapat 21 TPA yang positif Ae. aegypti. Setelah pemberian Bti, terdapat penurunan jumlah TPA yang positif (menjadi 15 TPA), namun uji McNemar tidak memberikan perbedaan bermakna (p=0,230). Disimpulkan bahwa Bti bentuk cairan tidak dapat menurunkan kepadatan Ae. Aegypti. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap efektifitas penggunaan Bti slow-release formulation untuk memberantas Ae. aegypti.

The incidence of dengue haemorrhagic fever (DHF) increases every year even though enormous measures to control the vector, Ae. aegypti, have been taken. Consequently, a vector-controlling method that is efficient, easy to use and less side effect is needed. Previous study stated that Bacillus thuringiensis israelensis (Bti) could be used to control Ae. Aegypti, however, the study only conducted in laboratory and semi-field setting. Thus, this study aims to know the effectiveness of liquid formulation Bti in decreasing Ae. Aegypti container index in the field setting (Rawasari Village, Jakarta Pusat).
Survey was conducted in February and March 2010 in Rawasari Village, Jakarta Pusat. The Ae. Aegypti larvae from water container in 120 houses were taken using single larval method and were identified. Bti in the liquid formulation was introduced to all containers with the dosage of 4 mL/m2. One month later, the researcher re-evaluates the presence of Ae. aegypti in the water containers. The data was processed by using SPSS version 20 and tested by using McNemar test. Before the application of Bti, 21 of 261 containers were positively identified with Ae. aegypti larvae. After the application of Bti, the number of larva-positive container decreased to 15 containers. However, the difference is not statistically significant (McNemar p=0,230). Bti in the liquid form is not effective to decrease container index of Ae. aegypti. Further study needs to investigate the usage of Bti in slow release formulation to control Ae. aegypti.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Faris Afif
"Tujuan penelitian ini adalah menentukan konsentrasi letal Bti terhadap Ae. aegypti. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2009 sampai bulan Maret 2010 di Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menggunakan desain eksperimental. Sebanyak 100 larva instar III Ae.aegypti yang berasal dari koloni laboratorium dimasukkan ke dalam bak keramik berukuran 60 x 60 x 60 cm3 yang berisi 125 L air. Selanjutnya bak tersebut diberikan larutan suspensi Bti dengan berbagai konsentrasi. Setelah 24 jam dilakukan observasi untuk menghitung jumlah larva yang mati. Sebagai control 100 larva dimasukkan ke dalam bak dengan jenis dan ukuran yang sama namun tidak diberikan Bti. Data dianalisis dengan probit analysis untuk mendapatkan LC50 dan LC95.
Dari analisis tersebut didapatkan LC50 dan LC95 untuk Ae.aegypti adalah 0,98 (0,68-1,24) ml/m2 dan 2,76 (2,31-3,57) ml/m2. Dengan demikian untuk penggunaan di lapangan akan digunakan konsentrasi tertinggi yaitu 3,57 ml/m2. Karena konsentrasi yang tersedia dari pabrik adalah 2,3,4 dan 5 ml/m2 maka konsentrasi yang digunakan adalah 4 ml/m2. Disimpulkan LC95 Bti terhadap Ae.aegypti adalah 3,57 ml/m2 dan konsentrasi untuk digunakan di lapangan adalah 4 ml/m2.
The purpose of this study is to determine the lethal concentration of Bti against Ae. aegypti. This experimental study was conducted on December 2009 until March 2010 in the Laboratory of Parasitology, Faculty of Medicine, University of Indonesia. The larvae used was 100 third instar larvae taken from the laboratory colony and were introduced in to ceramic containers measured 60 x 60 x 60 cm3 filled with 125 L of water. The containers were treated with Bti suspension with different concentration and then larval mortalities was recorded 24 hours after the treatment. As control, 100 larvae were introduced in to a container with the same type and size, but with no Bti. The data was analyzed with probit analysis to determine the LC50 and LC95.
The results showed that LC50 and LC95 for Ae.aegypti is 0,98 (0,68-1,24) ml/m2 and 2,76 (2,31-3,57) ml/m2, thus the application in the field will be using the highest concentration of 3,57 ml/m2. Because the concentrations available from the factory are 2,3,4, and 5 ml/m2, the concentration used is 4 ml/m2. It was concluded that the LC95 of Bti against Ae.aegypti is 3,57 ml/m2 and the concentration to be used in field is 4 ml/m2.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>