Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 118079 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
"
Tulisan ini adalah kajian tentang bagaimana pemuda Ambon salg berkomunikasi dalam sebuah ruang public yakni Ambon Plaza,atau sering disingkat dengan Ampas, yang berdiri sejak 1995. Ini adalah pusat perbelanjaan yang secara signifikan berubah pasca konflik di Ambon tahun 1999-2003. Di pusat perbelanjaan,pengunjung dapat melakukan hubungan yang interaktif, tidak hanya dengan pengunjung lain tetapi juga dengan penjajanya. Amplaz memiliki peran yang penting untuk mempertemukan orang-orang dari agama yang berbeda. Ini adalah tempat di mana kelompok Kristen dan Islam dapat bertemu tanpa rasa takut. Di tempat ini, gaya hidup baru dirayakan, sehngga Amplaz lebih terlihat sebagai arena untuk menunjukkan gaya hidup modern, dibangdingkan sebagai area konflik.
"
JSPA 1:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fattah Hanurawan
"ABSTRAK
Penelitian ini berawal dari suatu gejala di mana tidak selalu remaja yang memiliki pengetahuan tentang penampilan pemusik rock mempunyai niat untuk melakukannya. Dalam kerangka teori tindakan beralasan Fishbein & Ajzen (1975) suatu niat perilaku dapat diterangkan melalui faktor sikap (internal) dan norma subyektif (Sosial) sebagai determinan utamanya. Sedang ditinjau dari teori belajar sosial dapat dijelaskan bahwa masalah peniruan penampilan fisik pemusik rock merupakan hasil dari proses belajar sosial faktor internal (sikap) remaja dengan lingkungan, sosialnya. Sandura dan Walters menyatakan bahwa proses belajar sosial terutama terjadi melalui proses belajar perwakilan (vicarious learning), yang dalam konsep belajar sosial spesifik tersebut terkandung pengertian bahwa cara berperilaku seseorang merupakan hasil interaksi belajar dengan perilaku orang lain.
Ditinjau dari teori peran (role theory) remaja peniru dalam konteks sosialnya menempati kedudukan sebagai aktor atau pelaku yang akan selalu memperhatikan tuntutan peran yang diembannya. Tuntutan peran yang dipertimbangkan remaja itu terwujud dalam bentuk harapan, norma, wujud perilaku, penilaian, dan sanksi terhadap niat meniru penampilaan fisik pemusik rock
Dari kajian teori belajar sosial, teori pecan, dan kerangka pemilahan- variabel yang rnenggunakan model teori tindakan Fishbein & Ajzer (1975) kemudian diajukan 2 hipotesis mayor dan dua hipotesis minor yang diuji kebenarannya pada 254 pelajar SMA di Kotamadya Malang,
Hipotesis itu adalah: Hipotesis Mayor 1 berbunyi Sikap dan norma subyektif remaja terhadap tingkah laku meniru penampilan fisik pemusik rock secara signifikan berhubungan positif dengan niatnya meniru penampilan fisik pemusik rock. Hipotesis Minor 1 adalah sikap remaja terhadap tingkah laku meniru penampilan fisik pemusik rock secara signifikan berhubungan positif dengan niatnya meniru penampilan fisik pemusik rock. Hipotesis Minor 2 berbunyi norma subyektif remaja mengenai tingkah laku meniru penampilan fisik pemusik rock secara signifikan berhubungan positif dengan niatnya meniru penampilan fisik pemusik rock. Kemudian Hipotesis Mayor 2 berbunyi norma subyektif secara signifikan memberikan sumbangan relatif lebih besar dibanding sikap remaja terhadap niatnya meniru penampilan fisik pemusik rock.
Berdasar hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa Hipotesis Mayor 1, Hipotesis Minor 1 dan 2 dapat diterima kebenarannya. Sedang Hipotesis Mayor 2 tidak dapat diterima kebenarannya. Terhadap hasil penelitian ini disarankan bagi orang tua untuk melakukan pendekatan lebih dekat dengan unsur-unsur dalam norma subyektif seperti teman bermain atau teman sekolah. Saran bagi masyarakat umum dan pemerhati masalah sosial agar melakukan sosialisasi pesan-pesan normatif berkenaan dengan peniruan terhadap penampilan fisik pemusik rock melalui pembinaan 2 saluran, yaitu sikap dan norma subyektif remaja. Bagi penelitian lebih lanjut disarankan untuk mempelajari masalah independensi antara komponen struktur sikap dan norma subyektif dalam kaitannya dengan niat. Juga bagi peneliti lebih lanjut disarankan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut pola-peniruan dan perkembangan sosialitas remaja pada wilayah perilaku yang lain."
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zamrina Adilafatma
"Latar Belakang. Peningkatan kasus diabetes melitus (DM) secara global disertai denganmeningkatnya tren onset DM pada populasi dewasa muda. Sebagian besar DM pada usia muda tidak terdiagnosis dan memiliki risiko paparan komplikasi kronis yang lebih panjang. Khususnya di Indonesia, belum banyak data mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan DM pada populasi usia muda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan DM pada populasi usia muda di Indonesia.
Metode. Penelitian ini merupakan studi observasional potong lintang, dengan komponen deskriptif dan analitik pada subjek penelitian berusia 18-40 tahun. Analisis data sekunder dari registrasi data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018. Dilakukan pencatatan faktorfaktor yang berhubungan dengan DM, antara lain usia, jenis kelamin, indeks masa tubuh (IMT), obesitas sentral, dislipidemia, inaktivitas fisik, pola diet tidak sehat, kebiasaan merokok, hipertensi, area tempat tinggal, dan tingkat pendidikan. Analisis berdasarkan bobot (weights) dan PSU (primary sampling unit). Analisis bivariat dilanjutkan analisis multivariat pada variabel dengan p<0,25. Analisis multivariat menggunakan regresi logistik dengan metode backward stepwise sampai didapatkan model akhir dengan p<0,05.
Hasil. Sebanyak 11.401 subjek usia 18-40 tahun masuk dalam penelitian ini dengan 62,7% subjek adalah perempuan. Prevalensi DM pada subjek penelitian adalah 12,8%. Faktor-faktor yang berhubungan dengan DM pada populasi usia muda adalah hipertensi (OR=1,253; IK 95% 1,078-1,455), dislipidemia (OR=1,306; IK 95% 1,135-1,502), perokok aktif (OR=1,338; IK 95% 1,141-1,569), usia >33 tahun (OR=1,229; IK 95% 1,065-1,417) dan tempat tinggal perkotaan (OR=1,342; IK 95% 1,156-1,558).
Kesimpulan : Faktor hipertensi, area tempat tinggal perkotaan, dislipidemia, perokok aktif, dan usia 33-40 tahun berhubungan dengan DM pada populasi usia muda di Indonesia.

Background. The increasing number of diabetes mellitus (DM) cases globally was in line with the increasing number of DM in the young adult population. Most of DM cases at a young age were underdiagnosed yet have a longer risk of exposure to chronic complications. There was not much data regarding factors associated with DM in the young age population, especially in Indonesia. This study aimed to determine the factors associated with DM in the young adult population in Indonesia.
Methods. This was a cross-sectional observational study, with descriptive and analytic components. We analysed study subjects who were 18-40 years old and were registered in the secondary data of the 2018 Indonesian Basic Health Research (Riskesdas). Data according to factors associated with DM in young age population was recorded and analysed (age, gender, body mass index, central obesity, dyslipidaemia, physical inactivity, unhealthy diet patterns, smoking habit, hypertension, residential area, and education level), along with analysing weights and primary sampling unit (PSU). Bivariate followed by multivariate analysis on variables with p<0.25 was performed. Multivariate analysis used logistic regression with the backward stepwise method until the final model was obtained with p <0.05.
Results. A total of 11,401 subjects aged 18-40 years were included in this study with 62.7% subjects were female. The prevalence of DM in this study was 12.8%. Factors independently associated with DM in young adults were hypertension (OR=1.253; 95% CI 1.078-1.455), dyslipidaemia (OR=1.306; 95% CI 1.135-1.502), active smokers (OR=1.338; 95% CI 1.141-1.569), age 33-40 years (OR=1.229; 95% CI 1.065-1.417) and urban residential area (OR=1.342; 95% CI 1.156-1.558).
Conclusion. Factors hypertension, urban living area, dyslipidaemia, active smokers, and age 33-40 years groups are independently associated with DM in young adult population in Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sodikin
"Penilitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui variabel faktor intrinsik yang dimiliki oleh kaum pria metroseksual di Jakarta yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku pembelian impulsif (impulsive buying behavior) yang mereka lakukan. Faktor-faktor intrinsik tersebut adalah kepribadian (personality), budaya (culture), materialisme (materialism), shopping enjoyment tendency, dan impulsive buying tendency. Penelitian ini menggunakan metode analisis data yaitu distribusi frekuensi, uji relibilitas, analisis faktor, dan analisis pengaruh/regresi. Pengolahan seluruh data menggunakan alat bantu yaitu IBM SPSS Statistics 20. Hasil analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini ternyata dari lima dimensi kepribadian, hanya dua dimensi yaitu extraversion dan openness yang memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku pembelian impulsif kaum pria metroseksual di Jakarta dalam berbelanja produk fashion. Perilaku pembelian impulsif para kaum ini pun dipengaruhi positif dan signifikan oleh variabel shopping enjoyment tendency dan implsive buying tendency. Saran dari penelitian ini adalah setiap perusahaan yang bergerak di bidang fashion harus memperhatikan faktor-faktor intrinsik yang telah disebutkan di atas dalam melakukan strategi bisnisnya. Hal ini akan berdampak positif bagi perusahaan karena kaum pria metroseksual termasuk target pasar yang potensial.

The research was conducted to find out which variables as intrinsic factors of metrosexual men in Jakarta have a positive impact and significant impact on impulsive buying behavior that they did. Intrinsic factors include personality, culture, materialism, shopping enjoyment tendency, and impulsive buying tendency. Data analysis methods used were frequency distribution, reliability test, factor analysis, and regression analysis. This research used IBM SPSS Statistics 20 as a research tool. This Research found the results that there are two variables of personality which are extraversion and openness positively affecting on impulsive buying behavior that metrosexual men did on shopping fashion items. In addition, impulsive buying behavior is positively influenced by materialism, shopping enjoyment tendency, and impulsive buying tendency. This research recommends that every fashion organization or firms have to give more attention on intrinsic factors above in decision making that related with business strategies. That will positively affect a sales growth because metrosexual men are the potential targets.;The research was conducted to find out which variables as intrinsic factors of metrosexual men in Jakarta have a positive impact and significant impact on impulsive buying behavior that they did. Intrinsic factors include personality, culture, materialism, shopping enjoyment tendency, and impulsive buying tendency. Data analysis methods used were frequency distribution, reliability test, factor analysis, and regression analysis. This research used IBM SPSS Statistics 20 as a research tool. This Research found the results that there are two variables of personality which are extraversion and openness positively affecting on impulsive buying behavior that metrosexual men did on shopping fashion items. In addition, impulsive buying behavior is positively influenced by materialism, shopping enjoyment tendency, and impulsive buying tendency. This research recommends that every fashion organization or firms have to give more attention on intrinsic factors above in decision making that related with business strategies. That will positively affect a sales growth because metrosexual men are the potential targets."
2015
S60008
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuanita Amelia Sari
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T25474
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yuanita Amelia Sari
"Peningkatan penyalahgunaan Narkoba di lingkungan Perguruan Tinggi menunjukkan angka yang semakin meningkat drastis. Data dari Direktorat BNN sepanjang tahun 2005 sampai tahun 2007 meningkat dari 749 kasus menjadi 5.358 kasus. Angka ini sangat memprihatinkan bagi kita sebagai generasi muda harapan bangsa. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika, dan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika menjadi payung hukum bagi pimpinan Universitas untuk mengatasi masalah Narkoba yang terjadi dilingkungan kampus yang menjadi wilayah kewenangannya. Keadaan inilah yang melatarbelakangi dikeluarkannya kebijakan Rektor Trisakti Jakarta dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba dengan Surat Keputusan Nomer 342/Usakti/ SKR/ 1999 tentang Sanksi Pemecatan terhadap Pengedar dan Pengguna Narkoba di Lingkungan Kampus. Sejak dikeluarkan Surat Keputusan diatas sampai tahun 2007 telah dikeluarkannya mahasiswa Trisakti sebanyak 40 mahasiswa yang diindikasi terlibat kasus Narkoba.
Mencermati semakin maraknya mahasiswa yang terlibat kasus Narkoba di kampusnya maka dengan idenya mahasiswa Trisakti telah membentuk kelompok mahasiswa Anti Narkoba yang dinamakan Divisi Mahasiswa Anti Narkoba (DMAN). Kelompok mahasiswa ini melaksanakan program pencegahan penyalahgunaan narkoba di kampusnya. Untuk dapat mengukur dapat tidaknya program mencapai sasaran atau tujuan seperti yang diinginkan, Edward III berpendapat ada empat variabel yang mempengaruhi pelaksanaan kebijakan program yang saling berinteraksi dan saling mempengaruhi yaitu komunikasi, sumber daya, sikap dan struktur birokrasi. Bertolak dari latar belakang masalah diatas, pertanyaan penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan pencegahan penyalahgunaan Narkoba pada Divisi Mahasiswa Anti Narkoba (DMAN) Universitas Trisakti Jakarta. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa dari implementasi yang dilakukan diketahui terdapat inefektivitas terhadap pencapaian tujuan, diantaranya sedikitnya jumlah anggota dan terbatasnya dukungan dana serta kurangnya sosialisasi program pencegahan narkoba dikampus. Adapun faktor yang mempengaruhi inefektivitas ini adalah resources dan komunikasi dinilai kurang efektif, dilihat dari prosentase jawaban responden sebagian besar belum mengetahui program dan minimnya dukungan sumber daya. Faktor Sikap dan Birokrasi menunjukkan ke arah proses penyusunan struktur organisasi sesuai yang diharapkan mahasiswa. Hasil penelitian menyarankan agar dalam mengimplementasikan kebijakan perlu dikembangkan pelatihan pengembangan kemampuan mahasiswa seperti pelatihan kelompok sebaya (peer group), struktur organisasi diperkuat secara hukum bukan hanya instruksi melainkan keputusan dari Presiden Mahasiswa, kampanye anti Narkoba lebih sering dilakukan dan koordinasi ekstern dengan BNN lebih ditingkatkan serta pelaksana pengambil kebijakan di Universitas agar lebih menyediakan sarana dan fasilitas guna mendukung pelaksanaan program DMAN."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T25473
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Sulistyorini Amidjono
"Masa remaja adalah masa transisi, dimana pada masa ? masa seperti ini sering terjadi ketidakstabilan baik itu emosi maupun kejiwaan. Pada masa transisi ini juga remaja sedang mencari jati diri sebagai seorang remaja. Proses pencarian inilah yang terkadang dimanfaatkan oleh para kapitalisme dengan menjerumuskan remaja kedalam hal negatif. Salah satu hal negatif yang menjadi permasalahan remaja di hampir semua negara di dunia adalah penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Generasi masa depan yang lebih dikenal dengan istilah remaja, dipundak merekalah diletakkan kata kunci baik dan buruk serta hancur dan tidaknya peradaban masa depan masyarakat, umat dan bangsa. Banyak faktor yang menyebabkan penyalahgunaan narkoba pada remaja, namun sampai mengapa remaja kita menyalahgunakan narkoba. Pokok permasalahan dalam tesis ini adalah faktor-faktor apa yang menyebabkan penyalahgunaan narkoba pada remaja. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan penyalahgunaan narkoba pada remaja, sehingga dapat ditentukan metode yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut sehingga dapat mewujudkan ASEAN bebas narkoba tahun 2015. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan disain studi kasus, dimana peneliti mengadakan penelaahan dokumen dan wawancara mendalam terhadap informan (remaja penyalahguna, orangtua, tokoh masyarakat dan relawan YPI) untuk mengetahui alasan-alasan remaja menyalahgunakan narkoba. Penelitian mengambil lokasi di Kelurahan Kampung Bali, Jakarta Pusat pada bulan Oktober dan Nopember 2008. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor individu, faktor lingkungan, faktor ketersediaan narkoba dan faktor pengetahuan tentang narkoba merupakan penyebab dari remaja menggunakan narkoba. Dan faktor dominan yang menyebabkan remaja menyalahgunakan narkoba adalah lingkungan masyarakat.
Saran yang diajukan adalah: (i) tingkat keyakinan keagamaan para remaja harus ditingkatkan, (ii) pengetahuan masyarakat tentang narkoba harus ditingkatkan, (iii) orangtua harus menciptakan hubungan yang harmonis dalam keluarga dan (iv) para orangtua harus selalu memperhatikan dan menanyakan tentang kegiatan dan teman sebaya anak remajanya.

Adolescence is a process of transition. This process most often followed by unstabilize emotion or even psychological. This is the proces of a teenage seeking their true identity. In this seeking proses usually used by the capitalizsm to put them into a distraction. Spreading and drugs abuse of a teenage is the most difficult problem in almost all over the world. And we know that teenagers are the key of good or bad, being destroy or not is our next generation going to be. There are so many factors of drugs abuse and the issue in this thesis are the factors of drugs abuse to a teenage/Adolescence. The aim of the research is to indentife and to analyze the factors that caused drugs abuse, so we could revealed switable method that could solve the problem and then we can fulfill ASEAN free of drugs 2015. The research use kualitatif method by study case, which that means the researchers do some document research and an exclusive interview (drugs user, parents, community figures, and volenteer of YPI) to find out the reason of the teenage abusing drugs. The research talen at Kelurahan Kampung Bali, Jakarta on October and November 2008. The result of the research shows that factors of individual, neighbourhood, availability of drugs, and a knowledge of drugs are the caused of drugs abuse to adolescence. The most dominant factor is a neighbourhood or we called as society.
The suggests are: (i) the beliefs to God should be improve, (ii) societiy?s knowledge should be improve, (iii) we need/ have to create a harmony relation in a family, and (iv) the parents should be more aware to what their teenage."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T 25490
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Solihat
"ABSTRAK
Pertumbuhan penduduk merupakan peristiwa terjadinya perubahan jumlah penduduk pada suatu wilayah, baik bertambah maupun berkurang. Indonesia merupakan negara yang memiliki laju pertumbuhan penduduk yang masih tinggi.BKKBN menyebutkan bahwa rata-rata Wanita Usia Subur melahirkan 2,6 anak dan laju pertumbuhan penduduk dapat ditekan jika rata-rata Wanita Usia Suburmelahirkan 2,1 anak. Kelompok usia remaja merupakan komponen yang beradapada usia produktif. Kelompok usia muda adalah paling dominan di antara kelompok usia lainnya. SDKI tahun 2002/2003 menunjukkan penurunan menjadi10,4 remaja yang sudah pernah melahirkan atau sedang mengandung anakpertama, pada tahun 2007, terdapat 8,5 remaja sudah pernah melahirkan dan sedang mengandung anak pertama yaitu sebesar 6,6 remaja sudah pernah melahirkan dan 1,9 remaja sedang mengandung anak pertama BKKBN, 2008 .Hal ini dapat menyebabkan berbagai masalah yang kompleks terkait dengan pendidikan, kemiskinan, norma sosial budaya, dan geografis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas remaja kawin di Indonesia, analisis lanjut data SDKI tahun 2012 dengan pedoman kuesioner WUS Wanita Usia Subur. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain studi crossectional. Pengolahan data dilakukan pada bulan Februari-Juni 2017 dengan sampel yang diambil berjumlah 2176 responden memenuhi kriteria inklusi. Hasil yang didapat adalah usia kawin pertama, usia pertama melakukan hubungan seksual, dan usia pertama melahirkan memiliki nilai estimasi resiko terbesar dibandingkan dengan variabel lain. Remaja yang berumur2anak dibandingkan dengan remaja yang berumur ge;20 tahun saat kawin pertama. Terdapat beberapa responden yang berusia kurang dari 20 tahun saat kawin pertama, melakukan hubungan seksual pertama kali, dan saat melahirkan pertama kali. Oleh karena itu, penguatan sosialisasi pendewasaan kehamilan, penguatan program PKPR, dan sosialisasi serta penguatan program KB dalam penjarangan kehamilan yang dapat disampaikan melalui KUA kepada para calon pengantin sangat diperlukan untuk menekan permasalahan yang terjadi pada usia remaja.

ABSTRACT
Population growth is the occurrence of changes in the number of people in a region, either increased or decreased. Indonesia is a country that has a high population growth rate. BKKBN mentioned that the average Fertile Women gave birth to 2.6 children and the rate of population growth can be suppressed if the average of Women Aged Fertile gave birth to 2.1 children. The adolescent age group is a component that resides in the productive age. The younger age group is the most dominant among other age groups. IDHS in 2002/2003 showed a decrease to 10.4% of teenagers who had given birth or being pregnant with the first child, in 2007, there were 8.5% of teenagers had given birth and were pregnant with the first child that is 6.6% Childbirth and 1.9% of teenagers being pregnant with the first child (BKKBN, 2008). This can lead to complex problems related to education, poverty,
socio-cultural norms, and geography. This study aims to determine the factors affecting the fertility of adolescents mating in Indonesia, further analysis of data SDKI 2012 with guidelines questionnaire WUS (Female Age Fertile). This research uses a quantitative approach with cross sectional study. Data processing conducted in February-June 2017 with the sample taken amounted to 2176 respondents with inclusion criteria. The results obtained are the first marriage age, the first age of sexual intercourse, and the first age of birth has the greatest risk estimation value compared with other variables. Teenagers <20 years old at first marriage had a 4- fold higher risk of having > 2 children compared with ≥20 years of age at first
marriage.
"
2017
S69754
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Batten,T.R.
London: Oxford University Press , 1970
158.26 BAT h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>