Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 141008 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
S. Wojowasito
Jakarta: Tiara, 1967
R 499.23 WOJ k
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Estherina Susanto-Wiyana
"Mungkin akan timbul pertanyaan, mengapa saya sebagai mahasiswi seksi Inggris yang mempelajari bidang linguistik tertarik untuk melakukan analisis kesilapan terhadap penguasaan bahasa Inggris siswa SMA di Ambon. Dalam butir 1.1 ini saya akan mencoba menguraikan secara umum tentang latar belakang dari penelitian ini, sedangkan alasan yang lebih khusus akan diuraikan dalam butir 1.2 (Alasan penelitian). Motivasi belajar bahasa asinq. Komunikasi berkembang sangat pesat. Radio, film, televisi, surat kabar mengalami kemajuan yang tak ada taranya. Apa yang terjadi di London dapat langsung disaksikan oleh penduduk Indonesia melalui layar televisi. Suatu kejadian di desa kecil seperti Muncar dalam sekejap sudah dapat diketahui oleh jutaan penduduk dunia. Perhubungan yang semakin lancar, juga mempermudah seseorang untuk bepergian. Arus wisatawan meningkat dengan cepat, sehingga jumlah wisatawan dalam setahun di negara Singapura dan Spanyol melebihi jumlah penduduk yang berdiam di masing-masing negara tersebut. Bukan hanya dalam bidang pariwisata, kontak antar bangsa juga meningkat di bidang lain, caperti: industri, perdagangan, pendidikan, diplomatik dan sebagainya. Akibat dari kontak antar bangsa yang meningkat, kebutuhan akan belajar bahasa asing makin dirasakan (Trim, 1979: 101)"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1981
S14062
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sriyeti
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan kesesuaian penerapan kurikulum bahasa Inggris 1994 dalam buku ajar bahasa Inggris untuk SMP. Di samping itu, tujuan penelitian ini juga untuk mengidentifikasi tingkat signifikansi kesesuaian penerapan Kurikulum Bahasa Inggris 1994 tersebut dalam Buku Ajar Bahasa Inggris untuk SMP.
Sumber data dalam penelitian ini diambil dari tiga buah buku ajar bahasa Inggris untuk SMP yang terdiri dari dua puluh lima tema, yaitu kelas satu terdiri dari delapan tema, kelas dua terdiri dari sembilan tema, dan kelas tiga terdiri dari delapan tema. Buku ajar tersebut dianalisis dengan menggunakan daftar pertanyaan. Dana pertanyaan tersebut diperoleh melalui sintesis kriteria yang dikemukakan oleh Cunningsworth (1984), Rivers (1981), Nurhadi (1995) dengan memperhatikan kegiatan-kegiatan pembelajaran yang terdapat dalam kurikulum bahasa Inggris 1994.
Untuk menjelaskan prosentase kesesuaian penerapan kurikulum bahasa Inggris 1994 dalam Buku Ajar Bahasa Inggris untuk SMP digunakan skala Likert. Selanjutnya, untuk mengidentifikasi tingkat signifikansi kesesuaian penerapan kurikulum bahasa Inggris 1994 dalam buku ajar bahasa Inggris untuk SMP digunakan Uji-beda T-test.
Proporsi tingkat kesesuaian berdasarkan uji deskriptif (skala lima) adalah 65%. Artinya, kurikulum bahasa Inggris 1994 yang sudah diterapkan dalam buku ajar bahasa Inggris untuk SMP kelas 1, 2, dan 3 adalah 65%.
Hasil Uji-beda dengan menggunakan T-test dengan taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan 9 menunjukkan bahwa T-hitung < T-tabel yaitu 0,370 < 2,262. Artinya, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kurikulum bahasa Inggris 1994 dengan buku ajar bahasa Inggris untuk SMP.
Jadi berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa kurikulum bahasa Inggris 1994 cukup baik diterapkan dalam buku ajar bahasa Inggris untuk SMP.

The purpose of this research is to describe the compliance of English Language Textbook for Junior High Schools with the 1994 English Curriculum. In addition, this research aims at identifying the level of significance of the compliance of English Language Textbooks to the 1994 Curriculum.
Three Junior High School English Textbooks were used as the source of data for this research. These books comprised twenty-five different themes: eight themes in the first grade, nine themes in the second grade and eight themes in the third grade. These textbooks were analyzed using a checklist. This checklist was compiled by synthesizing criteria put forwards by Cunningsworth (1984), Rivers (1981), Nurhadi (1995) by looking the learning activities that there were in 1994 English Curriculum.
The Likert scale was used to measure the percentage of compliance with the 1994 English Language Curriculum; The Differential T-test was used to identify the significance of the implementation of the 1994 English Language Curriculum in English Language Textbooks for Junior High School.
The percentage of compliance based on the descriptive test (on a scale of five) is 65%. In other words, 65% of the 1994 English Language Curriculum has been implemented in English Language Textbooks for grade 1 through 3 of Junior High School.
The results of the T-test use a significant difference of compliance of 5% and a degree of difference of 9. This means that there is no significant difference between the 1994 English Language Curriculum and the English Language Textbooks for SMP.
Therefore based on the research findings it can be concluded that the 1994 English Language Curriculum for Junior High School has been implemented quite well in the English Language Textbooks for Junior High School.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2005
T15337
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Made Dharma Susena Suyasa
"Penelitian ini mencoba memperlihatkan bagaimana penerjemahan konsruksi terbelah dalam bahasa Inggris ke dalarn bahasa Indonesia dapat menunjukkan konstruksi terbelah dalam bahasa Indonesia. Data dalam penelitian ini diambil dari dua novel dan dua teks akademis dalam bahasa Inggris berikut terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah (I) pemerian struktur, (2) pembandingan struktur, (3) dan pemerian perbedaan yang ada di antara konstruksi terbelah bahasa Inggris dan konstruksi dalam bahasa Indonesia yang menjadi padanannya. Untuk menganalisis konstruksi terbelah bahasa Inggris digunakan pendapat Biber et al. (1999), Brinton (2000), Huddleston dan Pullum (2002), dan Griffiths (2006). Untuk menganalisis terjemahannya digunakan pendapat Haim (1984), Suparno (1993), Alwi et al. (1998), dan Stoel (2005). Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa dalam bahasa Indonesia ada beberapa jenis konstruksi terbelah. Selain itu, diperlihatkan juga gambaran tentang struktur topik-komen dan fokus dalam konstruksi terbelah bahasa Indonesia.

This research attempts to show how the translation of English cleft-construction into Indonesian can elucidate Indonesian cleft-construction. Two novels and two academic texts including their translation in Indonesian are employed to provide the data. The analysis methods used in this research are (l) to describe the structure, (2) to contrast the structure, and (3) to formulate the differences between the English cleft-construction and Indonesian construction used as its equivalence. The description of English cleft-construction is based on Biber et al. (1999), Brinton (2000), Huddleston and Pullum (2002), and Griffiths (2006). In Indonesian, Halim (1984), Supamo (1993), Alwi et al. (1998), and Stoel (2005) are used as a ground to analyze the construction used as English cleft-construction equivalence. It is revealed that there are some constructions called cleft-construction in Indonesian. Topic-comment structure and focus of Indonesian cleft-construction are also explained in this research."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
T17622
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djalinus Sjah
Jakarta: Kurnia Esa, 1979
428 DJA t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Livia C. Rahayu
"Skripsi yang diajukan untuk mendapatkan gelar Sarjana Sastra ini membicarakan tentang perbedaan antara bentuk interogatif dan makna pertanyaan, khususnya dalam bahasa Inggris. Kalimat berbentuk interogatif tidak selamanya bermakna pertanyaan, demikian pula sebaliknya, kalimat berbentuk non-interogatif bisa bermakna pertanyaan. Oleh sebab itu uraian data dipermudah dengan Cara pengklasifikasian, yakni dijadikan tiga jenis klasifikasi besar, yakni kalimat interogatif bermakna pertanyaan, kalimat interogatif bermakna bukan pertanyaan, dan kalimat bukan interogatif bermakna pertanyaan. Tentu saja sebelum terjun ke dalam pengklasifikasian, terlebih dahulu dijelaskan bentuk interogatif dengan mengacu pada buku tata bahasa karangan Quirk dan kawan-kawan.Data terbagi atas data yang tertulis dan yang lisan. Yang tertulis diambil dari drama karya George Bernard Shaw, 'Pygmalion' sedangkan yang lisan diambil dari percakapan ringan dengan empat orang penutur asli bahasa Inggris, yang mewakili Inggris Britania dan Inggris Amerika. Selain itu dibahas pula segi pemakaian bentuk interogatif, yakni yang menyangkut faktor-faktor yang mempengaruhi orang untuk memakai bentuk interogatif atau jenis klasifi-kasi kalimat interogatif tertentu. Juga dibicarakan tentang komunikasi atau kontak fatis yang biasanya juga diungkapkan dengan bentuk interogatif."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1986
S14247
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosfita
"Skripsi ini membahas keberhasilan dan kegagalan komunikasi yang terjadi antara penutur bahasa Indonesia dengan penutur bahasa Inggris. Keberhasilan komunikasi ini ditinjau dari keberterimaan dan ketidakberterimaan ujaran yang merupakan realisasi permintaan dan permintaan maaf.
Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara dengan responden penutur bahasa Indonesia berdasarkan kuesioner yang telah disusun. Hasil tertulis dari wawancara, dalam bahasa Inggris yang merupakan bahasa asing bagi responden, kemudian diperlihatkan kepada responden penutur asli bahasa Inggris untuk dinilai menjadi berterima dan tidak berterima dengan disertai alasannya.
Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 68 ujaran permintaan (request) yang berhasil dikumpulkan, 44,1% merupakan ujaran yang berterima, 19,1% tidak berterima karena penyimpangan tata bahasa dan kosa kata, dan 36,7% tidak berterima karena alasan pragmatic yang dinilai sebagai ujaran yang tidak sopan: Kesan tidak sopan timbul karena penutur mempergunakan bentuk langsung (direct) untuk merealisasikan permintaan kepada lawan bicara yang berkedudukan lebih tinggi dimana seharusnya dipergunakan bentuk tidak langsung (indirect).
Untuk realisasi permintaan maaf (apology), dari 38 ujaran yang terkumpul, 28,9% merupakan ujaran yang berterima. 34,2% merupakan ujaran yang tidak berterima karena penyimpangan dalam kaidah tata bahasa atau pemilihan kosa kata. Sisanya, 36,8% tidak berterima karena sebab sebab pragmatic, yaitu kekuranglengkapan.
Dalam merealisasikan permintaan maaf seseorang bukan hanya diharapkan mengujarkan ungkapan maaf, tetapi juga alasan terjadinya pelanggaran yang juga harus dapat diterima dan masuk akal, serta sebaiknya diikuti pula dengan tawaran untuk mengganti atau memperbaiki kerusakan atau pelanggaran yang terjadi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1990
S14197
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>