Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 83179 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Schiffrin, Deborah
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007
401.41 SCH a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nurlaksana Eko Rusminto
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015
401.41 NUR a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Hayatunnur Taqwa
"Penelitian ini bertitik tolak dari tiga konsep yaitu konflik, berita, dan aspek ekonomi politik. Berita konflik Sambas yang terjadi pada saat itu di persepsi menjadi sebuah komoditas yang dapat di jual kepada konsumen. Dikaitkan dengan gejala Komodifikasi, penelitian ini mencurigai adanya proses komodifikasi dalam pemberitaan yang di sajikan oleh surat kabar Equator tersebut. Penelitian ini berupaya untuk mengungkap terjadinya perubahan orientasi masalah komunikasi antar budaya yang ideal menjadi produk komoditas yang di lakukan oleh surat kabar Equator.
Momen yang di ambil adalah pada saat konflik berlangsung sekitar bulan Januari hingga April 1999. Pemilihan subjek penelitian di jatuhkan kepada pemberitaan konflik yang di sajikan pada surat kabar Equator. Penelitian ini berusaha menganalisa pemberitaan konflik antar etnis melayu dan madura Kab. Sambas di Kalimantan Barat dan ingin mengetahui bagaimana dinamika yang terjadi di dalam ruang redaksi pada saat memproduksi pemberitaan tersebut, maka penelitian ini di dasarkan asumsi bahwa surat kabar Equator telah melakukan keberpihakan dalam pemberitaannya.
Metode yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini adalah Metode Analisis Kritis (CDA). Unit Analisis adalah pemberitaan Konflik Sambas di Kalimantan Barat Pada Surat Kabar Equator sekitar Bulan Januari hingga April 1999.
Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi komodifikasi dalam berita konflik yang dilakukan oleh Surat Kabar Equator, serta terjadinya keberpihakan yang jelas kepada komunitas yang dominan yakni etnis melayu dari merugikan pihak etnis madura yang tidak dominan.
Kebijakan yang di ambil oleh Equator di anggap menguntungkan posisi media ini, eksistensi maupun aspek ekonomis dari peningkatan oplah penjualan yang pada akhirnya menyelamatkan keuangan perusahaan. Terlebih ketika itu, proses reformasi yang baru bergulir melahirkan euphoria di masyarakat, dengan demikian surat kabar Equator juga terimbas oleh suasana euphoria tersebut. Akibatnya selain di dorong untuk menyelamatkan keuangan perusahaan, Equator lebih berani untuk tampil vulgar dan ekspresif, yang pada masa orde baru sangat di tabukan. Meskipun harus mengenyampingkan etika jurnalistik serta tanggung jawab untuk mendidik masyarakat."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T13971
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufik Rahman
"Seiring dengan "runtuhnya" rezim Orde Baru, fokus studi hubungan Islam dan negara mengarah pada masalah partisipasi umat Islam dalam agenda konsolidasi demokrasi. Studi ini mengambil fokus pada analisis wacana hubungan Islam dan demokrasi yang dikembangkan oleh kelompok Jaringan Islam Liberal (JIL) dalam kerangka penguatan masyarakat sipil (civil society).
Konsep civil society yang digunakan mengikuti pendekatan Robert W Hefner yang lebih dekat dengan terminologi "masyarakat warga" atau "masyarakat kewargaan" yang memiliki ruang di antara individu (keluarga) dan negara. Untuk kasus Indonesia, Hefner melihat adanya kecenderungan mengarah pada "civic pluralist" atau "civil Islam" sebagai kelompok yang berlawanan dengan Regimist Islam (Islam Politik) yang disebut Gellner sebagai musuh bebuyutan dari pluralisme dan kebebasan sipil.
Kerangka teori yang digunakan mengikuti perspektif kritis Habermas mengenai evolusi sosial. Dalam hubungannya dengan subjek penelitian yang ingin melihat wacana J1L mengarah pada "civic pluralist," menghasilkan kerangka pikir mengenai evolusi sosial melalui tiga tahap sebagai berikut
Pertama, tahap interaksi melalui simbol-simbol, agama dipandang sebagai sistem simbol harus memberikan sebuah kerangka ideal normatif berkenaan dengan kebebasan, martabat individual, hak kolektif untuk menentukan nasib sendiri, dan prosedur yang mengatur koordinasi interaksi di antara berbagai kelompok; Kedua, pada tahap tuturan yang dideferensiasikan dengan pernyataan-pernyataan. Hasil elaborasi simbol keagaman dijadikan sebagai sebuah "patokan" evaluasi untuk memperoleh peran sosial tertentu; Ketiga perbincangan (diskursus) argumentatif. Terdapat hipotesis antara kesadaran moralitas dari agama dengan peran sosial sebagai warga negara. Target yang hendak dicapai adalah sebuah struktur hukum yang dilembagakan dan struktur penjelasan moral yang mengikat.
Penelitian ini menggunakan paradigma interpretif dengan pendekatan hermeneutika. Langkah teknis yang digunakan meliputi dua langkah pokok. Pertama, memahami keseluruhan wacana III., lalu mengklasifikannya dan mengambil fokus pada dua masalah pokok: makna "liberal" dalam Islam Liberal dan memahami argumen penolakan negara syariat sebagai implikasi langsung dari pemahaman keagamaan secara liberal. Kedua, menganalisisnya dengan menggunakan kerangka konsep evolusi perkembangan masyarakat menuju civic pluralist, seperti dikemukakan di atas.
Tema penelitian: (1) JIL adalah kelanjutan dari gerakan neo-modernisme Islam, baik secara isi maupun metodologi; (2) Wacana yang dikembangkan JIL selama 2001-2003, meliputi empat agenda pokok: kebebasan berpendapat; merumuskan sebuah teologi untuk negara modern sekular; emansipasi perempuan; dan mencari sebuah bentuk teologi untuk merumuskan hubungan harmonis antar umat beragama. Terdapat sebuah kerangka logis dan alur argumentasi yang dikembangkan bahwa dengan bersikap liberal dalam pengertian bebas berpendapat akan melahirkan sebuah sikap beragama yang inklusif, toleran, plural dan sekular. (3) Secara umum wacana JIL dalam perspektif teori evolusi Habermas masih berada dalam tahap interaksi melalui simbol, di mana tuturan dari tindakan masih terkait dengan kerangka kerja sebuah bentuk komunikasi tunggal yang bersifat memerintah. Di mana tindakan-tindakan, motif-motif (harapan-harapan tingkah laku), dan subjek-subjek tindakan masih merujuk pada struktur umum tindakan. Hal ini berlaku baik ketika memposisikan liberalitasnya maupun ketika beragumen mengenai penolakan negara syariat.
Dalam perspektif civic pluralist pola keberagarnaan JIL di atas bisa dibaca sebagai langkah "pesiapan" dengan mempersiapkan sejumlah sikap yang liberal, plural, toleran, dan sekular bagi perumusan nilai-nilai atau kultur baru sebagai warga negara dari sebuah masyarakat yang multikultur. Dengan rumusan sikap di atas, maka memungkinkan JIL menjadi semacam kelompok civil religion-dalam pengertian Bellah yang merujuk sejarah kebangsaan Amerika-untuk kasus Indonesia.
Implikasi Teoretik: Meski JIL sudah menggunakan sebuah media (www.islamib.com) yang bisa disebut sebagai public sphere, respon dan kritik yang diterima JIL tidak semuanya berjalan dalam sebuah proses dialog yang terbuka. Bahkan gesekan ini pada akhirnya hanya menghasilkan perbedaan secara diametral antara Islam Liberal dan Islam Fundamental. Atau antara Islam Liberal dengan Postradisionalis (POSTRA) Islam. Dan debat melebar keluar, tidak dalam dimensi wacana tapi melanjut ke arah tudingan politis: siapa dibalik dan kekuatan politik ideologi apa di balik masing-masing kelompok. Hal ini sepertinya tidak diantisipasi oleh Habermas yang berjalan terlalu linear dalam menentukan proses perubahan sosial. Sedangkan pada Hefner hanya disediakan pemetaan mana yang civic/civil dan mana yang uncivic/uncivil."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14376
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Oktarini
"Darurat militer di Nanggroe Aceh Darussalam merupakan jalan terakhir yang ditempuh pemerintah Indonesia setelah Gerakan Aceh Merdeka menolak syarat yang diajukan pemerintah untuk kembali ke pangkuan bumi pertiwi. Kondisi Aceh pada saat menjelang pemberlakuan darurat militer menjadi semakin kritis. Hampir semua media massa mengulas masalah Aceh pada masa itu dan menempatkannya sebagai berita utama. Karen konflik, selalu memiliki nilai berita dan sangat menarik untuk diberitakan.
Koran Tempo adalah salah satu media cetak nasional yang pada masa pemberlakuan darurat militer selama Mei-November 2003, memberitakan dengan gencar. Bahkan menempatkannya dalam halaman khusus Perang Aceh. Penempatan berita, penggunaan kata-kata, ternyata mengandung motif tertentu. Motif idealisme dan motif ekonomi.
Untuk mengetahui bagaimana motif-motif tersebut mempengaruhi pemberitaan darurat militer di Aceh dalam Koran Tempo, penulis menggunakan analisis framing dalam menganalisa teks di Koran Tempo. Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk menelaah Cara-cara atau ideologi media saat memproduksi berita. Analisi framing mencermati cara-cara media melakukan seleksi, penonjolan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, menarik, lebih berarti atau diingat untuk menggiring interpretasi pembaca sesuai perspektif media. Dengan kata lain, framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan wartawan ketika menyeleksi dan menulis berita.
Menurut Norman Fairclough, menganalisa teks tidak bisa dilepaskan dari konteks produksi, serta latar sosial yang sedikit banyak berpengaruh pada pelaku pembuat teks. Salah satu metode penelitian yang memandang teks sebagai satu kesatuan dengan konteks dan latar sosialnya adalah Critical Discourse Analysis (CDA) Norman Fairclongh. Penulis membuktikan tujuan penelitian. CDA dilakukan dalam tiga tahap, yaitu (a) analisa teks, (b) analisa proses produksi, konsumsi dan distribusi teks, serta (c) analisa sosiokultural yang berkembang di sekitar wacana darurat militer.
Pada level teks, Koran Tempo mengenakan citra tertentu pada pihak yang terlibat dalam konflik di Aceh selama darurat militer berlangsung. Namun, setiap pemberitaannya, Koran Tempo tetap pada posisi berada di tengah dengan melengkapi narasumber dari berbagai pihak yang bertikai maupun terlibat.
Koran Tempo memilih kata-kata yang dipakai dengan dua faktor pendorong. Faktor ideologi dengan tujuan menyampaikan informasi yang sebenar-benarnya atau sesuai fakta di Aceh. Dan faktor ekonomi dengan tujuan meningkatkan oplah dan menarik pengiklan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14261
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ella Cecilia BSA
"Penelitian ini adalah sebuah analisis diskursus Kritis terhadap wacana seksualitas yang ditampilkan dalam acara di televisi. AnalisiS ini dilakukan dengan menggambarkan bagaimana kapitalisme yang mempengaruhi media membentuk wacana seksualitas menjadi s buah komoditas melalui serangkaian proses dalam media itu. IKasus yang diambil adalah acara Kontak Harmoni Hemaviton di RCTI, sebuah acara yang terselenggara berka ke~asama antara RCTI dan pihak
Hemaviton. Acara yang ditayangkan oleh RCTI sejak 4 Januari 2001 ini merupakan acara yang memuat informasi seputar masalah seks yang sekarang ini memang sedang banyak ditampilkan di media massa.
Persoalan mengenai komodifikasi seksualitas di televisi ini memang tidak terlepas dari nilainilai yang terkandung dalam ideologi kapitalis yang mewamai masyarakat industri dimana media
televisi merupakan bagian di dalamnya. Sebagai bagiao dari masyarakat industri yang berwatak kapitalis itu, media televisi kerap melakukan komodifikasi kebutuhan masyarakat, yang salah satunya
adalah seksualitas, dengan melakukan penonojolan ·su seperti yang diharapkan oleh masyarakat tersebut.
Dalam memahami proses komodifikasi wacana seksualitas di media massa, penelitian ini mendasarkan diri pada teori politik ekonomi Marxis. Dalam teori ini dapat dilihat bagaimana proses komodifikasi dapat terjadi dalam komunikasi, yaitu melalui komodifikasi isi media, audiens dan pekerja. Selain itu, seperti pendapat Marx, disini juga dapat terlihat bagaimana media massa telah digunakan untuk mengekalkan kapitalisme karena dasar dari masyarakat adalah sistem ekonomi.
Televisi sebagai media massa menjadi penting karena ia merupakan media kapitalis yang bekerja untuk mendatangkan kapital masuk dalam jaringannya melalui kine~a program yang dilakukannya.
Analisis diskursus ini dilakukan melalui tiga tingkatan yaitu teks, discourse practice dan sociocultural practice
Berdasarkan hasil analisis teks dan interteks yang dilakukan dengan teknik framing terhadap dua episode acara Kontak Harmoni Hemaviton diperoleh dua macam frame yang mana masingmasing frame tersebut telah mencerminkan ideologi kapitalis dalam memandang seksualitas.Dalam
analisis ini ideologi kapitalis yang dominan adalah hedonis.
Berdasarkan analisis discourse practice, terjadi yang dinamakan proses komodifikasi tersebut, yaitu proses mengubah nilai pakai menjadi nilai tukar yang kemudian diperluas ke dalam
bidang sosial dari produk komunikasi, audiens dan tenaga kerja yang terjadi dalam ruang lingkup discourse practice. Proses komodifikasi ini menggambarkan cara kapitalisme membawa modalnya
melalui perubahan nilai pakai menjadi nilai tukar tersebut.
Sedangkan analisis pada tingkatan sociocultural practice menunjukkan bahwa dalam tahapan produksi pesan yang dilakukan oleh media dalam acara ini mirip dengan tahapan produksi komoditas yang dilakukan oleh masyarakat industri kapitalis. Selain itu, disini juga terlihat bagaimana institusi ekonomi mempengaruhi proses produksi dalam media sehingga membentuk tampilan pesan yang demikian.
Dengan demikian, terdapat indikasi bahwa media televisi yang kapitalistik ini memungkinkan terjadinya pembentukan wacana seksualitas menjadi sebuah komoditas melalui proses produksi dan
konsumsi di dalam media t rsebut."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
S4059
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bustanul Arifin
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2000
401.43 BUS p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Alfajri Almard
"Penelitian mengenai praktek wacana (discourse practice) berita-berita tuntutan reformasi dengan fokus, kasus di RCTI dan SCTV periode 12 s/d 21 Mei 1998 dilakukan dengan penelitian kualitatif atau disebut juga dengan naturalistik atau alamiah (Bogdan & Biklen 1982:3).Disebut penelitian alamiah karena lebih menekankan pada kealamiahan sumber data (Moleong 1996:2).
Tujuan penelitian; berupaya mengungkap pola kerja redaksi SCTV dan RCTI dalam melakukan praktek wacana. Kemudian, bagaimana mereka melakukan transformasi aksi tuntutan reformasi ke dalam bentuk berita. Apakah dalam melakukan praktek wacana terjadi pertarungan ideologi dan apakah ada intervensi dalam proses produksi dan konsumsi teks.
Dengan menggunakan teori Kritik, tujuannya ialah mengungkap kebenaran kebenaran yang dianggap palsu (false consciousness) dari proses produksi dan konsumsi teks-teks RCTI & SCTV serta kaitannya dengan konteks sosial, ekonomi, politik dan budaya. lni disebabkan, kajian praktek wacana ialah telaah tentang proses produksi dan konsumsi yang dilakukan sebuah institusi media (Fairclough 1995:30).
Analisis mencakup tingkat teks, praktek wacana dan sociocultural practices. Untuk konteks teks di Iuar teks tertulis-dalam kaitan dengan televisi-juga meliputi aspek audio-visual dan teks yang diucapkan (spoken & written ). Konteks ketiga level ini dihubungkan oleh intertextuality (Fairclough 1995).
Penelitian memakai paradigma Kritik (Critical Theory) karena itu metodologinya ialah dialektis dan dialogis yaitu pengembangan diskusi antara peneliti dengan realitas obyek penelitian (Guba & Lincoln 1994:109). Data berasal atas data sekunder, wawancara dan observasi. Data sekunder diperoleh dengan meng-copy ulang berita-berita yang telah disiarkan RCTI & SCTV periode 12 s/d 21 Mei 1998. Lalu dilengkapi dengan wawancara mendalam dengan Ketua DPR/MPR Harmoko (tingkat institutional), societal--aktor reformasi Prof. Dr. Nurcholish Madjid dan tingkat mahasiswa; Rama Pratama. Observasi merupakan pengalaman subyektif penulis sebagai hasil pengamatan langsung di lapangan dan juga pengamatan langsung atas berita-berita yang disiarkan RCTI & SCTV.
Hasil penelitian menyimpulkan; praktek wacana di RCTI & SCTV dalam kondisi tidak siap menghadapi realitas yang berkembang cepat. Konflik terbuka dari pihak-pihak yang berkepentingan seperti; reporter, redaktur, manajemen dan owner tak terhindarkan terutama pada awal peristiwa 12 Mei 1998. Sikap profesionalisme wartawan dan profesionalisme pemilik sebagai pengusaha, telah mengubah kinerja praktek wacana terutama setelah terjadi penjarahan 14 Mei 1998 sampai peristiwa pengunduran diri Presiden Soeharto pada 21 Mei 1998.
Hasil penelitian lain menyimpulkan; RCTI & SCTV belum mampu mengungkap realitas aksi reformasi pada Mei 1998 tetapi masih terbatas pada tahap menggambarkan realitas yang sedang berkembang. Karena itu, kebenarannya perlu dipertanyakan. Selain itu, juga disimpulkan; perlu suatu kajian intensif oleh ilmuwan ilmu komunikasi untuk mendiskusikan alat ukur yang dapat dipergunakan menganalisis kaitan teks-teks berita dan penggunaan instrumen audio-visual dalam siaran berita di media televisi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indraswari Pangestu
"Penelitian ini membahas pandangan dan keberpihakan mahasiswa di Indonesia yang diutarakan dalam teks opini, terhadap pelegalan pernikahan sesama jenis di Amerika Serikat. Teori analisis wacana kritis dari Norman Fairclough diterapkan sebagai alat analisis utama. Adapun teori argumentasi dari Toulmin dan teori metafungsional dari Halliday digunakan untuk menunjang analisis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penulis opini menggunakan elemen argumen yang dinyatakan oleh Toulmin, yakni klaim, data, landasan, dukungan, modalitas, dan sanggahan. Selain itu, penulis teks juga memilih diksi dan menyusun gramatika untuk menekankan kebenaran. Terdapat tiga data yang digunakan untuk analisis. Berdasarkan ketiga analisis tersebut, dua mahasiswa dianggap cenderung berpihak kepada pelegalan pernikahan sesama jenis dan satu mahasiswa dianggap cenderung mendebat isu yang sama.

This study discusses the views and alignments of the students in Indonesia. Their opinion is expressed inside their text about the legalized same-sex marriage in the United States. The theory of critical discourse analysis of Norman Fairclough is applied as the main analysis tool. Toulmin's theory of argumentation and Halliday?s metafunctional theory are also being used to support the analysis.
The results showed that authors used the elements of argumentation expressed by Toulmin, such as claim, ground, warrant, backing, qualifier, and rebuttal. In addition, the author of the text also chose a unique diction and compiled-grammar to emphasize the truth. There are three data used for the analysis. Based on the analysis, two students considered likely to side with the legalization of same-sex marriage and one student is considered likely to debate the same issue.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S61766
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>