Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 179961 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Octaviani Indrasari Ranakusuma
"Peta dapat membantu seseorang dalam mengenali lingkungan sekitarnya dengan lebih cepat karena peta mampu menggambar suatu konfigurasi lingkungan hingga kita dapat mengetahui lingkungan tersebut dengan satu titik pandang. Anak kecil yang kemampuan kognitifnya terbatas kurang dapat memahami obyek dan hubungan-hubungan antar obyek dalam suatu ruang. Hal tersebut menyulitkan anak dalam menemukan jalan yang dapat membawanya kembali ke tempat semula (jalan pulang). Oleh karena itu, peta yang menggambarkan suatu lingkungan dengan hubungan-hubungan yang ada di dalamnya tentu akan sangat membantu anak dalam meningkatkan pengetahuan lingkungan sehingga ia akan lebih mudah menemukan jalan pulang. Peta untuk anak tidak dapat disamakan dengan peta orang dewasa. Anak yang kemampuan kognitif dan kemampuan membacanya terbatas akan sulit memahami peta yang sarat dengan simbol-simbol abstrak. Peta untuk anak kecil sebaiknya peta yang meminimalkan perbedaan antara obyek di lingkungan sebenarnya dengan yang tergambar pada peta (Presson, 1987). Anak akan dapat mudah mengenali obyek di lingkungan apabila obyek-obyek tersebut digambar dengan nama dan bentuk yang serupa (Dale, Blades dan Spencer dalam Matthews, 1992), Penelitian ini bertujuan untuk melibat pengaruh pengganaan peta terhadap pengetahuan lingkungan pada anak usia 5 hingga 6 tahun. Penggunaan peta diharapkan akan meningkatkan pengetahuan lingkungan anak yang diukur melalui skor keberhasilannya menemukan arah yang benar di setiap persimpangan dalam perjalanan kembali ke tempat semula (jalan pulang). Peta yang digunakan berukuran 46x48 cm dengan warna dan bentak diusahakan serupa dengan sebenarnya. Pengecilan ukuran tidak terlalu besar (kurang lebih 1:125). Pengujian bipotesa dilakukan dengan menggunakan disain penelitian one group prefest-posttest (Robinson, 1981) Dari hasil pengolahan data ditemukan bahwa penggunaan peta meningkatkan pengetahuan lingkungan pada anak usia 5 hingga 6 tahun. Rata-rata skor keberhasilan anak menemukan jalan pulang sebelum diberikan peta hanya 6,17 dan setelah diberikan peta meningkat menjadi 6,77. Selain peningkatan pengetahuan lingkungan, sebagai hasil tambahan terlihat bahwa jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap kemampuan anak menemukan jalan pulang baik sebelum diberikan peta maupun setelah diberikan peta. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah memaksimalkan kontrol dengan menggunakan kelompok kontrol dan pengkontrolan yang kuat terhadap tingkat intelegensi dan pengetahuan spasial yang telah dimiliki anak. Selain itu penelitian berikutnya dapat menggunakan rute yang lebih panjang dan peta yang lebih diperkecil skalanya. Untuk pengembangan penelitian mengenai pengetahuan lingkungan pada anak kecil, khususnya anak prasekolah, penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan subyek anak usia 4 tahun sebagai tahap awal dati masa transisi praoperasional. Pada para pengelola diharapkan menyediakan petal petunjuk untuk pengunjung kecilnya sehingga peristiwa anak tersesat dapat dikurangi. Sedangkan bagi para orangtua sebaiknya mengenalkan anak kepada bentuk dan simbol-simbol peta sejak dini sehingga anak akan trampil dalam menggunakan peta pada masa dewasanya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1996
S2697
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aryono Prihandito
Yogyakarta: Kanisius, 1988
526.8 ARY p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Peta-peta yang mencakup wilayah batas maritim antar negara sudah banyak dibuat dan diterbikan, baik oleh penerbitan lokal maupun penerbitan asing. Permasalahan yang ada adalah mengenai penulisan dan pemilihan nama geografis yang memerlukan suatu pengakuan politis kedaulatan suatu bangsa, keanekaragaman bahasa daerah, kesulitan transliterasi serta perbedaan-perbedaan ejaan yang ada, sangat berpangaruh pada rancunya sistem penulisan
Untuk membuat dan menerbitkan peta-peta yang mencakup kedaulatan negar lain, seorang kartografer atau pakar toponimi perlu hati-hati, mempunyai wawasan luas dan sikap netral dalam menentukan mana geografis pada peta yang akan dibuat.
Suatu tinjauan pada penulisan nama geografis di wilayah batas maritim antar negara mencakup beberapa alternatif yang disebabkan oleh kondisi geografis, politik dan kompleksitas bahasa-bahasa daerah di wilayah tersebut, akan diuraikan dalam tulisan ini dengan mengambil contoh wilayah Aia Tenggara dan beberapa rekomendasi dalam tulisan ini dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk memilih dan mementukan nama geografis pada pembuatan peta-peta dan dokumen-dokumen lai, terutama yang mencakup negara-negara tetangga. "
341 JBM 1:1 (2005)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ainun Keumala Meutia
"Penelitian eksperimental ini menguji efektifitas modul membaca peta terhadap keberhasilan anak usia 5 tahun dalam menemukan lokasi yang tertera di dalam peta. Pada modul membaca peta, dua konsep yang ditekankan adalah konsep birdeye view dengan tujuan anak mampu menerjemahkan bentuk bangunan ataupun patokan (landmark) jika digambarkan pada peta dan konsep mengartikan simbol pada peta.
Penelitian ini melibatkan 30 anak usia 5 tahun. Dibandingkan dengan anak yang tidak mendapatkan pengajaran modul membaca peta, anak yang mendapatkan pengajaran modul membutuhkan waktu yang lebih cepat dalam mengerjakan tugas, selain itu mereka juga lebih tepat dalam menemukan lokasi yang tertera di peta Saran untuk penelitian lanjutan mengenai membaca peta dan mencari lokasi pada anak mencakup mengefektifkan pengajaran membaca peta dan pengamatan perilaku yang muncul ketika anak membaca peta.

The research examined the effectiveness of map reading skill module in finding a place on the map for 5 year-old children. Two concepts were emphasized during lesson: firstly, concept of "bird eye view" which allowing children to be able to understand the form of the building and to recognize directly the landmark on map and secondly, the concept of understanding the symbols.
This research involved thirty children as subjects, divided into two groups, the experimental group (those with the lesson of map reading) and the control group (who received no mapreading lesson). The result of the research showed that the control group has difficulties to find a place on map and took longer time than the experimental group. Further research should take consideration in optimalizing the method of teaching the map-reading lesson and applying more behaviors to be observed as indicators of wayfinding behaviors."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
371.9 AIN e
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Joevarian
"Penelitian kali ini bertujuan untuk menemukan faktor pembentuk proses sekularisasi selain yang sudah ada dalam teori sebelumnya. Faktor itu adalah cognitive style tipe reflective. Dalam penelitian ini, dinyatakan hipotesis bahwa manipulasi cognitive style yang reflectiveakan mempengaruhi religious dan secular belief. Hipotesis ini dituangkan dalam dua studi. Studi pertama mencoba untuk menguji apakah ada perbedaan tingkat religious belief pada partisipan yang dimanipulasi untuk menyukai cognitive style tipe reflective dengan partisipan yang dimanipulasi untuk tidak menyukai cognitive style tipe reflective. Partisipan penelitian studi 1 berjumlah 56 orang mahasiswa Universitas Indonesia. Manipulasi antar kelompok pada studi kedua sama seperti studi pertama, namun variabel terikat yang diukur adalah secular belief. Partisipan penelitian studi 2 berjumlah 64 orang mahasiswa Psikologi Universitas Indonesia. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh manipulasi cognitive style tipe reflectiveterhadap religious belief, tetapi ada pengaruh terhadap secular belief. Model sekularisasi kemudian dirumuskan, dimana sekularisasi lebih berhubungan dengan secular belief daripada religious belief. Dengan demikian, cognitive style tipe reflective, menjadi faktor yang bisa mempengaruhi proses sekularisasi.

Present study aims to find factor that can shape the process of secularization other than what previous theory mentioned. The factor is named reflective cognitive style. Hypothetically, manipulation of reflective cognitive style should influence religious and secular belief. This hypothesis is manifested within two studies. First study aims to answer whether there is difference on religious belief between participants that is given manipulation that favor reflective cognitive style and participants that is given manipulation that dislike reflective cognitive style. For this study, the samples are 56 college students of Universitas Indonesia. Manipulation for second study is no different with first study. But for second study, secular belief is measured as dependent variable. The samples are 64 college students of Faculty of Psychology Universitas Indonesia. Statistical test shown that there is no effect of reflective cognitive style manipulation on religious belief, but there is effect on secular belief. Secularization model, are thus, being formulated. In this formulation, secularization is linked with secular belief but not with religious belief. And so, reflective cognitive style became one factor that can influence secularization process.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56781
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yeongseon, JO
Jakarta: Elex Media Komputindo, 2019
526.09 YEO w
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Djakarta: Lembaga Bahasa Nasional Dirjen Kebudayaan Depdikbud, 1972
912.14 LEM p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 1997
R 016.912 598 KAT 1997 (1)
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>