Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 129913 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"The impact of global food security varies in many countries depending on their economic structure and regulations. This article argues that in Indonesia, the food security issue poses more economic challenge rather than opportunity due to its unbalanced liberalizations policy...."
DIPLU 3 : 3 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Suharso Halim
"Skripsi ini membahas tentang reformasi negara sosialis dalam sudut pandang ekonomi politik dari negara bersistim ekonomi sosialistis bergeser menjadi sistim ekonnmi yang cenderung kapitalistis. Sebagai studi kasus dipilih Republik Rakyat Cina karena beberapa alasan relevansinya. Reformasi ini melanda hampir semua nogara komunis, menyusul fenomena ekonomi politik dalam dua dekade terakhir di mana peran sektor negara dalam perekonomian di negara berkembang cenderung menurun.
Tujuan studi ini adalah mengkaji motivasi ditempuhnya reformasi, apa dan bagaimana reformasi yang dilakukan serta bagaimana dampaknya terhadap perekonomian. Torutama reformasi ini dibahas dalam kerangka privatisasi yang meliputi denasionalisasi, deregulasi sorta desentralisasi.
Mengingat khasnya sebuah perekonomian sosialis, maka diuraikan terlebih dulu bagaimana keadaan Cina sebelum ditempuhnya reformasi pada tahun 1978 oleh Deng Xiaoping. Terutama dideskripsikan gambaran sebuah perekonomian sosialis dengan indikator serta pembagian sektor ekonominya di mana tidak dikenal mekanisme pasar, dianut Perencanaan sentralisasi oleh negara, adanya pemilikan yang kolektif, serta paham egaliter.
Motivasi Cina melakukan reformasi adalah ak4hat gagainya sistim sosialis memajukan perekonomiannya. Hal ini terlihat pada rendahnya tingkat pertumbuhan Ekonomi, menurunnya.pendapatan nasional, ambruknya pertanian sebagai lahan keria sebagian besar rakyat, beratnya beban pengeluaran negara, terjadinya ingfisiensi, rendahnya produktivitas, serta ditempunnya cara kekerasan oleh negara. Sebeium ditempuh reformasi ekonomi, dilakukan lebih dulu reformasi ideologi. 'Perdebatan ideologis meliputi pertanyaan diseputar mekanisme atau perencanaan sentralisasi oleh negara atau tidak, kompetisi atau tidak serta disentralisasi atau tidak. Dalam perdebatan ideologis ini mulai diperkenalkan mekanisme pasar beserta segala pendekatannya.
sendiri ditempuh baik di sektor portanian, industri, maupun dalam kebijakan ekonomi luar negeri. Terlihat jelas bahwa Cina melakukan reformasinya secara bertahap dengan menerapkan sequencing reformasi. Reformasi ditempuh dencian kebijakan makro yang komprehensif. Secara ringkas Cina telah mengijinkan pemilikan pribadi di sampinq pemilikan kolektif, menggunakan kekuatan pasar dalam penentuan.harga dan alokasi barang selain tetap mengutamakan perencanaan sentral, serta mencoba memakai insentif materi untuk merangsang produktivitas.
Namun dalam kerangka privatisasi, walaupun terjadi denasionalisasi dari perusahaan negara kepada badan otonom, perubahannya bejumlah signifikan. Sebagian besar industri masih menjadi milik negara. Demikian pula, karena baru mulai diperkenalkan kompetisi pasar, deregulasinya masih jauh dari signifikan. Posisi pemerintah pusat tetap dominan, desentralisasi yang ditempuh belumlah maksimal.
Meskipun demikian, tidak dapat disangkal bahwa reformasi di Cina mampu meningkatkan prestasi perekonomiannya baik secara makro maupun mikro. Suksesnya reformasi tersebut karena Cina memprioritaskan industri dengan sangat memperhatikan kemajuan sektor pertanian. Sektor-sektor di mana investasi yang terbatas dapat menghasilkan pertumbuhan yang cepat, seperti industri ringan dan medium, diprioritaskan. Hasilnya adalah pesatnya pertumbuhan sektor pertanian sehingga sebagaian besar rakyat ikut menikmati hasil reformasi. Dirangsang pula adanya investasi asing dengan segala fasilitasnya.
Akibatnva reformasi didukung kuat rakyatnya sendiri. Setelah petani diangka€, pekerja dan manajer juga ditingkatkan upahnya, serta diraih pula dukungan militer. Adanya zone ekonomi khusus juga merupakan picu keberhasilan reformasinya.
Bagi indonesia yang ternyata memiliki karakteristik ekonomi hampir sama dengan RRC, Cina merupakan kompetitor dalam berbagai upaya untuk merangsang investasi asing, meningkatkan perdagangan luar negeri serta meningkatkan industrinya. Indonesia masih harus melanjutkan langkah-langkah privatisasi (deregulasi dalam istilah umum di Indonesia) nya secara kons,isten untuk mampu munghadapi tantangan baru dalam era globalisasi ini. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1993
S18608
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nyoto Widodo
"Penelitian yang tertuang dalam tesis ini mengungkap banyak mengenai ketimpangan (disparitas) regional ekonomi dan tenaga kerja di Indonesia selama 1995-2003. Seperti diketahui bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah pulau sangat banyak akan berpotensi besar melahirkan ketimpangan. Ketimpangan tersebut bisa muncul karena adanya perbedaan potensi Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) antar regional, kemudian diperburuk lagi oleh minimnya sarana transportasi dan komunikasi antar regional. Faktor lainnya yang sangat besar pengaruhnya adalah kebijakan pemerintah pusat maupun daerah yang tidak pro-pasar seperti munculnya peraturan atau Perda (Peraturan Daerah) yang menghambat investasi, ketldak pastian hukum, dan lain sebagainya.
Tenaga kerja terdidik (TTD) merupakan kelompok tenaga kerja yang mempunyai potensi dan kemampuan besar menghasilkan output. Kelompok ini merupakan tenaga kerja yang berpendidikan minimal SLTA/sederajat dan mempunyai tingkat produktivltas tinggl. Kelompok ini semakin menunjukan peranannya daiam perekonomian di Indonesia, terutama periode pasca krlsis dimana recovery perekonomian Indonesia berlangsung. Walaupun jumlahnya relatif tidak banyak, yaitu sekitar 23 persen dari total tenaga kerja Indonesia, hasil penelitian mengungkapkan bahwa keterkaitan mereka dengan pertumbuhan PDB maupun PDRB propinsi di Indonesia cukup erat.
Pengaruh TTD yang cukup signifikan terhadap perekonomian regional ini membawa berbagai implikasi, diantaranya adalah ketimpangan dari sebaran TTD akan berpengaruh pula terhadap ketimpangan perekonomian regional. Ketimpangan yang serius ini terutama muncul antara regional Jawa dengan regional Luar Jawa, atau regional IBB (Indonesia Bagian Barat) dengan regional IBT (Indonesia Bagian Timur).
Belajar dari pengalaman sebelumnya, konflik antar daerah sebagian besar dipicu oleh masalah ekonomi, seperti pembagian hasil yang tidak adil, tenaga kerja Iokal banyak menganggur, dan lainnya. Konflik dari masalah ekonomi ini kemudian meluas menjadi konflik sosial, politlk dan budaya, dan pada akhirnya menghasilkan situasi krisis. Konflik ini bukan suatu keniscayaan dan mengakibatkan permasalahan besar dikemudian hari bagi keutuhan NKRI. Oleh sebab itu ketimpangan dalam bidang ketenagakerjaan maupun perekonomian regional seharusnya menjadi prioritas pemerintah dalam meratakan pembangunan di Indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T17081
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Tiara Kencana Ayu
"

Studi yang meneliti hubungan antara harga minyak dunia dan harga komoditi pangan di pasar domestik masih jarang ditemukan. Dengan membuat Model Panel Data dari 34 provinsi di Indonesia pada tahun 2010-2017, studi ini bertujuan untuk menginvestigasi pengaruh perubahan harga minyak dunia terhadap beberapa harga komoditi pangan lokal (kedelai,import, kedelai lokal, beras lokal, dan jagung lokal). Penelitian sebelumnya menemukan bahwa harga komoditi pangan lokal di beberapa negara tidak dipengaruhi oleh harga minyak dunia; akan tetapi, penelitian ini, dengan mengendalikan faktor – faktor lainnya yang dapat mempengaruhi harga pangan lokal, menemukan hasil yang berbeda. Hasil dari studi ini mengindikasikan bahwa harga minyak dunia dapat mempengaruhi harga pangan lokal di Indonesia melalui tingginya biaya pengiriman pada aktivitas impor. Selain itu, harga komoditi pangan dunia juga terbukti dapat mempengaruhi harga seluruh komoditi pangan lokal yang diteliti, yang mengimplikasikan bahwa harga komoditi pangan di Indonesia dipengaruhi oleh kondisi pasar internasional. Hasil dari studi ini memberikan masukan bagi pembuat kebijakan di Indonesia untuk mempertimbangkan perubahan harga minyak dunia dan harga komoditi global dalam menstabilkan harga komoditi lokal di Indonesia, terutama komoditi yang diimpor.

 


Globally, studies examining the nexus between global crude oil price and food commodity prices in domestic markets are scant. Employing panel data model of 34 provinces in Indonesia from 2010 - 2017, this study investigates the impact of global crude oil’s price change on some local food commodity prices (imported soybean, local soybean, local rice, and local maize). Previous studies found that local food commodity prices in some countries were not affected by global crude oil prices; however, this study, by controlling other factors which could affect local commodity prices, finds different results. This study’s findings indicate that global crude oil price could affect local commodity prices in Indonesia due to higher shipping cost in import activity. In addition, global commodity prices are also proved to affect all commodities examined in this study which implies that local food commodity prices in Indonesia are influenced by international market. The results of this study provide input to policymakers in Indonesia to consider the movement of global crude oil price and global commodity prices in stabilizing local food commodity prices in Indonesia, especially the imported commodities.

 

"
2019
T52885
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugiharso Safuan
"The study examines saving behavior in ASEAN 5+3 namely Indonesia, Malaysia, Singapore, Thailand, Philippines, Japan, Cina, and Korea during 1991-2007 and its implication toward global imbalances. By using fixed effect panel data regression, this research shows that government spending, interest rate and inflation, financial development through private domestic credit and stock market capitalization along with the 1997 Asian crisis significantly affect the saving behavior. As a result, a macroeconomic stability through interest rate and inflation, the reinforcement of financial development and crisis anticipation policy are required to support global rebalancing through global saving redistribution.

Studi ini membahas perilaku tabungan negara-negara ASEAN 5+3, yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Jepang, Cina, dan Korea, dan implikasinya terhadap ketidakseimbangan global. Dengan menggunakan regresi data panel fixed effect, kajian ini menunjukkan bahwa indikator skal belanja pemerintah, indikator makroekonomi suku bunga dan inflasi, indikator perkembangan berupa finansial kredit domestik swasta dan kapitalisasi pasar saham serta krisis Asia 1997 secara signifikan memengaruhi perilaku tabungan. Implikasinya adalah stabilitas makroekonomi melalui inflasi dan suku bunga serta pengembangan pasar finansial dan kebijakan antisipasi krisis diperlukan untuk mendorong penyeimbangan global kembali melalui redistribusi tabungan dunia."
2012
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Alfado Agustio
"Kejadian krisis ekonomi 2008 yang melanda negara-negara global termasuk Indonesia, mendorong Bank Indonesia dan pemerintah perlu mempersiapkan tindakan antisipatif dalam menjaga stabilitas pasar keuangan dan perekonomian. Atas dasar tersebut, penelitian ini berupaya mengukur respon instrumen di pasar keuangan dan perekonomian akibat gejolak ekonomi global.
Variabel nilai tukar rupiah dan indeks saham merupakan variabel yang mewakili pasar keuangan, sementara variabel indeks produksi mewakili perekonomian. Untuk variabel global, penulis memilih fed fund rate, volatility index dan harga minyak global. Penelitian ini menggunakan metode Vector Error Correction Model Exogenous Variable (VECM-X).
Semua variabel global diposisikan sebagai variabel eksogen, sementara nilai tukar rupiah, indeks saham dan indeks produksi merupakan variabel endogen. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa, respon pasar keuangan dan perekonomian cukup tinggi akibat adanya gejolak dari ekonomi global. Ini menjadi landasan bagi pemerintah untuk menyusun kebijakan guna menjaga stabilitas pasar keuangan dan perekonomian Indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T52083
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Srisinto
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Inflasi dan IPM terhadap pertumbuhan ekonomi baik secara parsial maupun simultan. Selain itu juga menganalisa pengaruh inflasi, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan baik secara parsial maupun simultan. Dari pengujian regresi dapat diketahui bahwa inflasi secara parsial mempunyai pengaruh negatif sebesar -0,772 dan IPM -0,703 terhadap pertumbuhan ekonomi, dengan taraf signifikansi sebesar 0,007 < 0,05 dan 0,010 < 0,05. Sementara itu Inflasi, IPM dan pertumbuhan ekonomi secara parsial mempunyai pengaruh masing-masing sebesar -0,075; -0,927; 0,115 terhadap kemiskinan dengan taraf signifikansi masing-masing sebesar 0,705; 0,006; 0,615. Untuk nilai signifikansi Inflasi dan pertumbuhan ekonomi ( 0,075 dan 0,615 > 0,05) berarti pengaruh secara individu atau parsial inflasi dan pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan tidak signifikan. Sedangkan pengaruh variabel IPM terhadap kemiskinan mempunyai signifikansi sebesar 0,006 < 0,05 maka variabel IPM secara individu atau parsial berpengaruh negatif dan signifikan. Pengaruh simultan antara inflasi dan IPM terhadap pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari nilai F sebesar 14,644 dengan signifikansi 0,008 < 0,05. Hal ini berarti inflasi dan IPM secara bersama-sama atau simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Begitu juga inflasi, IPM dan pertumbuhan ekonomi secara bersama-sama atau simultan berpengaruh positif dan signifikan , hal ini dapat dilihat dari nilai F = 49,774 dengan signifikansi sebesar 0,001 < 0,05. Nilai R Square 85,4% (persamaan sub-struktur I) menunjukan bahwa inflasi dan IPM memiliki sumbangan terhadap naik turunnya pertumbuhan ekonomi sebesar 85,4%, sedangkan sisanya 14,6% dipengaruhi oleh variabel lain. Begitu juga nilai R Square 97,4% (persamaan sub-struktur II) menggambarkan bahwa inflasi, IPM dan pertumbuhan ekonomi memiliki sumbangan terhadap naik turunnya kemiskinan sebesar 97,4%, sedangkan sisanya 2,60% dipengaruhi oleh variabel lain."
Sragen: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Penelitian dan Pengembangan, 2018
306 SUK 2:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Food and Agriculture Organization (FAO) estimated that 925 million people are in the state of chronic lunger in 2010. The World was struck by food, financial and environmental crisis in 2007-2008, and climate change has been exacerbating the situation of hunger. New problems and challenges emerged..."
DIPLU 3 : 3 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>