Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 155204 dokumen yang sesuai dengan query
cover
DIPLU 5(1-2)2013
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dodi Prananda
"Tulisan ini membahas ruang publik sebagai tempat untuk arena berdebat dan menyampaikan gagasan bagi setiap orang. Namun, dalam konteks hari ini, ruang publik tidak lagi semata ruang dalam artian fisik, tetapi juga ruang di ranah virtual. Di ruang publik di media sosial, komunikasi face-to-face tidak lagi berlaku, termasuk jarak komunikasi seperti ruang publik dalam artian fisik. Sebagai ruang publik, media sosial seperti Facebook, Twitter, Path, dan Kompasiana bersifat bebas akses dan menjadi tempat bertemunya berbagai ekspresi, gagasan dan pendapat.
Dalam tulisan ini dibahas lima kasus penggunaan ranah publik di media sosial, meliputi kasus Florence di Path, kasus penghinaan Jokowi di Facebook, kasus penghinaan Ahok di Twitter, kasus Prita dan RS Omi dan kasus Jilbab Hitam. Kasus tersebut menggambarkan bahwa meskipun prinsip kebebasan menyampaikan pendapat di ruang publik berlaku, pengguna bukan berarti dapat menyampaikan opini yang merugikan individu, kelompok atau institusi lain. Opini yang disampaikan tidak mengandung provokasi, baik berbentuk trolling ataupun flaming, sehingga pengguna tidak terjerat kasus hukum. Kasus penggunaan ruang publik dapat menciptakan sebuah gerakan sosial yang dijalankan para pengguna ruang publik. Sifat gerakan sosial tersebut bisa mendukung ataupun menjatuhkan subjek.

This paper explains about public sphere as the place for debatting and giving the idea for everyone. But, in today’s context, public sphere is not only a sphere in physical way, but also virtual way. In social media, it is no longer effective for face to face communication, including distance as is found in public sphere. As public sphere media, social media like Facebook, Twitter, Path and Kompasiana have free access and become a place where any expressions, ideas and opinions meet.
In this paper, discussion is made regarding five cases related to the use of public sphere in social media including Florence case in Path, Jokowi humiliation on Facebook, Ahok humilation on Twitter, Prita and Omni Hospital case and also Jilbab Hitam case. The cases reveal that inspite of the principle of freedom of expression in public sphere, social media users are not meant to convey any opinion that may harm an individual, group or institution. Opinion delivered does not contain any provocations, either “trolling” or “flaming” so that the user will not be legally or lawfully caught. Cases of the use of public sphere may bring about a social movoment by public sphere users. The nature of this social movement may either support or bring down the subject.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Ardhianto
"ABSTRAK
Pasca kejatuhan rezim orde baru, pendapat bahwa hanya ada satu media yang menjadi relung publik untuk saluran mengartikulasikan identitas tidak lagi relevan. Dalam konteks masa ini, individu/kelompok memiliki kekuasaan dan otoritas untuk mempublikasikan dan mengartikulasikan aspirasi politik dan kultural melalui aneka saluran dan dengan beragam narasi. Gejala tersebut berperan dalam kemunculan ragam relung publik yang terbangun dari mode partisipasi politik baru pasca orde. Tulisan ini hendak menganalisis konsekuensi keragaman narasi dan berbagai saluran media tersebut terhadap kelompok keagamaan di kota besar di Indonesia yang ternyata menciptakan relung publik sendiri berbasiskan interpretasi dan praktik politik mereka sendiri, yang dalam konteks kontemporer menggunakan sejarah narasi mengenai Ummat, gejala kontemporer dari kewarganegaraan, dan kebudayaan popular. Mengambil kasus dari kemunculan gerakan keagamaan popular #IndonesiaTanpaJIL, yang hadir melalui media sosial (twitter, facebook, dan Youtube) oleh kalangan aktivis tarbiyah, beberapa seniman kelas menengah, dan wiraswastawan di Jakarta dan Bandung, tesis ini hendak mengulas bagaimana gerakan ini secara kreatif memainkan dan mempertahankan narasi mengenai ummat yang dikemukakan kelompok Islam revivalis dengan isu kewarganegaraan dan kebangsaan melalui materi kebudayaan popular perkotaan yang berorientasi pasar. Apropriasi narasi tersebut telah menciptakan ideology keagamaan dan kesalehan disebarkan melalui modalitas dan mode sirkulasi dari komoditi kebudayaan popular. Dengan melakukan hal tersebut, mereka menciptakan relung publik mereka sendiri melalui kontradiksi-kontradiksi berbagai narasi dan posisi identitas tersebut. Fenomena ini menunjukan bagaimana subjek keagamaan dihadirkan dalam bentuk sekular kebudayaan popular di perkotaan, dan melaluinya mereka melakukan politik penciptaan publik diantara berbagai relung publik keagamaan di Indonesia.

ABSTRACT
In the aftermath of Indonesia New Order regime, the notions of single media public sphere as the only channel of identity articulation became irrelevant since every individuals/groups has authority to publish and articulate their political and cultural aspiration in diverse historical discourses and through a more diverse and egalitarian media technology (internet and social media). This writing try to explain how those multiple public sphere, influenced by socio-political changes and media technology revolution, have influenced certain religious groups in major cities of Indonesia to articulate particular practice of citizenship and religious identity in urban context. This research had shown how certain religious group that based on social media interaction had create their own public sphere based on their own interpretation of Islamic religiosity, citizenship, and popular culture. Taking case on the emerging popular-religious movement of #IndonesiatanpaJIL, that were arise from social media sites (Twitter, Facebook, and Youtube) by political Islam activist, middle class artist, and entrepreneur from urban Jakarta and Bandung, this thesis examined how this movement is creatively playing Islamic discourse and the notions of nationalism/citizenship through Indonesian urban pop culture materiality and market oriented public spaces. The appropriation of religiosity, citizenship, popular culture discourse, and its materiality has creating religious ideology and piety that spread trough popular culture material modality and modes of circulation. These phenomena had shown how religious subject articulate faith and piety in secular form of popular culture in urban Indonesia, and by doing so produce their own public in examining the changing context of religious-political life in Indonesia."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hary Hadiansyah
"Country Brand Index (CBI) Indonesia yang dirilis oleh Lembaga Future Brand pada tahun 2012 berada di urutan 78 di antara 118 negara, lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnya. CBI merupakan indeks persepsi global tentang citra sebuah negara di seluruh dunia yang ditinjau dari aspek budaya, industri, ekonomi dan kebijakan publik.
Kementerian Luar Negeri telah melakukan sejumlah upaya peningkatan citra Indonesia melalui diplomasi publik, di antaranya dengan pemanfaatan media sosial. Namun, pemanfaatan media sosial tersebut masih belum optimal, di antaranya dapat terlihat dari masih rendahnya popularitas akun media sosial Kementerian Luar Negeri.
Penelitian dilakukan dengan metodologi penelitian kualitatif. Data dikumpulkan melalui wawancara semi-terstruktur terhadap pejabat Kemlu dan pakar media sosial, serta observasi terhadap kegiatan diplomasi publik dan media sosial Kementerian Luar Negeri. Analisis data dilakukan dengan analisis SWOT, McKinsey’s 7S, dan PEST. Penentuan prioritas strategi dilakukan dengan menggunakan QSPM.
Penelitian ini berhasil mengidentifikasikan 5 kekuatan, 9 kelemahan, 8 peluang, dan 6 ancaman yang dimiliki oleh Kementerian Luar Negeri. Analisis terhadap faktor-faktor tersebut menghasilkan 17 strategi pemanfaatan media sosial yang dipetakan ke dalam 6 sasaran strategis. Seluruh strategi tersebut kemudian dituangkan dalam suatu rencana kerja untuk rentang waktu tiga tahun. ;Country Brand Index (CBI) released in 2012 by the Institute of Future Brand renked Indonesia at 78th among 118 countries. It is lower than the rank previous years. CBI is an index of global perception of the image of a country in the world in terms of cultural, industrial, economic and public policy.
The Ministry of Foreign Affairs has made a number of efforts to improve Indonesia's image through public diplomacy, including with the use of social media. However, the use of social media is not optimal yet, which can be seen from the low popularity of the Ministry’s social media accounts.
The study was conducted with qualitative research methodology. Data were collected through semi-structured interviews to the Ministry officials and social media experts, and observations to the Ministry’s public diplomacy and social media activities. Data analysis was performed with SWOT, McKinsey's 7S, and PEST. Strategy prioritization was determined using QSPM.
This research had identified 5 strengths, 9 weaknesses, 8 opportunities, and 6 threats owned by the Ministry. The analysis of those factors resulted in 17 social media strategies that mapped into 6 strategic objectives. The whole strategy is then poured in a work plan for a three-year period.

Country Brand Index (CBI) released in 2012 by the Institute of Future Brand renked Indonesia at 78th among 118 countries. It is lower than the rank previous years. CBI is an index of global perception of the image of a country in the world in terms of cultural, industrial, economic and public policy.
The Ministry of Foreign Affairs has made a number of efforts to improve Indonesia's image through public diplomacy, including with the use of social media. However, the use of social media is not optimal yet, which can be seen from the low popularity of the Ministry’s social media accounts.
The study was conducted with qualitative research methodology. Data were collected through semi-structured interviews to the Ministry officials and social media experts, and observations to the Ministry’s public diplomacy and social media activities. Data analysis was performed with SWOT, McKinsey's 7S, and PEST. Strategy prioritization was determined using QSPM.
This research had identified 5 strengths, 9 weaknesses, 8 opportunities, and 6 threats owned by the Ministry. The analysis of those factors resulted in 17 social media strategies that mapped into 6 strategic objectives. The whole strategy is then poured in a work plan for a three-year period.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2014
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aliya Hasnaranti
"ABSTRACT
Sekarang, tidak bisa dihindari untuk tidak menggabungkan kegunaan media sosial (medsos) di gaya hidup kita. Seiring dengan itu, dan pertumbuhan berkelanjutannya jumlah pengguna medsos, banyak bisnis yang telah mempergunakan medsos sebagai salah satu media untuk periklanan. Namun, peneliti menyatakan bahwa, pengguna medsos telah memberikan reaksi negatif terhadap iklan-iklan yang terpajang di medsos. Pengguna medsos merasa periklanan di medsos merupakan hal yang mengganggu, dll., hal ini menyebabkan terbentuknya persepsi dan sikap negatif terhadap iklan  di medsos. Akan tetapi, sekarang, kejadian dimana pengguna medsos meninggalkan atau telah berhenti memakai medsos, telah menjadi tren global. Fenomena yang tidak bersandingan ini telah mengarahkan peneliti untuk mengeksplorasi pengaruh signifikan persepsi dan sikap negatif terhadap iklan di medsos kepada kecenderungan pengguna untuk meninggalkan media sosial. Berkaitan dengan itu, negara-negara dengan tingkat individualisme yang tinggi memiliki kecenderungan untuk bepersepsi dan memiliki sikap negatif terhadap periklanan di medsos. Oleh karena itu, penelitian ini secara bersamaan menyelidiki pengaruh tingkat individualisme antara dua negara, Indonesia dan Belanda, pada kecenderunhan pengguna untuk meninggalkan media sosial. Meskipun hasil studi komparatif berikut tidak signifikan, penelitian ini memberikan bukti bahwa periklanan di media sosial adalah salah satu alasan pengguna medsos cenderung meninggalkan medsos. Selain itu, tingkat individualisme sebuah negara tidak memperkuat bukti dan tidak menyebabkan pengguna untuk meninggalkan media sosial. "
2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andiniya Komalla Parawita
"Tesis dibawah ini menganalisa tentang pengaturan "soft power" yang di lakukan oleh Amerika Serikat kepada warga di Timur Tengah pada saat "revolusi Arab Spring" di tahun 2010 terjadi. Kasus Arab Spring yang terlaksana di Timur Tengah yang juga termasuk di wilayah Mesir dan Tunisia mempengaruhi atmosfir politik di banyak negara. Saat Arab Spring terjadi, Internet memiliki peranan dan kontribusi yang besar dalam hal menyemangati para aktivis yang terlibat dalam usaha menggeser otoritas di Timur Tengah kini. Tipe soft power yang akan difokuskan pada diskusi ini adalah sosial media, yang juga termasuk bagaimana cara mereka menstrategikan atau menggunakannya dan bagaimana hal ini mempengaruhi para penduduk yang mereka targetkan. Media sosial, salah satu elemen pada Internet, sangat membantu lancarnya penyebaran informasi dikarenakan oleh kelebihannya, yakni bebas biaya, cepat, dan transparan, yang membuat acara ini mencapai banyak target dalam waktu yang singkat pula. Sosial media bukanlah alasan revolusi terjadi, namun sosial media membantu menghantarkan pesan-pesan yang ingin disampaikan oleh orang-orang yang ikut berpartisipasi dalam acara ini, seperti aktivis yang pro akan demokrasi, dan juga Amerika Serikat, secara efektif, dan pada saat yang bersamaan, mengumpulkan dan menyemangati publik untuk mempromosikan upaya ini secara global melalui ?user-generated content? atau konten yang disediakan oleh pengguna. Meskipun Arab Spring tidak berakhir seperti yang diinginkan oleh Amerika Serikat, yaitu menyebarluaskan demokrasi dan membebaskan Timur Tengah, namun pada akhirnya, sosial media sudah cukup kuat untuk mengantarkan mereka cukup jauh selama Arab Spring berlangsung. Karya tulis ini akan berargumen bahwa sosial media berperan besar dalam menggulingkan banyak diktator selama kampanye.
The following thesis examines the soft power management implemented by the United States towards the Middle East public during the ?Arab Spring Revolutionary Wave? that took place in 2010. The Arab Spring consisted of demonstrations, protests, riots and civil wars happening in Middle East including Egypt and Tunisia, affecting the political air of the Arab League countries and its surroundings. During the events, Internet played a big role and contribution in encouraging the involving activists in overthrowing the ruling authorities. The type of soft power that will be focused in this discussion is social media, which includes how they apply it, why do they use it, and how much it influenced their target audience. Social media, one of the elements in Internet, highly supported the spread of information due to its advantages such as free of cost, high-speed, and open access, making the events reaching massive audiences within a flash. Social media is not the reason of revolution, yet it delivered the messages effectively as desired by the involving actors, such as the prodemocracy activists and pro-United States, and at the same time, gather and encourages the public to promote the events globally through user-generated content. Regardless the fact that it did not end as how United States wanted, which was spreading democracy and liberating the Middle East, social media was strong enough to be the powerful amplifier for the Arab Spring movement in influencing people to question the leadership of ruling governments. This thesis argues that social media functions as influencing media channel in the toppling of many dictators as the result of the revolutionary wave."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriella Thalita
"Masyarakat dapat dengan mudah memperoleh informasi mengenai vaksinasi COVID-19 dari berbagai sumber yang ada. Kementerian Komunikasi dan Informatika dipercaya untuk memberikan informasi vaksinasi COVID-19 yang akurat kepada publik. Salah satu alat yang digunakan oleh humas pemerintah untuk memberikan informasi terkait vaksinasi adalah Instagram @Kemenkominfo. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh penggunaan media sosial Instagram oleh humas pemerintah terhadap kepercayaan publik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik pengambilan sampel non probabilita. Pengambilan data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner daring dan terdapat 222 responden dengan rentang usia 18 – 25 tahun yang pernah mendapatkan informasi vaksinasi dari Instagram feed @Kemenkominfo. Hasil menunjukkan adanya pengaruh positif terhadap penggunaan media sosial Instagram terhadap kepercayaan publik. Pengaruh penggunaan media sosial Instagram @Kemenkominfo hanya mencapai tahap kognitif. Saran dari penelitian ini agar humas pemerintah dapat menggunakan media sosial Instagram hingga memberikan pengaruh komunikasi pada tahap afektif dan konatif.

The public can easily obtain information about COVID-19 vaccination from various available sources. The Ministry of Communication and Information Technology is trusted to provide accurate COVID-19 vaccination information to the public. One of the tools used by government public relations to provide information related to vaccination is Instagram @Kemenkominfo. This study aims to see the effect of the government's use of social media Instagram on public trust. This study uses a quantitative approach with non-probability sampling technique. Data collection was carried out through the distribution of bold questionnaires and there were 222 respondents with an age range of 18-25 years who had received vaccination information from the @Kemenkominfo Instagram feed. The results show that there is a positive influence on the use of Instagram social media on public trust. The effect of using social media Instagram @Kemenkominfo only reaches the cognitive stage. Suggestions from this study are that government public relations can use Instagram social media to influence communication at the affective and conative stages.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Farhandika
"Media sosial memungkinkan setiap orang untuk berbagi informasi dan itu termasuk ekstremis agama dan kelompok sayap kanan. Pada akhir 2010-an dan awal 2021, Negara Islam (IS) dan gerakan QAnon telah menggunakan media sosial untuk mendapatkan pendukung di seluruh dunia. Kajian ini untuk menganalisis blok fondasi media sosial yang memungkinkan narasi-narasi tersebut dirilis. Melalui tinjauan pustaka dari berbagai jurnal akademik yang didukung oleh liputan media, penelitian ini menunjukkan bahwa media sosial memiliki fasilitas dalam grouping, sharing, dan conversing. Raksasa media sosial secara aktif mengatur konten yang berisi materi yang terkait dengan ekstremisme dan gerakan sayap kanan. Namun demikian, ini menunjukkan bahwa media sosial terbukti efektif untuk menyebarkan ideologi tersebut dan tindakan untuk mencegah penyebaran ide-ide ini diperlukan dan platform media sosial yang mengatur konten ini sendiri terbukti tidak cukup, karena ekstremis dan jauh-radikal kanan dapat pindah ke platform lain.

Social media allows everyone to share information and that includes religious extremists and far-right groups. In late 2010s and early 2021, the Islamic State (IS) and the QAnon movement have used social media to gain supporters worldwide. This study is to analyze the foundation block of social media that allows these narratives to be released. Through literature reviews of various academic journals supported by media coverage, the study has shown that social media’s facility in grouping, sharing, and conversing. Social media giants have actively self-regulating contents containing materials related to extremism and far-right movements. Nevertheless, this has shown that the social media is proven to be effective to spread these ideologies and actions to prevent the spreading of these ideas is necessary and social media platforms self-regulating these contents are proven to be not enough, as extremists and far-right radicals are able to move to other platforms."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Tyan Ludiana Prabowo
"

Penelitian ini berusaha mendeskripsikan upaya-upaya Divisi Humas Polri dalam meningkatkan reputasi dan legitimasi Polri melalui unggahan instagram @Divisihumaspolri. Sejak diluncurkan tahun 2015, Instagram Divisi Humas Polri menjadi salah satu intrumen humas yang menjangkau publik secara luas dan intens. Penelitian ini menggunakan teori legitimasi, teori reputasi , dan government PR. Metode yang digunakan adalah analisis isi Krippendorf, dimana peneliti menggunakan dua coder untuk menganalisis unggahan akun instagram @Divisihumaspolri tanggal 1 Januari 2018 hingga 30 Juni 2018 berdasarkan buku kerja yang telah disusun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya upaya Humas tersebut mendapatkan atensi yang baik dari publik dalam meningkatkan legitimasi dan reputasi organisasi Polri.

 


This research  describes the efforts of Indonesian National Police’ Public Relations Division to improve the reputation and legitimacy of the Indonesian National Police through uploading contents in Instagram @Divisihumaspolri. Since 2015, PR Division of Indonesian National Police launch their official Instagram account and reach wider feedback from public. This study uses legitimacy theory, reputation theory, and government PR. The method used is Krippendorf content analysis, where the researcher used two coders to analyze uploads of @Divisihumaspolri Instagram accounts from January 1, 2018 to June 30, 2018 based on the workbook that had been compiled. Results shows the efforts of Public Relations Division got good impressive from the public and increasing the legitimacy and reputation of the organization of the National Police.

 

"
2019
T53237
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Taufiq Yogaprasetyo
"Penelitian ini membahas mengenai dinamika dramaturgi dalam penggunaan media sosial Path pada mahasiswa Universitas Indonesia. Media sosial merupakan bagian dari perkembangan teknologi yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-sehari pada masa ini. Salah satu perkembangan media sosial adalah munculnya media sosial Path. Saat ini, Path merupakan media sosial yang populer dan digunakan oleh berbagai kalangan, terutama kaum muda atau mahasiswa. Telah terjadi perubahan interaksi pada masyarakat di era media sosial. Perubahan interaksi langsung menjadi interaksi virtual yang dilakukan melalui media sosial turut menjadikan perubahan proses dramaturgi di era media sosial. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif melalui wawancara mendalam informan, observasi di dunia nyata, observasi di media sosial Path, dan survei ringkas. Berdasarkan hasil survei, mahasiswa Universitas Indonesia secara umum merupakan tipe pengguna media sosial Path ?Socializers?. Penelitian ini juga menemukan bahwa terjadi proses dramatugi yaitu berubahnya batasan antara front stage dan backstage, yang secara spesifik disebut sebagai the forefront of the backstage, melalui interaksi virtual di media sosial Path.

This research discusses the dynamics of dramaturgy in the usage of Path, a platform of social media, among students of Universitas Indonesia. Social media is a product of the technological advancement that nowadays cannot be separated from everyday life. The emergence of Path marks a phase of evolution of social media. Now, Path is one of the more popular social media, and it reaches all kinds of social groups, especially to those who are in young age or are in college. There has been a change in interaction among people in this era of social medias. The change from direct interactions through social media has also brought a change in the process of dramaturgy. This research used qualitative methods with in-depth interviews; observations on real world and virtual world of social media Path; and quick survey. According to the survey, the students of Universitas Indonesia in general are ?Socializers? type of Path user. This research also found that there is a process of dramaturgy, that is a shift of borders between the front stage and the backstage, specifically called as the forefront of the backstage, following the virtual interaction on Path."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S62177
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>