Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 112552 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
Eddy Soemartono
"ABSTRAK
Potensi angkutan kargo udara baik domestik maupun regional tumbuh pesat dari tahun ke tahun. ICAO meramalkan pertumbuhan di kawasan ini mencapai 9,6% per tahun. Hal ini merupakan peluang bagi Garuda Indonesia untuk meningkatkan pendapatannya. Sementara itu Garuda Indonesia hingga saat ini belum berkonsentrasi pasar kargo ini. Bila tidak segera digarap, peluang ini akan segera dimanfaatkan oleh maskapai penerbangan lain. Terlebih lagi pada tahun 2003 pasar Indonesia benar-benar dibuka bagi maskapai asing. Tenggang waktu 8 tahun hingga tahun 2003 akan mendewasakan dan mampu memperkuat Garuda dalam menjaga pasar. Oleh karena itu, Garuda harus segera memanfaatkan potensi yang ada, dan menjadikan angkutan kargo udara sebagai salah satu bisnis andalannya. Cara yang ditempuh yaitu dengan membentuk unit bisnis kargo Garuda, yang akan beroperasi menggunakan pesawat freighter untuk melayani permintaan muatan kargo.
Untuk menunjang realisasi unit bisnis kargo Garuda, perencanaan yang matang harus dilakukan. Pemilihan rute dan pemilihan jenis pesawat menjadi faktor yang sangat menunjang bagi kemampulabaan unit bisnis ini. Dalam karya akhir ini dilakukan perhitungan terhadap nilai sekarang unit bisnis kargo dengan mencoba beberapa alternatif pengunaan dan sistem pengadaan pesawat. Pesawat tersebut diterbangkan pada rute-rute yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan besarnya potensi kargo.
Hingga pada tahun dibukanya AFTA (2003) terbukti bahwa unit bisnis kargo ini menjanjikan keuntungan yang besar. Pesawat yang paling sesuai digunakan untuk melayani permintaan pengangkutan muatan kargo udara untuk wilayah domestik adalah freighter B737..200. Untuk memaksimalkan keuntungan perusahaan metode pengadaan pesawat yang tepat adalah dengan menyewa pesawat tersebut. Menyewa pesawat freighter 737-200F untuk periode hingga tahun 2003 menghasilkan nilai sekarang (NPV) USD 104,2 juta.
Pesawat freighter A300-B4 merupakan pesawat yang paling sesuai untuk melayani permintaan angkutan kargo udara regional. Penggunaan pesawat A300-B4F akan menghasilkan nilai sekarang (NPV) yang maksimum bila menggunakan sistem sewa (leasing), yaitu sebesar USD 71,079 juta.
Perencanaan dan proyeksi di atas merupakan perhitungan secara teoritis. Dengan upaya keras diharapkan pelayanan jasa kargo yang lebih baik dan intensif dapat diwujudkan, sehingga pertumbuhan ekonorni di Indonesia ini dapat semakin baik."
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Purwanda
"[ABSTRAK
Peningkatan arus transportasi udara di Bandara Husein Sastranegara menunjukan tren peningkatan sehingga kualitas pelayanan penerbangan cenderung menurun dengan cepat. Usaha mengantisipasi masalah tersebut dengan tiga alternatif pilihan yaitu mengembangkan Bandara Husein Sastranegara, membangun Bandara Baru di Kertajati dan mengembangkan serta membangun keduanya bersamaan.
Berdasarkan hasil analisis penelitian dengan mengukur potensi penumpang di Bandar Udara Husein Sastranegara menunjukan bahwa pilihan untuk mengembangkan fasilitas terminal penumpang Bandara Husein Sastranegara merupakan pilihan paling baik ditinjau dari segi finansial. Dengan masa evaluasi selama 20 tahun maka nilai Nett Present Value menunjukan nilai positif.
Berdasarkan hasil analisis penelitian dengan mengukur potensi penumpang di Bandar Udara Husein Sastranegara menunjukan bahwa pilihan untuk membangun Bandar Udara Kertajati merupakan pilihan yang paling baik ditinjau dari segi finansial , dengan syarat spesifikasi konstruksi menyerupai Bandara Husein Sastranegara. Dengan masa evaluasi selama 20 tahun maka nilai Nett Present Value menunjukan kecenderungan nilai positif.
Berdasarkan hasil analisis penelitian dengan mengukur potensi penumpang di Bandar Udara Husein Sastranegara menunjukan bahwa pilihan untuk tetap mengoperasikan Bandara Husein Sastranegara merupakan pilhan paling tidak tepat ditinjau dari segi finansial yang berakibat Nett Present Value Bandar Udara Kertajati negatif.

ABSTRACT
The increasing demand of air transport in Husein Sastranegara Airport has caused quality reduction of flight services. The problems may be resolved by three option by developing Husein Sastranegara Passenger terminal , building the new airport in Kertajati , and by opt both at the same time.
Passenger demand measurement in Husein Sastranegara Airport indicate that developing the passenger terminal is the best option for financial perpective. 20 years of evaluation indicates positive Nett Present Value.
Kertajati New Airport is good option if the Husein Sastranegara Airport is closed for commercial flights and the construction has the same specification as the Husein Sastranegara Airport. 20 years of evaluation indicates positive trend of Nett Present Value.
Passenger demand measurement in Husein Sastranegara Airport has shown that by opt on both airports at the same time is not a proper option from financial perpective. 20 years of evaluation indicates that Nett Present Value of the Kertajati New Airport is negative.;The increasing demand of air transport in Husein Sastranegara Airport has caused quality reduction of flight services. The problems may be resolved by three option by developing Husein Sastranegara Passenger terminal , building the new airport in Kertajati , and by opt both at the same time.
Passenger demand measurement in Husein Sastranegara Airport indicate that developing the passenger terminal is the best option for financial perpective. 20 years of evaluation indicates positive Nett Present Value.
Kertajati New Airport is good option if the Husein Sastranegara Airport is closed for commercial flights and the construction has the same specification as the Husein Sastranegara Airport. 20 years of evaluation indicates positive trend of Nett Present Value.
Passenger demand measurement in Husein Sastranegara Airport has shown that by opt on both airports at the same time is not a proper option from financial perpective. 20 years of evaluation indicates that Nett Present Value of the Kertajati New Airport is negative., The increasing demand of air transport in Husein Sastranegara Airport has caused quality reduction of flight services. The problems may be resolved by three option by developing Husein Sastranegara Passenger terminal , building the new airport in Kertajati , and by opt both at the same time.
Passenger demand measurement in Husein Sastranegara Airport indicate that developing the passenger terminal is the best option for financial perpective. 20 years of evaluation indicates positive Nett Present Value.
Kertajati New Airport is good option if the Husein Sastranegara Airport is closed for commercial flights and the construction has the same specification as the Husein Sastranegara Airport. 20 years of evaluation indicates positive trend of Nett Present Value.
Passenger demand measurement in Husein Sastranegara Airport has shown that by opt on both airports at the same time is not a proper option from financial perpective. 20 years of evaluation indicates that Nett Present Value of the Kertajati New Airport is negative.]"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T43300
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Artricle 24 and 29 of Air Operalor Ordonance 1939 and article 17 and 18 of Warsawa Convention 1929 follow air operator principle of presumption of liability. The provision mentioned above give more attention to protection of air operator rather than passenger and does not regulate air opera for liabilty against third party injury. In recent development, the Act No. I5 of 1992 on Flight has adopted absolute liability principle and presumption of liability principle is no Ionger can he maintained as well as the principle of air operator liabiliy on injury that is faced by third party is no relevant anywhere. The Wama Convention of 1929 has been amanded and it adopts absolute liability principle as effort to provide more protection to passenger and third party."
340 KANUN 11:29 (2001)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
I Dewa Putu Suma
"ABSTRAK
Kebisingan lingkungan, khususnya di lingkungan bandar udara mulai menggejala di berbagai tempat di dunia.
Intensitas kebisingan yang disebabkan oleh pesawat udara terutama bermesin jet, turbojet dan turbofan merupakan masalah utama terhadap lingkungan baik di dalam bandar udara maupun diluar wilayah bandar udara. Sesungguhnya kebisingan lingkungan yang disebabkan oleh pesawat udara dikarenakan oleh jumlah pesawat udara yang beroperasi, yang dihitung secara kumulatif selana 24 jam dengan segala aktivitasnya, baik waktu mendarat, tinggal landas, pergerakan menuju landasan pacu, dan uji mesin.
Berdasarkan studi-studi yang telah dilakukan beberapa bandar udara di Eropa dan Amerika, dinyatakan bahwa kebisingan yang disebabkan oleh kegiatan bandar udara mengakibatkan kerugian bagi masyarakat pemukim di sekitar bandar udara, yang pada gilirannya mengakibatkan adanya pembatasan-pembatasan jam-jam operasi suatu bandar udara.
Pengaruh buruk dari kebisingan terhadap manusia sangat luas memberikan efek tingkah laku berupa efek fisiologi maupun efek psikologi, yang mengakibatkan terganggunya dalam penerimaan pesawat televisi. Disamping itu dapat pula mengganggu konsentrasi belajar anak-anak sekolah, rumah-rumah sakit.
Dan bilamana pemaparan kebisingan yang dialami seseorang secara berulang-ulang akan mengakibatkan ketulian.
Bandar Udara Internasional Jakarta Soekarno-Hatta, telah menetapkan kawasan-kawasan kebisingan dengan tingkat-tingkat kebisingannya yaitu daerah kebisingan tingkat I, tingkat II dan tingkat III. Namun dalam kenyataan adanya desa-desa yang penduduknya eukup padat berada pada kawasan kebisingan tingkat III.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh tingkat kebisingan lingkungan bandar udara terhadap jumlah masyarakat pemukim di sekitar bandar udara.
Mengetahui sejauhmana kesadaran masyarakat pemukim di sekitar bandar udara terhadap akibat-akibat pengaruh kebisingan.
Untuk maksud penelitian tersebut, penelitian dilakukan di desa-desa (RW-RW) sekitar bandar udara berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
Berdasarkan titik 0 bandar udara sebagai "Reference Point", ditentukan 3 tempat (RW-RW) yang mempunyai jarak di bawah 3 km yaitu desa Neglasari, Selapajang Jaya dan Benda. Sedangkan 3 desa (RW-RW) lain terletak antara jarak 3 sampai dengan 8 km yaitu desa Kedaung Wetan, Jatimulya dan Dadap. (ICAO Airport Planning Manual 1985).
Berdasarkan kawasan kebisingan desa-desa (RW-RW) yang menjadi obyek penelitian kawasan kebisingan tingkat III, dengan tingkat kebisingan 75 dB, terletak desa Neglasari, Selapajang Jaya dan Benda, kawasan kebisingan tingkat II dengan tingkat kebisingan 70 dB, terletak desa Dadap dan Jatimulya, dan Kedaung Wetan.
Sebagai subyek penelitian atau responden adalah kepala keluarga yang tinggal dalam Rukun Warga desa-desa penelitian yang berlokasi terdekat dengan zona-zona kebisingan yang paling tinggi dan jumlah sampel adalah sebanyak 300 Kepala Keluarga untuk di desa penelitian Pengumpulan data diperoleh melalui observasi, dan kuesioner dengan menggunakan daftar pertanyaan yang dilakukan di rumah-rumah responden.
Metode statistik yang dipakai adalah uji kai kwadrat (chi square) k
dengan rumus 2 _ (0 - E)2
i=1 E
dimana ; 0 frekuensi yang diperoleh dari penelitian E _ frekuensi teoritis.
Dari hasil-hasil penelitian yang diperoleh menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:
Bahwa adanya bandar udara dengan segala kegiatannya memberi dampak positif bagi kehidupan masyarakat, baik yang secara langsung terkait dengan kegiatan bandar udara maupun secara tidak langsung.
Dengan adanya kegiatan bandar udara menimbulkan kebisingan yang mempengaruhi kualitas hidup masyarakat pemukim di sekitar bandar udara seperti terlihat bahwa desa Benda, Neglasari dan Selapajang Jaya, Kedaung Wetan dimana tingkat kebisingannya telah melampaui batas persyaratan kebisingan maksimal yang ditentukan SO dB.
Dalam pengujian untuk mengetahui kesadaran masyarakat diperoleh kesimpulan bahwa masyarakat yang bermukim di sekitar bandar udara belum mempunyai kesadaran atas dampak-dampak yang diakibatkan oleh kebisingan lingkungan tersebut.
Belum adanya kesadaran masyarakat terhadap pengaruh dampak kebisingan dikarenakan pendidikan rata-rata masyarakat yang bermukim di sekitar bandar udara adalah cukup rendah, disamping sebagian besar masyarakat pemukim adalah penduduk asli desa-desa tersebut, yang hidup dari hasil pertanian dan kegiatan lain yang berkaitan derigan kegiatan bandar udara.
Peningkatan kualitas masyarakat di sekitar bandar udara harus dilakukan dengan peningkatan kualitas lingkungan namun dengan adanya bandar udara kebisingan lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan bandar udara merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari namun dapat dikurangi dengan pengaturan tata guna tanah dan rekayasa teknik seperti akustik penghalang, peredam suara (Noise breaker) yang tentunya perlu biaya besar.
Kegunaan hasil penelitian.
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengatasi langkah-langkah yang perlu ditempuh agar masyarakat pemukim di sekitar bandar udara terhindar dari dampak kebisingan.
Usul tindakan; untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap dampak kebisingan, maka diperlukan waktu yang cukup panjang yaitu dimulai dengan peningkatan pendidikan baik secara formal atau informal yang nantinya diharapkan dengan kesadaran sendiri karena mengetahui akibat dampak kebisingan secara fisiologis atau psikologis akan meninggalkan lokasilokasi atau menghindari lokasi yang kena dampak.
Untuk memberikan masukan bagi Perencana dalam penyusunan rekayasa teknik bandar udara dan penataan penggunaan tanah disekitarnya.

ABSTRACT
Environmental noise, specially found in the environment of an airport, has been a common phenomenon all over the world.
Noise intensity that is coused by aircraft, mainly jet, turbojet and turbofan engined aircraft is the main problem for the environment, either inside or outside airport area. Environmental noise caused by aircraft is resulted from the total amount of their 24 hours activities including various manoeuvres such as landing, take of, surface movement and engine run-up.
According to studies'that have been conducted at several airports in Europe and United States of America, it is stated that noise caused by an airport operation harms the society who live in the surrounding the airports, which eccordingly results in the restrictions of the airport operating hours.
Adverse impact of noise on human beings may result in various effect, i.e effecting behaviour, either physiologically or psychologically. It also distorts television broadcast, disturbs schools and hospitals. Continuous noise affect might cause deafness.
Jakarta International Airport Soekarno-Hatta has determined its noise areas, according to its noise area phases, phases I, phases II and phase III area. However there is a lot of villages with dense population situated in phase III area.
Based on that above reasons, the objectives of this research can be clarified as follows :
To study the extent of the impact of aircraft noise on the number of communities surrounding the airport.
To study the awareness of the people who live nearby the airport of the negative impact of airport noise_.
This research has been carried out in the several villages surrounding the airport based on the following considerations : 1) Based on their distance from the airport q reference point as central point, the villages are devided into two groups :
a villages, Neglasari, Selapajang Jaya and Benda, a.i.L.h a
distance of less then 3 km and,
b 3 villages, Kedaung Wetan, Jatimulya and Dadap, with a
distance betwen 3 to 8 km, as object of the research.
2) Based on noise area, objects of research are Neglasari, Selapajang Jaya and Benda laying in the phase III noise area, Dadap, Kedaung Wetan and Jatimulya in phase II noise area. Objects of the research (respondents) are heads of household who live in the 6 villages close to the most sensitive noise area, with the total sampels of 360 respondents. Data collecting was conducted through observations, interviews and questionaires.
ix Statistical method used in this research is the chi-square, with
i-1
where : 0 = Frequency taken from the research E = Theorethical frequency.
The result of the research can be summarized as follows :
The existence of the airport has positive impact on the people living nearby the airport, either they are directly or indirectly involved in the activity of the airport.
The airport operations is the source of noise which is affecting the life quality of the society who live nearby the airport, as in the villages of Benda, Neglasari, Selapajang Jaya and Kedaung ketan_, which noise level has been exceeding the maximum requirement 60 dB.
3) The results prove that the people who live nearby the airport do not aware of the existence of noise and its impact.
The unawareness of the noise impact is mainly because they are not well educated and most of them have lived there for years.
The improvement of the quality of life of the society around the airport must be carried out together with the improvement of the environmental quality ; but enviromental noise that is caused by the airport operation remains as a problem that can not be ignored or mittigated, but it is posible to reduce that effects of noise by land use planning and acoustical barriers.
Benefits of the research :
The result of this research can be used as reference for future actions to be taken in order to avoid the noise impact on the surrounding communities of the airport.
Proposed action : the knowledge and awereness of the society in the field of noise impact must be improved by educating them either formally or informally. Although is takes time, it is hoped that eventually they will leave or avoid noise zone on their own conciousness after realizing that noise can adversely affect human beings, physiologically or psychologically.
To give the input to the planner, as a reference in making airport design and land use planning on the surrounding of the airport.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iftitah Putri Haditia
"Most of air cargo carriers in Indonesia domestic market are using single pricing strategy and not considering booking time for space pricing. It could be a challenge to optimize the revenue of air cargo carriers. This research aims to optimize air cargo revenue using dynamic pricing strategy by considering different booking time or sales period. This research conducts an empirical analysis of air cargo pricing strategy for Garuda Indonesia on particular significant routes. It concludes that Garuda Indonesia generates more revenues using an optimized dynamic pricing strategy than using single pricing strategy. In practice, this research gives air cargo carriers references in their decision to apply the dynamic pricing strategy.

Sebagian besar maskapai pengangkut kargo udara di pasar domestik Indonesia menggunakan strategi penetapan harga tunggal dan tidak mempertimbangkan waktu reservasi untuk penetapan harga dari kapasitas kargo. Ini bisa menjadi tantangan untuk mengoptimalkan pendapatan dari maskapai pengangkut kargo udara. Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan pendapatan kargo udara menggunakan strategi penetapan harga dinamis dengan mempertimbangkan waktu reservasi atau periode penjualan yang berbeda. Penelitian ini melakukan analisis empiris strategi penetapan harga kargo udara untuk Garuda Indonesia pada rute-rute penting tertentu. Disimpulkan bahwa Garuda Indonesia menghasilkan lebih banyak pendapatan menggunakan strategi penetapan harga dinamis yang dioptimalkan daripada menggunakan strategi penetapan harga tunggal. Dalam praktiknya, penelitian ini memberikan referensi maskapai pengangkut kargo udara dalam keputusan untuk menerapkan strategi penetapan harga yang dinamis."
Depok: Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T54051
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Fardy Laksana Bambang Tutuka
"Industri penerbangan komersial merupakan salah satu moda jasa angkutan yang ideal dalam mobilisasi masyarakat Indonesia sebagai negara kepulauan. Secara yuridis, pelaksanaan jasa angkutan udara niaga merupakan ruang lingkup perjanjian pengangkutan. Hal ini melahirkan perikatan antara penumpang dengan maskapai udara, yang dalam peraturan penerbangan dikonkretisasi melalui tiket. Dalam perjalanannya, sengketa antara penumpang seperti kecelakaan pesawat, kerugian bagasi, dan keterlambatan penerbangan silih berganti mewarnai industri penerbangan komersial Indonesia. Teori tanggung jawab pelaku usaha atas kesalahan, atas wanprestasi, dan atas kemutlakan, dapat diterapkan dalam upaya pelindungan konsumen penerbangan. Hukum Indonesia telah menstandardisasi kewajiban kompensasi dan ganti rugi terhadap faktor di luar dasar pelepas tanggung jawab. Walaupun demikian, hukum penerbangan mengakomodasi hak gugatan yang tidak terbatas standardisasi kompensasi dan ganti rugi baik secara materiil dan imateriil. Sebaliknya, hukum penerbangan memberikan pembatasan tanggung jawab bagi maskapai udara atas pembatalan penerbangan atas keadaan kahar (alam maupun sosial). Oleh karena itu, inti gugatan yang diajukan berkaitan ada atau tidaknya kesalahan. Dalam penelitian ini, analisis dilakukan terhadap pelaksanaan hak penumpang terdampak pembatalan, prinsip tanggung jawab maskapai terhadap kerugian penerbangan, dan dasar pelepas tanggung jawab terhadap keadaan kahar. Tinjauan teoretis kerugian perdata dalam UU Perlindungan Konsumen dan hukum penerbangan dikaitkan tinjauan praktis putusan gugatan kerugian dalam analisis Putusan No 176/PDT.G/2019/PN PTK yang dikuatkan Putusan No 80/PDT/2020/PT PTK. Pada akhirnya, penelitian ini mencapai penemuan bahwa pengecualian keadaan (alam/cuaca maupun sosial/teknis) merupakan dasar pertimbangan hakim dalam membenarkan maskapai udara dari kesalahan. Oleh karena itu, regulasi lebih detail diperlukan dalam mengatur faktor maskapai yang merupakan keadaan kahar sejauh diverifikasi jabatan badan yang berwenang. Selain itu, perjanjian penanggungan (asuransi penerbangan) dapat pula disepakati dalam mengatur nilai kerugian. Hal ini dapat memberikan keseimbangan upaya pelindungan kerugian penumpang dan kelangsungan usaha pelaku usaha.

The commercial aviation industry is one of the ideal modes of transportation services in mobilising societies, moreover in Indonesia, as an archipelagic country. Legally speaking, the commercial air transportation services is within the scope of the carriage agreement. This creates a binding agreement between passengers and airlines, which is concretised through a ticket. Nevertheless, passengers’ disputes, such as aircraft accident, baggage damages, and flight cancellation ripen after another on Indonesian commercial aviation industry. As a service industry, the producer’s liability such as negligence liability, contractual liability, and strict liability shall be applicable, for the consumer protection realization. With the adoption to the EU 261/2004 regulations, Indonesian provision has standardised the passengers’ damages and compensations to be compiled on top of the legal justification. However, aviation law also urges the passengers’ right on pledging damages in the extent of the aforementioned limitation. On the other hand, aviation law limits liability for air carriers for flight cancellations due to force majeure (both natural and social). Therefore, the negligence proof is required in claiming the material and immaterial damages through the torts. This research focuses on passenger’s right implementation, airline’s liability, and the particular flight’s extraordinary events exemption. The theoretical overview of civil damages sue under Consumer Protection Act is analysed on the practical overview on similar cases of flight cancellation indicments, to anaylse the verdict of Court Decission No 176/PDT.G/2019/PN PTK and No 80/PDT/2020/PT PTK (in appeal procedure). Eventuallys, there is an urgency in the regulation amendment that recognises aircraft issue as the liability with the verification of the official authority. Plus, airline might offer the aviation insurance to valuate its liability. Therefore, these two advices provide the equal protection to passengers’ losses and airlines’ business sustainability."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firman Hamdani Kusumah
"Tesis ini merumuskan dan menerapkan indeks keberlanjutan kereta bandara di tiga bandara besar di Asia, Bandara Internasional Soekarno Hatta di Indonesia, Bandara Internasional Narita dan Bandara Internasional Hong Kong. Indeks keberlanjutan komposit terdiri dari tiga dimensi dan sembilan indikator, dimensi lingkungan, ekonomi, dan sosial. Kereta Bandara Soekarno Hatta yang baru ini dibandingkan performanya dengan Narita Express dan Hong Kong Airport Express yang termasuk dalam kereta bandara paling sukses di dunia.
Hasilnya menunjukkan bahwa Soekarno Hatta Airport Raillink kurang berkelanjutan dari Narita Express dan Hong Kong Airport Express. Kinerja tiga dimensi cenderung pada degradasi lingkungan dan ketidakadilan sosial, karena jika dibandingkan dengan raillink Bandara lain, Bandara Soekarno Hatta Raillink lebih terfokus pada dimensi ekonomi. Indeks ini dapat digunakan sebagai masukan bagi operator dan pemerintah untuk meningkatkan kinerja keberlanjutan dan untuk memenuhi sifat transportasi rel sebagai transportasi yang efisien dan ramah lingkungan.

This research formulate and applies a sustainability index of airport railway on three major airport in Asia, Soekarno Hatta International Airport in Indonesia, Narita International Airport and Hong Kong International Airport. The sustainability composite index consist of three dimension and nine indicators, the dimensions are environmental, economic, and social. The newly airport rail of Soekarno Hatta compared its performance to Narita Express and Hong Kong Airport Express that include of the most successful airport rail in the world.
The result shows that Soekarno Hatta Airport Raillink less sustainable than Narita Express and Hong Kong Airport Express. The performance of three dimension tend to enviromental degradation and social unjustice because compared to others airport raillink, Soekarno Hatta Airport Raillink more focused on economic dimension. The index can be used as an input for operator and government to improve the sustainability performance and to meet the nature of rail transport as efficient and environmental friendly transportation.
"
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2019
T53608
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional, Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia, 1992
346.033 IND a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>