Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162036 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Puska Kamaliasari
"ABSTRAK
Penelitian tentang preferensi pohon tidur joja (Presbytispotenziani) di Siberut Utara, Kepulauan Mentawai, telah dilakukan pada bulan Februari--Agustus 2010. Penelitian bertujuan untuk mengetahui preferensi dan karakteristik pohon tidur joja, serta memetakan pohon tidur tersebut di kawasan kajian. Penelitian dilakukan terhadap satu kelompok joja yang telah terhabituasi penuh. Metode yang digunakan adalah spotobservation. Hasil yang didapat menunjukkan tumbuhan yang dipakai sebagai pohon tidur sebanyak 13 spesies dengan kelimpahan tertinggi pada spesies petpetnuit atau nangka (Artocarpusinteger) sebesar 25,71%. Karakter pohon tidur yang digunakan di antaranya memiliki tinggi 26--30 m, diameter 41--70 cm, lebar tajuk 11--15 m, dan tidak dililit oleh liana. Joja cenderung memilih pohon tidur tertinggi dan terbesar, serta pohon yang dapat memberikan kenyamanan dan keamanan pada saat tidur. Distribusi pohon tidur tersebar di seluruh daerah jelajah (homerange) kelompok joja yang diamati, dengan pola mengelompok. Distribusi pohon tidur dipengaruhi oleh ketersediaan sumber pakan di kawasan kajian.

ABSTRACT
Research on the sleeping tree preference of joja (Presbytispotenziani) at Northern Siberut, Mentawai Island, was conducted in February to August 2010. This study aims to determine the preferences and characteristics of joja sleeping trees, and to map sleeping trees of joja in the study area. The data were collected from a group of well-habituated joja. Spot observation method used for characterizing the sleeping trees. The results found that the trees used as sleeping trees were found to be 13 species, and they were used repeatedly with highest frequency in petpetnuit or nangka (Artocarpusinteger) amounted to 25,71%. The height of the sleeping trees was within the range 26--30 m, the DBH was 41--70 cm, the diameter of the crown was 11--15 m, and the average 0,41 liana attached on the sleeping trees. Joja usually selected the tallest trees and the trees with the greates DBH. Joja tends to choose the sleeping trees that support the comfort while sleeping and avoid predation risk. The distribution of sleeping trees are clustered all over home range. The distribution of food source within the study area influencing the choice of joja sleeping trees."
Universitas Indonesia, 2011
S796
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Afiri Dianti
"ABSTRAK
Tingkat kerawanan terjadinya kebakaran lahan dan hutan di Indonesia cukup tinggi. Tanah gambut merupakan salah satu kontribusi tertinggi pada kebakaran tersebut. Indonesia merupakan negara yang memiliki lahan gambut tertinggi se-Asia Tenggara, dengan lebih dari 50 jenis gambut tropis dimiliki. Hasil pembakaran pada gambut menghasilkan emisi karbon yang tinggi dan berdampak pada global warming. Sifat bara pada pembakaran gambut membuat deteksi dan pemadaman menjadi sulit. Tidak hanya itu, adapun dampak kerusakan hutan, seperti rawan longsor, penurunan lapisan tanah dan kerusakan lapisan meningkat. Tajuk api yang tidak terlihat mendorong badan restorasi gambut membuat metode pencegahan kebakaran. Penataan air yang dilakukan dengan metode pembasahan ulang bertujuan untuk menjaga dan mengembalikan kelembaban tanah gambut. Penelitian dilakukan guna menganalisis sifat pembakaran pada gambut kering dan pengaruh gambut hasil pembasahan ulang pada laju permbaraan. Sampel gambut yang digunakan adalah gambut yang berasal dari Desa Tumbang Nusa, Pulang Pisau, Provinsi Kalimantan Tengah S: -3 47 rsquo;34 rdquo; , E: 113 55 rsquo;15 rdquo; dan Kampung Bagaiserwar, Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua S: 01 55 rsquo;14, 11 rdquo;, E: 138 6 rsquo;17, 35 rdquo;. Laju perambatan pembakaran diukur dengan menggunakan termokopel dengan jarak 80 mm diantaranya. Massa yang diukur menunjukkan penurunan yang signifikan akibat proses evaporasi yang dialami gambut basah. Penulis menemukan risiko bahaya kebakaran yang lebih tinggi pada gambut yang dikelilingi gambut hasil pembasahan ulang. Laju perambatan membara jauh lebih tinggi pada gambut hasil pembasahan ulang dengan kelembaban awal le; 10 pada gambut Bagaiserwar. Sifat hidrofobik yang dimiliki gambut membuat sifat penyimpanan air pada gambut berubah. Hal ini memicu terjadinya proses oksidasi pembakaran dan terdapat pembentukan char pada gambut hasil pembasahan ulang. Sifat penyalaan gambut juga menjadi isu utama agar metode pencegahan dapat lebih efektif. Lamanya waktu penyalaan gambut menjadi referensi bagi deteksi zona potensial kebakaran berdasarkan persentase kelembaban yang dimiliki.

ABSTRACT
Probability of land and forest fire in Indonesia is quite high. Peat land is one of the highest contribute of the fire disaster. Indonesia is the country with the highest peat land in Southeast Asia, with more than 50 of tropical peat species. Combustion of peat produce carbon emission with large quantities and affect to global warming. Characteristic of smoldering combustion of peat cause detection and extinction be difficult. Moreover, there are another impact such as high erosion potential, structural collapse and soil layer damage. Flameless on peat smoldering causes peat restoration institution build fire prevention method. Regulation of water table on peat land with rewetting method aims to maintain and restore the moisture of peat. The experiment aims to understand characteristic of smoldering combustion of rewetting peat. Sample used in the experiments was taken from Desa Tumbang Nusa, Pulang Pisau, Provinsi Kalimantan Tengah S 3 47 rsquo 34 rdquo , E 113 55 rsquo 15 rdquo dan Kampung Bagaiserwar, Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua S 01 55 rsquo 14, 11 rdquo , E 138 6 rsquo 17, 35 rdquo . Fire spread rate is measured with thermocouples at interval 80 mm. Mass loss rate indicates derivation caused by evaporation on wet peat. Author discovered a fire risk is higher than natural combustion in experiments with rewetting peat as barrier. Spread rate of smoldering is high on rewetting peat with initial MC before rewetting is le 10 as barrier. Hydrophobic of peat cause retention of water on peat changes. This phenomenon causes peat undergoes oxydation reaction and produce char on rewetted peat. The critical ignition time of peat is also the main issue of prevention method. Time of ignition of peat is being important for detection of fire potential based by moisture content."
2018
T50957
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Usman Malik
"Pemanfaatan lahan Gambut dengan menggunakan teknologi tidak pernah berkurang hingga tahun terakhir ini. Gejala ini menunjukkan bahwa ketertarikan yang kuat untuk mengetahui proses pembentukan interval dan pengaruh alami pada struktur interval dan sifat mekanis maupun listrik. Struktur interval dapat mempengaruhi sifat mekanis dan listrik dari gambut disuatu tempat.
Alasan dipilihnya gambut dalam penelitian karena mempunyai sifat khusus yaitu sifat elastisitas, dielektrik, dan banyaknya lahan tersebut di daerah Riau. Dengan adanya sifat-sifat yang istimewa ini, maka banyak sekali aplikasi yang dapat dilakukan antara lain perumahan, jalan, jembatan, pertanian serta sebagai lahan energi konvensional. Aplikasi yang disebut di atas mempunyai arti yang cukup tinggi, sehingga penelitian material ini terus dilakukan khususnya untuk energi konvensional.
Dalam penelitian yang dibahas adalah tentang sifat dielektrik dengan menggunakan metoda seismik. Hal ini karena susahnya untuk mengukur sifat dielektrik secara langsung dilapangan, maka dengan metoda seismik dapat dilakukan dengan mencari hubungannya dengan kecepatan rambat gelombang dan indek bias interval tanah. Dengan diketahuinya kedua hal tersebut maka sifat-sifat dielektrik dapat diketahui.
Tanah adalah suatu interval yang terdiri dari batuan-batuan , mineral-mineral dan senyawa organik yang terjadi jutaan tahun lalu. Batuan, mineral-mineral dan senyawa organik yang terdapat di dalamnya karena pengaruh mekanis dan kimiawi dapat mengalami pelapukan. Tanah yang melapuk dan membusuk pada umumnya terdapat di permukaan bumi dan umumnya banyak pula mengandung air, sehingga tanah ini disebut sebagai tanah rawa. Tanah rawa merupakan suatu proses pelapukan insitu yaitu suatu proses yang terjadi secara alami, melalui proses mekanis dan kimiawi. Dari kedua proses ini sangat sulit ditentukan proses mana yang terjadi lebih dahulu atau bersamaan. Sifat tanah secara garis besar dapat dibagi menurut sifat mekanis dan kimiawi.
Seperti yang telah disebutkan di atas, maka untuk mengetahui sifat-sifat dielektrik harus diketahui sifat-sifat mekanis bahan, dimana sifat-sifat mekanis dapat dibagi atas :
1. Sifat fisis.
2. Sifat geologic"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Binawati Prihandajani
"ABSTRAK
Tanah gambut memiliki kandungan air dan bahan organik yang tingi yang menyebabkan sifat-sifat tanah gambut kurang menguntungkan, yaitu mudah menyusut, plasrisitas tinggi dan sangat kompresibel dan sukar untuk dimanfaatkan sebagai pondasi pada konstruksi sipil. Oleh karena itu sebelum memanfaatkan tanah gambut, diperlukan perlakuan-perlakuan khusus yang berlujuan untuk mempelibaiki sifat-sifat dan daya dukungnya.
Indonesia sebagai negara dengan potensi lahan gambut yang sangat tinggi tentunya harus dapat memanfaatkan sumber daya gambut yang ada, karena pads akhirnya perkembangan akan meluas sampai di daerah-daerah yang memiliki lahan gambut dan selama ini kurang dapat memberikan sumbangan yang bersti baik di bidang pertanian mauppun konstruksi. Hal ini mendesak untuk dikembangkannya berbagai metode untuk rnemperbaiki tanah gambut tersebut.
Salah satu metode yang dilakukan untuk memperbaiki sifat-sifat inilah gambut adalah dengan perkuatan stabilisasi. Pada umumnya stabilisasi dilakukan dengan cara menarnbahlran bahan kimia sebagai stabilisator yang Iangsung bekerja setelah dicampurkan pada tanah melalui reaksi-reaksi kimia yang terjadi antara tanah dan bahan siabilisasi. Belakangan ini sudah banyak dikembangkan berbagai bahan stabilisasi tanah yang mempunyai kelebihan-kelebihan khusus, tergantung pada kelemahan dan jenis tanah yang akan distabilisasi.
Pada penelitian tugas akhir yang dilakukan di laboratorium ini, akan dicoba metode stabilisasi dengan menggunakan bahan slabilisasi yang digunakan adalah semen Clean Set Tipe CS-10 yang merupakan hasil modifikasi dari semen Portland yang mempunyai kelebihan untuk menyerap air lebih banyak dan tahan terhadap kandungan asam yang tinggi pada tanak gambut. Sedangkan bmah gambut yang dijadikan baha penelitian adalah tanah gambut yang berasal dari rawa-rawa di daerah Duri, Riau.

"
1996
S34628
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Muhammad Noor
"Lahan rawa pasang surut berperan penting dan strategis dalam peningkatan produksi pangan ke depan, mengingat terbatasnya lahan subur serta tingginya laju pertambahan penduduk, konversi lahan, dan fragmentasi pemilikan lahan usaha tani. Lahan rawa pasang surut luasnya mencapai 23,25 juta ha, 11,11 juta ha di antaranya berpotensi dikembangkan sebagai lahan pertanian produktif, namun baru sekitar 5,27 juta ha yang dibuka dan dimanfaatkan. Pengelolaan air di lahan rawa pasang surut tidak cukup hanya memanfaatkan gerakan pasang, tetapi memerlukan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelindian dan memperbaiki kualitas tanah sehingga produktivitas lahan menjadi lebih baik. Kearifan lokal petani di lahan rawa dapat dimanfaatkan untuk memperkaya teknologi pengelolaan air sehingga dapat meningkatkan produksi dan pendapatan usaha tani dengan memerhatikan dinamika tanah, biodiversitas, dan kelestarian lingkungan. Strategi pengelolaan air dalam mendukung optimalisasi lahan dan intensifikasi pertanian perlu ditempuh melalui: (1) refocusing daerah sasaran dengan penentuan zonasi pengelolaan air yang didasarkan pada perilaku tata air dan hidrologi setempat; (2) perbaikan dan pembangunan infra-struktur jaringan tata air; (3) pemantauan dan pengembangan perencanaan sepanjang masa pemanfaatan lahan; (4) pening-katan kegiatan diseminasi teknologi pengelolaan air melalui pelatihan dan penyuluhan; dan (5) refocusing penelitian dan pengembangan teknologi pengelolaan air untuk mendukung peningkatan produktivitas dan intensitas tanam."
Kementerian Kementerian RI, 2014
630 PIP 7:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfi Rizki Perdana
"ABSTRAK
Penulisan ini berdiskusi tentang sifat-sifat yang dimiliki oleh gambut dalam kondisi yang berbeda. Sifat yang biasanya dimiliki oleh gambut adalah sifat hidrofilik. Namun, dalam keadaan atau kondisi tertentu sifat ini mulai berubah menjadi hidrofobik. Sifat hidrofobik ini adapat menimbulkan peristiwa yang serius di alam, terutama lahan gambut. Peristiwa yang biasa terjadi adalah kebakaran lahan gambut dan saat ini masih dipelajari oeh para insyinyur. Dan nantinya diketahui bahwa yang menyebabkan kebakaran lahan gambut merupakan sifat hidrofobik dari gambut. Di samping itu, sifat hidrofobik ini dapat menjadi manfaat di bidang lain. Peristiwa tumpahan minyak sering terjadi di bidang perminyakan. Tumpahan minyak dapat membahayakan makhluk hidup terutama manusia. Namun, ada banyak cara umtuk menangani tumpahan minyak seperti, cara pembakaran, penyerapan, dispersan, dan cara mekanik. Ditambah lagi, gambut merupakan salah satu bahan penyerap dan dapat digunakan cara penyerapan dengan gambut. Dengan itu, sifat-sifat gambut dapat di jelajah. Bereksperimen dengan gambut dapat dilakukan untuk mengetahui kemampuan gambut sebagai bahan penyerap.

ABSTRACT
This study discusses about the characteristics of peat in several different condition. The property which peat has normally is normally hydrophilic. However at certain extreme condition its property begins to change into hydrophobic. This hydrophobic property might cause some serious incident in nature especially peatland. Commonly occurred incident is land fire that was currently studied by many fire safety engineer. It was known later that hydrophobic properties of peat led the land fire to occur. On the other hand, this properties of peat can be beneficial in other sector of engineering. Oil spill incident was known largely in engineering sector. It causes harms to many living organisms including human. There are many ways to handle oil spill incident such as, mechanical method, in site burning method, sorbent method, and dispersant method. Moreover, studies said that peat is categorized as a sorbent. Thus, peat can be used in sorbent method in handling oil spill incident. Therefore, the characteristics of peat can be explored more. In addition, experimenting with peat to acknowledge its capability in handling oil spill can also be done. Various approach to understand the properties and characteristics of peat will also be carried out."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Bangunan-bangunan fisik yaitu bangunan sarana dan prasarana yang diperlukan sehari-hari oleh masyarakat pemakainya, karena itu perlu adanya kemudahan bagi para pemakainya antara lain berupa kedekatan. Agar sarana dan prasarana yang dibangun dapat efisien dan efektif, maka pembangunannya harus dapat dialokasikan di mana saja. Namun tidak mudah untuk merealisasikan hal tersebut, karena ada factor-faktor yang perlu diperhatikan, salah satu diantaranya adalah factor lingkungan."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S34823
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>