Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 64429 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
cover
cover
Agus Widjojo
"National security, military and civil relations, and business activities of the Indonesian Armed Forces; collection of articles."
Jakarta: Imparsial, 2005
323.4 DIN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Gultom, Parasian Herman
"Tesis ini membahas keamanan fisik di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) dengan fokus pada pengelolaan keamanan fisik khususnya yang diselenggarakan oleh Lapas Kelas I Semarang. Lapas merupakan tempat melakukan pembinaan dan pengawasan bagi Narapidana, oleh karena itu lingkungan Lapas adalah lingkungan yang tertutup dan terisolasi dengan sistem pengamanan yang maksimum. Fisik Lapas merupakan pintu masuk yang menjadi benteng utama Lapas dalam mencapai tujuan pembinaan dan pengawasan tersebut. Disisi lain, Lapas harus memberikan pelayanan yang baik kepada Narapidana yang menjadi warga binaan pemasyarakatan sebagai aset penting yang harus dijaga keamanan dan keselamatannya, Lapas juga harus terbuka pada masyarakat dan keluarga Narapidana yang menjenguk.
Penelitian dalam tesis ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisa pengelolaan keamanan fisik di Lapas Semarang saat ini, selanjutnya mengidentifikasi dan menganalisa kendala-kendala dalam pengelolaan keamanan fisik tersebut, dan pada akhirnya menganalisa upaya mengatasi kendala yang dihadapi sehingga dapat dicapai pengelolaan keamanan fisik yang ideal di Lapas Semarang. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan eksplanasi deskriptif yang merupakan hasil analisa deduktif dari data yang dikumpulkan berupa data dokumen, hasil wawancara dan hasil obervasi di lapangan.
Hasil penelitian menyimpulkan masih ada kekurangan dalam pengelolaan keamanan fisik, khususnya penyelenggaraan pengamanan yang dilakukan oleh dua bidang yang berbeda yang sering menimbulkan tumpang tindih kewenangan, disamping itu rendahnya kualitas personil, dan sarana prasarana akibat ketidakterdukungan anggaran. Masih ada kendala pengelolaan keamaan fisik yaitu tidak dilaksanakannya cara manajemen sekuriti yang benar dan tidak dipenuhinya aspek fisik yang bersifat strategis dalam pengelolaan keamanan fisik di Lapas Semarang. Oleh karena itu penelitian ini menyarankan Pertama, Perlu dilakukan menyatukan dua bidang penyelenggara fungsi pengamanan di Lapas kedalam satu bidang pada struktur organisasi Lapas. Kedua, Perlu meningkatkan kemampuan pengamanan dan pejagaan petugas Lapas dengan cara memberi pelatihan. Ketiga, perlu dipenuhi secara ideal seluruh aspek fisik dan alat keamanan petugas jaga, terutama memprioritaskan pemenuhan aspek fisik yang bernilai penting dan strategis. Keempat. Perlu disusun program-program pembinaan yang tidak hanya berorientasi pada peningkatan ketrampilan narapidana, tapi juga harus berorientasi mengisi waktu kosong narapidana, Kelima. Perlu diberikan pembedaan perlakukan pada narapidana pengguna atau bandar narkoba yang ada di Lapas umum. dan Keenam perlu meningkatkan pengelolaan keamanan fisik yang mengacu pada caracara manajemen sekuriti yang benar.

This thesis discusses the physical security prisons with a focus on physical security management specifically organized by the Prison Class I, Semarang. In one hand, prison is a place to conduct training and supervision for inmates, because of it the prison environment is enclosed and isolated with maximum security system, so it can be say that prison is the main physical fortress in achieving the objectives of the guidance and supervision. On the other hand, prisons must provide good services to inmates who become prisoners, they also as an important asset that must be maintained security and safety. Prisons should also be open to the public and families to visit prisoners.
The research in this thesis aims to describe and analyze the physical security management in Semarang Prison nowadays, then to identify and analyze the constraints in the physical security management, and ultimately analyze the efforts to overcome the obstacles faced so as to achieve ideal physical security management in prisons Semarang. This research is a descriptive qualitative explanation, which is the result analyzed with deductive way of the collected data documents, interviews and observation results in the field.
The study concluded there are still deficiencies in physical security management, particularly the implementation of safeguards that performed by two different fields often give rise to overlapping authority, in addition to the low quality of personnel, and infrastructure as a result of budget inexistences. There is still the security management of the physical constraints that do not implement the correct way of security management and compliance with the physical aspects that are strategic in the management of physical security in prisons Semarang. Therefore, this study suggests Firstly, a need to unify the two fields of security in prisons organizer functions into one area on the organizational structure of prison. Secondly, need to improve capacity of prison officers by giving training. Thirdly, it should be ideally fulfilled all aspects of the physical and guard security tool, particularly prioritizing the fulfillment of the physical aspects of value and strategic importance. Fourthly. It should be structured coaching programs that are not only oriented on improving the skills of prisoners, but also must be oriented to fill the empty time inmates, Fifthly. Distinction needs to be given to the treatment of prisoners users or drug dealers that exist in the public prisons. and Sixth. need to improve physical security management refers to the ways that true security management."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Inter Parliamentary Union, 2005
355 PEN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Centre For Strategic and International Studies, 2003
355 PEN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Suryo Adi Pramono, supervisor
"Sivilitas demokratis (democratic civility) yang dikcmukakan Hefner (1998) --bila
disederhanakan-- bermakna "tata sosio-politik-kultural yang memiliki nilai-nilai
kebebasan, kesederajadan dan toleransi yang melandasi Qartisipasi demokralis
warganegara dalam sebuah tatanan pplitik inteeratif dengan mengandaikan adanya
kerjasama antara yvarganegara dan ncgara yang mampu melindungi hak-hak
warganegara di wilayahnya". Bagaimanakah kemungkinan tatanan seperti itu dapat
terwujud pada kehidupan para aktivis partai politik di Surakarla? Basis ekonomi
dipandang sebagai entiy point untuk memahami perilaku dan tindakan politik para aktivis
tersebut. Scdangkan perilaku dan tindakan para aktivis digunakan sebagai entry point
pula dalam memahami kemungkinan terbentuknya democratic civility di Surakana.
Kerangka teori yang saya pakai sebagai "pegangan awal" penelitian adalali
kombinasi teori democratic civility (Hefner), civil society ('l`ocqucville dan Neera
Clmndhnlce) danformnl - shadow economy (Evers dan McGee). Hal ini akan dilambah
dengan teori 0'DonnclI dan Schmitter tcntang Negara Otoritarian-Birokratik (NOB) dan
korporatismc negara yang dimaksudkan untuk mernahami sistem polilik pcmcrintahan
Socharto sebagai kontcks makro historis.
Penclitian kualitatif yang betsifat cksploratif ini (karena beium ada salu pun
penelitian tentang topik ini secara empiris) menyimpulkan bahwa kemungkinan
terbentuknya democratic civility tersebut masih bcrsifa:-embrional. Secara umum nilai
kebebasan, kesederajadan, toleransi, kemandirian, partisipasi, dan ketaatan pada hukum
telah mempengaruhi nuansa atmosfer politik mereka tetapi pada ruang dan waktu lertentu
ia masih rentan terhadap nilai-nilai anti-dcmokrasi, misalnya "politik uang", kekerasan,
pemaksaan kchcndak dan tidak responsif terhadap aspirasi publik. Sebab itu ia
membutuhkan kerja sinergis berbagai pihak terkait --bukan hanya para aktivis parlai
politik- danhersifat multi-dimensional -bukan hanya berbasiskan pada dimensi (basis)
ekonomi-- sccara jangka panjang dengan membuat jejaring antara kullur dan slruktur
sosial sebagai pijakannya yang didasarkan pada nilai-nilai dasar demokrasi (termasuk
ketiga nilai dasar democratic civility Hefner). Tcmuan lapaugan menunjukkan bahwa
dinamika politik kepartaian ditandai oleh kecenderungan perubahan dari pola otorilarian
menuju ke (transisi) demokratis. Pada titik ini, scjumlah peluang dan hambatan turut
mewarnai dinamika kchidupan para aktivis partai politik tcrsebut.
Kcsimpulan ini didasarkan pada hasil analisis terhadap para aktivis partai po1iti!<_
(terutama terhadap basis massa pendukung, dinamika kepartaian secara historis, basis
ekonomi dan variabel lain, serta peluang dan hambalan) dengan mcnggunakan data
primer dan sekunder yang diperoleh melalui tcknik snowbnlling, wawancara tak
berstruktur, wawancara mendalam, pengamatan tcrlibat, data statistik, media massa
(misalnya: kliping koran), dokumcntasi rclevan, literatur dan hasil penelitian terkait_
Trianggulasi dan pendekatan cmik - etik pun diterapkan tcrhadap data Iapangan agar
diperoleh data yang sahih. Analisis mendasarkan diri pada reduksi data, sajian data dan
penarikn kcsimpulan yang kemudian disusun menjadi laporan penalitian parsial dan akhir
berdasarkan negotiated understanding antara penelili dan subyek penelitian.
Temuan lapangan menghasilkan "implikasi teoritik" baik terhadap teori yang
mcnjadi "pegangan awal penelitian" maupun teori lain yang masuk kc "ruang kesadaran"
peneliti karena "dirangsang" oleh data lapangan. Pertama, konsep Negara Otoritarian Birokratis (O'Donnell) dan korporatisme negara (Schmitter) masih rclevan untuk
memahami dinamika kepartaian secara historis terutama Era Soeharto. Kcdua, konsep
Samuel Huntington tentang strong government tcrlihat jelas pada Era Soeharto. Ketiga,
begitu kuatnya stale pada era tersebut membawa saya kian mengafirmasi pcrlunya
implementasi civil society --terularna sebagaimana dikcmulcakan Toequevillc, Neera
Chandhoke, dan Hefner" pada masyarakat. Kecmpat, konsep civil society secara
vertikal (vis a vis state) dan secara horisontal (terhadap asosiasi-asosiusi lain) pada
perkembangan terakhir di Surakarta cenderung untuk dikombinasikan, sehingga bercorak
kolaborasi-kritis balk secara vertikal maupun horisontal. Kelima, konsep formal
economy, shadow economy, informal economy, subsistence production dan dark economy
(Evers dan McGee) kiranya sangat membanlu dalarn memahami basis elconomi subyek
penelitian. Namun sejurnlah konscp tersebut "tumpang-tindih" atau dapat dikenakan
bersama-sama pada subyek tertentu sehingga sulit untuk membuat kategorisasi. Kecnam,
konsep democratic civility (Hefner) terbukti sangat abstrak bagi para informan (subyek
penelitian) sehingga diperlukan penelitian lanjutan yang memungkinkan perumusan
"konsep tingkat mencngah" (Merton) supaya lebih aplikatii Ketujuh, konsep "asosiasi"
(Neem Chandhoke) bersifat terlalu luas, sehingga mencakup semua pengelompokan
sosial, akan tetapi manakah yang menjadi "tulang punggung" civil society menjadi tidak
jelas. Hal ini diperumit oleh data lapangan bahwa secara personal sejmnlah individu yang
terintegrasi di dalam negara (regimist actors, terinspirasi oleh ternniiologi Hefner:
regimis! Islam) sckaligus pulzfmenjadi anggota asosiasi sosial (civil actors, terinspirasi
oleh tenninologi Hefner: civil Islam). Sehingga apa yang dimaksud dengan "asosiasi"
tersebut --dari sudut pandang aktor-- mcnjadi tidak jclas pada temuan ini. Menurut saya -
sccara tentatifl- visi dan nlisi asosiasilah yang perlu menjadi titik pijak, bukan
keanggotaan personal. Kedelapan, pemahaman terhadap makna civil society kiranya
masih di dalam proses perkembangan yang jauh dari iinalitas kesepakatan antar teoritisi.
Tetapi tak dapat dipungkiri, bahwa konsep itu menjadi prasyarat utama bagi hadirnya
kehidupan yang clemokratis di antara sesama warganegara serta interaksi amara
\varganugara (baik personal maupun asosiasional atau organisasional) dengan ncgara.
Kescmbilan, konsep-konsep teori sosiologi lclasik dan modern masih cukup relevan pada
topik ini: (1) "fakta sosial" (Emile Durkheim); (2) aneka tindakan sosial alas dasar
subjective meaning (Wcbcr); (3) tindakan sosial bcrdasarkan motif (interests dan values)
menurut Parsons; (3) hukum besi oligarkhi (Robert Michels); (4) "hukum sosial" Lord
Acton: "Tidak ada kawan dan lawan abadi, yang ada adalairkepcntingan abadi"; (5)
?desubllmasi represif" (Herbert Mnrcuse), (6) teori strukturasi: inleraksi antara agency
dan structure (Anthony Giddens); dan (7) "ruang publik" (public sphere) menurut
Juergen Hatbermas. V
Berkaitan untuk memperoleh ternuan lapangan, sccara mclhodologis, small group
discussion susah untuk diterapkan karena faksionalisme dan kesalingcurigaan politik
yang terjadi pada para aktivis partai tcrtcntu. Cross-check cenderung dilakukan secara
interpersonal dan atas dasar data sekunder. Sedangkan bagian mcthodologi Iain dapal
diterapkan dalam penelitian.
Karena penelitian bersifat eksploratif maka peluang untuk mengadakan penclitian
lebih mendalam tentang topik ini sangat terbuka lebas, dengan berbagai macam sudut
pandang, kcrangka tcori, mcthodologi, subyek penelitian dan lokasi penelitian. Kajian
lanjutan sangat diperlukan untuk memperdalam dan mcmperluas cksplorasi awal ini."
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T5479
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Telaumbanua, Nolly Rodus Voviroy Carnolo
"[Penelitian ini dilatarbelakangi oleh diterimanya demokrasi sebagai suatu pendekatan politik kenegaraan yang mampu mewakili kehidupan bernegara yang lebih baik. Dewasa ini, demokrasi menjadi sebuah sistem politik dimana mereka yang dirugikan memiliki insentif serta sumber daya untuk menunjukkan kekurangan dari sistem politik, memperlihatkan kebenaran tentang mereka yang disembunyikan, dan
mampu berusaha mengubah aturan umum yang menyebabkan keadaan mereka semakin memburuk. Dalam demokrasi, kompetisi atau persaingan untuk memperoleh kekuasaan semestinya menunjukkan sisi moralitas kemanusiaan yang bertindak atas dasar kebenaran dan kebajikan agar pelaksanaan demokrasi tidak masuk ke dalam
ilusi yang tidak memberikan manfaat dan kemajuan bagi kehidupan manusia politik; seperti pemikiran politik atas demokrasi yang dikemukakan oleh Jean Jacques Rousseau. Penelitian ini juga ingin mengetahui pemikiran politik yang digagas oleh Jean Jacques Rousseau dalam memandang penguatan nilai-nilai demokrasi yang berlangsung dalam masyarakat politik. Sebagai landasan teoritis, dalam penilitian ini menggunakan pendekatan konseptual terhadap negara yang berpijak pada persfektif idealis; serta menggunakan pendekatan konseptual dan legitimasi terhadap demokrasi yang terdiri dari : konsepsi demokrasi klasik normatif (substantif) dan demokrasi empiris minimalis (prosedural) dalam demokratisasi untuk memperoleh legitimasi politik yang dibangun oleh dukungan penuh kedaulatan rakyat. Dalam penelitian ini terdapat landasan terhadap posisi teoritis dari pemikiran politik Jean Jacques Rousseau yang terkategori sebagai demokrasi radikal dalam memandang penerapan demokrasi dari masyarakat politik yang bertumpu pada dua hal penting; yaitu kebebasan individu dan kesetaraan. Dan terakhir, penelitian ini juga menggunakan pendekatan peran pengaruh lingkungan terhadap pemikiran politik yang digunakan menyelidiki pembentukan formasi intelektual atas pemikiran politik dalam diri Jean Jacques Rousseau;Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, sedangkan teknik analisis data
dengan menggunakan deskriptif analitis. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan studi kepustakaan yang terdiri dari : data primer merupakan data utama yang berasal dari buku-buku atau diskursus yang ditulis oleh Jean Jacques Rousseau serta data skunder yang merupakan data tambahan dari penulis ketiga yang menulis
mengenai pemikiran politik Jean Jacques Rousseau, terkhusus mengenai negara dan kebebasan individu dalam lingkup negara demokrasi. Dari rangkaian penelitian atas pemikiran politik yang digagas oleh Jean Jacques Rousseau, ditemukan bahwa negara sebagai pemelihara ketertiban sosial dapat sejalan dengan kebebasan individu, saling terikat dalam struktur faktual negara demokrasi dan tidak saling menaklukan meskipun saling berhadapan. Keberadaan negara demokrasi dalam pemikiran politik Jean Jacques Rousseau mengarah kepada masyarakat hukum yang teratur dan tunduk kepada kehendak umum (aturan umum) sebagai sebuah kewajiban politik dalam negara.
Implikasi teoritis menunjukkan pemikiran politik Jean Jacques Rousseau
menekankan kepada terbentuknya negara (republik) yang mengutamakan kebebasan individu untuk memutuskan urusan publik terutama dalam menentukan nilai-nilai, norma-norma, dan aturan-aturan penyelengaraan negara dan pemerintahan. Negara menjadi sarana untuk membentuk perilaku individu dengan mengganti perilaku
berdasarkan naluri menjadi tindakan moral (moral universal/moral umum) melalui pembentukan watak moral (karakter moral) bagi setiap tindakan-tindakan individu di dalam masyarakat politik (masyarakat sipil/masyarakat publik).
;Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, sedangkan teknik analisis data
dengan menggunakan deskriptif analitis. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan studi kepustakaan yang terdiri dari : data primer merupakan data utama
yang berasal dari buku-buku atau diskursus yang ditulis oleh Jean Jacques Rousseau
serta data skunder yang merupakan data tambahan dari penulis ketiga yang menulis
mengenai pemikiran politik Jean Jacques Rousseau, terkhusus mengenai negara dan
kebebasan individu dalam lingkup negara demokrasi.
Dari rangkaian penelitian atas pemikiran politik yang digagas oleh Jean
Jacques Rousseau, ditemukan bahwa negara sebagai pemelihara ketertiban sosial
dapat sejalan dengan kebebasan individu, saling terikat dalam struktur faktual negara
demokrasi dan tidak saling menaklukan meskipun saling berhadapan. Keberadaan
negara demokrasi dalam pemikiran politik Jean Jacques Rousseau mengarah kepada
masyarakat hukum yang teratur dan tunduk kepada kehendak umum (aturan umum)
sebagai sebuah kewajiban politik dalam negara.
Implikasi teoritis menunjukkan pemikiran politik Jean Jacques Rousseau
menekankan kepada terbentuknya negara (republik) yang mengutamakan kebebasan
individu untuk memutuskan urusan publik terutama dalam menentukan nilai-nilai,
norma-norma, dan aturan-aturan penyelengaraan negara dan pemerintahan. Negara
menjadi sarana untuk membentuk perilaku individu dengan mengganti perilaku
berdasarkan naluri menjadi tindakan moral (moral universal/moral umum) melalui
pembentukan watak moral (karakter moral) bagi setiap tindakan-tindakan individu di
dalam masyarakat politik (masyarakat sipil/masyarakat publik)., Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, sedangkan teknik analisis data
dengan menggunakan deskriptif analitis. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan studi kepustakaan yang terdiri dari : data primer merupakan data utama
yang berasal dari buku-buku atau diskursus yang ditulis oleh Jean Jacques Rousseau
serta data skunder yang merupakan data tambahan dari penulis ketiga yang menulis
mengenai pemikiran politik Jean Jacques Rousseau, terkhusus mengenai negara dan
kebebasan individu dalam lingkup negara demokrasi.
Dari rangkaian penelitian atas pemikiran politik yang digagas oleh Jean
Jacques Rousseau, ditemukan bahwa negara sebagai pemelihara ketertiban sosial
dapat sejalan dengan kebebasan individu, saling terikat dalam struktur faktual negara
demokrasi dan tidak saling menaklukan meskipun saling berhadapan. Keberadaan
negara demokrasi dalam pemikiran politik Jean Jacques Rousseau mengarah kepada
masyarakat hukum yang teratur dan tunduk kepada kehendak umum (aturan umum)
sebagai sebuah kewajiban politik dalam negara.
Implikasi teoritis menunjukkan pemikiran politik Jean Jacques Rousseau
menekankan kepada terbentuknya negara (republik) yang mengutamakan kebebasan
individu untuk memutuskan urusan publik terutama dalam menentukan nilai-nilai,
norma-norma, dan aturan-aturan penyelengaraan negara dan pemerintahan. Negara
menjadi sarana untuk membentuk perilaku individu dengan mengganti perilaku
berdasarkan naluri menjadi tindakan moral (moral universal/moral umum) melalui
pembentukan watak moral (karakter moral) bagi setiap tindakan-tindakan individu di
dalam masyarakat politik (masyarakat sipil/masyarakat publik).]"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T44626
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>