Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 155891 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
BAS 14:27 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Didin Mishbahuddin
"Wilayah Pegunungan Kumbang-Pojoktilu-Subang terletak di perbatasan Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah. Situs arkeologi di wilayah ini secara religi berasal dari masa pra sejarah, masa Hindu-Buddha, dan tradisi penganggungan leluhur masih berlanjut hingga saat ini. Penelitian arkeologi di wilayah ini masih terbatas, terutama dalam memahami distribusi situs-situs arkeologi secara makro. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara situs-situs arkeologi dan lingkungan fisiknya dengan pendekatan determinan ekologi. Teknik Archaeology Predictive Modelling menggunakan MaxEnt digunakan untuk mengidentifikasi pola kecenderungan pemilihan lahan dengan nilai variabel lingkungan fisik tertentu yang mendasari pertimbangan lokasi situs arkeologi di wilayah ini. Hasil permodelan MaxEnt menunjukkan variabel yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan lokasi situs meliputi kemiringan lahan 5°, nilai TPI 20-50 (posisi lebih tinggi daripada area sekitarnya), ketinggian lahan 800-1000 mdpl, jarak 0-50 meter dari sungai terdekat, jenis tanah grumosol kelabu, lokasi di Formasi Halang (Tmph), kemiringan menghadap ke arah utara, sistem lahan steep hills on marls with rock outcrops, nilai plan curvature 0-1 (kelengkungan lereng lateral sedikit cembung), dan nilai profile curvature -1-0 (kelengkungan lereng sejajar garis kontur sedikit cekung). Berdasarkan hasil tersebut, masyarakat pembuat situs di wilayah ini terutama mempertimbangkan aksesibilitas yang buruk, tetapi juga memperhatikan stabilitas lahan, ketersediaan air, dan ketersediaan makanan sebagai faktor pendukung.

The Kumbang-Pojoktilu-Subang Mountains region is located on the border of West Java and Central Java provinces. Archaeological sites in this region religiously date back to pre-history, the Hindu-Buddhist period, and the tradition of ancestral worship continues to this day. Archaeological research in this region is still limited, especially in understanding the macro distribution of archaeological sites. This research aims to identify the relationship between archaeological sites and their physical environment using an ecological determinant approach. The Archaeology Predictive Modelling technique using MaxEnt was used to identify patterns of land selection trends with specific physical environment variable values underlying the consideration of archaeological site locations in this region. MaxEnt modelling results show that variables that are considered in the selection of archaeological site locations include land slope of 5°, TPI value of 20-50 (higher position than the surrounding area), land elevation of 800-1000 masl, distance of 0-50 metres from the nearest river, grey grumosol soil type, location in the Halang Formation (Tmph), north-facing slope, land system steep hills on marls with rock outcrops, plan curvature value 0-1 (lateral slope curvature slightly convex), and profile curvature value -1-0 (slope curvature parallel to contour lines slightly concave). Based on these results, archaeological site builders in this region mainly consider poor accessibility, but also consider land stability, water availability, and food availability as supporting factors.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Medan: Badan Arkeologi Medan, 2014
959.812 BAL (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mundardjito
"ABSTRAK
Penelitian ini merupakan langkah awal dari suatu upaya untuk memahami hubungan manusia dan lingkungan pada masa lalu
di seluruh wilayah provinsi Jambi.
Keterangan mengenai lokasi situs-situs arkeologi dan keadaan sumber daya lingkungan alam di seluruh wilayah itu dikumpulkan terutama melalui data sekunder dan kemudian dipetakan dalam 2 jenis peta persebaran (situs dan lingkungan) untuk selanjutnya dikaji hubungannya melalui teknik tumpang(sumperimposed) antara kedua jenis peta
tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa situs-situs arkeologi berlokasi di daerah-daerah yang memiliki sifat-sifat sebagai
berikut: Kelerengannya 0-2%, bentuk lahan berupa dataran aluvial, jenis batuannya tergolong batuan endapan aluvial,
jenis tanah aluvial, dan jaraknya ke sumber air kurang dari 500 meter. "
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
"Berbagai macam jenis tumbuhan yang ada sekarang ini mencerminkan juga bagaimana keanekaragaman jenis tumbuhan yang ada sebelumnya atau di masa lalu, sepanjang keadaan lingkungan daerah tersebut tidak banyak berubah secara signifikan. Komunitas tumbuhan di suatu daerah akan menggambarkan tingkat keanekaragaman jenis tumbuhan yang toleran terhadap kondisi lingkungan daerah tersebut. Daya toleransi jenis tumbuhan terhadap faktor lingkungan tersebut akan berbeda-beda yang mengakibatkan adanya perbedaan jenis tumbuhan yang hidup di suatu wilayah. Dengan menggunakan metode HF dan Acetolysis, maka hasil identifikasi dari fosil polen (pollen analysis) yang telah dilakukan khususnya pada sampel tanah/sedimen yang berasal dari sekitar temuan gerabah, serta pada kotak-kotak ekskavasi yang telah dibuka di Situs Pemuteran, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali secara acak terutama pada lapisan B pada test pit 4 dan 5, didapatkan jenis fosil pollen dari tumbuhan yang berasal dari tumbuhan yang cukup bermanfaat dari famili Compositae, Poaceae, Malvaceae dan Papilionaceae. Disamping itu terdapat juga butiran pollen yang saat ini tidak terdapat di sekitar situs Pemuteran, seperti famili Pinaceae, Fagaceae, Daphnae, Sequoia, Geraniaceae, Cupressus."
930 ARKEO 31:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Teguh Prasetyo
"Skripsi ini membahas situs-situs dan lingkungan di sekitarnya yang terletak di daerah Batujaya, Kabupaten Karawang, Propinsi Jawa Barat. Dalam penelitian ini yang diperhatikan adalah lingkungan alam di sekitar situs-situs tersebut, meliputi keadaan topografi, lapisan geologi, sumber air tawar, dan pola aliran sungai. Penelitian ini menggunakan beberapa sumber data, yaitu beberapa jenis peta topografi (tahun 1910, 1945, dan 1965), peta geologi kuarter yang diterbitkan tahun 1983 oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung, dan sebuah foto udara dari Bakosurtanal yang dibuat pada tahun 1981. Selain itu tentu saja data hasil penggalian tahun 1985 dan 1986. Meskipun situs-situs arkeologi Batujaya secara geografis terletak dekat dengan Rota Jakarta, ternyata telah sekian lama luput dari perhatian para ahli arkeologi. Baru pada tahun 1934 situs-situs tersebut disurvei oleh Jurusan Arkeologi yang bekerja sama dengan Pusat Penelitian Arkeo logi Nasional Jakarta.
Dari hasil survei tersebut pada tahun 1985 dan 1986 diadakan penggalian di salah satu situs, yaitu di situs SEG I. Hasil penggalian tahun 1985 dan 1986 adalah dite-mukannya sebuah sisa bangunan yang terbuat dari bata, berukuran 19 x 19 meter dan tinggi bangunan yang tersisa 4,7 meter. Orientasi bangunan tersebut tenggara - barat laut. Dari hasil survei tahun 1986 diketahui bahvra sebagian dari situs-situs tersebut berorientasi tenggara - barat laut. Peta keletakan situs dibuat dengan menggunakan foto udara. Dengan teknik tumpang susun antara sebaran situs dengan peta geologi, Data topografi, Data zone air tawar, rekonstruksi Kali Asin, maka dapat diketahui keletakan situs-situs tersebut secara akurat.
Hasil nenelitian ini memberikan informasi bahwa keletakan situs-situs arkeologi Batujaya berada di daerah yang lebih tinggi dari daerah sekitarnya, situs berada di daerah yang banyak sumber air tawarnya, dan berada pada lapisan geologi yang stabil. Situs-situs Batujaya juga mengikuti pola memanjang tenggara - barat laut sesuai de_ngan aliran Sungai Citarum yang mengalir di sebelah Selatan situs-situs tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S11555
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Dari hasil penelitian tentang lingkungan veqetasi di sekitar kompleks percandian Padang Lawas, Kabupaten Padang Lawas, Provinsi Sumatera Utara, diketahui bahwa kompleks percandian Padang Lawas berada dalam lingkungan vegetasi hutan hujan tropik dataran rendah dengan tingkat kanekaragaman jenis famili tumbuhan yang tinggi, salah satu di antara famili tumbuhan tersebut adalah Euphorbiaceae dengan salah satu spesiesnya Phylanthus emlica. L (Balaka). Tumbuhan Phylanthus emlica merupakan tumbuhan liar di tempat-tempat terbuka dalam hutan hujan tropik dataran rendah. Mengamati sifat hidup dan habitatnya, maka tumbuhnya Balaka (Phylanthus emlica) pada pekarangan-pekarangan candi di Padang Lawas kemungkinan bukan sengaja ditanam melainkan tumbuh secara alami. Tumbuhan Balaka (Phylanthus emlica) di daerah lain dikenal dengan nama daerahnya masing-masing, di Melayu dikenal dengan malaka, di Minangkabau dikenal dengan balaka, di Sunda dikenal dengan nama malaka dan di Jawa dikenal dengan Kemloko sementara itu di Madura dan Bali disebut dengan mlakah, dan Flores (NTT) dikenal dengan karsinta."
930 ARKEO 31:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ide Nada Imandiharja
"Benteng Toboali merupakan sebuah benteng pertahanan yang terletak di pesisir barat Bangka Selatan di Pulau Bangka, tepatnya di Toboali. Benteng Toboali dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda pada abad ke-19. Penelitian ini dilakukan dengan menempatkan Benteng Toboali dalam konsep panoptikon yang dikemukakan oleh Michel Foucault (1995) selama masa pemerintahan kolonial Belanda di Toboali untuk merekonstruksi mekanisme kuasa yang ada antara pihak Belanda dengan pihak-pihak yang ada di sekitar Benteng Toboali. Penelitian ini menggunakan metode penelitian arkeologi yang dikemukakan oleh Collin Renfrew dan Paul G. Bahn (2016): formulasi, pengumpulan dan perekaman data, pemrosesan dan analisis, dan publikasi. Pengumpulan dan perekaman data dilakukan dengan metode survei di Benteng Toboali pada bulan Januari 2020. Analisis jangkauan dilakukan untuk mengidentifikasi wilayah jangkauan pengawasan, dan analisis jaringan dilakukan untuk menjelaskan relasi antara pihak Belanda dengan fitur-fitur yang ada di wilayah pengawasannya. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Benteng Toboali sebagai representasi kuasa pemerintah kolonial Belanda di Toboali difungsikan sebagai bangunan pengawasan terhadap kelompok pribumi, kelompok etnis Cina, perusahaan-perusahaan Belanda (Bankatinwinning dan Bataafsche Petroleum Maatschappij), dan kelompok lain yang masih berada dalam wilayah jangkauan Benteng Toboali melalui mekanisme panoptikon.

ABSTRACT
Toboali is a fortress located in the west coast of South Bangka in Bangka Island, precisely in Toboali. Fort Toboali was built by the Dutch colonial government in 19th century. This research was conducted by placing The Fort Toboali in the Panopticon concept by Michel Foucault (1995) during the Dutch colonial government in Toboali to reconstruct the mechanism of power that exixted between the Dutch and evertything around the Fort Toboali. The research used archaeological research method stated by Collin Renfrew and Paul G. Bahn (2016): formulation, collecting and recording evidence, processing and analysis, and publication. Collecting and recording the evidence was held by survei method in Fort Toboali on January 2020. Buffer analysis was used to identify the surveillance area, and networking analysis was used to explain the relation between the Dutch and the features on the surveillance area. The result of the research is that the Fort Toboali as a representation of the power of the Dutch colonial government in Toboali was functioned as a surveillance building to the indigenous group, Chinese ethic group, the Dutch companies (Bankatinwinng and Bataafsche Petroleum Maatschappij), and another group within the reach of Fort Toboali through the panopticon mechanism.

"
2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>