Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8388 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Chiraz Hannachi
"An anion exchange membrane, (AMX) that carries a quaternary ammonium functional group has been investigated for its adsorption of fluoride, nitrate and sulfate from aqueous solutions. Fitting of the Freundlich, Langmuir, and Dubinin–Radushkevich adsorption models to the equilibrium data was performed at different temperatures in the range of 283?313K. The sorption parameters of the studied models were determined by linear regression and discussed. Adsorption analysis results obtained at various temperatures showed that the adsorption pattern on the membrane followed Langmuir isotherms. Thermodynamic studies revealed that the adsorption of the AMX membrane to the studied ions was spontaneous. The 0 ?GT values suggested the affinity order of the membrane for the studied anions. At 283K and 298K, the affinity order was: ? ? ? SO ? NO3 ? F 2 4 . This order was: ? ? ? ? ? 3 2 F SO4 NO at 313K. The standard enthalpy change and the standard entropy change were found to be ?11.63 kJ/mol and ?9.93 J/mol. K for the adsorption of nitrate, 7.42 kJ/mol and 58,73 J/mol. K for the adsorption of sulfate, and 74.21 kJ/mol and 274.9 J/mol. K for the adsorption of fluoride, respectively. The negative values of standard free energy 0 ?GT indicate the spontaneous natures of adsorption of studied anions onto the AMX membrane."
Depok: Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2014
UI-IJTECH 5:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ricky Yuwono Pahlawan
"Kadmium merupakan salah satu logam berat bersifat toksik bagi kehidupan manusia. Dalam konsentrasi yang sangat rendah, logam kadmium tidak dapat ditentukan menggunakan instrumen dengan mudah. Ion Imprinted Polymer (IIP) digunakan untuk mengenali dan memisahkan logam berat. Prinsip kerja dari IIP adalah dengan metode trapping dalam matriks polimer yang terikat silang dengan agen pengkelat. Dalam penelitian ini, IIP melalui metode polimerisasi bulk dengan ion logam kadmium sebagai template, 8-hydroxyquinoline sebagai ligan, MMA sebagai monomer fungsional, EGDMA sebagai crosslinker, dan AIBN sebagai inisiator berhasil disintesis. Pengaruh rasio campuran ligan dan monomer (1:1, 1:2, dan 1:3) terhadap IIP dipelajari pada penelitian ini. Produk IIP dikarakterisasi menggunakan AAS, FTIR, SEM, dan TGA. Kapasitas adsorpsi IIP mencapai kemampuan optimumnya pada pH 6 dengan waktu kontak 60 menit. IIP dengan rasio 1:2 memiliki mekanisme adsorpsi sesuai dengan persamaan Freundlich dengan R2 0.9214 dan kapasitas adsorpsi maksimum sebesar 335.58 mg/g untuk IIP dan 105.46 untuk NIP. Model kinetika adsorpsi dari IIP dan NIP mengikuti model kinetika orde pseudo pertama dengan R2 0.9722. Hasil tersebut menunjukkan mekansime adsorpsi IIP terjadi pada tahap awal reaksi. IIP menunjukkan selektifitas yang baik terhadap ion Cd(II) dengan adanya interferensi logam Pb dan Cr.

Cadmium become one of toxic heavy metals that can be dangerous for human lives. At very low concentration, cadmium cannot be determined by instrument easily. Ion Imprinted Polymer (IIP) is used to recognize and separating heavy metal ion that works with trapping method in polymer matrices that are crosslinked with chelating agent. In this research, IIP via bulk polymerization with cadmium ion as template, 8-Hydroxyquinoline as ligand, methyl methacrylate as functional monomer, EGDMA as Crosslinker, and AIBN as Initiator was successfully synthesized. The effect of ratio of ligand and monomer (1:1, 1:2, 1:3) to IIP was studied. The synthesized IIP was characterized by AAS, FTIR, SEM, and TGA. Adsorption capacity of IIP reach optimum capacity at pH 6 with 60 minutes contact time. IIP with ratio 1:2 has the adsorption mechanism of both IIP and NIP followed to the Freundlich equation with R2 0.9214 and maximum adsorption capacity of Cd(II) was 335.58 mg/g for IIP and 105.46 mg/g for NIP respectively. Furthermore the kinetics model followed the pseudo first order with R2 0.9722, this results show that the adsorption mechanism took place on initial time of adsorption. IIP exhibited good selectivity to Cd2+ ions in the presence of Pb2+ and Cr3+ interferences."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Material Iignoselulosa didapatkan mempunyai syarat yang baik
sebagai adsorben. Diketahui banwa material Iignoselulosa yang berbeda
mempunyai kapasitas adsorbsi yang berbeda untuk tiap ion Iogam. Pada
penelitian ini serbuk kayu jering (Pithecellobiumjinnga) dimodifikasi dengan
Cara penambanan NaOH dengan konsentrasi mulai dari 1% sampai 10%.
Dari nasil modifikasi NaOH, didapat kondisi modifikasi optimum serbuk kayu
untuk adsorbsi ion Iogam Cu2+, Zn2+, dan Cr3+ adalah modifikasi dengan
penambahan NaOH 8%. Penentuan waktu kontak optimum dilakukan dengan
variasi waktu 0.5, 1, 2, 6, 15, dan 24jam. Didapat waktu kontak adsorbsi
optimum untuk ketiga ion Iogam ini adalah waktu kontak selama 1 jam.
Penentuan model adsorbsi ion Iogam dilakukan dengan variasi konsentrasi
ion Iogam 10, 20, 50, 70, dan 100 ppm. Didapat bahwa model adsorbsi
serbuk kayu untuk ketiga ion Iogam ini Iebin cenderung mengikuti isoterm adsorbsi Langmuir Uji selektifitas serbuk kayu terhadap ion Iogam dilakukan
metode SPE (Solid Phase Extraction) dengan memvariasikan perbandingan
konsentrasi campuran ion Iogam (mulai dari 1:1:1 sampai 2:2:1). Dari data
didapatkan bahwa serbuk kayu tidak selektif mengadsorbsi ion Iogam tertentu
dalam campuran Uji kapasitas tukar kation (KTK) dilakukan dengan
mengelusi ion Iogam di dalam kolom SPE yang sudah diisi serbuk kayu.
Didapat nilai kapasitas tukar kation untuk masing-masing ion Iogam adalah:
CUZ* 135.60 mek/g, Zn” 76.90 mek/g, dan CP* 19.87 mek/g. uji recovery ion
Iogam dilakukan dengan dua Cara pencucian: pencucian menggunakan asam
HCI 0_1 IVI dan base NaOH 0.1 M. Didapat persen recovery dengan
pencucian menggunakan NaOH lebih baik (Cu2* 4_e2%, Zn” 21.6O%, dan
Cr3+ tidak terdeteksi) daripada dengan menggunakan HCI (Cu2+ O.4O%, Zn”
12.48%, dan Cr3+ tidak terdeteksi)"
Universitas Indonesia, 2007
S30454
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paskih
"ABSTRAK
Bahan pencemar buangan industri Iogam limbah cairnya salah satunya berasal dari proses pengasaman yang mengandung berbagai ion logam diantaranya adalah ion besi dan seng yang juga sering hadir secara bersama-sama dan kehadirannya pada badan air dengan konsentrasi yang tinggi menyebabkan terdegradasinya kualitas air. Aplikasi karbon aktif untuk mereduksi kandungan kedua logam berat adalah salah satu solusi yang diupayakan.
Penelitian adsorpsi ion Fe dan Zn dengan karbon aklif telah dilakukan. Variabel-
variabel operasi yang divariasikan adalah rasio berat karbon aktif dalam larutan, konsentrasi larutan biner dan waktu kontak. Proses adsorpsi larutan Fe dan Zn dilakukan menggunakan adsorben karbon aktif berukuran 0,8 - 1,0 mm melalui sistem batch seiama 24 jam pada kondisi ruangan (T= 28°C, P = 1 atm). Sebelumnya karbon aktif diaktifasi melalui pemanasan pada kondisi vakum T = 105°C, P = 50 mbar dan t = 12 jam. Proses pemanasan ini meningkatkan volume pori mikro dari 0,1067 cm3/gr menjadi 0,1618 cm3/gr dan meningkatkan luas permukaan karbon aktif dari 212,8 m2/gr menjadi 325 m2/gr.
Hasil penelitian menunjukkan peningkatan rasio berat karbon aktif pada larutan biner dalam proses adsorpsi batch memberikan peningkatan prosentasi ion Fe dan Zn terserap yang lebih tinggi namun pengaruh peningkatan ini lebih besar pada penyerapan ion Fe. Prosentasi ion Fe terserap oleh karbon aktif dari larutan biner lebih rendah dibandingkan prosentasi rerserapnya dari larutan tunggal karena pada penyerapan dari larutan biner terdapat persaingan penyerapan. Rentang waktu adsorpsi effektif ion Fe dan Zn dari Iarutannya sebelum kesetimbangan adsorpsi tercapai dan waktu yang dibutuhkan untuk melewati baku mutu adalah berbeda untuk kedua adsorbat yang tenggangya berganlung pada konsentrasi awal masing-masing di dalam larutan dan bergantung pada rasio berat karbon aktif pada Iarutan yang digunakan.

"
2001
S49017
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Paulus Pardamean Rinaldo
"Zeolit alam Lampung telah berhasil dimodifikasi menjadi TETA-Zeolit dengan menggunakan triethylenetetramine. Karakterisasi senyawa dilakukan menggunakan FTIR, XRD dan EDS. Studi adsorpsi ion logam dilakukan menggunakan AAS dan UV-Visible. Sebelum preparasi, dilakukan aktivasi zeolit menggunakan teknik aktivasi fisik dan kimia, lalu kationnya diseragamkan dengan Na+ (menjadi Na-zeolit). Dengan menggunakan metode kompleks tembaga amin diperoleh nilai KTK Na-zeolit sebesar 0,5318 mek/100 gram zeolit dan dengan metode metilen blue diperoleh nilai KTK sebesar 0,0939 mek/100 gram zeolit.
Keberhasilan modifikasi zeolit menggunakan triethylenetetramine dapat dilihat dari karakterisasi yang dilakukan membuktikan adanya atom karbon dalam senyawaan. Aplikasinya sebagai adsorben dilakukan dengan 3 variasi. Variasi konsentrasi triethylenetetramine dimana konsentrasi terbesar merubah pola daya adsorpsi zeolit secara signifikan. Variasi waktu dimana pada menit diatas 30 menit, daya serap TETA-Zeolit sudah tidak banyak berubah. Dan variasi konsentrasi adsorbat, dimana kemampuan adsorbsi TETA-Zeolit lebih tinggi dibandingkan zeolit lainnya.

Natural zeolit obtained from Lampung, has been modified into TETA-Zeolit using triethylenetetramine. Compound characterization performed using XRD, FTIR and EDS. Adsorption studies performed using AAS and UV-Visible. Before preparation, zeolit is activated using physical and chemical activation. After that, all cation from zeolit exchanged with Na+. Using copper amine complex method and methylene blue, the cation exchange capacity obtained are 0,5318 meq/100 gram zeolite and 0,0939 meq/100 gram zeolite, respectively.
The success of modification triethylenetetramine into zeolite can be seen from characterization where carbon atoms can be seen in compounds. Its application as an adsorbent is done with three variations. Variation of triethylenetetramine concentration, where the biggest concentration of triethylenetetramine changing adsorption power of zeolite significantly. Variation in time, where in minutes over 30 minutes, TETA-Zeolite adsorption has not changed much. Variation of the concentration of adsorbate, where TETA-Zeolite adsorption capability is higher than other zeolite.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S57140
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pardosi, Natashya Elly Febrina
"Etanol yang disintesis dari bahan baku terbarukan dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif pengganti bensin. Umumnya, etanol yang dihasilkan dari proses sintesis masih mengandung air sehingga diperlukan adanya proses pemisahan lanjut. Salah satu metode pemisahan campuran etanol-air dengan tingkat penggunaan energi yang paling efisien adalah adsorpsi. Dalam penelitian ini, kinerja proses adsorpsi kontinyu campuran etanol-air fasa cair diinvestigasi melalui pembuatan model matematis representasi dari proses adsorpsi pada unggun tetap karbon aktif menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel.
Digunakan model Linear Driving Force (LDF) dengan metode perhitungan Finite Difference Method (FDM) dalam melakukan pemodelan. Proses adsorpsi yang dimodelkan berada dalam kondisi isotermal 30°C, 1 atm. Kesetimbangan adsorpsi campuran etanol-air direpresentasikan dengan isoterm adsorpsi Langmuir. Model disimulasikan untuk mengetahui pengaruh variasi laju alir umpan (5, 10, 15, 20 ml/menit), konsentrasi awal umpan (10%, 25%, 50%, 90% v/v), porositas unggun (0,371; 0,394; 0,411; 0,465) serta tinggi unggun (0,4; 0,8; 1; 1,2 m) terhadap profil kurva breakthrough air.
Hasil simulasi menunjukan keterjalan kurva breakthrough meningkat seiring peningkatan laju alir umpan dan konsentrasi air pada umpan serta pengurangan tinggi unggun, namun tidak tidak berubah pada variasi porositas unggun. Selain itu diketahui bahwa waktu breakpoint terpanjang dari hasil simulasi masing-masing variabel dicapai pada variasi laju alir umpan 5 ml/min, tinggi unggun 1,2 m serta porositas unggun sebesar 0,465. Berdasarkan perhitungan terhadap luas daerah diatas kurva breakthrough, diketahui kapasitas adsorpsi air meningkat dengan signifikan seiring peningkatan konsentrasi air pada umpan. Hal ini ditunjukan dari kenaikan kapasitas adsorpsi dari 0,228 – 1,706 g/gads pada konsentrasi awal air 10 - 90% (v/v).

Ethanol synthesized from renewable sources is utilized as a substitute for gasoline. Generally, ethanol produced from the synthesis process still contains water, hence, a further separation process is needed. One of the separation methods for the ethanol-water mixture which is considered as most efficient in terms of energy utilization is adsorption. In this study, the performance of the continuous adsorption process of the ethanol-water mixture is investigated by generating a mathematical model that represents the fixed-bed adsorption process of the liquid phase ethanol-water mixture on activated carbon using Microsoft Excel.
The model used in this study is the Linear Driving Force Model (LDF) and it’s solved by the numerical Finite Difference Method (FDM). The adsorption process modeled is under isothermal condition of 30°C, 1 atm. The adsorption equilibrium of the water-ethanol mixture is represented by the Langmuir adsorption isotherm. Model simulations are performed to predict the effect of feed flow rate (5, 10, 5, 20 ml/min), feed concentration (10%, 20%, 50%, 90% v/v), bed porosity (0,371; 0,394; 0,411; 0,465) and bed height (0,4; 0,8; 1; 1,2 m) on water breakthrough curves profile.
Based on the simulation results obtained, the steepness of the breakthrough curve increases with the increase in feed flow rate, water feed concentration, and with the reduction in bed length, however, it doesn’t perform any effect with changes in bed porosity. Besides, it is known that the longest breakpoint time achieved from each variable found at the variation of 5 ml/min feed flow rate; 1,2 m bed height, and bed porosity of 0,465. Based on the calculation of the area above the breakthrough curve, the water adsorption capacity increases significantly with the increase of initial water concentration. This is shown from the increase in adsorption capacity from 0,228 – 1,706 g/gads at the change of initial water concentration from 10 – 90% (v/v).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Sudaryani
"Preparasi zeolit berpori hierarki dari klinoptilolit Kalianda Lampung berhasil dilakukan dengan metode tandem acid-base treatments. Material zeolit alam berpori mikro dimodifikasi dengan menyatukan dua metode yang biasa dilakukan untuk mengubah ukuran mikropori zeolit menjadi mesopori, yaitu perlakuan asam (dealuminasi) dan perlakuan basa (desilikasi). Perlakuan asam diharapkan dapat meningkatkan rasio Si/Al sebagai hasil dari penurunan kadar Al, kemudian dilakukan perlakuan basa yang bertujuan untuk melarutkan sebagian atau menyeimbangkan kadar Si dan mengarahkan pembentukan mesopori dalam kerangka zeolit. Karakterisasi terhadap klinoptilolit raw dan hasil perlakuan asam-basa digunakan instrumen AAS, XRD, FTIR, dan BET surface area.
Berdasarkan penelitian, Z-A4B1 memiliki sisi aktif yang cukup besar yang dapat berperan menjadi adsorben ion logam berat Cu(II) yang lebih baik karena kapasitas adsorpsi Z-A4B1 ini 4 kali lipat lebih tinggi daripada kapasitas adsorpsi dari klinoptilolit raw pada waktu optimum dan konsentrasi awal Cu(II) 300 ppm. Nilai KTK Z-A4B1 adalah sebesar 33,27 mg/g yang setara dengan 104,78 meq/100 g zeolit, sedangkan nilai KTK klinoptilolit raw adalah sebesar 72,19 meq/100 g zeolit. Adapun isoterm adsorpsi yang paling sesuai untuk menjelaskan mekanisme adsorpsi Cu(II) pada klinoptilolit berpori hierarki Z-A4B1 adalah model isoterm adsorpsi Freundlich.

Hierarchical zeolites are prepared from Kalianda Lampung clinoptilolite by tandem acid-base treatments. Natural zeolites that are micropore intrinsicly was modified with two familiar methods that mostly used to change micropore size zeolite into hierarchical zeolite; acid treatment (dealumination) and base teratment (desilication). Acid treatments can increase Si/Al ratio of clinoptilolite because of Al content decreasing, then base treatment can balance Si content and aim the mesopore formation in zeolite frameworks. Intensive characterizations of both raw and modified clinoptilolites are conducted using XRD, AAS, FTIR, and BET surface area measurement.
In this research, Z-A4B1 has more active sites to adsorb Cu(II) ions because the adsorption capacity of Z-A4B1 is up to 4-fold higher than the adsorption capacity of raw clinoptilolite at its optimum contact time and initial Cu(II) concentration 300 ppm. The CEC of Z-A4B1 is 33.27 mg/g that equals to 104.78 meq/100 g zeolite, besides CEC of raw clinoptilolite is 72.19 meq/100 g zeolite. Therefore, adsorption isoterm that fit to explain the adsorption Cu(II) mechanism at hierarichal zeolite Z-A4B1 is Freundlich isoterm adsorption model.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S58386
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwira Satria Arby
"Nitrogen oksida NOx merupakan salah satu gas pencemar udara yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Gas nitrogen oksida yang paling banyak ditemukan di udara yaitu nitrogen monoksida NO dan nitrogen dioksida NO2. Gas NOx di udara yang sebagian besar berasal dari gas buang perlu dikurangi kadarnya untuk mengurangi bahaya yang dapat ditimbulkan bagi manusia dan lingkungan serta memenuhi regulasi regulasi yang berlaku terkait bahayanya. Proses absorpsi dengan kontaktor membran merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi kadar NOx yang ada di udara. Penelitian ini akan mempelajari proses absorpsi pada kontaktor membran serat berongga (polysulfone) menggunakan pelarut sodium klorat (NaClO3) dan sodium hidroksida NaOH. Gas umpan NOx akan dialirkan menuju bagian dalam serat membran tube, sedangkan bagian shell diisi oleh larutan campuran NaClO3 dan NaOH yang bersifat statis. Variabel bebas yang diuji yaitu laju alir gas umpan NOx antara 100 200 mL/menit, konsentrasi NaClO3 antara 0,02 0,1 M, serta jumlah serat membran 50, 100, 150. Nilai tertinggi untuk efisiensi penyerapan NOx, koefisien perpindahan massa, dan fluks perpindahan yang diperoleh pada penelitian ini yaitu 99,69%, 0,01743 cm/s, 9,510 x 10-8 mmol/cm2.s, secara berurutan.

Nitrogen oxide NOx is one of the air polluting gases that is harmful to human and environment. Nitrogen oxide gases which is commonly found in the atmosphere air are nitrogen monoxide (NO) and nitrogen dioxide (NO2). NOx needs to be reduced from flue gas in order reduce the effect which could harm human and the environment and also to fulfill regulations related to NOx amount standard due to its hazardous nature. Absorption process by utilizing membrane contactor can become one of the alternative to reduce the NOx amount from the flue gas. This research will study the absorption process by utilizing a hollow fibre membrane contactor using sodium chlorate NaClO) and sodium hydroxide (NaOH) as the absorbent. NOx feed gas is flowed into the inner side of the fiber membrane tube, and the outer side of the fiber shell will be filled with NaClO3 and NaOH. The independent variables tested were gas flow rate between 100 200 mL/min, concentration of NaClO3 between 0,02 0,1 M and amount of membrane fibres of 50, 100, and150. The highest values of NOx absorption efficiency, mass transfer coefficient and mass transfer flux achieved in the study were 99,69%, 0,01743 cm/s, 9,510 x 10-8 mmol/cm2.s, respectively."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Dwi Saputra
"Organoclay dipreparasi dengan cara interkalasi alanin ke dalam antar lapisan fraksi natrium montmorillonit (MMT) dari bentonit Jambi. Interkalasi alanin ke dalam monmorilonit menghasilkan basal spacing lebih besar dari fraksi Na-MMT, meningkat dari 13,28 Å menjadi 17,55 Å dan 19,66 Å. Penentuan KTK menggunakan kompleks tembaga amin, menghasilkan nilai KTK sebesar 42 mek/100 gram Na-MMT. Karakterisasi FTIR Organoclay dinterkalasi alanin sebanyak 1 KTK & 2 KTK, menunjukkan bahwa alanin telah berhasil terinterkalasi ke dalam MMT. Organoclay terinterkalasi alanin diuji daya adsorpsinya terhadap ion logam berat Cd2+ dan Pb2+ dengan variasi waktu, dan konsentrasi, serta membandingkannya dengan daya adsorpsi oleh bentonit alam. Hasilnya menunjukkan bahwa organoclay mengadsorpsi ion Cd2+ lebih besar dibandingkan Pb2+ dan organoclay 2 KTK daya adsorpsinya lebih besar dibandingkan dengan organoclay 1 KTK dan bentonit alam.

The organoclays were modified by intercalating sodium monmorillonite of fraction Jambi natural bentonite with alanine. Intercalation of alanin to the fraction of montmorilonite interlayers resulted an organoclay with a basal spacing greater than fraction of Na-MMT, increased from 13.28 Å to 17.55 Å and 19.66 Å. The CEC of Na-MMT was performed using amine copper complex, and the obtained CEC was 42 mek/100 gram Na-MMT. The FTIR of organoclay intercalated alanine of 1 and 2 CEC showed that alanine has been successfully intercalated into MMT. Organoclay intercalated alanine, as well as raw bentonite, was applied for adsorption of heavy metal cadmium and lead by varying concentration and adsorption time. The results showed that the organoclay have a greater adsorption capacity against Cd2+ rather than Pb2+ and organoclay 2 CEC has a greater adsorption capacity than the 1 CEC organoclay and raw bentonite."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S44168
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>