Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 139778 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
cover
Desideria Lumongga Dwihadiah
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan Imperialisme Budaya Korea yang dilakukan melalui Media pada Sub Kultur Penggemar K-Pop di Indonesia serta mengungkapkan adanya Dominasi Budaya Korea di Indonesia serta bentuk-bentuk dominasinya, mengetahui Sub Kultur Fandom K-Pop di Indonesia serta menjabarkan media sosial sebagai saluran hegemoni Imperialisme Budaya Korea di Indonesia. Penelitian ini menggunakan kerangka berpikir yang berangkat dari Teori Imperialisme Budaya dan dihubungkan dengan konsep Fandom sebagai sebuah sub kultur. Paradigma dalam penelitian adalah critical constructivist dan merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui in depth interview, observasi serta studi literatur untuk sumber-sumber sekunder. Informan penelitian berjumlah lima orang yang semuanya merupakan penggemar K-Pop.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Hegemoni Budaya Korea di Indonesia dilakukan dengan menggunakan media sosial dan web site sebagai alat utama. Media sosial dan web site-web site khusus penggemar sudah akrab di kalangan anak muda di Indonesia. Bentuk-bentuk imperialisme budaya Korea pada sub kultur penggemar terbentuk melalui sebuah proses yang disebut Proses Fandomisasi. Proses Fandomisasi dimulai dari level individu, kelompok lalu masyarakat, diawali dengan Idol Recognition, Emotion Building, Text Collection, Sub Culture Engagement lalu terakhir Sub Culture Emergence. Bentuk-bentuk Imperialisme Budaya Korea pada penggemar menyentuh tiga aspek : artefak, shared meaning dan social behavior, di mana di dalamnya terjadi adaptasi terhadap imperialisme budaya (adjusted cultural imperialism).

ABSTRACT
This research aims to reveal the Korean Cultural Imperialism conducted through media on Sub Culture K-Pop Fans in Indonesia as well as revealing the dominance of Korean Culture in Indonesia as well as other forms of domination, knowing Sub K-Pop fandom culture in Indonesia as well as social media describe as Korean Cultural Imperialism hegemony channel in Indonesia. This study uses a framework that departs from Cultural Imperialism Theory and linked with the concept of fandom as a sub-culture. Paradigm used in this research is critical constructivist and a descriptive qualitative research. Data collection techniques used were through in-depth interviews, observation and study of literature for secondary sources. Informants for this research are five people who are fans of K-Pop.
The result shows that the Korean Cultural Hegemony in Indonesia is done by spreading through the media especially social media and web sites. The greatest role of social media spread is already familiar among young people. And the forms of Korean Cultural Imperialism can be seen through a process called Fandomization. The process of Fandomization start from the level of individual, group and society. Fandomization process start with Idol Recognition, Emotion Building, Text Collection, Sub Culture Engagement and Sub Culture Emergence. The forms of Cultural Imperialism can be seen in three aspects: artefacts, shared meaning and social behavior. Social media plays an important role in each stage of the process.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
D2050
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agnes Nuraini Savitri
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana ruang redaksi Kaltim Post menghadapi perubahan budaya di era konvergensi dan melihat bagaimana pemimpin redaksi mengupayakan seluruh anggota ruang redaksi Kaltim Post untuk dapat beradaptasi dalam sistem konvergensi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik wawancara mendalam kepada dua pemimpin redaksi, empat redaktur, dan seorang jurnalis. Peneliti juga melakukan pengumpulan data sekunder dan observasi. Studi ini menyimpulkan dua hal. Pertama, budaya ruang berita Kaltim Post adalah budaya konstruktif. Kedua, pemimpin redaksi mengupayakan seluruh anggota ruang redaksi Kaltim Post untuk dapat beradaptasi dalam sistem konvergensi.

This study aims to see how the Kaltim Post newsroom faces cultural changes in the era of convergence and to see how the editor-in-chief put some effort all members of the Kaltim Post newsroom to adapt to the convergence system. This study uses a qualitative method with in-depth interviews with two editors-in-chief, four editors, and a journalist. Researchers also conducted secondary data collection and observation. This study concludes two things. First, the culture of the Kaltim Post newsroom is a constructive culture. Second, the editor-in-chief strives for all members of the Kaltim Post editorial room to be able to adapt to the convergence system."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tanjungpinang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997
302.23 PER
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Wulandari
"Budaya konsumerisme merupakan fenomena yang terjadi pada masyarakat saat ini, di mana barang-barang komoditas serta bagaimana cara masyarakatnya mengkonsumsi barang-barang tersebut telah menjadi sesuatu yang begitu penting. Keadaan ini tentu saja didorong oleh banyak faktor, terutama perkembangan yang terjadi di bidang teknologi informasi. Oleh karena itu, keberadaan media massa sebagai penghubung antara kapitalis sebagai produsen dengan konsumen telah menjadi sesuatu yang sangat besar pengaruhnya terhadap gaya hidup yang dimiliki masyarakat saat ini. Sebagai sarana informasi, kehadiran media massa memang sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, sehingga bukannya tidak mungkin semua informasi yang disajikan dapat menjadi suatu ukuran yang dipercaya oleh masyarakat. Dengan kata lain, nilai-nilai yang terdapat dalam suatu masyarakat saat ini adalah nilai-nilai yang juga ikut dipenganihi oleh media. Sesuai dengan pendapat Jean Baudrillard, bahwa saat ini kita hidup di era hiperrealitas, dan media merupakan salah satu yang selalu menyajikan simulasi didalamnya, sehingga image serta peristiwa yang ditampilkan merupakan sesuatu yang palsu. Permasalahan mengenai nilai-nilai yang terdapat pada masyarakat budaya konsumerisme ini lah yang menjadi fokus penelitian ini. Penulis mengawalinya dengan melihat bagaimana media massa telah mempengaruhi masyarakat begitu kuat dalam pembentukan image terhadap sesuatu (misalnya tubuh ideal, cantik ideal, keluarga ideal, dan sebagainya), sehingga pada akhirnya masyarakat digiring untuk mengenal suatu nilai yang bersifat absolut. Mengatasi permasalahan ini, penulis melihat pentingnya kehadiran budaya tandingan (counterculture) dalam suatu masyarakat. Sebagai masyarakat yang memiliki nilai-nilai kultural yang sangat kental, pada saat ini masyarakat Indonesia juga hams menghadapi arus globalisasi. Mengikuti pemikiran Sebastian Kappen, sikap kritis terhadap nilai-nilai yang sudah ada, baik dari sisi tradisional maupun dari sisi global, sangat diperlukan dengan mengambil sisi positif dan humans dan keduanya agar kita bisa menyadari posisi kita dan mengetahui tindakan apa yang seharusnya dilakukan. Budaya konsumerisme merupakan fenomena yang telah terjadi pada masyarakat saat ini, namun untuk menjadi bagian dari budaya ini, bukan berarti kita harus larut ke dalamnya dengan mengikuti identitas palsu yang ditawarkan oleh kapitalis. Berdasarkan pendapat Michael Walzer, maka sangat penting untuk menghargai dan menyadari pluralisme yang terdapat dalam masyarakat. Walaupun saat ini kita selalu dihadapkan pada informasi dari media atau pun papan-papan reklame, namun mempertahankan nilai plural yang sudah dimiliki sangatlah penting untuk menunjukkan identitas kita yang sebenarnya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S16165
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
KAJ 9:1 (2004) (1)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Luntungan, Steven Y. Audy
"ABSTRAK
Kompetisi di lndustri televisi begitu ketat terlihat dengan kehadiran 11 TV nasional dan
28 TV lokal yang maslh terus bertambah. PerTarungan menampilkan tayangan yang
menarik akan menjadi faktor yang paling penting dalam industri televisi. Tren program
saat ini dikendalikan oleh rating, yang berakibat pada keseragaman program yang
mengedepankan nilai-nilai dan budaya metropolis perkotaan. Namun, masyarakat di
daerah saat ini telah memilikI ruang untuk menikmati informasi seputar daerahnya
melalui tayangan Televisi lokal. Tayangan yang membawa kandungan lokal adalah
andalan sekaligus strategi yang dilakukan TV lokal untuk bisa bersaing dengan TV
Nasional. Strategi seperti itu dinamakan TV Proximity.
Kedekatan pada konsep TV Proximity iidak hanya diukur dengan jarak , namun juga
dengan kedekatan emosi. Kedekatan emosi pemirsa bisa ditunjukkan lewat budaya,
perilaku, gaya hidup, lingkungan, sosial, ekonomi, dan politik. Dengan mempelajari
sumber sekunder, melakukan wawancara mendalam terhadap sejumlah narasumber,
melakukan observasi terhadap dinamika proses bisnis televisi lokal, serta melakukan
analisa isi terhadap program acara, penelitian kualitatif ini dilakukan untuk mengetahui
apakah konsep TV Proximity sudah disadari dan dllaksanakan oleh TV lokal di dalam
bersaing dengan TV nasional khususnya dengan memperhatikan program acara yang
ditayangkan.
TV Lokal yang dipilih adalah JAKTV di kota jakarta dengan kasus program acara
Gubemur Kita. Analisa yang digunakan untuk studi dengan perspektif Ekonomi Media
ini, menggunakan beberapa level analisa; dimana analisa akan dilakukan secara
holistik, mulai dari level makro untuk melihat kondlsi pertelevisian di Indonesia, lalu level
meso untuk meneliti Tv Proximity pada proses produksi dan proses konsumsi program
TV Lokal, serta di level mikro untuk meneliti TV Proximity pada isi acara Gubemur Kita.
Penelitian ini memperlihatkan bahwa JAKTV sebagai stasiun TV lokal memang sangat
memperhitungkan dan membuat rencana serta proses produksi yang berbasis pada TV
Proximity. Penampilan dan pemilihan lagu pembuka acara Gubemur Kita yang sarat
dengan budaya Jakarta (Betawi) serta pemilihan tokoh-tokoh dan topik yang memang
tepat dengan suasana Jakarta (sampah, banjir, mahalnya sekolah, fasilitas kesehatan,
pengangguran), satu tahun menjelang Pilkada 8 Agustus 2007, membuat JAKTV melaju
sendirian sebelum TV-TV Iain (nasional) baru membicarakannya pada sekitar 3 bulan
menjelang hari pemungutan suara Pilkada DKI Jakarta. Dari proses konsumsi media,
terbukti baik para penonton maupun pemasang iklan tertarik serta masih memiliki
memori yang baik terhadap TV Proximity dari acara Gubernur Kita.
Penelitian ini merekomendasikan agar konsep TV Proximity -khususnya sebagai
strategi TV Iokal- bisa Iebih banyak dikaji dalam perspektif Ekonomi Media, karena di
tengah keterbatasan sistem rating (yang jarang sekali memberi angka yang memadai
bagi program-program TV Iokal; ini harus dibaca dalam konteks rating di Indonesia yang
mulai diragukan validitas dan reliabiiitasnya karena tidak pernah disertifikasi/diperiksa
oleh sebuah Media Rating Council), temyata TV Proximity -melalui acara sejenis
Gubernur Kita di Jak TV- mampu memenangkan hati berbagai stakeholders yang terkait
dengan program tersebut."
2007
T17370
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>