Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 26673 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Scragg, Alan
""Providing the world's growing population with its increasing demands for energy is a major challenge for science, business and society alike. Energy can be generated from many sources, but not all sources are suitable for every application. Much of today's technology has been built on solid, liquid and gaseous fuels derived from fossil sources. However, the supply of these is finite and their combustion produces carbon dioxide, one of the gases responsible for global warming. Therefore, alternative sources of energy are required which are renewable, sustainable and carbon neutral.".
"This textbook explores the production of biofuels as alternatives to fossil fuels, focusing on the technological issues that need to be addressed for any new fuel source. Each type of biofuel currently in production is considered in detail, covering the benefits and problems with production and use and the potential for biological material to provide sufficient energy for the world's population - the principles on which future fuel development are based."--BOOK JACKET.
Contents
Energy and fossil fuel use
Consequences of burning fossil fuel
Mitigation of global warming
Biological solid fuels
Gaseous biofuels
Liquid biofuels to replace petrol
Liquid biofuels to replace diesel
The benefits and deficiencies of biofuels."
Cambridge, UK: CABI, 2009
333.95 SCR b (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Riskiyadi
"Pemerintah Indonesia menetapkan peta jalan menuju Net zero emissions tahun 2060, termasuk percepatan adopsi motor listrik. Pemerintah menugaskan PT PLN (Persero) sebagai lokomotif percepatan adopsi dengan cara mengoptimalkan potensi pengguna motor konvensional dan ride hailing, Skema battery swapping menjadi pilihan yang menarik bagi perusahaan untuk meningkatkan profit. Namun, pengguna masih mengalami ketidakpastian penukaran baterai di stasiun baterry swapping. Oleh karena itu, sangat penting untuk menerapkan strategi reservasi baterai untuk memudahkan pengguna motor listrik battery swapping dalam menukarkan baterai. Meski demikian, menerapkan strategi industri battery swapping merupakan sistem kompleks yang melibatkan banyak elemen yang saling terkait. Pengembangan strategi seperti ini memerlukan pandangan holistik untuk memahami proses dan mendefinisikan hubungan antar elemen. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan strategi industri battery swapping dengan pendekatan pemodelan sistem dinamis dan langkah awal dalam mengembangkan produk menggunakan kerangka kerja businesss model canvas yang berfokus pada jumlah pengguna motor listrik battery swapping, pengurangan emisi CO2e dan profit. Terdapat tiga intervensi perusahaan tercapaianya objektif yaitu tarif listrik, biaya reservasi baterai dan pembangunan stasiun battery swapping. Intervensi perusahaan diuji kedalam tiga skenario berbeda. Hasil menunjukkan pembangunan stasiun battery swapping dan skema reservasi baterai berdampak signifikan pada jumlah pengguna motor listrik battery swapping dan pengurangan emisi CO2e. Selain itu, pemberian diskon tarif listrik memiliki dampak langsung pada profit industri battery swapping.

The Government of Indonesia has set a roadmap towards Net zero emissions by 2060, including accelerating the adoption of electric motorbikes. The government assigned PT PLN (Persero) as a locomotive to accelerate adoption by optimizing the potential of conventional motorcycle and ride hailing users. The battery swapping scheme is an attractive option for companies to increase profits. However, users still experience uncertainty in exchanging batteries at battery swapping stations. Therefore, it is very important to implement a battery reservation strategy to make it easier for battery swapping electric motorcycle users to exchange batteries. However, implementing a battery swapping industrial strategy is a complex system involving many interrelated elements. Developing a strategy like this requires a holistic view to understand the process and define relationships between elements. This research aims to develop a strategy for the battery swapping industry using a dynamic system modeling approach and initial steps in developing products using a business model canvas framework that focuses on the number of battery swapping electric motorcycle users, reducing CO2e emissions and profits. There are three company interventions to achieve objectives, namely electricity tariffs, battery reservation fees, and the construction of battery swapping stations. The company's intervention was tested in three different scenarios. The results show that the construction of battery swapping stations and battery reservation schemes have had a significant impact on the number of battery swapping electric motorcycle users and reduced CO2e emissions. Apart from that, providing discounts on electricity rates has a direct impact on the profits of the battery swapping industry."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Reyhan Novyandi
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara Renewable Energy Consumption (REC), Financial Development (FD), dan Economic Growth (EG) dengan menggunakan Indonesia, Filipina, dan Malaysia sebagai negara yang akan diteliti. Energi terbarukan telah dianggap sebagai cara yang efektif untuk mengatasi pencemaran lingkungan di negara-negara tersebut. Studi sebelumnya menunjukkan kemajuan pengembangan sektor energi terbarukan tergantung pada pertumbuhan ekonomi dan pasar keuangan. Model Autoregressive Distributed Lag (ARDL) digunakan untuk menganalisis data panel antara tahun 1990-2020. Studi menunjukkan bahwa ada korelasi negatif antara EG dan REC dalam jangka pendek, tetapi positif dalam jangka panjang. Ada interaksi yang ditemukan antara FD dan REC. Hasil studi ini dapat memberikan insight untuk pemerintah agar mengembangkan kebijakan yang meningkatkan investasi di sektor energi terbarukan dengan memberikan keringanan pajak dan insentif keuangan. Pemerintah juga harus menetapkan dan menerapkan teknologi yang lebih hijau untuk perusahaan yang terdaftar dan fokus untuk meningkatkan penggunaan sumber energi terbarukan. Sektor keuangan dapat memfasilitasi perusahaan dan pelanggannya melalui penyediaan dana tingkat rendah untuk teknologi energi terbarukan.

The purpose of this study is to determine the relationship between Renewable Energy Consumption (REC), Financial Development (FD), and Economic Growth (EG) by using Indonesia, the Philippines, and Malaysia as case studies. Renewable energy has been considered as an effective way to solve environmental pollution in those countries. Previous studies has shown the progress of renewable energy sector development depends on economic and financial market growth. Autoregressive Distributed Lag (ARDL) model was used to analyze the panel data between 1990-2020. The study shows that there is a negative correlation between EG and REC on short-run, but positive in the long-run. However, there is interactions between FD and REC. That governments should develop policies which increase the investment in the renewable energy sector by giving the tax relief and financial incentive. Governments should also establish and implement greener technologies for listed firms and focus to increase the use of renewable energy sources. The financial sector may facilitate firms and customers through the provision of low rate funds for the latest energy efficient technologies."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisinis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naufalya Nur Azizah
"Pada dasarnya ide konsep fasad bioreaktor mikroalga ini muncul karena isu pemanasan global yang mengacu pada peningkatan emisi gas rumah kaca. Diketahui sektor pembangunan mengkonsumsi hingga 40% dari total konsumsi energi dan berkontribusi hingga 30% dari emisi gas rumah kaca tahunan secara global, dan diperkirakan akan berlipat ganda selama 20 tahun kedepan. Mikroalga sebagai mikroorganisme penghasil biomassa, yang berpotensi untuk menghasilkan energi terbarukan dan kemampuannya dalam menyerap karbon dioksida (CO₂), diintegrasikan ke dalam bentuk fasad bangunan untuk menjadikan bangunan berkinerja tinggi yang tanggap iklim.
Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kinerja dari fasad bioreaktor mikroalga dan bagaimana dampak yang dipengaruhinya, baik dalam bangunannya sendiri dan kelestarian lingkungan. Tujuan dari penulisan ini dicapai melalui analisa studi kasus The BIQ House di Jerman, sebagai bangunan pertama di dunia yang menerapkan sistem fasad bioreaktor mikroalga. Secara umum, konsep dari bangunan The BIQ House ini didasarkan pada gagasan pemanfaatan proses biokimia fotosintesis dari mikroalga dalam bioreaktor untuk merancang bangunan hemat energi. Berdasarkan dari data penelitian yang ada, setelah hampir satu tahun bangunan ini beroperasi, sistem pada fasad ini telah mencapai efisiensi konversi dengan total 58%, dengan 10% untuk biogas dan 48% untuk pemanas. Dengan besar energi yang dihasilkan adalah sekitar 4.500 kWh listrik per tahun dan 6000 kWh energi panas per tahun, bangunan The BIQ House mampu mengoperasikan bangunannya dengan energi tersebut. Sistem fasad ini juga mampu mereduksi emisi karbon dioksida (CO₂) 6 ton per tahunnya. Dengan demikian fasad bioreaktor mikroalga ini tidak hanya memiliki peran penting bagi sumber energi terbarukan yang dapat dimanfaatkan untuk operasional bangunannya, namun berperan penting juga sebagai skema percontohan untuk bangunan rendah karbon sebagai kontribusi terhadap kelestarian lingkungan.

Basically the idea of ​​the microalgae bioreactor facade concept arose because of the issue of global warming which refers to an increase in greenhouse gas emissions. It is known that the development sector consumes up to 40% of total energy consumption and contributes up to 30% of annual greenhouse gas emissions globally, and is expected to double over the next 20 years. Microalgae as biomass-producing microorganisms, which have the potential to produce renewable energy and their ability to absorb carbon dioxide (CO₂), are integrated into the form of building facades to make high-performance buildings that are climate responsive.
This writing aims to find out how the performance of the microalgae bioreactor facade and how the impact it affects, both in the building itself and environmental sustainability. The purpose of this paper is achieved through the analysis of a case study of The BIQ House in Germany, as the first building in the world to implement a microalgae bioreactor facade system. In general, the concept of The BIQ House is based on the idea of ​​utilizing the biochemical process of photosynthesis from microalgae in bioreactors to design energy-efficient buildings. Based on the existing research data, after almost a year of operation of this building, the system on this facade has achieved a total conversion efficiency of 58%, with 10% for biogas and 48% for heating. With the amount of energy produced is around 4,500 kWh of electricity per year and 6000 kWh of heat energy per year, The BIQ House building is able to operate its building with this energy. This facade system is also able to reduce carbon dioxide (CO) emissions by 6 tons per year. Thus the facade of this microalgae bioreactor not only has an important role for renewable energy sources that can be utilized for building operations, but also plays an important role as a pilot scheme for low-carbon buildings as a contribution to environmental sustainability.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiurma Melissa Rakhel
"Negara-negara membutuhkan sejumlah besar energi untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Seperti disebutkan oleh Administrasi Informasi Energi AS, total konsumsi energi dunia diperkirakan akan meningkat dari 575 kuadriliun Btu pada 2015 menjadi 736 kuadriliun Btu pada 2040, atau meningkat 28% (IEO 2017).Namun, terbatasnya sumber daya energi tak terbarukan, dan konsumsi dengan jenis energi tersebut menyebabkan permasalahan lingkungan yang paling utama di dunia. Untuk menyeimbangkan antara kebutuhan energi dengan masalah lingkungan, menggunakan energi terbarukan adalah salah satu pilihan terbaik bagi banyak negara. Oleh karena itu, penelitian ini akan membahas hubungan jangka panjang konsumsi energi terbarukan dengan output, emisi polutan dan perdagangan internasional. Studi ini menggunakan teknik kointegrasi panel dengan metode PMG-ARDL, untuk membandingkan sekelompok negara berkembang dengan sekelompok negara maju.
Studi ini menunjukkan bahwa konsumsi energi terbarukan berhubungan positif dengan PDB riil per kapita dan perdagangan internasional pada negara-negara berkembang dan negara-negara maju, sementara itu berhubungan negatif dengan CO2 per kapita dengan skala besar. Hasil ini menunjukkan bahwa perdagangan internasional dan pertumbuhan ekonomi akan mendorong konsumsi energi terbarukan dalam jangka panjang. Namun, apakah peningkatan dalam persentase energi terbarukan yang dikonsumsi akan menyelesaikan masalah lingkungan sangat tergantung pada lintasan emisi CO2 dimasa mendatang seiring dengan perkembangan ekonomi.
Secara keseluruhan, analisis empiris dalam penelitian ini menunjukkan bahwa perdagangan internasional mengarah pada promosi konsumsi energi terbarukan sebagai hubungan jangka panjang. Ini berarti bahwa, di masa depan, pembangunan ekonomi bersama dengan perdagangan internasional dan kemajuan teknologi lingkungan diharapkan dapat memudahkan dan mendorong konsumsi energi terbarukan di setiap negara. Oleh karena itu, pemerintah harus mengeluarkan kebijakan untuk mendukung pertumbuhan yang signifikan dan pengembangan energi terbarukan selaras dengan pertumbuhan ekonomi negara dengan cara yang konsisten sesuai dengan tingkat pembangunan negara tersebut.

Countries require large amounts of energy for continuous economic growth. As mentioned by the US Energy Information Administration, total world energy consumption is expected to increase from 575 quadrillion Btu in 2015 to 736 quadrillion Btu in 2040, or an increase of 28% (IEO 2017). However, resources of non-renewable energy are limited, and energy consumption is known to worsen major environmental problems in the world. To reach a balance between energy needs and environmental problems, using renewable energy is one of the best options for many countries. Given this state of affairs, this study addresses the long-term relationship of renewable energy consumption with respect to output, pollutant emissions and international trade. It uses a panel cointegration technique, along with the Pooled-Mean Group Auto Regressive Distributed Lag (PMG-ARDL) method, to compare a group of emerging countries with a group of developed countries.
The study shows that the consumption of renewable energy is positively related to real GDP per capita and international trade for both emerging countries and developed countries, while it is negatively associated with CO2 per capita with a large magnitude. This result suggests that international trade and economic growth will promote the consumption of renewable energy in the long-run future. However, whether an increase in the percentage of renewable energy consumed solves the environmental problems depends a great deal on the future trajectory of CO2 emissions along with economic development.
Overall, the empirical analysis in the present study demonstrates that international trade leads to the promotion of the consumption of renewable energy as a long-run relationship. It means that, in the future, economic development along with international trade and advances in environmental technology are expected to further facilitate and promote the consumption of renewable energy in every country. However, governments should issue policies to support significant growth and development of renewable energy along with the economic growth of the country in a manner consistent with the countrys level of development.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T55125
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Revani Fadhilah
"Tesis ini membahas dampak ekonomi Pembangunan PLT EBT di seluruh Indonesia terhadap ekonomi Indonesia. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif menggunakan Data Tabel Input-Output Indonesia tahun 2010 untuk menghitung dampak ekonomi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembangunan PLT EBT ini memberikan dampak positif terhadap perekonomian Indonesia, karena mampu menciptakan peningkatan output, nilai tambah bruto, dan pendapatan masyarakat.

Dampak ekonomi terhadap penciptaan output selama masa konstruksi kurun waktu 2014-2025 sebesar Rp. 152.028,12 miliar, peningkatan pendapatan masyarakat sebesar Rp. 10.423,41 miliar, dan penciptaan nilai tambah bruto sebesar Rp. 59.374,34 miliar.Sedangkan dampak ekonomi terhadap penciptaan output selama masa operasi kurun waktu 2016-2055 sebesar Rp. 1488.120,84 miliar, peningkatan pendapatan masyarakat sebesar Rp.47.052,87 miliar, dan penciptaan nilai tambah bruto sebesar Rp. 10.423,41 miliar.

i>This thesis discusses the impact of Renewable Energy Power Plant Development in Indonesia on Economy at Indonesia. This research is quantitative descriptive design using Data Input-Output Indonesia 2010 to measuring economic impact.

The results showed that the development of Renewable Energy Power Plant Development in Indonesia have a positive impact on the Indonesia economy, because it can create an increase in output, gross value added, and public revenue.

The economic impact of the creation of the output in construction phase amounting to Rp. 152.028,12 billion, increased public revenue amounting to Rp. Rp. 19.486,20 billion, and the creation of gross value added amounted to Rp. 59.374,34 billion. The economic impact of the creation of the output in operation phase amounting to Rp. 148.120,84 billion, increased public revenue amounting to Rp.10.423,41 billion, and the creation of gross value added amounted to Rp.47.052,87 billion."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T55127
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dakhilullah Muhazzib Darwisy
"Selama beberapa dekade, transformator telah menjadi salah satu alat yang sudah menjadi kebutuhan mendasar dalam distribusi jaringan listrik yang identik dengan ukurannya yang besar dan membutuhkan banyak tempat dalam penempatannya. Dalam sistem distribusi, fungsi utama transformator adalah mengubah besaran tegangan dari jaringan dari tegangan rendah, menengah atau tinggi menjadi tegangan tertentu yang nantinya dapat dengan aman disalurkan ke rumah-rumah dan industri.
Dalam hal lain perkembangan sumber energi terbarukan seperti susunan panel surya dan turbin angin dapat membuat beberapa tantangan, saat mereka di masukkan kedalam jaringan seperti, menghasilkan energi yang tidak konsisten, beban listik yang berubah dengan cepat, dan banyak tantangan lain yang menyertainya. Untuk mengahadapi tantangan-tantangan dari sumber energi terbarukan, transformator konvensional tidak cukup fleksibel untuk mengelola beban yang berubah cepat dengan ayunan tegangan besar, mengelola koneksi DC dan AC, menangani aliran daya balik yang dihasilkan oleh konsumen yang juga menghasilkan energi. Kita dapat mencoba menerapkan tap changer ke trafo konvensional, tetapi karena sifat mekanis tap changer, mengubah koil dengan frekuensi tinggi akan lebih mudah aus pada tap changer. Sifat-sifat transformator konvensional adalah mudah dipengaruhi oleh tegangan input dan arus output yang akan menimbulkan masalah pengaturan tegangan, sehingga tidak cukup cocok untuk menangani banyak tantangan yang membutuhkan kontrol dan komunikasi yang lebih banyak yang harus disesuaikan dengan distribusi listrik. penetrasi energi terbarukan ini. Oleh karena itu diperlukan perangkat lain yang dapat mengatasi masalah tersebut.
Di sinilah elektronika daya mulai mengambil perannya. Dalam beberapa dekade terakhir, semakin banyak perangkat distribusi listrik yang dilengkapi dengan elektronika daya dan terus meningkat karna adanya pengembangan bahan utama yang memungkinkan perangkat menangani tegangan tinggi dan arus tinggi dengan frekuensi dan kepadatan daya yang lebih tinggi. Dengan menggabungkan teknologi ini dengan tranformator, kita dapat membuka banyak kemungkinan yang dapat menjawab tantangan dari pengembangan energi terbarukan.
Perpaduan antara trafo dan perangkat elektronika daya ini menghasilkan ide sebuah trafo pintar yaitu Solid State Transformer (SST) yang mampu berkomunikasi dan mengontrol antar bagiannya. Trafo jenis ini lebih "cerdas", lebih kecil, lebih fleksibel, dan lebih efisien. Trafo jenis baru ini akan memiliki banyak keunggulan seperti parameter input dan output yang dapat dikontrol, port AC dan DC pada trafo, kemampuan mencegah harmonik, kerangka kerja cerdas untuk pemantauan dan penilaian kondisi sistem, dan mampu membuat isolasi pada kesalahan bagian tertentu, dan masih banyak lagi.
Skripsi ini bertujuan untuk mempelajari ruang lingkup kemampuan dan potensi smart transformer dalam aplikasi smart grid melalui jurnal dan simulasi. Transformator pintar dimaksudkan untuk dapat mengatasi tantangan yang datang dengan sumber energi terbarukan dan mampu melampaui batas teknis transformator konvensional dalam jaringan smart grid.

For decades, transformer has become one of the most fundamental tools in electrical network distribution it was identic with its big bulked size. In the distribution system, transformer's main function is to change the voltage magnitude from the grid which is usually from medium to high voltage to a certain voltage that can be safely delivered to homes and industries.
But with the recent development of renewable energy sources such as photovoltaic arrays and wind turbines that produce energy intermittently, create fast-changing loads, and many other challenges that come with it, these conventional transformers are not flexible enough to manage fast-changing loads with large voltage swings, manage both DC and AC connections, handle the reverse power flow that is produced by the consumer that also produces energy. We can try to implement a tap changer to the conventional transformer, but because of the mechanical nature of tap changers, changing the coil with high frequency will wear down the tap changer more easily. The properties of the conventional transformer are that it is easily affected by the input voltage and the output current that will create voltage regulation problems, hence it is not suitable enough to manage many challenges that needed more control and communication that the electrical distribution must adapt with this penetration of renewable energy. Hence we need another device that can solve the problem.
This is where power electronic comes in. The possibilities of more electrical distribution devices equipped with power electronics are increasing with the development of compound materials that will allow the devices to handle high voltage and high currents with higher frequency and power density. By combining this technology with a transformer we can open up a lot of possibilities that can solve the challenges from the development of renewable energy.
These combinations of transformer and power electronic devices resulted in the idea of a smart transformer which is the Solid State Transformer (SST) that is capable of communication and control between its part. This type of transformer is more “intelligent”, less bulky, more flexible, and more efficient. This new type of transformer will have a lot of advantages such as controllable input and output parameters, AC and DC port in the transformer, prevent harmonic, intelligent framework for condition monitoring and assessment, create fault isolation, have the ability of islanding, and many more.
This bachelor thesis aims to study the scope of a smart transformer's capability and potential in a smart grid application through journals and simulation. The smart transformer is intended to be able to solve the challenges that come with renewable energy sources and able to surpass the technical limit of the conventional transformer in a smart grid network.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moh. Fuad Rofiqi
"Untuk dapat terus memenuhi kebutuhan energi, dibutuhkan suatu usaha untuk mensubstitusi sumber energi fosil dengan sumber energi lain yang bersifat terbarukan dan ramah lingkungan. Renewable diesel dapat menjadi solusi bagi masalah yang dihadapi dunia saat ini, karena renewable diesel berbahan dasar nabati yang ramah lingkungan dan bersifat terbarukan. Selain penelitian dalam laboraturium, pembuatan simulasi dan modelling juga perlu untuk dilakukan agar dapat menganalisis proses reaksi sintesis renewable diesel lebih lanjut.
Untuk itu Pada penelitian ini dilakukan modifikasi modifikasi persamaan model prediktif dengan metode Analytical Semi Empirical Model (ASEM) untuk menggambarkan produk hasil proses sintesis renewable diesel melalui hidrodeoksigenasi yang melibatkan variasi temperatur dan tekanan. Kondisi suhu optimum proses sintesis renewable diesel melalui metode hidrodeoksigenasi yang diperoleh dari hasil simulasi yaitu untuk bahan baku minyak kedelai dengan katalis CoMo pada suhu 374,8oC dan katalis Pd 312oC, untuk bahan baku rapeseed oil dengan katalis NiMo pada 340oC, untuk bahan baku minyak biji bunga matahari pada 435oC. Kemudian untuk simulasi tekanan yang optimum diperoleh hasil simulasi Sintesis renewable diesel melalui deoksigenasi katalitik minyak kedelai pada 7,8 bar dan Sintesis renewable diesel melalui deoksigenasi katalitik minyak nabati 60 bar.

In order to continue to fulfill our energy needs, it takes an effort to substitute fossil energy sources with other energy sources that are renewable and environmentally friendly. Renewable diesel can be a solution to the problems facing the world today. Besides research in the laboratory, creating simulations and modeling also needs to be done in order to analyze the process of the synthesis reaction further renewable diesel.
In this research, a predictive model modification modifications equation with Semi-Empirical Analytical Model (ASEM) to describe the product of the synthesis of renewable diesel through hidrodeoksigenasi involving variations in temperature and pressure. The optimum temperature conditions through a process of synthesis methods hidrodeoksigenasi renewable diesel derived from the simulation results that for the soybean oil feedstock with CoMo catalyst at a temperature of 374.8 oC and 312 oC Pd catalyst, for the few oil feedstock with a catalyst Nimo at 340 oC, for the seed oil feedstock sunflower at 435 oC. Then the optimum pressure for the simulation of the simulation results obtained Synthesis renewable diesel via catalytic deoxygenation of soybean oil at 7.8 bar and a Synthesis renewable diesel via catalytic deoxygenation of vegetable oil 60 bar
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54970
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ismail Bagus Setyawan
"Gasifikasi merupakan salah satu thermal-treatment yang dapat dilakukan untuk mengolah biomassa menjadi energi. Syngas merupakan produk utama dari proses gasifikasi, tetapi gasifikasi juga menghasilkan tar yang dapat mengganggu kesehatan manusia, lingkungan maupun peralatan berbahan bakar syngas. Untuk mengurangi kandungan tar, dilakukan modifikasi dalam gasifier dengan menambahkan inlet udara tambahan. Pendekatan model numerik yang digunakan di penelitian ini adalah pemodelan representatif partikel. Dalam penelitian ini, terdapat 2 model yang diusulkan untuk mengkarakterisasi gasifier: gasifier dibagi menjadi 2 kuasi-reaktor (model 1), dan inlet udara primer dan sekunder diasumsikan menjadi satu inlet udara (model 2). Variabel bebas yang digunakan adalah kondisi awal region konveksi campur dan equivalence ratio (ER). Dari hasil penelitian ini, fenomena yang dapat ditangkap di model 1 adalah persebaran temperatur, komposisi partikel, perubahan komposisi syngas terhadap ER dan komposisi tar dalam syngas, sedangkan fenomena yang dapat ditangkap di model 2 adalah komposisi syngas dengan standar deviasi 8,51. Penambahan densitas inlet udara yang berubah terhadap temperatur di kondisi awal region konveksi campur cocok digunakan untuk permodelan gasifier. Kandungan CO dan H2 mengalami peningkatan sedangkan kandungan CO2, CH4 dan H2O mengalami penurunan saat ER dinaikkan. Hasil penelitian menunjukkan model 1 perlu dievaluasi lebih lanjut agar dapat menghasilkan komposisi syngas yang lebih akurat.

Gasification is one of thermal treatments that could convert biomass into energy. Syngas is the main product of gasification, but gasification also produces tar that could harm human health, environment, and syngas-fuelled equipment. To decrease tar content in syngas composition, modification is done to gasifier by adding secondary air inlet. The numerical approach used in this research was representative particle model (RPM). There were 2 proposed models to characterize gasifier: gasifier was divided into 2 quasi-reactors (model 1), and air inlets were assumed as just one air inlet (model 2). The independent variables were initial conditions of mixed convection region, and equivalence ratios (ER). The results showed model 1 could simulate gasification phenomena, as in temperature distribution, particle composition, change in syngas composition to ER and tar content, while model 2 could simulate the phenomenon as in syngas composition with standard deviation of 8.51. The addition of temperature-dependent air inlet density in gas species mass balance was found suitable for modelling gasifier. The research found CO and H2 contents were increasing, while CO2, CH4 and H2O contents were decreasing as the increase of ER. The research concludes model 1 needs to be further evaluated to approach syngas composition more accurately."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhinda Prinita Sari
"Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi waktu penyalaan dan emisi CO dari biobriket (biomassa ? batubara) dengan melibatkan variasi komposisi biomassa. Hal ini dikarenakan biomassa memiliki kandungan volatile matter yang lebih tinggi dan kadar karbon yang rendah. Pada penelitian ini dilakukan variasi komposisi biomassa sekam padi dan jerami padi dengan kadar 0%, 25%, 50%, dan 100% pada biobriket sehingga dapat dibandingkan secara relatif terhadap briket batubara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi komposisi biomassa berpengaruh signifikan terhadap waktu nyala dan reduksi emisi CO. Untuk waktu ignisi, paduan terbaik didapat oleh 50% sekam padi : 50% batubara dengan waktu ignisi 3.67 menit dan 50% jerami padi : 50% batubara dengan waktu ignisi 8 menit sedangkan briket 100% batubara membutuhkan 10.16 menit untuk menyala. Untuk emisi CO, paduaan terbaik didapat oleh 50% sekam padi : 50% batubara dengan emisi CO rata-rata 687.38 ppm dan 25% jerami padi : 75% batubara dengan emisi CO rata-rata 792.92 ppm sedangkan emisi CO rata-rata briket batubara adalah 1239.

This research aims to reduce the time of ignition and CO emissions from biobriquette (biomass - coal) involves variation of biomass composition. This is because biomass has higher volatile matter content and lower carbon content. In this research, biobriquettes with biomass composition of rice husks and rice straw of 0%, 25%, 50%, and 100% have been compared relative to coal briquettes in terms of ignition time and CO emission. The results showed that the variation of biomass composition significantly influence the ignition time and CO emissions. For ignition time, the best composition was obtained by 50% rice husk: 50% coal with ignition time 3.67 minutes, and 50% rice straw: 50% coal with ignition time 8 minutes while the 100% coal briquettes takes 10.16 minutes to burn. For CO emissions, the best composition was obtained by 50% rice husk: 50% coal with CO emissions average 687.38 ppm and 25% rice straw: 75% coal with CO emissions average 792.92 ppm while the average CO emissions of coal briquettes was 1239."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1092
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>