Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 48901 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 2001
TA5967
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Qodari
"Menjelang abad ke-21, kita menyaksikan tingkat kegairahan baru umat manusia dalam meyakini dan mengamalkan agama (Naisbitt & Aburdene, 1990).Fenomena kesadaran beragama ini juga berlangsung di Indonesia yang mayoritas rakyatnya beragama Islam. Kalangan mahasiswa Islam tampaknya merupakan kelompok masyarakat yang paling aktif dan antusias menyambutnya.Kebangkitan Islam di kalangan mahasiswa, telah menjelma menjadi sebuah gerakan yang ekstensif dan signifikan bagi tata kehidupan sosial dan masyarakat. Bahkan Azis (1995), seorang peneliti dari Departemen Agama RI, telah menggolongkan gerakan keagamaan oleh mahasiswa di berbagai perguruan tinggi ini sebagai sebuah gerakan sosial.
Di kampus Universitas Indonesia, gerakan keagamaan yang dewasa ini mempunyai pengaruh Iuas di kalangan mahasiswa adalah suatu gerakan yang dapat disebut sebagai gerakan Tarbiyah (Azis, 1995). Sebutan Iainnya mencakup istilah Harakah, Usrah, Liqaa, maupun 'Rohis'. Sebagai sebuah gerakan keagamaan , Tarbiyah memiliki sejumlah karakteristik antara Iain : Pertama, pandangan keagamaan yang dikotomis dan monoIitik. Dikotomis maksudnya, dunia, aiau realitas. cenderung dipandang hitam-putih, misalnya manusia di dunia terbagi dua golongan : muslimin dan jahiliyah (Iihat M. Quthb, 1985: 30; S. Quthb. 1994: 25). Monolitik maksudnya, adanya pengakuan, implisit atau eksplisit, bahwa Islam (dalam kerangka interpretasi merekalah ) yang paling benar (Azis, 1995: 38). Kedua, peran, posisi. dan otoritas murobbi (mentor agama) di dalam keiompok/sel. Para anggola sangat patuh pada murobbi. Murobbi dipercaya mulai dalam ajaran agamanya sampai dalam mencarikan jodoh. Ketiga, kohesivitas dan kolektivitas kelompok. Sejumlah kelompok diketahui mengembangkan doktrin tentang al-wala wal bara (arti harfiahnya adalah loyalitas dan pemisahan diri). Peneliti dari Departemen Agama Rl sendiri menggolongkan gerakan Tarbiyah ini sebagai gerakan fundamentalisme agama.
Kemudian dalam praktik kehidupan sehari-hari di kampus UI, gerakan Tarbiyah ini, dengan segala karakteristik tersebui, selain berkembang dan tumbuh dengan pesat. ternyata juga mengalami interaksi yang seringkali konfliktual. Interaksi yang konfliktual ini barangkali menemukan wujud nyatanya pada proses-proses pemilihan pucuk pimpinan organisasi kemahasiwaan di UI (lihat Kuswari, 1995: 44-45). Menurut catatan Kuswari, pertarungan itu terjadi karena ?kelompok Rohis memiliki visi kemahasiswaan berdasarkan kacamata Islam, sedangkan kelompok non-Rohis melihat dunia kemahasiswaan dari kacamata "sekular". Interaksi konfliktual itu juga dialami beberapa individu. Di antaranya seorang mahasiswa F. Psikologi, non-peserta Tarbiyah, yang disudutkan oleh seorang peserta Tarbiyah dari fakultas Iain dengan kecaman terhadap Psikologi sebagai ilmu yang 'sesat', produk Barat, yang sok tahu tentang motif dan perilaku manusia, padahal yang paling tahu hanya Tuhan". Seorang mahasiswa lain, ketika baru masuk UI, mendapatkan mentoring-mentoring dari Tarbiyah, yang menurutnya menampilkan Islam sebagai wajah yang ?irasional, ekslusif dan penuh amarah", sehingga pada diri mahasiswa tersebut terbangun kekecewaan dan sikap negatif terhadap islam.
Sampai di sini, sebagai sebuah gerakan keagamaan yang bergerak di kampus perguruan tinggi dan hidup di kalangan mahasiswa, menjadi sebuah pertanyaan yang mengusik bila kita kaitkan karakteristik gerakan Tarbiyah ini dengan keberadaan mahasiswa sebagai calon-calon intelektual masa depan. Seorang intelektual adalah seseorang yang secara kritis selalu mempertanyakan masalah nilai, mempertanyakan maksud dan tujuan sesuatu, seraya membebaskan dirinya dari pertimbangan-pertimbangan praktis yang bertalian dengan kepentingan masa kini semata-mata (Buchori, 1994: 156). Artinya, setiap mahasiswa harus membiasakan diri untuk membuka cakrawala berpikir seluas-Iuasnya. Melihat dan membandingkan berbagai alternatif pendapat yang berkembang, serta kritis terhadap suatu pemikiran yang mapan (yang tampaknya pasti benar). Jamaluddin al-Afgani, salah seorang tokoh Kebangkitan Islam ternama, menganalisa sebab keterbelakangan masyarakat Islam, terutama para pemimpin agamanya, yang kekurangan minat intelektual (Alatas, 1988: 19). Menurutnya. semangat mengkaji, kenikmatan dalam pencarian intelektual, dan rasa hormat yang mendalam terhadap pengetahuan ilmiah dan rasional ini, sayangnya tidak menyebar Iuas di kalangan masyarakat berkembang (lihat Keddie, 1968 : 105 dalam Alatas, 1988: 19). Mengenai tradisi pemikiran Islam, Abraham S. Halkin, seorang sarjana besar Yahudi, bahkan mengatakan bahwa sikap kaum Muslim terhadap ilmu pengetahuan adalah spontan menghargai, mengadaptasi dan memanfaatkan. Kaum Muslim terdahulu, dengan penuh percaya diri berdasarkan iman, dengan bebas dan tanpa beban psikologis apa pun mengambil apa saja yang baik dan membuang mana saja yang buruk dari budaya asing itu. Karena itu, sebagai contoh para filsuf Muslim tak segan-segan mengambil dan menggunakan budaya Yunani yang ?netraI', seperti sebagian besar filsafat dan ilmu pengetahuan. tetapi mereka manyingkirkan unsur-unsur yang tidak sejalan dengan pokok-pokok ajaran Islam seperti mitologi yang kebanyakan menjadi tema sastra Yunani (Madjid, 1995).
Selain menghadapi persoalan etos berpikir kritis dan perluasan cakrawala pandangan, gerakan Tarbiyah juga tampaknya berjumpa dengan kemajemukan (pluralitas) masyarakat yang kiranya menjadi keniscayaan hidup di dunia. Sebagai ketentuan Ilahi, kemajemukan termasuk kalegori Sunnatullah yang tidak terhindarkan karena kepastiannya (Madjid, 1992: 160). Karena itulah manusia. manusia Muslim dituntut untuk senantiasa merendahkan hati dan bersedia berdialog dengan 'kebenaran' (al-Haqq) dan kesabaran (al-Shabr) dalam setiap langkah hidupnya (lihat Al Quran s. al-Ashr : 1-3). Al Quran, setidaknya dalam jajaran konsep, telah memberi resep atau arahan yang sangat diperlukan bagi manusia muslim untuk memecahkan masalah kemanusian universal, yaitu realitas kemajemukan keberagamaan manusia. Al Quran sering menyebut para pemeluk agama islam sebagai ummatan wasatan ( umat yang berada di tengah-tengah), maksudnya tidak "berlebih-lebihan" dalam segala hal, termasuk di dalamnya ?berlebihan" dalam persoalan kehidupan keberagamaan (Abdullah, 1994: 95-97).
Sampai di sini peneliti berpendapat bahwa pandangan dan perilaku peserta gerakan Tarbiyah tersebut diatas dapat coba dijelaskan dengan teori Sistem Kepercayaan yang disusun oleh Milton Rokeach. Milton Rokeach (1960) dalam bukunya The Open and Closed Mind memberikan gambaran bahwa perilaku sosial seseorang dapat dijelaskan berdasarkan analisa terhadap struktur sistem kepercayaannya (belief system). Adapun pengertian sistem kepercayaan adalah seperangkat kepercayaan, set, harapan, atau dugaan, baik yang disadari atau yang tidak disadari, yang diterima individu sebagai sesuatu yang benar mengenai dunia yang dihuninya (Rokeach 1960: 33). Lebih jelasnya, menurut Rokeach, setiap individu memiliki sistem kepercayaan tertentu yang dapat bersifat terbuka ( low dogmatic/ open minded) atau pun tertutup (high dogmatic/ closed mind).
Menurul Rokeach, individu yang terbuka sistem kepercayaannya cenderung menerima, mengevaluasi serta bertindak berdasarkan informasi yang relevan sesuai dengan tuntutan situasional. Manifestasi dari keterbukaan kepercayaan antara Iain adalah kecenderungan untuk Iebih mudah menerima ide-ide baru atau pun perubahan-perubahan baru serta Iebih obyektif terhadap realitas. Sebaliknya, mereka yang tertutup sistem kepercayaannya cenderung menerima, mengevaluasi serta bertindak atas dasar tekanan dari faktor-faktor yang tidak relevan, yang berasal dari dalam atau pun luar dirinya. Faktor yang tidak relevan yang berasal dari dalam diri antara Iain kebutuhan untuk berkuasa, kebutuhan unluk mengurangi kecemasan, motif ego yang tidak rasional, kepercayaan atau kebiasaan yang tidak relevan dengan tuntutan situasi dan sebagainya. Sedangkan faktor dari Iuar antara lain adalah adanya ganjaran maupun tekanan dari otoritas di Iuar dirinya, seperti orang tua, guru, norma institusi. norma sosial maupun norma budaya (Rokeach, 1960:57-58). Manifestasi dari ketertutupan sistem kepercayaan antara Iain kurang terbuka bahkan cenderung waspada terhadap terhadap ide-ide baru yang berbeda dengan paham atau keyakinannya, Ioyalitas membuta pada sistem sosialnya serta fanatik terhadap kelompok serta cenderung mempunyai orientasi waktu yang sempit.
Setelah melalui pengukuran memakai Skala Dogmatisme Form E yang dapat menunjukkan kecenderungan keterbukaan-ketertutupan sistem kepercayaan seseorang. serta melakukan wawancara terhadap sejumlah responden peserta Tarbiyah, maka penelitian ini menyimpulkan bahwa sistem kepercayaan mahasiswa UI peserta Tarbiyah cenderung tertutup (high dogmatic/closed minded). Artinya pandangan dan perilaku keagamaan yang ditarnpilkan peserta gerakan Tarbiyah memang dilatari oleh sistem kepercayaan yang cenderung tertutup."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nesia Qurrota A`Yuni
"Skripsi ini membahas lahirnya kultur baru keislaman mahasiswa Universitas Indonesia sebagai akibat dari pengaruh gerakan tarbiyah pada periode 1989 ndash;1998. Di Universitas Indonesia, gerakan Tarbiyah yang pada awalnya dikenal sebagai gerakan dakwah kampus, kemudian telah bergerak lebih jauh ke dalam politik kampus. Dengan menggunakan metode sejarah, data yang dikumpulkan dari berbagai sumber menyimpulkan bahwa gerakan Tarbiyah berkontribusi besar dalam menanamkan nilai-nilai Islam di dalam gerakan mahasiswa Universitas Indonesia. Penanaman nilai-nilai Islam tersebut dipermudah setelah kursi-kursi senat mahasiswa dikuasai oleh para aktivis Tarbiyah. Adapun nilai-nilai yang ditanamkan gerakan Tarbiyah terimplementasi dari menjamurnya aktivitas mentoring atau halaqah di musala atau masjid kampus, aktifnya kegiatan mentoring keagaamaan untuk mahasiswa baru, dan mulai banyaknya mahasiswa yang berpenampilan syar rsquo;i. Adanya skripsi ini akan menambah ragam baru kajian mengenai Gerakan Tarbiyah. Sebelumnya, kajian mengenai Tarbiyah hanya seputar masuknya gerakan tersebut ke Indonesia hingga transformasinya menjadi partai politik. Namun, skripsi ini secara spesifik mengungkap pengaruh dan dampak yang disebabkan oleh perkembangan gerakan Tarbiyah di dalam Universitas Indonesia.

This thesis discusses about the emergence of new Islamic culture of Universitas Indonesia students as the effect of Tarbiyah movement influence in 1989 ndash 1998. In Universitas Indonesia, Tarbiyah movement which was known as campuss preaching movement in the beginning, then has moved farther in the political campuss. By using history method, the collected data from many ressources conclude that Tarbiyah movement has big contribution in implementing Islamic values in student movement of Universitas Indonesia. The implementation is eased after the senate positions were occupied by Tarbiyah activist. The values which is implemented by Tarbiyah movement is mentoring activity or halaqah in musala or campuss masjid, mentoring activity to the new student, and many of muslimah student began to wear syar rsquo i clothes. This thesis will contribute a new variant of Tarbiyah movement study. Previously, study about Tarbiyah is only about the emergence in Indonesia and its transformation to political party. However, this thesis specifically discusses the influence and the effect of Tarbiyah movement ini Universitas Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S69976
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosidi Rizkiandi
"Skripsi ini membahas tentang peranan gerakan mahasiswa Universitas Indonesia dalam Reformasi Indonesia 1997-1999. Menjelaskan perkembangan gerakan mahasiswa Indonesia mulai dari tahun 1978 hingga masuk masa Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi tahun 1990 yang ditandai dengan lahirnya Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Fuad Hassan, No. 0457/1990. Perubahan pola gerakan mahasiswa untuk beradaptasi menghadapi represi dari pemerintah. Serta kembali berkembangnya gerakan mahasiswa seiring mengendurnya tekanan pemerintah. Skripsi ini juga menguraikan aksi- aksi demonstrasi dan pergerakan mahasiswa UI dalam memperjuangkan reformasi Indonesia, termasuk dinamika internal mahasiswa UI yang terbagi menjadi dua, yaitu Senat Mahasiswa Universitas Indonesia dan Kesatuan Aksi Keluarga Besar Universitas Indonesia.

This thesis discusses the role of Universitas Indonesia student movement for Indonesia Reformation 1997-1999. It describes the development of Indonesia student movement from 1978 until the period of Student Senate in 1990, which marked by the Decree of Minister of Education and Culture, Fuad Hassan, No. 0457/1990; the adaptation of student movement to face the repression from the government by changing its pattern; as well as re-development of the student movement as the loosening of government pressure. This thesis also describes the demonstrations and UI student movement in fight for Indonesia Reformation, including the internal dynamics, which divided UI student to Student Senate and Family Action Unit (KB UI)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S45625
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agustinus Prasetyantoko
Jakarta: Yayasan Hak Asasi Manusia, Demokrasi dan Supremasi Hukum, 2001
371.8 PRA g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Cipta Manunggal, 2000
378.198 1 GER
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Depok : Badan Otonom Pers Suara Mahasiswa Universitas Indonesia, 1992
UI-SUMA 5-6(1996-1997)
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Adhi Nugroho
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
TA2687
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aloysius Alvino Tawas
"Gerakan mahasiswa merupakan hal yang selalu saja terjadi di Indonesia sejak pra maupun pasca kemerdekaan 1945. Konsep gerakan mahasiswa di Indonesia adalah untuk bangkit dan melakukan perubahan agar kehidupan sosial menjadi lebih baik (Budiman, 2006: 23 dalam Manalu & Darmansyah, 2017: 1) permasalahan muncul dalam tingkat pembentukan pengetahuan dan pola pikir dalam gerakan sosial mahasiswa. Internalisasi pendidikan dan pembentukkan knowledge dalam menentukkan framework pergerakan masih lalai disampaikan oleh penulis terdahulu. Peneliti dalam hal ini akan mencoba untuk menggali lebih mendalam mengenai permasalahan Internalisasi pendidikan dalam gerakan sosial mahasiswa, serta lebih jauh melihat proses frameworking dalam pergerakan sehingga gerakan sosial mahasiswa menjadi suatu praktis yang sifatnya berkelanjutan. Penelitian dijalankan menggunakan metodologi penelitian etnografi dan wawancara mendalam. Penulisan ini memberikn gambaran jelas peran internalisasi pendidikan dalam pembentukkan social movement knowledge para anggota FMN UI. Social Movement Knowledge yang diterima dimaknai dan dipahami kembali oleh pra anggota FMN UI dan menjadi identitas baru bagi diri mereka. Social movement knowledge tersebut kemudian menjadi basis penting dalam membentuk framework pengorganisasian dan pergerakan FMN UI.

The student movement is something that has always happened in Indonesia since pre and post-independence of1945. The concept of the student movement in Indonesia is to rise up and make changes so that social life is better (Budiman, 2006: 23 in Manalu & Darmansyah, 2017: 1). Problems arise in the level of knowledge formation and thought patterns in student social movements. The internalization of education and the formation of knowledge in determining the framework for movement have been neglected to be conveyed by previous authors. Researchers in this case will try to dig deeper into the problems of internalization of education in student social movements, and further see the frameworking process in the movement so that the student social movement becomes a practical, sustainable nature. The research was conducted using ethnographic research methodologies and in-depth interviews. This writing provides a clear picture of the role of internalization of education in shaping the social movement knowledge of FMN UI members. Social Movement Knowledge received is interpreted and re-understood by pre FMN UI members and becomes a new identity for themselves. This social movement knowledge then becomes an important basis in forming an organizing and moving framework for FMN UI."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Weltri Febrian Bakara
"Studi ini bertujuan untuk melihat strategi pembingkaian dan diskursus publik pada gerakan mahasiswa Universitas Indonesia (UI) terkait menolak RUU Cipta Kerja. Gerakan tersebut dibangun oleh aliansi mahasiswa atas sebagian kontribusi buruh dan jaringan masyarakat sipil. Meskipun dipandang memiliki kompetensi akademik sebagai sumber kekuatannya, gerakan tidak serta merta muncul dari kesadaran subjektif individu mahasiswa, melainkan mobilisasi yang diorganisir oleh aktivis mahasiswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif yang berfokus pada pembingkaian diagnostik, prognostik, dan motivasional serta diskursus dengan pengumpulan data melalui wawancara mendalam, studi literatur, dan observasi daring. Hasil penelitian menunjukkan gerakan mahasiswa UI menggunakan tiga jenis strategi pembingkaian, yaitu diagnostik yang menggambarkan sasaran lawan dan memacu kesadaran masyarakat terhadap ketidakadilan, prognostik yang membantu akses edukasi dan komunikasi terkait isu RUU Cipta Kerja, dan motivasional yang mendorong partisipasi individu dalam upaya perubahan sosial. Meskipun demikian, pergerakan mahasiswa UI masih bergantung pada kekuatan yang terinstitusionalisasi, yakni Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), sehingga animo pengawalan isu meredup ketika BEM tidak aktif mengingat pengaruh ideologi gerakan moral yang mengakar. Selain itu, penelitian ini menunjukkan bahwa perhatian terhadap masalah formil dalam RUU Cipta Kerja tampak menghasilkan diskursus-diskursus baru, seperti persoalan material RUU Cipta Kerja, represi aparat dalam aksi-aksi protes, serta praktik lain dengan efek kuasa didalamnya.

This study aims to see framing strategies and public discourse on the University of Indonesia student movement related to rejecting the Job Creation Bill. The movement was built by a student alliance on part of the contributions of workers and civil society networks. Although seen as having academic competence as a source of strength, the University of Indonesia student movement does not necessarily arise from individual subjective awareness but rather formed by organized mobilization initiated by student activists. This research utilized a descriptive qualitative approach, focusing on diagnostic, prognostic, and motivational framing, as well as discourse analysis, with data collected through in-depth interviews, literature study, and online observations. The results of the study show that the UI student movement uses three types of framing strategies, namely diagnostics which describes opposing targets and spurs public awareness of injustice, prognostic which helps access education and communication related to the Job Creation Bill issue and motivational that encourages individual participation in social change efforts. Nonetheless, the UI student movement still depends on institutionalized forces, namely the Student Executive Body (BEM), so the interest in overseeing the issue dimmed when BEM was inactive referred to the influence of the deep-rooted moral movement ideology. In addition, this research shows that attention to formal issues in the Job Creation Bill generates new discourses, such as material issues in the Job Creation Bill, apparatus repression in protest actions, and other practices with the effect of power in it."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>