Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 54276 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
Debby Novitadewi Susanto
"Masuknya budaya populer Korea, terutama musik pop, memunculkan fenomena baru yang lain yaitu roleplay di kalangan para penggemarnya. Roleplay merupakan permainan peran, baik memainkan peran karakter fiksi maupun publik figur di kehidupan nyata. Setiap orang dibebaskan memainkan karakter yang mereka inginkan dan mendorong pemain untuk memainkan karakter dengan identitas yang berbeda, salah satunya identitas gender. Dari sinilah muncul fenomena gender swap. Penelitian ini menggunakan pendekatan etnografi dengan metode observasi dan wawancara mendalam secara daring untuk menyesuaikan dengan pandemi COVID-19. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana seseorang mengonstruksikan identitas gender yang berbeda dan kaitannya dengan stereotip gender yang berlaku. Hasil dari penelitian ini adalah informan mengonstruksikan identitas gender yang berbeda dengan tindakan performatif yang dilakukan secara berulang-ulang melalui tampilan akun, typing, dan interaksi sosial. Dalam mengonstruksikan identitas gendernya, informan melanggengkan dan menentang stereotip gender secara bersamaan.

The entry of Korean pop culture, especially pop music, has led to another new phenomenon, namely roleplay among fans. Roleplay is a role-playing game, both playing the role of fictional characters and public figures in real life. Everyone is free to play the character they want and encourages players to play characters with different identities, one of which is gender identity. This is where the gender swap phenomenon emerges. This study uses an ethnographic approach with online observation and in-depth interviews to adapt to the COVID-19 pandemic. The purpose of this study is to see how a person constructs a different gender identity and its relation to prevailing gender stereotypes. The results of this study are informants construct different gender identities with performative actions that are carried out repeatedly through account display, typing, and social interaction. In constructing their gender identity, informants perpetuate and oppose gender stereotypes simultaneously."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatma Yusuf Eko Suwarno
"ABSTRAK
Karya sastra anak kerapkali memperkuat gagasan gender, entah itu melalui representasi gender, konstruksi gender, dll. Sebagai kerangka teoretisnya, penelitian ini bergantung pada teori Judith Butler tentang identitas yang dibangun secara sosial dan teori esensialisme gender untuk mempelajari konstruksi identitas gender tokoh utama dalam The Miraculous Journey of Edward Tulane karya Kate Dicamillo. Dalam teorinya, Judith menyatakan bahwa identitas gender kita adalah produk konstruksi sosial yang diabadikan melalui wacana-wacana untuk menciptakan rasa identitas yang melekat; yang berarti bahwa itu bukan proses alami. Sebaliknya, pendekatan esensialisme pada identitas gender menekankan bahwa ada esensi sejati dalam identitas gender kita. Makalah ini, dengan demikian, berfokus pada analisis kontestasi antara konstruksi sosial identitas gender dan esensialisme gender yang dipostulasikan dalam buku ini. Jurnal ini juga mengkaji bagaimana konstruksi identitas gender Edward - yang digambarkan melalui konstruksi sosial ndash; sebetulnya mengemukakan ide esensialisme gender.

ABSTRACT
Children 39;s literature often reinforces the idea of gender, whether it is through the representation of genders, the construction of genders, etc. As its theoretical framework, this study depends on Judith Butler 39;s theory of socially constructed identity and the theory of gender essentialism to study gender identity construction of the main character in Kate Dicamillo 39;s The Miraculous Journey of Edward Tulane. In her theory, Judith states that our gender identity is a product of social construction that is perpetuated through discourses to achieve a sense of inherent identity, meaning that it is not a natural process. On the contrary, essentialism approach on gender identity stresses that there is a true essence in our gender identity. This paper, thus, focuses on analyzing the contestation between the social construction of gender identity and gender essentialism that is postulated in the book. It also examines how the construction of Edward 39;s gender identity mdash;which is articulated to be embodying a socially constructed identity mdash;propounds the idea of gender essentialism."
2018
Mk-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Fadilah
"ABSTRAK
Artikel ini membahas penggemar laki-laki fanboy K-pop mengonstruksikan identitas gendernya ketika ia menyukai budaya populer yakni musik K-pop yang secara umum dilihat memiliki banyak penggemar perempuan. Artikel ini juga melihat bagaimana fanboy K-pop mendefinisikan identitas gender mereka baik ketika mereka menjadi fanboy K-pop maupun identitas seksual mereka sebagai laki-laki. Fanboy K-pop mendefinisikan identitas gender mereka dengan meakukan negosiasi dengan konstruksi gender yang ada di institusi sosial tempat mereka berinteraksi meskipun terdapat berbagai stereotip terhadap mereka sebagai fanboy K-pop.Studi sebelumnya mengemukakan bahwa buaya populer seperti musik, film, olahraga, dan video games bisa mengekspresikan dan menguatkan identitas gender individu yang melakukan atau menikmatinya. Mereka bernegosiasi baik dengan meyembunyikan hal yang mereka sukai atau mempertahankan hal yang mereka sukai dan menunjukkan identitas gender mereka dengan cara lain. Argumen penulis dalam artikel ini penggemar laki-laki K-pop bisa mengonstruksikan dan menegosiasikan identitas gender mereka. Hal tersebut karena fanboy K-Pop memiliki power dalam pembentukan identitas gender mereka. Pengetahuan yang dimiliki oleh fanboy K-pop baik dari institusi pendidikan maupun media membuat mereka memiliki kekuatan atau daya tawar untuk mengonstruksi identitas gender mereka. Ketika melakukan konstruksi identitas gender, mereka menggunakan pengetahuan mereka sebagai kekuatan untuk menegosiasikan identitas gender mereka dengan masyarakat dan institusi sosial mereka.Pendekatan penelitian kualitatif dengan teknik wawancara mendalam dengan fanboy K-pop digunakan untuk memahami bagaimana mereka mengonstruksi atau menegosiasikan identitas gender mereka.

ABSTRACT
This article focuses on gender identity construction inmale K pop fans K pop fanboys as they interested in K pop music which in generalconsidered as popular culture that primarily cater towards female audience. This article also aims to pinpoint how K pop fanboy defines their gender identityboth as K pop fanboy and as a male. K pop fanboy defines their gender identity by negotiating with existing gender constructs at the social institution in which they interacts even though there are some steoreotypes toward them being a K pop fanboy.Previous studies showed popular culturesuch as music, film, sports, and video games express and strengthen gender identity of its participants.They either negotiate by concealing things that they like, or by continue defending what they like and project their gender identity through other ways. In this article, it is argued that K pop fanboys construct and negotiate their gender identity because they have power in their gender identity construction. Knowledges that they get both from their educational institution and media make them have bargaining power to construct their gender identity. During gender identity construction, their knowledge used as their power to negotiating their gender identitywith their society and social institution.Qualitative research approach using in depth interview with K pop fanboys to understandhow they construct or negotiate their gender identity."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
R. Purnaditya Dibyawimala
"Studi ini ingin melihat konstruksi identitas gender pada laki-laki yang bekerja di salon. Studi ini diawali oleh rasa ingin tahu terhadap konstruksi gender pada laki-laki yang bekerja di salon, yang didasari atas pemahaman bahwa dunia salon merupakan bidang kerja yang erat dengan perempuan dan feminimitas. Bagaimana konstruksi identitas yang terjadi ketika seorang laki-laki yang diharapkan memiliki sifat maskulinitas bekerja di salon yang erat dengan feminimitas. Studi ini dilakukan dengan metode kualitatif dan jenis penelitian deskriptif, tekhnik pengumpulan data pada studi kasus ini meliputi wawancara mendalam dan observasi.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa konstruksi identitas gender yang terjadi pada laki-laki pekerja salon, tidak begitu saja dipengaruhi oleh lingkungan kerjanya, melainkan akumulasi konstruksi identitas gender yang dimiliki oleh individu tersebut. Setiap individu dapat memaknai gender atau sifat maskulin dan feminine yang di dapatnya dari proses interaksi, baik didapatkan dari proses sosialisasi dari keluarga atau lingkungan sosial individu tersebut.
Studi ini juga menunjukan bahwa sifat maskulin dan feminine terdapat pada setiap diri individubaik laki-laki ataupun perempuan. Dalam penelitian ini juga menyimpulkan bahwa identitas gender merupakan suatu hal yang cair, sifat maskulin dan feminine dalam diri individu dapat berubah kapan saja ketika individu tersebut memang ingin melakukanya.

This study is looking for the construction of gender identity of men who works inhair salon. it begins from the willingness to know about this construction of gender. Based on the connected with the feminity and females activities. How this constructionof identity happened when man with the masculinity quality works in the female’s place. The study works with the qualitative method and descriptive research, the technic of data collection on this study covers interview and observasion.
The result of this study found that this construction of gender identity, was not only influenced by the by the working place, but also by the accumulation of construction of gender identity that belong to each individual or personal. Each individual could find this gender or masculinity and feminity that they get from the interaction process, as well as the socialization process of their family or the social influence of this individual.
This study also shows that the masculinity and feminity could be found in every single male or female. On this research they found that this gender identity is liquid thing, those masculinity and feminity on each individual could be changed at anytime this person wanted to do it.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S61279
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Dibaj
"Laki-laki dan perempuan adalah sistem biner pada gender yang normatif yang hadir di tengah-tengah masyarakat. Namun, terdapat pula variasi identitas gender lainnya, meliputi transgender, agender, genderqueer, androginitas, atau kombinasi dari identitas- id ent it as t ersebut . Selain it u t erd apat pula variasi orient asi seksual, sepert i heteroseksual, homoseksual, dan aseksual. Variasi identitas gender dan orientasi seksual dapat dipengaruhi oleh peran sosial dan pengalaman traumatis, yang terlihat dalam film Indonesia Kucumbu Tubuh Indahku (2018). Fokus penelitian ada pada konstruksi identitas gender tokoh utama, Juno. Film dibedah menggunakan teori film Boggs dan Petrie untuk membedah aspek naratif dan sinematografis, kajian gender Judith Butler, dan kajian queer Brett Beemyn dan Eliason untuk membedah ideologi teks. Ketertarikan terhadap laki-laki menjadi hasil dari peran pengalaman traumatis Juno d alam mengonst ruksi id ent it as gend ernya, sed angkan peran sosial menghasilkan konstruksi identitas gender Juno yang mengarah pada adanya sifat-sifat feminin di dalam tubuh Juno yang secara alami maskulin. Dilihat dari posisi film, identitas gender Juno adalah non-biner yang perlu dihargai dan boleh hadir di tengah-tengah masyarakat. Terdapat adanya kritik film terhadap kepura-puraan masyarakat identitas non-biner yang menjalani kehidupan sesuai norma heteroseksualitas.

Men and women are binary systems on normative gender that are present in society. However, other variations of gender identity are also present in society, including transgender, agender, genderqueer, androgynous, or a combination of those identities. There are also variations of sexual identity, such as heterosexual, homosexual, and asexual. Variations in gender identity and sexual identity can be influenced by social roles and traumatic experiences of the individual which depicted in the Indonesian film Kucumbu Tubuh Indahku (2018). The research focuses on the construction of the main character's gender identity. The film is analyzed using Boggs and Petrie’s film theory to dissect the narrative and cinematographic aspects of the film, Judith Butler’s gender studies, and queer studies from Brett Beemyn and Eliason to dissect the ideology of the text. The attraction to men is the result of Juno's traumatic experience in constructing his gender identity, while social roles result in Juno's gender identity construction which leads to the presence of feminine traits in Juno's naturally masculine body. Judging from the film's position, Juno's gender identity is placed as a non-binary that needs to be respected and allowed to be present in society. There is also film criticism against the pretense of society with its non-binary identity who lives a life according to the norms of heterosexuality."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Wisudantari Parthami
"Penelitian tentang identitas jender laki-laki dalam kerangka psikologi ulayat juga masih sangat minim jumlahnya. Pengaplikasian teori psikologi barat secara utuh pada fenomena budaya tentu dapat menimbulkan bias. Desa Tenganan Pegringsingan, Karangasem, Bali merupakan salah satu desa Bali asli yang mengelompokan peran pemuda dan gadis desanya berdasarkan organisasi khusus, sekeha teruna (untuk pemuda) dan sekeha deha (untuk gadis).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran pemahaman subjek terhadap identitas jender laki-laki mereka dan proses pembentukan identitas jender laki-laki mereka. Penelitian ini menggabungkan berbagai macam teori mengenai identitas jender laki-laki serta teori belajar sosial?termasuk sosialisasi dan skema jender-sebagai kerangga acuan dalam menganalisis.
Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan wawancara dan studi pustaka sebagai teknik pengambilan data. Wawancara dilakukan pada tiga pemuda desa adat Tenganan Pegringsingan yang berada pada tahap perkembangan dewasa muda.
Hasil penelitian menunjukan ketiga subjek memiliki pemahaman bahwa identitas jender laki-laki mereka terpisah antara 'teruna' dan 'laki-laki'. 'Teruna' adalah identitas jender mereka dalam konteks adat. Sedangkan 'lakilaki' merupakan identitas jender laki-laki mereka di luar konteks adat. Pemahaman identitas jender laki-laki mereka dihayati dari sisi fisik, karakter, dan perilaku mereka sebagai laki-laki. Ketiga subjek memahami ada banyak pihak yang membentuk mereka menjadi laki-laki dan atau teruna. Eka memandang keluarga sebagai faktor utama dalam proses pembentukan identitas jender lakilakinya. Dwi merasa pengaruh adat yang paling besar membentuk identitas jender laki-lakinya. Sedangkan Tri menekankan peran teman-teman laki-lakinya.

It is still few study of male gender identity on indigenous psychology perspective. Straight forward applied of western theories on local phenomena could lead bias. Tenganan Pegringsingan Village, Karangasem, Bali, is an ancient Balinese Village at the present moment, which is classifying its young men and women based on special organization called sekeha teruna (for young men) dan sekeha deha (for young women).
Objectives of this study are to describe subject's understanding about their male gender identity and the process of their male gender identity construction. These studies used eclectic approach by composing many theories of male gender identity and social learning theory?including ocialization and gender schema theory-as base theory.
Research is conducted with qualitative method, using indepth interview and study literature as data collection technique. Three young adult from Tenganan Pegringsingan Village were chosen purposively as participants.
Research findings show participants distinct their concept between 'teruna' and 'man'. 'Teruna' they define as their male gender identity in indigenous context. Otherwise, 'man' is their male jender identity out side indigenous context. They find their male gender identity in term masculine physic, trait, and behavior. Participants have recognize many factor have construct them become a man or teruna. Eka put his family as the main factor of his male gender identity construction. Dwi thought Tenganan Pegringsingan give biggest influence to himself. Meanwhile, Tri sees his friends are the main factor.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
305.3 PUT k
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Febriana Santoso
"Skripsi ini bertujuan untuk mengkaji korelasi gender dan perumahan dengan melihat identitas gender yang dapat terefleksikan dalam rumah. Refleksi ini dapat dilihat dari dua sisi. Sisi pertama membahas bagaimana ideologi gender masyarakat di ruang domestik dapat mempengaruhi rancangan rumah sebagai upaya untuk memahami perilaku, keinginan, dan kebutuhan penghuni dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan gender mereka. Sisi kedua membahas bagaimana identitas gender juga dapat tercermin dari proses menghuni. Ditemukan bahwa dengan adanya kedua refleksi identitas gender ini, seseorang dapat mempunyai preferensi perumahan terkait gender. Pada akhirnya adanya gender dalam kehidupan kita dapat memiliki pengaruh besar dalam mengalami dan memandang perumahan.

This paper aims to discuss the correlation between gender and housing by looking at gender identities that can be reflected in homes. These reflections will be seen from two sides. The first side discusses how the gender ideology of society in the domestic space can influence the design of a house as an effort to understand the behavior, desires, and needs of the occupants in daily life based on their gender.The second side discusses how gender identity can also be reflected in the process of inhabiting. It was found that with these two reflections of gender identity, a person can eventually gain a gender-related housing preference. In the end, the presence of gender in our lives has a huge influence on how we experience and perceive housing."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michala
"Tulisan ini membahas pengukuhan peran gender tradisional yang terdapat pada film The Proposal 2009. Tulisan ini berusaha membuktikan bahwa meskipun peran gender Margaret sebagai atasan membuatnya memiliki kedudukan tinggi atas laki-laki di ruang publik, hal tersebut hanyalah pretensi untuk mengukuhkan peran gender tradisonal serta menegaskan bahwa perempuan tidak dibenarkan untuk meninggalkan ruang domestik. Tulisan ini dianalisa melalui metode qualitatif dengan menggunakan teori peran gender dari Kate Millett.

This paper discusses the reinforcement of tradisional gender roles in the movie The Proposal 2009. This paper tries to prove that even when Margaret's gender role as a superior puts her position above men in public space, it is actually only a pretense to reinforce the traditional gender roles and to strenghten the believe that women are not supposed to leave domestic space. This paper is analyzed through qualitative method, using Kate Millett's gender roles theory."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
T47216
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>