Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8284 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Retno Indrati
Jakarta: Prenada Media, 2014
641.1 RET p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nancy Kosasih
"Penelitian ini merupakan pembuatan produk makanan inovasi, berupa penambahan sayuran sawi hijau dan wortel pada produk siomay, untuk menghasilkan produk jajanan yang rendah lemak, tetapi tinggi serat pangan. Penelitian eksperimental ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan sayuran terhadap kadar serat pangan dan kandungan gizi, serta hasil uji hedonik pada produk siomay. Terdapat 4 jenis siomay yang diteliti, yaitu siomay tanpa penambahan sayuran, sebagai variabel kontrol, dan tiga jenis siomay dengan perlakukan penambahan 20%, 30%, dan 40% sayuran. Perbandingan penambahan sayuran sawi hijau dan wortel adalah 50%:50%. Analisis kadar serat pangan dan kandungan gizi lainnya dilakukan di Laboratorium analisis pangan PT. Saraswati Indo Genetech, Bogor. Sedangkan, uji hedonik ketiga jenis siomay sayuran dilakukan pada 65 murid SMPN 200 Jakarta Utara pada bulan April 2013. Data dianalisis dengan menggunakan uji Anova dan dilanjutkan dengan uji Bonferroni. Jenis siomay sayuran yang mempunyai kadar serat pangan tertinggi dan tingkat kesukaan tertinggi adalah siomay 40% sayuran. Kandungan dalam 100 gram siomay 40% sayuran adalah 5,24 g serat pangan; 62,94 g air; 1,72 g abu; 5,46 g protein; 1,02 g lemak; 28,86 g karbohidrat; dan 125,5 kkal energi.

This study was conducted by creating innovative food products, with the addition of chinese flowering cabbage and carrots on Siomay products, to produce snacks which are low fat, but having high content of dietary fiber. This experimental study was aimed to determine the effect of vegetables addition to dietary fiber content and nutritional values along with hedonic test result on siomay products. There were 4 types of siomay which were observed, the first one was siomay without the addition of vegetable, as control variable, and the other types were siomay with additional treatments containing 20%, 30%, 40% vegetables. The comparison of the addition of chinese flowering cabbage and carrots are 50%: 50%. The analysis of dietary fiber content and other nutritional values was carried in food analysis laboratories PT. Saraswati Indo Genetech, Bogor. Meanwhile, the hedonic test from three types of vegetable siomay conducted on 65 students of SMPN 200 Jakarta Utara in April 2013. These data had been analyzed by Anova test and continued by Bonferroni test. The vegetable siomay that had the higest dietary fiber content and highest preference level was siomay containing 40% vegetables. The content in 100 grams siomay containing 40% vegetables were 5,24 g dietary fiber; 62,94 g water; 1,72 g ash; 5,46 g protein; 1,02 g fat; 28,86 g carbohydrate; and 125,5 kkal energy.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47227
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Roro Dwi Agustine Maulianti
"Berbagai penelitian sering kali menyarankan anak anak untuk menghindari makanan berisiko, dan orang tua diharapkan memilih makanan sehat mengingat ketersediaan berbagai outlet makanan di lingkungan. Namun, data SSGI tahun 2022 menemukan bahwa konsumsi makanan berisiko di kalangan anak-anak masih sering terjadi di Jakarta. Penelitian kualitatif dilakukan untuk mengeksplorasi perspektif orang tua mengenai makanan berisiko, bagaimana orang tua menyesuaikan makanan yang dikonsumsi anak-anak dengan lingkungan makanan, dan strategi pasar apa yang mempengaruhi orang tua yang terlibat dalam penelitian ini. Wawancara mendalam dilakukan dengan informan kunci, termasuk penjual makanan, guru taman bermain, dan nenek. Analisis data dilakukan melalui pengkodean dan penentuan tema yang muncul dari transkrip verbatim menggunakan aplikasi N-Vivo 14 untuk Windows. Perilaku orang tua terkait makanan bervariasi berdasarkan keadaan mereka. Ibu akan memasak di rumah jika mereka tinggal dekat dengan pasar makanan. Namun, jika ada warung makan kecil di dekatnya, mereka lebih suka membeli makanan siap saji. Pandangan orang tua tentang makanan berisiko juga berbeda. Beberapa tidak menyadari risikonya, sementara yang lain mengetahui tetapi kesulitan menghadapi rengekan anak-anak mereka. Toko-toko kecil, minimarket, dan toko kelontong sering kali menggoda anak-anak untuk meminta camilan manis, yang menyebabkan beberapa ibu menetapkan aturan dan batasan. Namun, seorang ayah terkadang memperumit situasi dengan selalu mengizinkan anak-anak mereka membeli camilan manis. Di sisi lain, seorang ibu mengungkapkan kekhawatirannya tentang situasi rumah yang sempit yang menyebabkan anak-anaknya mengalami masalah dalam perilaku makan. Strategi pemasaran seperti maskot lucu, paparan berulang terhadap makanan manis, dan diskon produk memudahkan anak-anak untuk mendapatkan makanan manis tersebut. Penelitian ini mendorong orang tua untuk meningkatkan kesadaran tentang makanan manis dan membatasi konsumsinya dengan belajar dari Ahli Gizi. Ibu dan ayah harus bekerja sama secara konsisten untuk menciptakan pendekatan Pengasuhan Terstruktur dalam praktik pemberian makan untuk membantu anak anak mereka belajar dan menjaga perilaku makan sehat, terutama dalam membatasi pembelian camilan manis. Selain itu, penelitian ini mendorong pemerintah untuk menambah Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) di Kelurahan Kebon Kelapa untuk menyediakan ruang terbuka bagi warga untuk meningkatkan kemampuan bermain anak-anak dan mempromosikan praktik pemberian makan yang sehat. Penelitian ini juga menganjurkan pemerintah untuk membuat peraturan bagi perusahaan makanan agar menghindari penggunaan anak-anak atau tema anak-anak dalam iklan makanan manis. Hal ini dapat membantu mempromosikan kebiasaan makan yang lebih sehat, mengurangi konflik bagi orang tua, dan mendukung tujuan kesehatan masyarakat yang lebih luas dengan mengurangi paparan anak-anak terhadap pemasaran yang mendorong konsumsi produk yang tidak sehat.

Various studies have often advised children to avoid risky foods, and parents are expected to choose healthy foods given the availability of various food outlets in the environment. However, SSGI 2022 data found that consumption of risky foods among children still occurs frequently in Jakarta. Qualitative research was conducted to explore parents' perspectives regarding risky foods, how parents adapt the food consumed by children to the food environment, and what market strategies influence the parents involved in this study. In-depth interviews were conducted with key informants, including food vendors, playground teachers, and grandmothers. Data analysis was carried out through coding and determining themes that emerged from verbatim transcripts using the N-Vivo 14 for Windows application. The behavior of parents around food varied based on their circumstances. Mothers would cook at home if they lived near a food market. However, if there were small diners nearby, they preferred to buy ready-made food. Parents' views on risky foods also differed. Some were unaware of the risks, while others knew about them but struggled with their children's whining. Small shops, minimarkets, and grocery stores often tempted children to ask for sweet snacks, which led some mothers to set rules and limitations. However, a father sometimes complicates the situation by always allowing their children to buy sweet snacks. On the other hand, a mother raised her concern about the cramped home situation that caused her children to have problems with eating behavior. Marketing strategies such as funny mascots, repeated exposure to sweet foods, and product discounts made it easier for children to obtain these sweet foods. This research encourages parents to increase their awareness of sweet foods and limit their consumption by learning from Nutritionists. Mothers and fathers should work together consistently to create a Structured Parenting approach in feeding practices to help their children learn and maintain healthy dietary behavior, especially regarding limiting the purchase of sweet snacks. Additionally, it encourages the government to add Child-Friendly Integrated Public Spaces (RPTRA) in the Kebon Kelapa Sub- district to provide open space for residents to increase children's playability and promote healthy feeding practices. This study also advocates governments to have regulations for food companies to avoid using children or child themes in the advertising of sweet foods. This can help promote healthier eating habits, reduce conflicts for parents, and support broader public health goals by decreasing children's exposure to marketing that encourages the consumption of unhealthy products."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samiyah Nida Al Kautsar
"Latar belakang: Kejadian malnutrisi pada anak dapat terjadi karena mengonsumsi makanan yang tidak beragam sehingga asupan zat gizi tidak adekuat (UNICEF,2020). (UNICEF, 2020). Keragaman konsumsi pangan yang tinggi berhubungan dengan rendahnya kejadian stunting dan underweight pada balita (Modjadji et al., 2020). Keragaman konsumsi pangan tersebut mengacu pada peningkatan konsumsi berbagai jenis kelompok bahan makanan yang dapat memenuhi zat gizi untuk kesehatan yang optimal. Kualitas gizi dan kelengkapan zat gizi dipengaruhi oleh keberagaman asupan makanan yang dikonsumsi.
Tujuan: Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan keragaman konsumsi pangan anak dan faktor dominan terhadap keragaman konsumsi pangan pada anak usia 24-59 bulan di Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara tahun 2023.
Metode: desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional dengan jumlah sampel 188 anak usia 24-59 bulan di Kecamatan Tanjung Priok selama bulan Juni 2023. Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling. Penelitian dilakukan di tiga kelurahan terpilih, yaitu Kelurahan Kebon Bawang, Kelurahan Sunter Jaya, dan Kelurahan Warakas. Skor keragaman konsumsi pangan diambil menggunakan food recall 1x24 jam berdasarkan 9 kelompok pangan dan dikategorikan menjadi tidak beragam (< 5 kelompok pangan) dan (≥ 5 kelompok pangan). Analisis penelitian ini menggunakan uji chi-square dan uji regresi logistik ganda.
Hasil: Hasil penelitian menggunakan menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara status pekerjaan ayah (p value = 0,022) dengan keragaman konsumsi pangan anak, pengetahuan gizi ibu/pengasuh (p value = 0,036) dengan keragaman konsumsi pangan anak, dan ketahanan pangan (p value = 0,030) dengan keragaman konsumsi pangan anak. Hasil analisis regresi logistik ganda menunjukkan bahwa status pekerjaan ayah merupakan faktor dominan dari keragaman konsumsi pangan anak (OR = 67,5).
Kesimpulan: Status pekerjaan ayah menjadi faktor dominan keragaman konsumsi pangan anak usia 24-59 bulan di Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara tahun 2023

Background: Malnutrition in children can occur due to consuming foods that are not diverse, so the intake of nutrients is not adequate (UNICEF, 2020). A high diversity of food consumption is associated with a lower incidence of stunting and underweight in toddlers (Modjadji et al., 2020). Diversity in food consumption refers to increased consumption of various types of food groups that can fulfill nutrients for optimal health. Nutritional quality and completeness of nutrients are influenced by the diversity of food intake consumed.
Objective: To find out the factors related to the dietary diversity of children's and the dominant factors on the dietary diversity of food consumption in children aged 24-59 months in Tanjung Priok District, North Jakarta in 2023.
Method: The method of this research is cross-sectional with a sample size of 188 children aged 24- 59 months in Tanjung Priok District during June 2023. The sampling technique used was simple random sampling. The research was conducted in three selected subdistricts, namely Kebon Bawang Subdistrict, Sunter Jaya Subdistrict, and Warakas Subdistrict. Food consumption diversity scores were taken using a 1x24 hour food recall based on 9 food groups and categorized into non-diverse (< 5 food groups) and (≥ 5 food groups). The analysis of this study used the chi-square test and multiple logistic regression tests.
Results: The results of the study showed that there was a significant relationship between the father's employment status (p value = 0.022) and the diversity of children's food consumption, the nutritional knowledge of mothers/caregivers (p value = 0.036) with the diversity of children's food consumption, and food security (p value = 0.030) with the diversity of children's food consumption. The results of multiple logistic regression analysis showed that the father's employment status was the dominant factor in the diversity of children's food consumption (OR = 67,5).
Conclusion: Father's employment status is the dominant factor in the diversity of food consumption for children aged 24- 59 months in Tanjung Priok District, North Jakarta in 2023.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Unversitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanuar
"Kuantitas dan kualitas konsumsi pangan merupakan masalah penting yang harus diperhatikan, terhadap timbulnya masalah gizi. Kelebihan atau kekurangan terhadap satu atau beberapa jenis pangan akan mengakibatkan kekurangan terhadap zat zat gizi tertentu terutama zat gizi mikro, sedangkan konsumsi pangan yang seimbang, baik secara kuantitas dan kualitas dapat mencegah keadaan salah gizi, baik kekurangan maupun kelebihan gizi serta penyakit yang menyertainya kemudian.
Secara umum, kuantitas konsumsi pangan penduduk pada 6 Kotamadya di Propinsi Sumatera Barat telah cukup baik (diatas 90% dari Tingkat Konsumsi Energi), baik pada daerah perkotaan maupun pedesaan. Kualitas konsumsi pangan yang dilihat menurut tingkat keragamannya, terutama yang berasal dari beras belum menunjukkan penurunan, bahkan meningkat sedikit dari tahun sebelumnya (63.4%), yaitu 64% dan 66.2% pada daerah perkotaan dan daerah pedesaan. Konsumsi protein yang berasal dari hewani relatif sangat tinggi, sedangkan konsumsi protein nabati, terutama yang berasal dari kacang kacangan cukup rendah. Skor PPH secara umum telah melampaui target skor PPH nasional tahun 1997 (72.26), yaitu 82.74 dan 78.66 untuk daerah perkotaan dan daerah pedesaan.
Jenis penelitian ini adalah survey potong lintang, dengan jumlah sampel 1021 keluarga yang bertujuan untuk mengetahui gambaran dan perbedaan konsumsi pangan keluarga yang dilihat dari kuantitas, yaitu rata rata konsumsi energi dan kualitas yang dilihat dari keragaman konsumsi pangan dan skor PPH pada daerah perkotaan dan pedesaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara konsumsi energi keluarga diperkotaan dan keluarga pedesaan. Besar keluarga merupakan varibel yang berhubungan dengan kuantitas dan kualitas konsumsi pangan keluarga. Sedangkan secara kualitas dapat dikatakan terdapat perbedaan skor PPH keluarga diperkotaan dan skor PPH keluarga dipedesaan (p< 0.05), dimana skor PPH daerah perkotaan lebih tinggi dari pada skor PPH daerah pedesaan. Selain variabel daerah tempat tinggal, variabel jumlah keluarga merupakan variabel yang berperan dominan berhubungan dengan konsumsi energi dan skor PPH nasional diantara variabel independen lainnya.
Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa walaupun dengan skor mutu konsumsi pangan yang telah baik, belum dapat dikatakan keragaman konsumsi pangan juga baik. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam peningkatan program gizi, khususnya program penganekaragaman pangan, sesuai dengan anjuran PUGS.

The Analysis of Quantity and Quality of Family Food Consumption using Desirable Dietary Pattern or Pola Pangan Harapan (PPH) approach in Urban and Rural Area in every district of West Sumatera Province in 1997The quantity- and quality food consumption are important matter to pay attention, in relation with nutrition problem. Over and less in one or more kinds of food will cause lack of certain nutrition substances, especially micro nutrition, while balance food consumption, either in quantity or in quality can prevent the condition of malnutrition, either under nutrition or over nutrition and their following disease.
Generally, the quantity of population food consumption in 6 districts in west Sumatra province is quite good (above 90% of energy consumption level), both in rural and urban areas. The quality of food consumption seen according to its diversity level, especially that is made of rice has not decreased, but it even has increased composed to the previous year (63.4%), that is 64% and 66.2% in rural and urban areas. Protein consumption originating from animals is relatively very high, while protein consumption originating from vegetables, especially from peas is relatively low, The PPH score , generally, exceeds the 1.997 national PPH score target (72.26), that is 82.74 and 78.66 for urban and rural areas.
The kind of this research is cross sectional survey, using 1021 samples of family aimed to find out the description and difference of family food consumption seen from the quantity point of view, that is energy consumption diversity and PPH score in rural and urban areas.
The result of this research shows that there's no difference between urban and rural family food consumption. In quantity point of view it can be said that there is PPH score difference between urban and rural families (p < 0.05), where PPH score in urban area is higher than in rural area. Beside domicile variable, family size variable plays a role dominantly in relation with energy consumption and national PPH score among other variables. In this research it can be conclude that, even though the score of food consumption quality is good, it cannot yet be said that food consumption diversity will be automatically good. It is hoped that this research can be used as a consideration in increasing nutrition program, especially food diversification program, in accordance with guideline nutrition balance proposition."
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tejasari
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2003
613.2 TEJ n
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Lestari
"Membaca label pangan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan seseorang untuk menjamin keamanan, kualitas dan kuantitas produk pangan yang akan dikonsumsi. Namun, kepatuhan untuk membaca label pangan dikalangan remaja masih rendah, sehingga dapat berdampak buruk pada kesehatan mereka. Remaja atlet merupakan kelompok khusus di kalangan remaja yang dituntut untuk memiliki kesehatan yang prima, sehingga pembacaan label pangan seharusnya menjadi perhatian khusus bagi mereka Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui faktor dominan kepatuhan membaca label pangan pada Siswa/i SMA Negeri Khusus Olahragawan Ragunan Jakarta tahun 2013. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional.
Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa dari 288 siswa, 42.5% patuh membaca label pangan. Uji statistik menunjukkan bahwa pengetahuan tentang gizi dan label pangan, sikap terhadap label pangan, dan keterpaparan terhadap sumber informasi mengenai label pangan berhubungan dengan kepatuhan membaca label pangan. Sedangkan, Hasil uji multivariat menunjukkan bahwa responden yang cukup terpapar dengan sumber informasi mengenai label pangan berpeluang 21,222 kali untuk patuh membaca label pangan, dibandingkan dengan responden yang kurang terpapar dengan sumber informasi mengenai label pangan.
Penulis menyarankan pada siswa untuk lebih aktif dalam mencari informasi untuk meningkatkan pengetahuan tentang gizi dan label pangan, serta lebih meningkatkan kepedulian terhadap asupan makanan, dengan cara selalu membaca label pada kemasan pangan sebelum mengonsumsinya.

Read the food labels are one of attempt to do to ensure the safety, quality and quantity of food products to be consumed. However, the compliance to read the food labels among adolescents are too low, it can make a bad impact on their health. Young athletes are special group among adolescent who are required to have a good health, so read the food labels should be one of particular concern to them. The purpose of this study is to know the dominant factor of compliance to read food labels on Ragunan Athlete High School students in 2013. This research is quantitative research with cross sectional design.
The results in this study showed that 42.5% of 288 students compliance to read the food labels. Statistical test showed that nutrition and food labels knowledge, attitudes toward food labels, and exposed with sources of information about food labels associated with compliance read of food labels. Meanwhile, the results of multivariate test showed that the respondents were quite exposed with sources of information about food labels 21,222 times likely to compliance to read the food labels, compared with those who are less exposed to sources of information about food labels.
The writter recommend for students to be more active in seeking information to improve knowledge about nutrition and food labels, and increase awareness of food intake, by reading the labels on food packaging before consume.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47345
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Afini Muliandari
"Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan dampak dari Bantuan Pangan Non- Tunai (BPNT) dan Program Sembako terhadap asupan nutrisi Keluarga Penerima Manfaat (KPM). Menggunakan data SUSENAS cross-section 2017-2021, kami melakukan pseudorandomization dengan Propensity Score Matching (PSM) dengan contemporaneous control dan estimasi Ordinary Least Square (OLS) dengan pendekatan multi-arm. Program Sembako memberikan dampak yang signifikan bagi peningkatan asupan nutrisi dibandingkan BPNT. Peningkatan asupan nutrisi KPM Program Sembako di level nasional secara umum didorong oleh Pulau Jawa, Pulau Sumatra, dan area perkotaan. Penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan fleksibilitas kupon makanan, dengan nilai bantuan yang sama tidak dapat memberikan dampak yang sama antar wilayah.

This study aims to compare the impact of Noncash Food Assistance (BPNT) and the Sembako programme on the nutrition outcomes of Beneficiaries (KPM). Using the 2017- 2021 SUSENAS cross-section data, we perform pseudorandomization with propensity score matching (PSM) with contemporaneous control and ordinary least square (OLS) estimation with a multi-arm approach. The Sembako programme has a significant impact on increasing nutrition outcomes compared to BPNT. The increase in the nutrition outcomes of the Sembako programme beneficiaries at the national level is generally driven by Java Island, Sumatra Island, and urban areas. This research shows that increasing the flexibility of food vouchers, with the same benefit value cannot yield the same impact across regions."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harper, Laura J.
Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), 2009
631.2 HAR p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Harper, Laura J.
Jakarta: UI-Press, 2009
631 HAR p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>