Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 73249 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Vinny Damayanthi
"Penelitian ini berusaha menemukan posisi khalayak ketika memaknai pelaku pembunuhan dalam film The Act of Killing/Jagal dengan pendekatan reception analysis Stuart Hall yang memposisikan 3 (tiga) “posisi hipotesis” decoder: dominan, negotiated, dan oposisi. Jagal adalah film dokumenter yang mengisahkan kehidupan sehari-hari mantan pelaku pembunuhan massal pemberantas anggota Partai Komunis Indonesia pasca peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30S) dengan tokoh sentral Anwar Congo dan Adi. Sampling penelitian terbatas pada komunitas interpretatif dengan kriteria: lahir setelah tahun 1980, pernah menonton film Pengkhianatan G30S/PKI dan Jagal, pernah mengunjungi museum dan monumen bersejarah terkait G30S, dan memiliki konstruksi tentang PKI sebelum menonton film Jagal.
Peneliti melakukan wawancara mendalam terhadap 6 (enam) informan dengan beragam latar belakang. Wawancara dilakukan untuk mengetahui pemaknaan komunitas interpretatif terhadap 8 (delapan) adegan yang dinilai relevan dengan penelitian. Peneliti juga menghimpun informasi mengenai encoding sutradara. Dengan reception analysis, peneliti menemukan bahwa keragaman latar belakang dan pengalaman menyebabkan khalayak juga meng-encode teks media dengan beragam. Posisi khalayak tidak konsisten di satu posisi tertentu pada tiap adegan. Ada kalanya cenderung berada di posisi dominan pada adegan tertentu namun cenderung berada di posisi negotiated atau oposisi pada adegan lain.

This research tried to find audiences‟ position when they interpret murderer showed in The Act of Killing/Jagal film with reception analysis approach from Stuart Hall which had 3 (three) “hypothetical position” of decoder: dominan-hegemonic position, negotiated position, and oppositional position. Jagal is a documentary film that told us the daily life of a mass murderer who did massacre of Indonesian Communist Party (PKI) members after September 30th Movement (G30S) with Anwar Congo and Adi as the central role. The sampling were limited to interpretive community with general criteria: were born after 1980, watched Pengkhianatan G30S/PKI and Jagal film, and had construction about PKI before they watched Jagal.
Researcher did depth interview with 6 (six) informants that came from various backgrounds. The aim of the interview was to revealed the meaning of the interpretive community towards 8 (eight) scenes that relevant to the research. Researcher also gathered information about the encoding that the director‟s wanted to present in the film. With reception analysis, researcher found that diversity of backgrounds and experiences caused the audiences encoded media texts in various ways. Audiences positions are not stick to one position for all relevant scenes. There were times when they are dominant on particular scenes but negotiated or oppositional on another.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T44692
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nafira Lufiani
"Ketika manusia berkomunikasi dengan manusia lain, biasanya kita sering membuat asumsi bersama dengan pendengar untuk mengembangkan arti dari percakapan tesebut. Menurut Grice, pendengar dan pembicara menyampaikan asumsi dasar dalam percakapan yang mendukung mereka untuk berkomunikasi dengan mudah. Jurnal ini akan membicarakan tentang pelanggaran maksim dalam film "Phone Booth". Saya akan menganalisa percakapan dalam film tersebut untuk menemukan maxim apa saya yang terjadi, bagaimana maxim terjadi dan mengapa maxim dapat terjadi. Hasil analisis menunjukan bahwa di dalam film “Phone Booth” ditemukan pelanggaran maximdan terdapat tiga jenis pelanggaran maksim di dalam film tersebut.

When we speak to another people, we make a key assumption together with the listeners in order to develop a meaningful conversation. According to Grice, during conversation the speakers and the listeners present certain basic assumptions, which sustain them to communicate swiftly and effortlessl y. This paper will discuss the violation of Grice's maxims in "Phone Booth" movie. I will analyze the conversation in that movie to discover what maxim occurs in the conversation, how the violation of Grice's maxim occurs and why it occurs. In” Phone Booth” movie, I found some violence in using Maxims. The result of the analysisshows that there are three violation of maxims in the movie."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ratu Zahro
"Perkembangan film Indonesia dimulai pada tahun 1926 dengan diproduksinya film Loetoeng Kasaroeng. Dalam perkembangannya kemudian, film Indonesia mengalami berbagai masa: penjajahan Belanda, penjajahan Jepang, kemerdekaan, orde lama sampai dengan orde baru sekarang ini. Dalam kurun waktu tersebut, ribuan judul telah dilahirkan dari rahim sejarah perfilman Indonesia, dengan beraneka tema dan jalan cerita, dalam bentuk drama, action, komedi musikal, dakwah, dan sebagainya.
Bila kita mengamati perkembangan film Indonesia dewasa ini, banyak hal menarik yang layak untuk dijadikan pertimbangan, yaitu banyaknya gagasan dan pembaruan di sektor teknis sinematografi di kalangan sineas kita, seperti tata suara yang ultrastereo dan penyajian sinematografi yang menarik. Selain itu, menurut hemat penulis, perkembangan dan penggambaran dari segi penokohan, terutama tokoh-tokoh perempuan sangat menarik untuk diamati. Sudut pandang ini jarang diamati secara mendalam oleh para sarjana yang berkompeten di bidang ini. Pengamatan atas tokoh perempuan yang dimunculkan dalam film Indonesia baru dilakukan pada tahun 1981 oleh Khrisna San, seorang pengajar di Murdoch University, Australia.
Hasil pengamatannya itu kemudian dimuat di majalah Prisma Nomor 7, Juli 1981. Kemudian, pada 1986 Komite Film DKJ (Dewan Kesenian Jakarta) menyelenggarakan Pekan Film yang bertema Citra Wanita dalam Film Nasional: Dieksploitasi, Benarkah? Kesimpulan dari kedua pengamatan tersebut: perempuan yang diterima dalam film Indonesia adalah perempuan yang menikah dan bernaung di bawah lelaki, sedangkan perempuan yang mencoba untuk hidup mandiri adalah terkutuk dan contoh dari kekalahan hidup. Meskipun tersela waktu lima tahun (1981-1986), gambaran yang disimpulkan dari kedua pengamatan itu masih tetap sama."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S11200
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridho Budi Wijaya
"Throughout the years, scholars argue about the fidelity of adaptation works towards the original texts. However, we can see the adaptation works objectively if we see the original texts and the adaptation works autonomously. In this journal article, we can acknowledge how the concept of subversion in Roald Dahl's Fantastic Mr. Fox is represented from novel into film by Wes Anderson. This journal article focuses on textual analysis by using framework from George Bluestone. From the analysis, it is revealed that Dahl's concept of subversion is not drowned out by Anderson instead he deconstructs Dahl's idea of stealing. Hence, we can recognize that two different media have different way in delivering perception to the readers."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Larasati
"ABSTRAK
Jurnal ini membahas relasi seorang anak tokoh utama dan ayah dalam film Oorlogswinter 2008 . Film diangkat dari buku dengan judul sama, berkisah tentang seorang anak Belanda yang hidup di masa Perang Dunia II dan harus berhadapan dengan ayah yang berbeda prinsip dengannya. Konflik yang dihadapi sang anak bukan hanya dengan ayah, tetapi juga tentara Jerman dan pamannya. Berbagai konflik itu masing-masing ditunjukkan dengan pemanfaatan teknik sinematografi yang berbeda. Pembahasan relasi ayah dan anak dan konflik-konflik yang ada dalam film ini dilakukan dengan analisis struktur, fokalisasi dan sinematografi.

ABSTRACT
This journal analyzes the relationship between son main character and father in the movie Oorlogswinter 2008 . The film is adapted from a book with the same title which tells a story of a dutch boy who lives in the time of World War II and has to deal with his father who has different principles from him. The child also has conflicts with the German army and his own uncle. Each of the conflicts is shown through specific cinematography techniques. Analysis of the relation of father and son and other conflicts in the movie are conducted with structure, focalization and cinematography analysis."
2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Cooper, Dona
New York: Prentice-Hall, 1994
808.225 COO w
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Daniyah
"Film Les Garçons et Gillaume, à Table ! menceritakan tentang seorang anak laki-laki bernama Guillaume, yang dibesarkan oleh keluarganya untuk dijadikan sebagai seorang perempuan. Guillaume mengalami krisis identitas sebelum membangun pemahaman diri yang kuat mengenai siapa dirinya karena perlakuan keluarga dan masyarakat di sekitarnya. Tulisan ini membahas tahapan yang dilalui tokoh utama dalam mengkonstruksikan identitas seksualnya. Film ini dianalisis dengan melihat aspek naratif dan sinematografisnya. Hasil analisis menunjukkan bahwa pemahaman diri sangat penting dalam perkembangan identitas seksual dan bahwa identitas seksual adalah hasil konstruksi sosial.

The film Les Garçons et Guillaume, à Table ! tells a story about a boy named Guillaume who was raised to be a girl by his family. Guillaume had to go through an identity crisis before he developed a strong sense of who he is because of how his family and society treated him. This paper discusess the stages that the lead character went through to construct his sexual identity. Film was analyzed through its narrative and cinematographic?s aspect. The analysis shows that sense of self plays a critical role in the development of sexual identity and that sexual identity is a social construct."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hilmi Putra Abriniado
"Skripsi ini membahas mengenai implementasi Kebijakan Impor Film Asing Cina yang diatur dalam Film Industry Promotion Law sebagai upaya pemerintah Cina dalam mempertahankan ideologi sosialis dari invasi budaya dan ideologi Barat yang masuk melalui film Hollywood. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Dengan menggunakan teori Cultural Policy dan konsep Core Value System of Socialist, penelitian ini mencoba mengghubungkan penerapan Film Industry Promotion Law dengan upaya pemerintah Cina dalam mempertahankan ideologi sosialis. Berangkat dari asumsi bahwa terdapat keterkaitan antara Film Industry Promotion Law dengan upaya mempertahankan ideologi sosialis, penelitian ini juga menunjukan bahwa keberhasilan penerapan Film Industry Promotion Law berimplikasi dengan hilangnya budaya dan ideologi Barat yang terkandung dalam film Hollywood dan dominasi nilai-nilai sosialis dalam film-film yang beredar di Cina. Dengan begitu melalui kebijakan ini masyarakat Cina tidak terpapar dengan budaya dan ideologi Barat yang berpotensi menggeser budaya dan ideologi Cina.

This thesis discusses the implementation of the Chinese Foreign Film Import Policy that regulated in the Film Industry Promotion Law as an effort to defend the socialist ideology from the Western cultural and ideology invasion that entered through Hollywood movies. This study used qualitative research methods. Using the Cultural Policy theory and The Core Value system of Socialist concept, this research attempts to link the implementation of the Film Industry Promotion Law to the efforts of the Chinese government in maintaining socialist ideology. Based on the assumption that there is a connection between Film Industry Promotion Law and the effort to maintain socialist ideology, this study also shows that the successful implementation of Film Industry Promotion Law has implications for eliminate Western culture and ideology contained in Hollywood movies and the dominance of socialist values in movies circulating in China. In this way, through this policy, Chinese society not exposed to Western culture and ideology which has the potential to shift Chinese culture and ideology.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aaron, David
Madison, Wisconsin: University of Wisconsin Press, 1985
792.01 BOR n
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>