Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 75178 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
Heni Lestari
"Berbicara mengenai lingkungan dalam perkembangan kepribadian seorang anak, tentunya yang pertama kali kita ingat adalah lingkungan keluarga di mana anak itu hidup dan tinggal sejak ia dilahirkan ke dunia ini.
Terkait dengan pembentukan karakter anak, keteladanan dan kasih sayang orang tua merupakan dua unsur yang diperlukan dalam membimbing dan mengarahkan anak agar mereka dapat bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai moral yang dianut agama dan masyarakatnya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan keteladanan dan kasih sayang orang tua dalam pembentukan karakter anak. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus pada empat orang murid di SDIT Insan Mandiri Jakarta. Keteladanan merupakan metode efektif dalam mengajarkan nilai-nilai moral kepada anak, karena sifat anak yang peniru. Teori social learning (belajar sosial) Bandura menyebutkan bahwa sebagian besar dari yang dipelajari manusia terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Menurut Bandura, usia mempengaruhi dalam proses belajar seorang anak. Apabila fisik dan mental sudah matang, panca indera sudah siap menerima stimulus-stimulus dari lingkungan. Oleh karena itu, dalam hal pemberian stimulus kepada anak berupa keteladanan, maka harus diperhatikan perkembangan ranah kognitif anak. Sebab ranah kognitif adalah ranah kejiwaan yang berkedudukan di otak, yang dalam perspektif psikologis merupakan sumber sekaligus pengendali ranah-ranah kejiwaan lainnya, yakni ranah afektif (rasa) dan ranah psikomotor (karsa).
Sedangkan kasih sayang orang tua, rnerupakan sumber bagi sehatnya lahir dan batin seorang anak, karena anak yang dididik dengan penuh kasih sayang akan tumbuh menjadi manusia dewasa yang sehat lahir dan batin. Fromm mengiklasifikasikan cinta dalam lima tipe, yaitu cinta persaudaraan, cinta keibuan, cinta erotis, cinta diri sendiri, dan cinta kepada Tuhan. Cinta keibuan, menurut Erich Fromm adalah penguatan cinta tanpa syarat terhadap hidup dan kebutuhan anak-anaknya. Sedangkan Mubarok, memasukkan cinta orang tua kepada anak termasuk dalam cinta rahmah dan cinta kulah, di mana dalam kedua cinta ini terdapat kasih sayang yang tulus dan kesadaran untuk mendidik anaknya.
Hasil dari penelitian ini memperlihatkan bahwa orang tua yang dapat memberikan keteladanan dan kasih sayang yang tulus dengan disertai kesadaran untuk mendidik anaknya terbukti dapat membentuk 9 karakter anak.

Talking about environment in the personal development of children, the first thing comes up to our mind is family circumference where children have lived and stayed since they were born in the world.
With respect to children's character development, parents' modeling and affection are the two elements needed to guide and direct children so they can behave in accordance with the moral values in their religion and community.
The objective of this research is to find out the role of parents' modeling and affection in developing children's character. This research makes use of qualitative method using case study approach to four students of SDIT (Integrated Islamic Elementary School) Insan Mandiri Jakarta. Good modeling is an effective method for teaching moral values to children for their characteristic as imitators. Bandura's social learning theory states that most of the things human beings learn occur through imitating and modeling. According to Bandura, age affects a child's learning process. When physic and mental are already mature, the five senses are ready to receive stimulus from the environment. Therefore, in giving a child stimulus in the form of good modeling, we must pay attention on the development of child's cognitive domain. This is true since cognitive domain is a spiritual domain located in the brain, which is in the perspective of psychology constitutes a source and at the same time controller of the other spiritual domains, namely affective domain (feeling) and psychomotor domain (intention).
Meanwhile, parents' affection is the source physical and spiritual health of a child. Therefore, a child educated with full affection will grow to become an adult human being that is healthy physically and spiritually. Fromm classifies Love into five types, namely brotherhood love, motherhood Love, erotic love, love to one self and love to God. Motherhood love, according to Erich Fromm, is reinforcement to love without condition to the lives and needs of her children. While Mubarok includes love of parents to their children in rahmah love and kulfah love, in which there exist a sincere affection and consciousness to educate their children.
The outcome of this research shows that parents that are able to provide good model and sincere affection accompanied with consciousness to educate their children prove to be able to form 9 characters of children."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T20762
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cheppy Haricahyono
Semarang: IKIP Semarang Press, 1995
370.114 CHE d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
TEKNODIK 15:1 (2011)(1-2)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jeane Chrysanthea
"ABSTRAK
Setiap manusia mempunyai karakter, yaitu suatu set ciri-ciri psikologis individu,
berisi nilai-nilai moral, sosial, dan agama, untuk mengarahkan individu
berperilalm yang benar. Program pendidikan karakter ini disusun sebagai usaha
menyediakan pengalaman yang dapat membentuk seseorang mcnjadi pribadi yang
berkarakler balk dan dapat berperilaku sesuai dengan tumutan sosial. Program ini
diperuntukkan bagi peserla diclik taman kanak-kanak tingkat A karena mereka
berada pada rentang usia paling baik lmtuk diajarkan mengenai berbagai macam
hal. Program berisi pengajaran nllai-nilai moral yang berakarkan pada dua nilai
utama dan universal, yaitu rasa hormat dan tanggung jawab.
Pcnyusunan program diawali dengan analisa kebutuhan melalui Focus Group
Discussion agar program sesuai dengan visi_ misi, dan kebutuhan sekolah, dalam
hal ini TK. Karya Mulya Dari analisa kebutuhan diperoleh tiga nilai utama yang
perlu dikembangkan, yaitu pengendalian diri, kemandirian, dan keadilan.
Tujuan utama program pendidikan karakter ini adalah membentuk para pesena
didik TK Karya Mulya menjadi pribadi yang berkaralner balk, yang tampak dalam
perilaku schari-hari. Kegiatan program mencakup tiga komponen moral, yaitu
pengetahuan, rasa, dan lindakan moral. Kegiatan diadakan satu kali dalam
seminggu, dengan durasi 20 menit untuk setiap sesinya Metode yang digunakan
meliputi pemasangan spanduk atau hasil karya, penceritaan, diskusi/tanya jawab,
pelabelan perilaku, bermain peran, bermain, prakarya, kegiatan sosial sederhana,
dan sliker reward. Modul program lerdiri dari ll sesi dengan kescluruhan
kegialan berjumlah 33 kegiatan.

ABSTRACT
Every person has their own character. It is a set of psychological dispositions of
an individual, consists of moral, social, or religious values, to direct a person in
order to behave properly. This character education program was designed as an
effort for providing experiences to develop good characters in a person, and
therefore enable the person to behave accordingly to the social demands. 'lhis
program was targeted for students in Kindergarten A, since they are in the golden
age, the best time to teach them about many things. This program will teach moral
values, rooted in two great universal values, which are respect and responsibility.
Designing this program was started by gathering data through Focus Group
Discussion for need analysis. This step is important so that the program will fit the
vision, mission and school?s needs, in this case, TK Karya Mulya The result of
need analysis informed that there are three main values needed to develop. 'they
are self control, independency, and fairness.
The main goal of this character eduaition program is to shape the students in
Karya Mulya Kjndergarteii A to be a person with good characters, reflected in
daily behavior. This program includes three moral components: moral knowing,
moral feeling, and moral action. The activites will be held once a week, with 20
minutes duration for each sxsion. Teaching method used are setting up banner or
display for students? art and crafts, story-telling, discussion, behavior labeling,
simple social activities, and reward stickers. The modul ofthe program has ll
sessions, with 33 activities in total.eywords: character education, moral values, moral components.
"
2007
T34177
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Atma Jaya Catholic University of Indonesia (UAJ) perceives the whole process of education as a systematic process to form excellent character, whether through curricular, cocurricular and extracurricular activities. Instead of designing a specific course that teaches the formation of character, UAJ maximizes the three activities (curricular, cocurricular and extracurricular) through an integrative approach to forming the excellent character. Integrative character of education presupposes the operation of a model or particular "software" in any phase of learning called dialogue-affirmation-action. The question of whether the approach to learning and character models is quite successful in UAJ is still to be proven. Neverthless, what has been done so far placed UAJ on the right track. Careful planning and quick decision at university level regarding the existence of character building center will ensure the success of character education in UAJ."
JPUKIA 4:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Marlisa Endah Nur Habsari
"Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education) menurut Cogan & Derricott (1998) harus diajarkan secara sadar melalui sekolah, karena demokrasi tidak muncul secara alamiah. Oleh karena itu, untuk membangun dan mempertahankan lembaga demokrasi, sekolah harus mendidik generasi muda (young citizen) prinsip-prinsip dan praktik demokrasi (Bahmuller & Patrick, 1999). Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat dipahami pendidikan kewarganegaraan (civic education) mempunyai peranan penting untuk mempersiapkan warganegara untuk mendukung dan mengembangkan sistem politik yang demokratis.
Tesis ini bertujuan melacak faktor determinan pembentuk karakter siswa dan mengevaluasi pelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKN) ketercapaian tujuan kurikulum untuk membentuk karakter siswa dan ketahanan individu di SMAN 2 Tangerang Selatan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif jenis studi kasus. Teknik pengambilan data menggunakan wawancara mendalam, observasi dan studi dokumen untuk memahami konteks riil di lapangan. Informan yang diteliti adalah delapan (8) siswa kelas XI, guru PKN, wakil kepala sekolah, dan guru BK.
Hasil studi lapangan menunjukkan bahwa baik siswa dan guru menyadari pentingnya pelajaran PKN untuk memberi pemahaman bagaimana karakter warga negara yang baik dan mendorong kesadaran sikap akan ketahanan individu. Tes dan ujian sekolah sebagai tolok ukur pengetahuan siswa terhadap substansi PKN menunjukkan rata-rata hasil positif.
Dapat disimpulkan bahwa analisis teoritis yang didukung dengan studi lapangan di SMAN 2 Tangerang Selatan menunjukkan bahwa PKN ini mampu memberikan pengetahuan siswa tentang karakter ideal warga negara serta mendorong pemahaman siswa memiliki ketahanan individu melalui cara pandang dan sikap terhadap negara dan ATHG yang dihadapi Indonesia.

According to Cogan & Derricott (1998), Citizenship or Civic Education must be intentionally taught through school because democracy does not emerge naturally. Therefore, to build and sustain democratic institutions, schools should educate young people (young citizens) the principles and practices of democracy (Bahmuller & Patrick, 1999). Based on these opinions, it can be emphasized that citizenship or civic education has an important role to prepare citizens to support and develop a democratic political system.
This thesis aims to track the determinant factors of students? character formation and to evaluate civic education lesson (Pendidikan Kewarganegaraan/PKN) outcome in accordance to curriculum objectives that attempt to build character and self-resilience of the students at SMAN 2 Tangerang Selatan. The methodology of this thesis is using a qualitative approach with a case study its research method. Data retrieval techniques using in-depth interviews, observation, and documents study to understand the real context in the field. Informants of this research comprised eight (8) students of class XI, PKN teachers, vice-principals, and Education Counselling (Bimbingan Konseling/BK) teachers.
The results of field studies revealed that both students and teachers aware of the importance of PKN lesson that gives an understanding on how should the character of good citizens and encouraging an awareness to the attitudes of self-resilience. Tests and exams are indicators to measure level of students' comprehension on PKN materials and the result showed a positive correlation between test results and students? knowledge on character and self-resilience.
It can be concluded that the theoretical analysis supported by a case study in SMAN 2 Tangerang, indicates PKN as being able to provide students with knowledge to the ideal character of the citizens and to encourage student comprehension on a self-resilience perspective and attitude towards the state and ATHG facing Indonesia.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yustina Hastrini Nurwanti
"Ki Hadisukatno adalah alah satu tokoh yang menggunakan kesenian sebagai alat pendidikan karakter. Hal ini sejalan dengan konsep Taman Siswa yaitu pendidikan berbasis budaya. Pendidikan karakter harus dimulai sejak usia dini (anak-anak). Permasalahan yang dibahas dalam artikel ini adalah peran dan ketokohan Ki Hadisukatno dalam ikut mengembangkan karakter generasi muda, khususnya anak-anak melalui budaya Jawa. Artikel ini merupakan hasil kajian pustaka dari beberapa sumber tulisan dengan pendekatan kualitatif. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Ki Hadisukatno berperan sebagai guru sekaligus pamong dalam mendidik siswa melalui tembang dolanan anak dan langen carita."
Yogyakarta: BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA D.I. YOGYAKARTA, 2017
400 JANTRA 12:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>