Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 59488 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
"At the present dimension of Indonesia crises mor or less relate to the lack of values in the daily life of Indonesian citizen.Character education was ignored...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfiah Dien
"Video games have improved significantly throughout the years, enabling a development in its narrative aspects that derive real-life issues such as morality. Aside from the story perspective, game designs also enable people to participate in a variety of gameplay that challenge their moral thinking. However, some scholars argue that video games are still unable to grasp moral complexity in real life. In order to see how such a view is altered, this paper examines how morality is depicted in Red Dead Redemption 2 (2018). Applying textual analysis with the game’s narrative and mechanics as texts, it can be concluded that Red Dead Redemption 2 (2018) has managed to create a narrative that avoids moral binary depiction as well as a set of mechanics that provides an immersive, morally engaging experience for players to apply their own moral thinking.

Pertumbuhan yang pesat dari tahun ke tahun membuat video games berkembang banyak dalam aspek pembawaan cerita, merujuk ke tema permasalahan hidup seperti moral. Selain dari sisi narasi, video games juga didesain agar pemain dapat berpartisipasi aktif dalam berbagai jenis taktik permainan untuk mengasah penalaran moral mereka. Namun, beberapa peneliti berargumen bahwa video games belum mampu untuk menggambarkan kompleksitas moral di dunia nyata. Untuk membuktikan bahwa pemikiran tersebut dapat diubah dan dikembangkan, makalah ini akan meneliti bagaimana persoalan moralitas digambarkan di video game Red Dead Redemption 2 (2018). Menggunakan analisis tekstual dengan narasi dan mekanisme game sebagai teks, dapat disimpulkan bahwa Red Dead Redemption 2 (2018) telah berhasil membuat narasi yang menghindari penggambaran moral secara biner. Kemudian, game ini pun dapat memberikan pengalaman bermain yang menarik dan mendalam secara moral serta mampu mengasah penalaran moral pemain melalui mekanismenya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hendrikus Kota Njuma
"In Thomas Aquinas’ view, every human being by nature is directed towards goodness. The goodness as the form of being (ens) is inside the human self. According to Thomas, human goodness is a participation in the highest goodness, namely, God, and thus every human being desires the perfection of the goodness by directing his or herself towards God. This natural tendency (appetitus naturalis) proves that human is directed towards an ‘end’. This goodness appears externally in the human action, and as an external action it is named actus humanus, which manifests the moral aspect of a human being. A person who actualises the goodness in his or her external action affirms his or her essence to the highest goodness. Goodness in morality depends on God as the supreme criterion of morality. It is good if it nears God and is evil if it moves away."
Bandung: Department of Philosophy, 2021
105 MEL 37:2 (2021)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Soeparno
Jakarta: Markas Besar ABRI, Lembaga Pertahanan Nasional , 1992
370.114 SOE p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
ATA 15(1-2) 2012
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Praktik perkawinan anak selain bersumber dari kebijakan dan peraturan perundang-undangan yaitu dibenarkan oleh Undang-Undagn nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan, juga bersumber dari norma lain seperti agama, budaya, dan dimensi lain yang belum teradvokasi secara signifikan. Dengan adanya keputusan MK menolak revisinya harapan perbuahan perilaku sosial melalui perubahan UU perkawinan sepertinya makin jauh dari harapan. Anak-anak perempuan dalam pernikahan anak rentan hal berikut; rentan menjadi korban perceraian sepihak ; rentan menjadi korban kekerasan seksual dan pedophilia ; rentan menjadi korban KDRT ; rentan pendidikan formal terputus dan membatasi akses ke dunia kerja. Diperlukan advokasi sistemik untuk mengatasi kerentanan anak-anak dalam pernikahan anak."
360 JP 21:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Afry adi Chandra
"ABSTRACT
Penelitian kualitatif dengan pendekatan semiotika (Ferdinand D.Saussure) ini bertujuan untuk meninjau aspek moral yang terdapat dalam lirik lagu campursari karya musisi Jawa timur. Temuan penelitian menunjukkan bahwa dengan semakin berkembangnya teknologi pun cara berpikir masyarakat, saat ini banyak bermunculan lagu campursari karya beberapa seniman lokal Jaa Timur yang krisis akan moral. Karya tersebut lebih mengangkat sisi seksualitas, sikap melawan tataran norma dalam masyarakat (perselingkuhan), poligami, pengangguran, membuka aib seseorang, maupun merendahkan martabat orang lain."
Surakarta: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret, 2017
805 HSB 1:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fakhri Wibisono
"Dalam era digital, media sosial dan budaya populer memainkan peran signifikan dalam pembentukan persepsi realitas, sering kali menghasilkan hiperrealitas di mana informasi yang dimanipulasi menciptakan ilusi tentang dunia. Film Faust (2011) yang disutradarai oleh Alexander Sokurov mengilustrasikan konsep konstruksi ilusi dan hiperrealitas melalui karakter Mauricius (Mephistopheles) yang memanipulasi persepsi karakter Heinrich Faust mengenai realitas (Freedman, 2013). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana konstruksi ilusi yang ditunjukkan melalui karakter Mauricius dalam film Faust menggambarkan dan mengkritik fenomena hiperrealitas yang serupa dengan penyebaran berita hoaks di masyarakat modern, khususnya di Jerman. Dalam penulisan ini penulis menggunakan metodologi kualitatif dengan pendekatan semiotika berdasarkan teori hiperrealitas Jean Baudrillard yang menyoroti teknik sinematografi seperti penggunaan lensa melengkung, pencahayaan unik, dan gambaran perspektif terdistorsi yang menciptakan suatu suasana yang mengaburkan batas antara realitas dan ilusi. Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa ilusi sihir yang digunakan oleh Mauricius mengarahkan Faust ke dalam dunia hiperrealitas, menggambarkan bagaimana manipulasi dapat memengaruhi moralitas dan persepsi realitas. Film ini juga memberikan kritik terhadap fenomena hiperrealitas dalam masyarakat modern, di mana informasi yang dimanipulasi dapat memengaruhi pandangan dan tindakan publik.
In the digital age, social media and popular culture significantly shape perceptions of reality, often generating hyperreality where manipulated information creates illusions about the world. Alexander Sokurov's Faust (2011) vividly illustrates the concept of illusory construction and hyperrealism through the character of Mauricius (Mephistopheles), who manipulates Heinrich Faust's perception of reality (Freedman, 2013). This study aims to analyze how Mauricius' construction of illusion in the film critiques the phenomenon of hyperreality, akin to the spread of fake news in contemporary society, particularly in Germany. Employing a qualitative methodology with a semiotic approach grounded in Jean Baudrillard's theory of hyperrealism, the study focuses on cinematic techniques such as the use of curved lenses, unique lighting, and distorted perspective imagery to create a surreal atmosphere and blur the line between reality and illusion. The analysis reveals that the magical illusions employed by Mauricius lead Faust into a hyperreal world, demonstrating how manipulation can impact morality and perceptions of reality. The film also critiques the phenomenon of hyperreality in modern society, where manipulated information can influence public views and actions."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>