Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 154186 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
Dian Anggraeni
"Penelitian ini bertujuan mempelajari perubahan sifat fisikokimia dan fungsional sagu alami yang dimodifikasi menggunakan Na2HPO4-NaH2PO4 yang digunakan untuk memperbaiki kualitas produk mie sagu. Modifikasi sagu dibuat dengan variasi komposisi reagen Na2HPO4-NaH2PO4 yaitu 2:1 hingga 4:3 (v/v) dan variasi suhu reaksi dari suhu ruang (30°C) hingga suhu awal gelatinisasi (65°C). Sifat fisik sagu alami dan sagu termodifikasi dilihat dari hasil penentuan Spektroskopi FT-IR, Scanning Electron Microscopy (SEM) untuk melihat perubahan pada granula, difraktometri sinar-X dan derajat putih. Sedangkan sifat kimianya dilihat dengan pengukuran kadar fosfor (P), kadar air, dan kadar amilosa. Sifat fungsional sagu alami dan sagu termodifikasi dilakukan dengan penentuan karakteristik pasta yaitu suhu dan waktu gelatinisasi, viskositas puncak, waktu dan suhu pada titik puncak, viskositas pada suhu 95°C, viskositas dingin dan viskositas balik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara spektrum FT-IR pada 994,32 cm-1 (C-O-P); 1150,56 cm-1 (C-O); 1206,49 cm-1 (P=O); 2358,98 cm-1 (diester fosfat) sesuai dengan Wanrosli (2011) pada spektrum 2362 cm-1; serta ayunan C-H (1340,55 cm-1). Hasil gambar SEM menunjukkan bahwa granula sagu berbentuk bulat, oval, mencekung, dan terpacung pada salah satu sisinya. Derajat putih sagu ikat silang fosfat meningkat dari 92,97% (sagu alami) menjadi 94,87% (sagu termodifikasi). Sedangkan secara degree of substitution (DSp) nilai tertinggi pada perlakuan kombinasi Na2HPO4-NaH2PO4 3:2 dengan suhu reaksi 47,5°C (0,19%) dibandingkan sagu alami (0,01%). Kemudian sagu alami dan sagu termodifikasi diaplikasikan sebagai bahan baku mie sagu dan analisa produk yang dilakukan meliputi cooking properties (cooking time dan cooking loss), dan uji organoleptik mie, sebagai acuan digunakan mie yang terbuat dari terigu yang ada dipasaran.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa mie sagu dengan sagu termodifikasi ikat silang fosfat (100%) dapat menurunkan cooking loss mie sagu dari 14,38% menjadi 9,01%; dan hasil uji organoleptik untuk kesukaan mie sagu yang diterima panelis adalah mie dengan perlakuan komposisi reagen Na2HPO4-NaH2PO4 2:1 dan suhu reaksi 30°C dengan skor 5,2 (agak suka), mendekati skor mie terigu yang ada dipasaran yaitu 5,28 (agak suka).

This research aims to study the changes in physicochemical and functional properties of starch through modified by Na2HPO4-NaH2PO4 to improve product quality sago noodle. Modified starch is made reagent Na2HPO4-NaH2PO4 with composition variations is 2:1 to 4:3 (v/v), and the reaction temperature from room temperature (30°C) until the beginning of gelatinization temperature (65°C). The physical properties of natural and modified sago views of the results of FT-IR spectroscopy determination, Scanning Electron Microscopy (SEM) to look at granules, difraktometri X-rays and whiteness. While the chemical properties seen with measurements of phosphorus (P), moisture content, and amylose content. Functional properties of natural and modified sago by determining the characteristics of pasta and a gelatinization temperature, peak viscosity, time and temperature maximal, the viscosity at 95°C temperature, viscosity cold and behind.
The results the FT-IR spectra at 994.32 cm-1 (COP), 1150.56 cm-1 (CO); 1206.49 cm-1 (P=O), 2358.98 cm-1 (diester phosphate) in accordance with Wanrosli (2011) in the spectrum of 2362 cm-1, as well as swing CH (1340.55 cm-1). The results of SEM showed that the granules is round, oval, concave, and cut on one side. The degree white of sago crosslinked phosphate increased from 92.97% (natural sago) to 94.87% (modified sago). While the degree of substitution phosphate (DSP) highest value in combination treatment Na2HPO4-NaH2PO4 3:2 v/v with reaction temperature 47.5°C (0.19%) compared to the natural sago (0.01%). Then the natural and modified sago is applied as raw material sago noodles and analysis product was conducted on the cooking properties (cooking time and cooking loss), and organoleptic, noodles reference used as wheat flour noodle in the market.
The results showed that sago noodles with modified crosslinked phosphate (100%) can reduce the cooking loss of sago noodles from 14.38% to 9.01% and results test organoleptic for sago noodles favorite panelists are treatment composition reagents Na2HPO4-NaH2PO4 2:1 v/v and reaction temperature 30°C with a score of 5.2 (rather like), approached the score wheat flour noodles in the market is 5.28 (rather like)."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T33005
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Effionora Anwar
"Chemical modification of maltodextrin DE(5-10) polymer fraction of sago strach (Metroxylon) with phosphoroxychloride as suspending agent: Based on a previous report,maltodextrin DE 5-10 polymer fraction did not stable as the suspending agent in aging for twelve week.
Therefore to develop a stable maltodextrin DE 5-10 polymer fraction as suspending agent has to attemp by chemical modification.In this research chemical modification had been done with 0,25% POCI at ph9, and temperature 29 0C. The product was used as suspending agent 5%,10%and15% and paracetamol as a model.
The results of suspension characteristic evaluation of both sedimentation volume,rate of solid redispersion,viscosity,pH and paracetamol concentration,showed the suspension quality with floculation system,stability of viscisity and pH,easiness to disperse,and the concentration of paracetamol confrom to phamarcope Indonesia 3 ed."
2002
SAIN-7-2-2002-57
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Gabriellius Chandra
"Patch transdermal (transdermal patch) adalah plester berperekat khusus yang mengandung obat, yang dirancang untuk ditempelkan pada kulit. Tujuannya adalah untuk memberikan dosis obat yang tepat melalui kulit dan masuk ke dalam aliran darah. Dalam penelitian ini, patch transdermal yang berbasis polimer alami diformulasikan menggunakan campuran pati sagu (Metroxylon sagu) dan HPMC (Hidroksipropil Metilselulosa) dengan teknik solvent casting. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasi dan mengevaluasi patch transdermal dari polimer pati sagu. Carvedilol digunakan sebagai obat yang diantarkan melalui patch transdermal berbasis pati sagu/HPMC. Penambahan Polietilen Glikol dilakukan sebagai plastisizer untuk meningkatkan sifat fisikokimia polimer. Patch transdermal yang dihasilkan menunjukkan permukaan yang homogen berdasarkan citra SEM dengan massa yang konsisten berkisar 20,9 - 21,07 mg/cm2 dan ketebalan 0,22 - 0,24 mm. Formulasi dengan komposisi pati sagu yang tinggi juga menunjukkan kadar kelembapan yang lebih rendah (< 4%). Uji pelepasan Carvedilol secara in-vitro menunjukkan percepatan pelepasan obat pada formulasi dengan komposisi HPMC yang tinggi yaitu hingga 62,47%. Hasil penelitian ini berhasil menunjukkan karakteristik polimer pati sagu/HPMC dengan penambahan Polietilen Glikol sebagai plastisizer pada aplikasi patch transdermal.

A transdermal patch is a special adhesive plaster containing medication, which is designed to be attached to the skin. The goal is to deliver the correct dose of medication through the skin and into the bloodstream. In this research, a natural polymer-based transdermal patch was formulated using a mixture of sago starch (Metroxylon sago) and HPMC (Hydroxypropyl Methylcellulose) using the solvent casting technique. This study aims to formulate and evaluate a transdermal patch from sago starch polymer. Carvedilol is used as a drug delivered via a sago starch/HPMC based transdermal patch. The addition of Polyethylene Glycol is carried out as a plasticizer to improve the physicochemical properties of the polymer. The resulting transdermal patch showed a homogeneous surface based on SEM images with a consistent mass ranging from 20.9 - 21.07 mg/cm2 and a thickness of 0.22 - 0.24 mm. Formulations with a high sago starch composition also show lower moisture content (< 4%). The in-vitro Carvedilol release test showed accelerated drug release in formulations with a high HPMC composition, namely up to 62.47%. The results of this research succeeded in showing the characteristics of sago starch/HPMC polymer with the addition of Polyethylene Glycol as a plasticizer in transdermal patch applications."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Athoillah Azadi
"ABSTRAK
Polylactide acid (PLA) telah banyak diteliti dan telah digunakan sebagai material yang dapat digunakan untuk plat penyambung tulang (miniplate). Namun, PLA memiliki degradasi yang lambat pada fase kristal dapat menyebabkan beberapa komplikasi pada jaringan. Miniplate berfungsi sebagai penyambung tulang rusak yang dapat ditransplantasikan ke dalam tubuh tanpa adanya penolakan dari tubuh. Pati sagu (Metroxylon sago) sebagai polimer biodegradable yang keberadaanya melimpah di Indonesia, memiliki kemampuan degradasi yang baik dan tidak beracun, berpotensi memperbaiki sifat degradasi dari PLA. Penelitian ini bertujuan menganalisa karakteristik implan miniplate yang terbuat dari campuran PLA/pati sagu dengan compatibilizer Poly ethylene glycol (PEG) menggunakan metode injection molding pada berbagai variasi temperatur injeksi. Proses pencampuran PLA dengan pati sagu dan PEG menggunakan metode solution blending. Penelitian ini menggunakan material pati sagu sebagai pengisi (filler) pada PLA dengan prosentase 10%, 20%, 30%, 40% dan 50% dari berat campuran PLA/pati sagu. Compatibilizer PEG 10% dan 20% berat ditambahkan ke dalam campuran PLA/pati sagu dan digunakan untuk mencetak miniplate pada temperatur injeksi 150 oC, 160 oC, 170 oC, dan 180 oC. Sifat mekanik, sifat biodegradabilitas, struktur, sifat termal, serta morfologi dari produk miniplate berhasil dianalisis. Pada campuran PLA/pati sagu menunjukkan bahwa keseragaman distribusi dan ikatan antarmuka pati sagu dan PLA menjadi penyebab pada penurunan kekuatan tarik, kekuatan bending, serta modulus elastisitas dibandingkan dengan PLA murni. Penambahan compatibilizer PEG memberikan pengaruh pada peningkatan ikatan antarmuka pati pada matrik PLA, peningkatan kemampuan tarik, penurunan temperatur lebur (Tm) dan temperatur transisi kaca (Tg), serta meningkatkan derajat kristalinitas (Xc) dari miniplate. Peningkatan temperatur injeksi akan meningkatkan laju degradabilitas. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pencetakan optimum miniplate dengan injection molding berada pada temperatur 170 oC pada penambahan PEG 10%.

ABSTRACT
Polylactide acid (PLA) has been widely studied as a material for bone joint plates (miniplate). However, slow degradation of PLA on crystal phase could resulting several complications in the tissue. Miniplate function as a connective bone fracture which can be transplanted without repudiaton from the human body. Sago starch (Metroxylon sago) as abundant biodegradable polymer available in Indonesia, has better degradation properties and also non-toxic, potentially can improve the degradation properties of PLA. The purpose of the study was to characterize miniplate implants made of PLA/sago starch coupled with Poly ethylene glycol (PEG) as compatibilizer using injection molding methods at various injection temperatures. The solution blending method is used for the preparation. This study uses sago starch as filler in the PLA matrix with a percentage of 10 wt%, 20 wt%, 30 wt%, 40 wt% and 50 wt%. PEG 10 wt% and 20 wt% was added to PLA/sago starch then used to production at injection temperatures of 150 oC, 160 oC, 170 oC, and 180 oC. Mechanical and thermal properties, biodegradability, structure, and morphology of the miniplate products were analyzed. On PLA/sago starch blend shown that uniformity distribution of sago starch and interface bonds causing decrease tensile and bending strength, also modulus of elasticity compared with pure PLA. Added PEG as a compatibilizer effecting enhancement on interface starch bonds on PLA matrix, increasing drawability, decreasing melting temperature (Tm) and glass transition temperature (Tg), and increasement of crystallinity (Xc). Increasing injection temperatures will promote degradability rate. Research finds the optimum molding temperature using injection molding are at 170 oC in addition 10% PEG."
2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galih Rineksa
"Bahan biopoliester seperti poli(asam glikolat) umum digunakan sebagai bahan biopolimer untuk benang jahit. Masalah utama pada penggunaan bahan tersebut adalah hasil degradasi yang bersifat asam sehingga menimbulkan peradangan pada jaringan tubuh sekitar. Maka dikembangkan benang jahit berbahan dasar biopolimer berbasis pati termoplastik (thermoplastic starch atau TPS), dengan hasil degradasi berupa glukosa yang tidak menimbulkan peradangan atau reaksi dengan jaringan tubuh. Masalah baru muncul dalam pemanfaatan zat pati, yaitu sifat mekanis zat pati yang lemah. Selulosa mikrokristal (microcrystalline cellulose atau MCC) digunakan dalam penelitian sebagai zat penguat (reinforcement) untuk meningkatkan sifat mekanis TPS. Dalam penelitian ini, digunakan pati dari sagu (Metroxylon sagu) dengan variasi jenis plasticizer gliserol dan sorbitol serta variasi kadar MCC 0%, 2%, 5%, dan 10%. Karakteristik degradasi juga diuji dalam penelitian dengan merendam sampel dalam larutan PBS (pH 7.4 dan suhu 37℃) selama 6 pekan. Didapat bahwa untuk sampel dengan plasticizer gliserol, degradasi semakin lambat dengan penambahan MCC. Tren sebaliknya didapat pada sampel dengan plasticizer sorbitol. Sampel dengan plasticizer sorbitol dan kadar MCC 2% merupakan sampel optimum secara sifat mekanis dengan nilai tensile strength sebesar 4.68 MPa dan sisa massa 14.35% setelah 6 pekan degradasi, sehingga layak dijadikan sebagai potensi bahan benang jahit.

Common bio-based surgical sutures are made from biopolyesters like poly(glycolic acid). The main problem in such materials is the acidic degradation products which can cause inflammation in surrounding body tissues. To tackle this problem, thermoplastic starch (TPS) based surgical sutures are researched, which degrade into glucose and does not cause unwanted reactions with surrounding body tissues. However, TPS on its own has relatively poor mechanical properties. Microcrystalline cellulose (MCC) is used in this research as a reinforcement to improve the mechanical properties of TPS. In this research, sago (Metroxylon sagu) starch is used with two types of plasticizer (glycerol and sorbitol) and MCC contents of 0%, 2%, 5%, and 10%. Degradation characteristics are also tested by immersing the samples in PBS solution (pH 7.4 and 37℃) for 6 weeks. The sample set with glycerol has shown a slower trend in degradation with the addition of MCC, and the opposite trend has been observed within the sample set with sorbitol. The optimum sample is plasticized with sorbitol and has 2% MCC content, with a tensile strength of 4.68 MPa and remaining mass of 14.35% after 6 weeks of degradation, thus being feasible for potential surgical suture material"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
William Harrison Winnetouw
"Seiring penambahan penggunaan energi terbarukan di dunia, semakin banyak penggunaan panel surya sebagai alternatif penghasil energi yang dapat digunakan dalam skala residensial maupun industri. Namun, terdapat kekurangan dari penggunaan panel surya sebagai alternatif yaitu efisiensi penyerapan sinar matahari yang masih kecil. Berbagai riset dilakukan untuk mendapatkan material baru sel surya yang memiliki efisiensi yang lebih besar, salah satunya adalah sel surya perovskite. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan menggunakan material tambahan yaitu cesium pada material aktif sel surya perovskite berbasis prekursor methylammounium lead iodide yang dilakukan dengan metode spin-coating dengan bahan baku methylammonium iodide, cesium iodide sebagai agen doping dengan konsentrasi doping berkisar antara 0;1; dan 5%. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk menguasai teknik doping kation cesium pada sel surya perovskite, mengetahui efek doping cesium apda struktur kristal, tingkat kristalinitas, absorbansi, serta mengetahui konsentrasi dopan optimal untuk menaikkan efisiensi dan stabilitas sel surya perovskite. Karakterisasi sampel dilakukan dengan menggunakan XRD, SEM, UV-Vis, Uji dan Solar Simulator. Eksperimen mengindikasikan bahwa konsentrasi cesium memberikan peningkatan ukuran butir, absorbansi serta meningkatkan efisiensi teoritis dari sel surya perovskite. Sel surya yang paling optimal didapatkan pada sel surya dengan konsentrasi doping cesium 1% dengan peningkatan kristalinitas pada fasa perovskite dari 1911 cps menjadi 1995 cps, peningkatan ukuran butir maksimal dari 1661 nm menjadi 2800 nm, peningkatan absorbansi pada rentang panjang gelombang 300-450 nm, dan peningkatan efisiensi teoretis dari 1,35 menjadi 2,88%. Berdasarkan hasil optimal dari eksperimen tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode doping cesium pada sel surya perovskite berbasis prekursor methylammonium lead iodide meningkatkan performansi dan dapat berpotensi menjadi salah satu metode untuk menghasilkan panel surya yang memiliki efisiensi yang tinggi.

Along with the increasing use of renewable energy in the world, increasing the use of solar panels as an alternative energy producer can be used on a residential or industrial scale. However, there are drawbacks on using solar panels as an alternative, namely the efficiency of absorbing sunlight is still small. Various studies have been conducted to obtain new solar cell materials that have greater efficiency, one of which is perovskite solar cells. Therefore, this study aims to use an additional cation, namely cesium in the active material of perovskite solar cells based on the precursor methylammonium lead lodide which is fabricated by the spin-coating method with methylammonium iodide as raw material, cesium iodide as a doping agent with doping concentrations ranging from 0,1, and 5%. In particular, this study aims to understand the cesium cation doping technique in perovskite solar cells, determine the effect of cesium doping on crystal structure, crystallinity level, absorbance, and determine the optimal dopant concentration to increase the efficiency and stability of perovskite solar cells. Sample characterization was carried out using XRD, SEM, UV-Vis, Test and Solar Simulator. Experiments indicate that cesium concentrations increase grain size, absorbance and increase the power conversion efficiency of perovskite solar cells. The most optimal solar cells were found in solar cells with 1% cesium doping concentration with an increase in crystallinity in perovskite phase from 1911 cps to 1995 cps, increase in maximum grain size from 1661 nm to 2800 nm, an increase in absorbance in the wavelength range of 300-450 nm, and improvement of maximum theoretical efficiency from 1,35 to 2.88%. Based on the optimal results from these experiments, it can be concluded that the cesium doping method on perovskite solar cells based on methylammonium mead iodide precursors improves performance and can be a method for producing solar panels that have high efficiency."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>