Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14711 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
Mochamad Hasan
"Bojonegoro dan sekitarnya memiliki satuan batuan termuda berupa endapan aluvial. Endapan aluvial tersebut terdiri atas lempung, lanau, pasir, dan kerikil. Endapan aluvial merupakan endapan yang kurang stabil sehingga rawan pergerakan tanah. Endapan ini tidak terkonsolidasi menjadi batuan padat. Dari sifatnya yang belum terkonsolidasi menjadi batuan padat inilah menyebabkan endapan aluvial menjadi tidak stabil. Endapan ini rawan sekali akan terjadinya pergerakan tanah. Pergerakan tanah dapat berupa pergeseran tanah atau pun likuifaksi. Likuifaksi dapat terjadi jika litologi endapan aluvial tersebut tersaturasi oleh air atau akuifer. Objek kedua yang diteliti adalah struktur patahan. Keberadaan patahan dangkal pada endapan aluvial ini dapat menambah potensi risiko terjadinya likuifaksi atau pergerakan tanah. Adanya patahan perlu menjadi perhatian apabila diperuntukan untuk pembangunan infrastruktur. Informasi tentang kedalaman batuan keras juga perlu diperhatikan untuk pembangunan infrastruktur. Batuan keras dapat dilihat dari nilai SPT dan jenis litologinya. Penelitian ini mengkorelasikan data geolistrik dan data pemboran untuk mengetahui nilai resistivitas dari litologi lempung, lanau, pasir, kerikil, batupasir, batugamping, batuan beku dan akuifer. Daerah penelitian memiliki endapan aluvial dengan ketebalan 10 – 45 m, serta teridentifikasi adanya patahan dangkal dengan jenis patahan normal. Terdapat potensi likuifaksi pada daerah yang memiliki akuifer dengan lapisan sedimen tipis di atasnya. Lokasi penelitian merupakan kawasan rawan bencana gempabumi level menengah, sehingga meningkatkan potensi terjadinya likuifaksi.

Bojonegoro and its surroundings have the youngest rock units in the form of alluvial deposits. The alluvial deposits consist of clay, silt, sand and gravel. Alluvial deposits are less stable deposits that are prone to ground movement. These deposits are not consolidated into solid rock. Due to its nature that has not been consolidated into solid rock, this causes alluvial deposits to become unstable. This deposit is very prone to soil movement. Ground movement can be in the form of land shifts or liquefaction. Liquefaction can occur if the lithology of the alluvial deposits is saturated with water or aquifers. The second object studied is the fracture structure. The existence of shallow faults in alluvial deposits can increase the potential risk of liquefaction or soil movement. The existence of faults needs to be a concern if it is intended for infrastructure development. Information about the depth of hard rock also needs to be considered for infrastructure development. Hard rock can be seen from the SPT value and the type of lithology. This study correlates geoelectrical data and drilling data to determine the resistivity value of the lithology of clay, silt, sand, gravel, sandstone, limestone, igneous rock and aquifer. The study area has alluvial deposits with a thickness of 10 – 45 m, and shallow faults with normal fault types have been identified. There is potential for liquefaction in areas that have aquifers with a thin layer of sediment above them. The research location is an area prone to medium-level earthquakes, thereby increasing the potential for liquefaction."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfa Siti Azizah
"Ruang lingkup dan Cara penelitian : Jet lag adalah sekumpulan gejala-gejala yang dihubungkan dengan zona waktu dan irama sirkadian, dan berdampak lugs terhadap fisik,mental dan emosional. Masalah jet lag dan kaitannya dengan produktivitas belum terungkap secara jelas, untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang insidensi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan jet lag. Penelitian untuk mengetahui insidensi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan jet lag dilakukan secara kohort prospektif terhadap 62 orang karyawan PT ` P' yang melakukan perjalanan ibadah haji tahun 1998. Pengumpulan data dilakukan dengan pemeriksaan fisik dan pengisian kuisioner.
Hasil dan kesimpulan : Insidensi jet lag setelah penerbangan Timur-Barat sebesar 88,71% sedangkan insidensi jet lag setelah penerbangan Barat-Timur 93,55%. Setelah penerbangan Barat-Timur insidensi jet lag berhubungan bermakna secara statistik dengan faktor pra penerbangan (umur, jenis pekerjaan), dan pada penerbangan Timur-Barat faktor yang berhubungan sangat bermakna secara statistik adalah faktor selama penerbangan (aktivitas ringan di pesawat). Insidensi pada kelompok yang tidak berolah raga adalah sebesar 96% yang lebih besar bila dibandingkan dengan insidensi jet lag pada kelompok yang berolah raga dalam hal ini 83,78 %. Derajat jet lag pada penelitian ini hanya ditemukan derajat ringan dan sedang. Pada penerbangan Timur-Barat derajat ringan 77,42%, derajat sedang 11,29%, sedangkan setelah penerbangan Barat-Timur derajat ringan 87,10%, derajat sedang hanya 6,45%. Dengan diketahuinya faktor yang dapat mempengaruhi turunnya insidensi jet lag dapat dilakukan upaya penurunan insidensi jet lag.

Scope and method of study: Jet lag is a group of symptoms relation with time zone and circadian rhythm. Jet lag affects our physic, mental and emotional. Relationship of jet lag and productivity hasn't been conclusive yet. A Cohort prospective study was conducted in order to know the incidence of jet lag and its related factors, among 62 PT' P `employees who did the pilgrimage to Mecca in 1998. Data was collected with physical examination, environmental measurement and using questionnaire.
Result and conclusion: The jet lag incidence after East-West flight is 88,71%, and after West-East is 93,55 % incidence. After West-East flight, incidence of jet lag is related significant with pre flight factors, such as age and kind of job. After East-West flight, the factor that influence is in flight factor such as light activity. The jet lag incidence of the pilgrims who regularly do physical exercise there is 83,78% while jet lag incidence of who do not physical exercise regularly is 96%. There are only light degree and middle degree of jet lag severity in this study. After East-West flight light degree is 11,29%, middle degree is 77,42%. After West-East flight, light degree jet lag is 6,45% and middle degree jet lag is 87,10%. The result of this study concerning the jet lag incidence and its related factors can be used to control and prevent the jet lag.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutrisno
"ABSTRAK
Basis data temporal adalah basis data histori lengkap yang menyimpan semua perubahan nilai data yang teijadi pada setiap obyek. Setiap perubahan obyek ditunjukkan oleh waktu berlaku dan waktu transaksi. Waktu berlaku adalah masa yang menyatakan suatu data dianggap benar dan berlaku pada realitas sistem. Waktu transaksi adalah waktu yang menyatakan kapan suatu data dicatat pada basis data.
Penelitian ini membahas basis data temporal berorientasi obyek dengan melakukan perancangan dan implementasi pengelolaan versi data. Implementasi pengelolan versi data dibuat dalam bentuk prototipe.
Basis data historis adalah suatu basis data yang menyimpan nilai data terbaru dan nilai data lama yang dianggap benar dan berlaku pada realitas sistem yang ditunjukkan oleh waktu berlaku. Basis data rollback adalah suatu basis data yang menyimpan aktifitas perubahan nilai data yang ditunjukkan oleh waktu transaksi. Basis data temporal adalah suatu basis data yang menggabungkan kemampuan dari basis data historis dan basis data rollback.
Penelitian ini bertujuan menangani rekonstruksi histori basis data temporal yaitu dengan merancang algoritma dari operasi-operasi dasar basis data temporal dan merancang serta membuat prototipe basis data temporal berorientasi obyek. Algoritma operasi-operasi dasar basis data temporal yang dirancang ialah penyisipan, pengubahan, nulifikasi, penghapusan secara logis, penghapusan secara fisik dan ekstraksi data. Rancangan prototipe terdiri dari arsitektur, rancangan kelas, struktur data dari file-file untuk basis data temporal, interaksi program aplikasi dengan prototipe, dan perangkat lunak pendukung.
Evaluasi terhadap prototipe yang dirancang dilakukan dengan cara membandingkan karakteristik yang dimiliki oleh prototipe dengan beberapa prototipe model data temporal lainnya yaitu model Temporal Data Management System (TDMS) dan model Temporal Object Data Base Management System (TODBMS). Perbedaan utama antara prototipe dengan kedua model data temporal lainnya adalah pada cara penyimpanan data temporal, indeks data temporal dan sistem operasi yang digunakan."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 1997
T40123
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
C. Bagus Hendro Bawono
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah financial distress, kepemilikan publik, pergantian KAP, implementasi IFRS, good/bad news dan pencatatan saham pada papan utama/pengembangan mempengaruhi Audit report lag, reporting lag,dan total lag,. Sampel yang digunakan merupakan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2012 kecuali sektor perbankan dan lembaga keuangan bukan bank.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa perusahaan yang mengalami financial distress akan mengalami ARL dan total lag yang lebih lama. Perusahaan dengan kepemilikan publik yang besar proporsinya dalam penelitian ini memiliki ARL dan total lag yang lebih lama, dan reporting lag memiliki waktu yang lebih pendek. Perusahaan yang mengalami good news memilki ARL yang lebih singkat dan reporting lag yang lebih lama Variabel kontrol ukuran KAP berpengaruh signifikan negatif terhadap total lag, sedangkan variabel kontrol ukuran perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap ARL, dan total lag.

This study aimed to analyze whether financial distress, public ownership, auditor change, IFRS implementation, good/bad news, corporate share listing on main board/development board affect audit report lag, reporting lag and total lag. The sample used to represent listed companies in Indonesia Stock Exchange (BEI) in period 2011-2012 except bank and non-bank financial institution.
This research found that the distress company will have longer ARL and total lag. Company with large public ownership will have longer time on ARL and total lag, and for the reporting lag found have shorter time. Company that have good news found to have shorter ARL and longer reporting lag. Control variable auditor size have significant negative effect to total lag, and for control variable company size have significant negative effect to ARL and total period.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S54553
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alifa Istiqomanita
"ABSTRAK
Dalam adaptasinya terhadap konteks yang selalu berubah seiring berjalannya waktu, ruang temporal selalu mengalami keadaan tarik-menarik antara 2 elemen yang saling kontradiktif. Keadaan tarik menarik ini disebut dengan tensi, yang mana terbentuk dari kontradiksi elemen eksternal yang disebut force dan elemen internal yaitu counterforce yang memiliki alat perlawanan yang disebut resistensi.
Menanggapi hal tersebut, skripsi ini akan membahas lebih lanjut tentang bagaimana cara resistensi merespon kondisi tensi yang ada. Sehingga, respon tersebut dapat digunakan sebagai proses adaptasi berupa mekanisme pembentukan atau pengaturan ruang yang adai dalam keadaannya yang sementara. Untuk mencapai pemahaman yang mendalam akan resistensi tersebut dilakukan studi literatur dan observasi terhadap ruang temporal yang telah hadir. Skripsi ini kemudian memberikan pemahaman akan adanya respon yang berbeda dari resistensi pada setiap perubahan force dan counterforce dalam setiap masa dalam periode tensi dalam ruang yang temporal. Adapun respon resistensi yang dibahas dalam skripsi ini berupa aturan dan antisipasi terhadap relasi force-counterforce.

ABSTRACT
In the adaptation to context that always change over time, temporal space experiences a state of attraction between two contradictory elements. This state of attraction is called tension, which is formed from the contradiction of external elements called force and internal elements called counterforce which have a resistence as a form of defense mechanism.
In response, this thesis will discuss more about how resistance responds to the existing tension. Thus, the response can be used as a mechanism for spatial formation that is able to adapt to its temporary conditions. To achieve a deep understanding of this resistance, a literature study and observation of the temporal space that are present are carried out. This thesis then provides an understanding of the different responses of resistance to changes in force and counterforce at any time in the tension period of temporal space. The resistance response discussed in this thesis is in the form of rules and anticipation of force-counterforce relations."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Damanik, Novitasari R.
"Manusia cenderung tidak sensitif pada jarak temporal yang lebih jauh (370 hari) ketika pembandingnya adalah jarak yang cukup jauh (365 hari) atau disebut dengan temporal discounting (Thaler, 1981). Memadukan kecenderungan tersebut dengan Construal Level Theory (Trope & Liberman, 2010), penelitian ini melihat pengaruh jarak spasial terhadap sensitivitas akan jarak temporal. Melalui Studi 1 terbukti bahwa jarak spasial jauh mengurangi sensitivitas terhadap jarak temporal. Di sisi lain, persepsi individu akan jarak temporal dipengaruhi oleh selfconstrual (Spassova & Lee, 2013). Maka, Studi 2 menguji efek moderasi selfconstrual pada hubungan antara jarak spasial dengan sensitivitas akan jarak temporal. Sesuai dengan prediksi, self-construal terbukti memoderasi hubungan jarak spasial dengan sensitivitas akan jarak temporal. Individu dengan self-construal interdependen memiliki sensitivitas temporal yang lebih tinggi daripada individu dengan selfconstrual independen, dalam jarak spasial jauh.

People less sensitive to further temporal distance (370 days) when the comparison to far time (365 days), known as temporal discounting (Thaler, 1981). , On the basis of this notion and on Construal Level Theory (Trope & Liberman, 2010), Study 1 examines the influence of spatial distance to sensitivity of temporal distance. As predicted, the result shows that spatial distance decreases sensitivity to temporal distance. Nevertheless, people perception of temporal distance is influenced by selfconstrual (Spassova & Lee, 2013). Studi 2 examines the moderation effect of selfconstrual on the relationship between spatial distance and sensitivity to temporal distance. As predicted, self-construal moderate the relationship between spastial distance and sensitivity to temporal distance. Interdependent self-construal has higher sensitivity to temporal distance than independent, on distal spatial distance."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T46337
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Larastika Riyanto
"Latar Belakang. Epilepsi lobus temporal (ELT) merupakan salah satu sindrom epilepsi yang paling banyak ditemukan dengan proporsi mencapai 20% dari seluruh pasien dengan epilepsi. Sebanyak lebih dari 50% pasien ELT tidak berespon dengan pemberian obat anti bangkitan (OAB) monoterapi pertama kali, sehingga akan memerlukan penggantian bahkan hingga kombinasi dengan 2 atau lebih OAB. Tujuan dari pemberian OAB pada pasien ELT selain untuk mengontrol bangkitan dengan efek samping yang minimal adalah untuk memperbaiki kualitas hidup pada pasien. Berbagai faktor terkait dengan penggunaan OAB dapat berhubungan dengan kualitas hidup pasien dan tujuan dari studi ini adalah untuk menilai lebih lanjut hubungan tersebut.
Metode. Studi ini merupakan studi potong lintang yang dilakukan pada April hingga Desember 2023 di RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta. Kriteria inklusi pada penelitian ini meliputi pasien yang sudah terdiagnosis ELT oleh dokter spesialis neurologi, berusia 18 tahun atau lebih, dan telah menggunakan regimen OAB yang sama selama 1 bulan terakhir. Kriteria eksklusi penelitian ini meliputi pasien dengan epilepsi multifokal serta tidak dapat melengkapi pengisian instrumen penilaian kualitas hidup yaitu Quality of Life in Epilepsy Inventory-31 (QOLIE-31) secara mandiri. Penelitian ini telah mendapatkan ijin etik dari Komite Etik Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Hasil. Sebanyak total 100 subjek berpartisipasi pada studi ini dengan sebagian besar berjenis kelamin perempuan (58%) dengan median usia 30 (18-65) tahun. Mayoritas pasien ELT memiliki etiologi sklerosis hipokampus dan frekuensi bangkitan dalam 1 bulan yaitu dengan median 1 (0-34) kali. Sebanyak 70% subjek menggunakan regimen politerapi dengan kombinasi 2 jenis obat menempati proporsi terbanyak (41%). Penggunaan OAB generasi lama lebih banyak dibandingkan dengan generasi baru. Rerata skor kualitas hidup total pada subjek yaitu 61.46 (±1.63). Penggunaan karbamazepin diketahui secara independen berhubungan dengan skor kualitas hidup total yang lebih baik serta utamanya pada domain kekhawatiran akan bangkitan dan fungsi sosial. Penggunaan topiramat didapatkan berhubungan dengan rendahnya skor kualitas hidup pada domain kognitif, efek pengobatan, dan fungsi sosial. Didapatkan pula hubungan yang bermakna pada penggunaan levetirasetam dengan rendahnya skor kualitas hidup pada domain tingkat energi/kelelahan.
Kesimpulan. Penggunaan politerapi merupakan praktik yang sering didapatkan pada pasien dengan ELT. Beberapa faktor terkait pemilihan OAB pada pasien diketahui berhubungan dengan kualitas hidup secara keseluruhan maupun pada beberapa domain spesifik. Penting untuk klinisi dapat mempertimbangkan faktor kualitas hidup pasien sebelum menentukan pemberian OAB yang terbaik.

Background. Temporal lobe epilepsy (TLE) is one of the most common epilepsy syndrome encountered in daily clinical practice with more than 20% proportion out of all epilepsy population. More than 50% of TLE patients do not respond well with the first antiepileptic drug (AED) and required switching or even addition with two or even more drugs. The goal of AED administration should not only be focused on seizure control and minimizing the adverse drug reaction, rather also to consider patients’ quality of life. Multiple factors related to AED administration was known to affect patients’ quality of life, and so the purpose of this study is to assess that relationship in Indonesian ELT population.
Methods. This is a cross-sectional study conducted on April to December 2023 in Cipto Mangunkusumo National Referral Hospital. The inclusion criteria for this study were patient diagnosed with TLE by a neurologist, aged 18 or above, and had been using the same AED regimen for at least the last month. The exclusion criteria were multifocal epilepsy as well as patients who could not completed the quality of life questionnaire QOLIE-31 independently. This study had gain ethical approval form Ethical Commission, Faculty of Medicine, Universitas Indonesia
Result. A total of 100 subjects were recruited in this study, most of them were female (58%) with the median age of 30 (18-65) years old. The majority of patients had hippocampal sclerosis as the etiology and the seizure frequency during the last month had the median score of 1 (0-34) times. As many as 70% of the subjects were using polytherapy with most of them were using 2 kind of AED. The mean total score for QOLIE-31 was 61.46 (±1.63) out of 100. Several factors related to AED administration were known to be associated with the quality of life. The use of carbamazepine was independently associated with a better total score of QOLIE-31, especially in the seizure worry and social function domain. Topiramate administration was also associated with the lowering of quality of life score in cognitive, medication effect, and social effect domain. There is also a statistically significant association between levetiracetam consumption and the low score in energy domain.
Conclusion. The use of polytherapy was vastly encountered in the clinical practice for TLE patients. Several factors of AED selection were associated with the overall quality of life and to some extend in several specific domain. It is crucial for clinical to also consider the quality of life as determining factor for choosing the appropriate AED for every patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hutahaean, Viana
"Temporal term merupakan jenis kosakata yang menunjukkan jarak dan urutan waktu terjadinya peristiwa. Melalui pemahaman temporal term, dapat diketahui pemahaman konsep waktu seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti perbedaan pemahaman temporal term pada anak bilingual dan monolingual anak usia 4 hingga 5 tahun. Pengukuran pemahaman temporal term menggunakan alat ukur yang telah dikembangkan oleh peneliti berdasarkan penelitian Grant dan Suddendorf (2011) serta Utami (2014). Karakteristik bilingual dan monolingual dikontrol dengan self-report dari orangtua. Responden penelitian sebanyak 81 anak yang terdiri dari 40 anak bilingual dan 41 anak monolingual. Hasil penelitian menunjukan bahwa hipotesis null penelitian ditolak (t=-3,499, p < 0.05) pada temporal term yang mengarah ke masa depan, yang berarti terdapat perbedaan antara pemahaman temporal term yang mengarah ke masa depan pada anak bilingual dan monolingual. Penelitian ini juga menunjukan bahwa faktor usia merupakan faktor yang memiliki pengaruh paling kuat dalam pemahaman temporal term. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi mengenai kemampuan anak bilingual dan monolingual dalam memahami konsep waktu.

Temporal term refers to group of words that describe distance and sequence of an event. Someone?s concept of time can be determined through temporal term. This study aimed to find if there is also a difference in temporal term between bilingual and monolingual children age 4-5 years old. In present study, temporal term measured by an instrument that already improved from previous studies (Grant and Suddendorf (2011) and Utami (2014). Bilingual and monolingual characteristic is determined from parent's self-report. Total 81 children, 40 bilingual children and 41 monolingual children, participate in this study. Null hypothesis is rejected (t=-3,499, p < 0.05) for temporal term that refer to the future. This study also find that age is a dominant factor in children to understand the temporal term. The study result can provide information regarding bilingual and monolingual children?s ability to understand the concept of time
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S64886
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>