Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 128840 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
"Salah satu faktor eksternal yang berpotensi terhadap eutrofikasi perairan adalahberkaitan dengan sisa pakan dari aktivitas budidaya keramba jaring apung. Suatu upaya perlu dilakukan dengan alternatif penggunaan pakan ikan yang efektif di Waduk Wadaslintang. Penelitian bertujuan untuk mengujiefektifitas pengaruh pakan fermentasidengan penambahan probiotik terhadap pertumbuhan ikan nila
Gift
di keramba jaring apung. Dilakukan percobaan menggunakan rancangan acak lengkap dengan empat perlakuan, yaitu: (A) pakan komersial(protein 24%),(B) pakan komersial(protein 24%)dengan penambahan probiotik MEP
+
, (C) pakan fermentasi (protein 21%), dan (D) pakan fermentasi (protein 21%) dengan penambahan probiotik MEP
+
. Percobaan dilakukan pada bulan Mei hingga September 2009, selama 70 hari. Efektifitas pakan dilakukandengan menghitung selisih nilai konversi pakan pada perlakuan yang diuji.Data pertumbuhan dianalisis menggunakan analisis sidik ragam. Hasil percobaanmenunjukkan perlakuan (B) didapatkan nilai konversi pakan yang terbaik, diikuti perlakuan (D), (A), dan (C). Hasil juga menunjukkan bahwa perlakuan (D) mampumengungguli perlakuan (A)dengan efektifitas sebesar 0,06. Hal ini didukung dengan populasi bakteri asam laktat yang meningkat pada usus ikan pada perlakuan pemberian MEP
+
. Pakan fermentasi dengan pemberian MEP
+
cukup baik diterapkan pada budidayaikan dan berpotensi menekan potensi eutrofikasiperairan waduk"
2010
551 LIMNO 17:2 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kumurur, Veronica Adelin
"ABSTRAK
Penelitian ini berawal dari keinginan peneliti untuk menguji secara empirik tentang pengaruh perubahan pola pemanfaatan ruang daratan terhadap eutrofikasi danau. Perlunya mengkaji perubahan pola pemanfaatan di kawasan sekitar danau disebabkan adanya fakta kecenderungan perubahan pola pemanfaatan ruang daratan di sekitar Donau Mooat yang terjadi terus-menerus dan tidak terkendali. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa dalam kurun waktu enam tahun (1987-1993) telah terjadi perubahan pola pemanfaatan ruang daratan di sebagian besar ruang di sisi sebelah timur Danau Mooat dari kawasan lindung menjadi kawasan budidaya. Dalam kurun waktu tersebut telah terjadi peningkatan keadaan trofik dari oligotrofik ke mesotrofik. Kondisi ini akan mengancam keberadaan dan kelestarian fungsi danau sebagai sumberdaya bagi masyarakat sekitarnya.
Hipotesis yang akan diuji adalah adanya pengaruh perubahan pola pemanfaatan ruang daratan di kawasan sekitar danau terhadap eutrofikasi danau. Pengujian hipotesis didasarkan pada data perubahan luas daratan kawasan lindung dan kawasan budidaya yang terjadi setiap tahun, jumlah unsur hara (unsur nitrogen dan fosfor) yang diekspor oleh kawasan lindung dan kawasan budidaya ke dalam perairan Danau Mooat serta perubahan keadaan trofik Danau Mooat dalam rentang waktu 11 tahun (1987-1998).
Penelitian ini bertuiuan menganalisis perubahan pola pemanfaatan ruang daratan di kawasan sekitar danau dan pengaruhnya terhadap eutrofikasi danau. Studi ini dilakukan di kawasan sekitar Danau Mooat Kabupaten Bolaang Mongondow Sulawesi Utara yang mencakup pola perubahan pemanfaatan ruang daratan di kawasan sekitar danau dan kondisi Danau Mooat.
Dalam memperoleh perubahan pola pemanfaatan ruang daratan yang terjadi di kawasan sekitar Danau Mooat, digunakan metode overlay atau metode tumpang tindih. Metode ini menggunakan peta rupa bumi Kotamobagu skala 1:50.000 yang diterbitkan oleh Bakosurtanal pada tahun 1991, sebagai peta dasar (data I). Sebagai data pembanding (data ke-n) digunakan peta gabungan antara peta tata guna lahan tahun 1992 Kabupaten Bolaang Mongondow-Kabupaten Minahasa dari Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Bolaang Mongondow dan peta pemanfaatan ruang daratan hasil pengukuran langsung di lapangan dengan skala 1:50.000.
Kondisi Danau Mooat khususnya keadaan trofik dan mutu air danau, diperoleh dengan mengukur setiap parameter keadaan trofik dan mutu air pada setiap sampel air yang diambil pada tujuh stasiun yang telah ditentukan.
Perubahan pemanfaatan ruang kawasan lindung dan kawasan budidaya di kawasan sekitar danau dalam rentang waktu 11 tahun (1987-1998), telah mengalami perubahan luas lahan, sebagai berikut : (1) tahun
1987 total luas lahan kawasan lindung adalah 2389,975 ha, dan pada tahun 1998 total luas lahan berubah menjadi 1208,925 ha.; (2) tahun 1987 total luas lahan kawasan budidaya adalah 647,6 ha, dan tahun 1998 total luas lahan berubah menjadi 1828,7 ha. Dari data tersebut diperoleh bahwa sejak tahun 1987 sampai dengan tahun 1998 telah terjadi konversi kawasan lindung menjadi kawasan budidaya sebesar 1 18,1 1 ha atau 4% setiap tahun. setiap parameter keadaan trofik Danau Mooat pada rentang waktu 1987-1998 mengalami perubahan drastis rata-rata 98% setiap tahun. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa komposisi pemanfaatan ruang daratan pada tahun 1987 di mana 79% adalah kawasan lindung dan 21% kawasan budidaya telah menempatkan kondisi Danau Mooat pada kategori oligotrofik. Pada tahun 1998 di mana 40% adalah kawasan lindung dan 60% kawasan budidaya telah menempatkan kondisi Danau Mooat pada kategori hipereutrofik atau hipertrofik. Disimpulkan pula bahwa perubahan pola pemanfaatan ruang daratan di kawasan sekitar danau telah memberikan pengaruh terhadap eutrofikasi Danau Mooat. Dalam kurun waktu 11 tahun keadaan trofik Danau Mooat berubah dari oligotrofik (konsentrasi fosfat 4,43 ppb/tahun) tahun 1987 menjadi hipereutrofik (konsentrasi fosfat 260,48 ppb/tahun) tahun 1998. Dengan pertambahan konsentrasi fosfat sebesar 50,83 ppb setiap tahun dan tanpa pengelolaan (tanpa rehabilitasi dan revitalisasi pemanfaatan ruang di kawasan sekitar Danau), diprediksi Danau Mooat akan masuk pada kategori danau hipereutrofik atau hipertrofik di mana konsentrasi fosfat lebih dari 5000 ppb setiap tahun pada tahun 2092.
Hasil analisis data yang diperoleh ternyata mendukung dugaan dan membuktikan hipotesis peneliti, sehingga hipotesis penelitian tentang masalah yang diteliti di mana perubahan pola pemanfaatan ruang daratan di kawasan sekitar danau telah memberikan pengaruh terhadap eutrofikasi perairan Donau Mooat telah teruji dan dapat diterima.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi penentu kebijakan dalam upaya melestarikan dan mengelola kawasan sekitar Danau Mooat. Selanjutnya hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian yang sama atau penelitian lebih lanjut dengan menggunakan metodologi pola pemanfaatan ruang daratan dan pengaruhnya terhadap kawasan sekitar danau.
Daftar Kepustakaan : 62 (1952 - 1998)

ABSTRACT
The Influence of Pattern Change in Terrestrial Space Utilization on Lake Eutrophication (A Case Study of Space Utilization Surrounding Area of Lake Mooat, North Sulawesi)This research starts from researcher's desire to test empirically about the influence of pattern change in the terrestrial space utilization on the lake eutrophication. The needs to study the change of utilization pattern within the lake area is caused by the fact that there is a tendency in the change of the terrestrial space utilization pattern around Lake Mooat which is taking place continuously and uncontrollably. From the research result, it is found that within a period of six years (1987-1993) a change of terrestrial space utilization pattern at most of the east part of Lake Mooat was converted from the protected area to the cultivated area. Within that period of time an increase has taken place on trophic condition from on olygotrophic to mesotrophic. This condition will threaten the existence and preservation of the lake function as living resources for the surrounding community.
The hypothesis is to seek whether there is an influence on the change of terrestrial space utilization pattern in the area occurred every year. The tested hypothesis is based on the yearly data of the pattern change of the protected area into cultivated area. Also taken into calculating is the amount of nutrient elements, especially nitrogen and phosphor sent by the protected area and the cultivated area into Lake Mooat waters, and also the change of the trophic condition of Lake Mooat waters which has been taking place within 11 years since 1987 to 1998.
This research aim to analyze the change in that terrestrial space utilization pattern within the lake area and its influence on the lake eutrophication. This study is carried out at the area around Lake Mooat, Bolaang Mongondow Regency, North Sulawesi, including in the space utilization surrounding of the lake and the condition of Lake Mooat waters.
In order to obtain the change in the terrestrial space utilization pattern taking place at the area around Lake Mooat, the overlay method is applied. This method applies the Kotamobagu geographical map with a scale of 1:50,000, published by Bakosurtanal in 1991 as the basic map (data I). As the comparison map (n-th data), the combined map of the land use map of 1992 of Bolaang Mongondow Regency-Minahasa Regency of the National Agrarian Agency (BPN) of Bolaang Mongondow Regency and the result of carried out by measurement at site of terrestrial space utilization, where both recorded in the Kotamobagu geographical map with a scale of 1:50,000 published by Bakosurtanal in 1991.
The condition of Lake Mooat, in particular the trophic condition and quality of the lake water, is obtained by measuring each parameter of the trophic condition, direct and is carried out by measurement at site.
The pattern change in terrestrial space utilization within the area around the lake in a span of 11 years (1987-1998), are as follows : (1) in 1987 the total extent of the protected area was 2389.975 ha, and in 1998 the total extent of area changed into 1208.925 ha; (2) in 1987 the total extent of the cultivated area was 647.6 ha; and in 1998 the total extent of area changed in to 1828.7 ha. From the data, it is found that from 1987 to 1998, 118.11 ha of the protected area was converted to cultivated area or loss of 4% each year. It is also found out that each parameter of the trophic condition of Lake Mooat from 1987 to 1998 experienced a change of an average of 98% each year. Of the above data, it is concluded that in 1987 the composition of the area space utilization within the area around Lake Mooat, where the protected area occupied 79% and cultivated area of 21% of the area extent, quotation has placed the trophic condition of Lake Mooat waters under the olygotrophic category (4.43 ppb phosphor year'). In 1998 where the protected area occupied 40% and the cultivated area occupied 60% of the land extent, quotation has placed the trophical condition of Lake Mooat waters at the hypereutrophic or hypertrophic category (50.83 ppb phosphor year''). At such condition, without rehabilitation and revitalization of space utilization surrounding area of the lake, Lake Mooat waters is predicted to enter the hypereutrophic or hypertrophic category (more than 5000 ppb phosphor year') in 2092.
The data obtained and analysis taken has proven the researcher's assumption hypothesis, the tested hypothesis about the change in the terrestrial space utilization pattern in the area around the lake exerts an influence on the eutrophication of Lake Mooat waters is proven and accepted.
The result of this research is expected to give input for the policy makers in the attempt to preserve and to manage the area around Lake Mooat. Further, the result of this research can be used as a reference for similar research or any further research with using the methodology of terrestrial space utilization pattern and its impact on the area around the lake.
Bibliography: 62 (1952 - 1998)
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nurul Fadhlya Hidayatunnisa
"Kunjungan ke Waduk Saguling, dilaksanakan pada tanggal 24-25 Maret 2003. Tujuan umum dari penelitian ini adalah memberikan alternatif untuk membatasi limbah KM di Waduk Saguling. Tujuan Khusus untuk penelitian adalah:
1) mengetahui status peningkatan konsentrasi nitrat dan fosfat di Waduk Saguling dan penyebab utamanya;
2) meramalkan proses eutrofikasi pada tahun 2010 dengan menggunakan model dinamik tanpa pengendalian; dan
3) memilih skenario pengendalian berdasarkan model yang dibuat yang menghasilkan kondisi nitrat dan fosfat yang paling rendah.
Eutrofikasi merupakan hasil proses penguraian zat-zat organik di dalam air yang menyebabkan meningkatnya kadar nitrogen dan fosfat sebagai sumber makanan bagi alga. Eutrofikasi dapat dilihat dari pertumbuhan alga yang sangat cepat dikarenakan kelimpahan nutrisi yang masuk ke badan air.
Kematian ikan pada pagi hari ini disebabkan oleh ketersediaan oksigen di waduk tidak mencukupi, dikarenakan konsumsi oksigen oleh alga yang melampaui ambang batas pada malam hari dan produksi CO2 yang tinggi dan banyaknya oksigen yang digunakan untuk menguarikan limbah yang terdapat di Waduk Saguling. Tingkat kematian ikan yang tinggi juga merupakan indikasi teijadinya eutrofikasi.
Sumber pencemar pada Waduk Saguling yang menghasilkan nitrogen dan fosfat adalah limbah domestik dari penduduk sekitar waduk, limbah pertanian lahan surutan dan limbah perikanan dari KJA. Pengembangan perikanan Keramba Jaring Apung (KTA) di Waduk Saguling yang dilindungi secara hukum diperuntukkan untuk penduduk yang dimukimkan kembali di sekitar Waduk Saguling tersebut.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang merupakan data monitoring Waduk Saguling. Dengan menggunakan data ini, penulis mengembangkan model dan melakukan intervensi terhadap model untuk menemukan penyelesaian terhadap permasalahan tersebut. Model dibuat dengan menggunakan perangkat lunak Powersim Constructur.
Kesimpulkan dari hasil penelitian adalah:
1) limbah KTA sangat nyata mempengaruhi konsentrasi nitrat tapi tidak mempengaruhi konsentrasi fosfat secara nyata;
2) sejak tahun 1996, waduk Saguling telah mengalami eutrofikasi, sehingga peningkatan konsentrasi nitrat organik dan fosfat organik di Waduk Saguling menyebabkan terjadinya eutrofikasi yang juga menyebabkan terjadinya.penurunan kualitas air dan fungsi waduk sebagai PLTA dan aquakultur menurun;
3) hasil simulasi menunjukkan bahwa pada tahun 2010 konsentrasi nitrogen dan fosfat pada Waduk Saguling masing-masing adalah 0,86 mg/1 dan 0,14 mgn. Pada tahun 2010, fosfat mencapai titik kesetimbangan, sedangkan nitrat mencapai titik kesetimbangan pada tahun 2008; dan
4) hasil simulasi menunjukkan bahwa dengan melakukan pengelolaan limbah KJA akan dapat menurunkan konsentrasi nitrat organik dibawah batas eutrofikasi yaitu 0,36 mg/1 pada tahun 2005. Konsentrasi fosfat dapat diturunkan hingga 0,08 mg/l.
Daftar Kepustakaan: 59 (1961 - 2002)

Eutrofication Dynamics Due to Nitrogen and Phosphate Changes: Analyze using Powersim Model with Case Study in Saguling Reservoir, West Java This research has been undertaken on 24-25 March 2003 at Saguling Reservoir., West Java. The main purpose of this research is to give an alternative for limiting the KJA pollution in Saguling Reservoir. The specific purposes of this research are:
1) To know the increasing nitrate and phosphate quantities in Saguling Reservoir and the cause; 2) To predict the process of eutrofication in 2010 using the dynamic model;
3) To choose the monitoring based on the model that show the lowest nitrate and phosphate concentration.
Eutrofication as the results of decomposition process of organic matters in the water which caused the increasing rate of nitrogen and phosphate as nutrition recourse for algae. Eutrofication can be seen briefly from the very fast growth of algae caused by the abundance of nutrition which enter the water body. The growth of algae will be followed by algae's death that will improve the use of oxygen in decomposition process (Reynolds, 1984).
The fishes death in the morning caused by the in availability of oxygen readiness in reservoir, due to the over consumption oxygen of algae in the night and the highly production of C02 the high rate of death fishes is also an indication of eutrofication process.
The source of pollution in Saguling Reservoir which produce nitrogen and phosphate are the domestic waste from the people who lived near the reservoir, farm pollution of erosion land and fish pollution from KTA. The development of K.7A fisheries in Saguling Reservoir which were protected by law for the community who were relocated around the Saguling Reservoir.
This research used secondary data from Saguling Reservoir monitoring data. The author used this data, to develop a model and undertook the intervention towards the model to find out the solution of those problems. Model was designed using powersim constructor software.
The result showed that;
1) The K1A waste significantly affected the nitrate but nit significantly affects the phosphate;
2) Since 1996, Saguling reservoir experience the eutrification process, the increasing nitrate and phosphate concentration caused the eutrofication and also caused the decreasing water quality and function of reservoir as PLTA and aquaculture; ]
3) simulation result showed that by the year 2010, each nitrogen and phosphate concentration in Saguling Reservoir are 0,86 mg/l and 0,14 mg/l. Phosphate will reach the culmination point in 2010 and by the year 2008, nitrogen will reach the culmination point; and
4) Simulation showed that by managing the KJA waste, the nitrogen and phosphate concentration can be reduced up to 0, 36 mg/l in 2005 and 0, 08 mg/l.
Number of References: 59 (1961 - 2002)"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11014
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jasuri Sa`at
"ABSTRAK
Perkembangan pembangunan di daerah Depok sebagai penunjang kota Metropolitan Jakarta akhir-akhir ini berkembang dengan pesat. Perkembangan pembangunan itu lebih cenderung merubah tata guna tanah (lahan) dari kondisi lolos air menjadi daerah kedap air. Daerah yang sebelumnya diperuntukan sebagai rembes air dengan pelan-pelan bertahap berubah menjadi daerah kedap air karena ditutupi oleh berbagai jenis bangunan seperti : Pemukiman, pertokoan, jalan dll.
Daerah Bogor umumnya dan Depok khususnya diperuntukan sebagai wilayah tangkapan air hujan dengan curah hujan sangat tinggi diharapkan sebagian besar hujan yang jatuh meresap ke dalam tanah dengan tujuan persediaan sumber air dan mengurangi besarnya volume air limpasan perumahan yang akan menyebabkan terjadinya luapan air di daerah yang letaknya secara topografi lebih rendah.
Mengingat perkembangan penduduk akibat pemindahan dari wilayah kota metropolitan Jakarta tidak dapat dihalangi, maka sudah barang tentu kebutuhan akan daerah pemukiman semakin luas termasuk pengembangan dan prasarananya, sehingga akhir-akhir ini penutupan lahan atau tanah oleh bahan yang kedap air semakin meluas dan akibat semakin kecilnya daerah lahan yang dapat merembeskan air ke dalam tanah apabila terjadinya presiptasi atau hujan. Dalam hal ini juga semakin besarnya volume air hujan yang mengalir sebagai air permukaan atau limpasan menuju saluran dalam waktu yang relatif singkat dan bersamaan. Sebagai akibat tingginya volume air limpasan tersebut, maka akan memberi kapasitas atau debit saluran yang besar sehingga terjadi banjir pada lokasi yang berada di hilir sungai atau saluran akhir. Diamping itu akibatnya adalah berkurangnya volume air tanah pada musim kemarau dan terjadi banjir pada musim hujan.
Perkembangan di atas sangat erat hubungan dengan system pengolahan dan pegendalian air hujan yang diterapkan oleh masyarakat selama itu, untuk meliput masyarakat dalam pengendalian air hujan. Dalam hal ini diharapkan tingkat kepatuhan masyarakat terhadap peraturan-peraturan pemerintah dalam hubungannya dengan IMB. Terutama Koefisien Dasar Bangunan (KDB) dan penyediaan lahan atau ruang terbuka di setiap daerah atau lokasi pemukiman, untuk menentukan system teknis pengendalian itu dicoba untuk meneliti seluruh daerah Depok dengan pembagian lokasi penelitian ditentukan oleh kondisi topografinya dan karakteristik lahan (tanah) pada lapisan topsoilnya.
Dari hasil penelitian ini diharap menemukan data, kemampuan tanah dalam menginfiltrasikan air hujan serta menahan volume limpasan dalam waktu tertentu sesuai dengan dimensi dan karkateristik waduk retensi percobaan, sehingga waktu alir menuju saluran dapat diperlama dengan sendirinya debet air dalam saluran dapat dikurangi dalam waktu itu. Disamping itu juga sebagian air masuk ke dalam tanah sebagai resapan dan akan menambah cadangan air tanah itu sendiri.
Jadi sebagai konstrabusi dari pembuatan waduk retensi setiap unit bangunan adalah untuk menghindari air limpasan dan banjir dan juga menambah cadangan air tanah serta kelembabannya tanpa mengganggu fungsi dari tanah itu sendiri."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1993
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Henderson-Sellers, B.
Chichester: John Wiley & Sons, 1987
574.526 HEN d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Chandra Kirana
"Banyaknya budidaya ikan dalam keramba jaring apung (KJA) di Waduk Cirata selain meningkatkan pendapatan petani ikan setempat juga menimbulkan dampak bagi kualitas perairan waduk. Hal ¡ni disebabkan banyaknya sisa pakan dan faeces ikan yang masuk ke perairan mengakibatkan eutrofikasi perairan waduk. Hal ini menyebabkan peledakan (blooming) fitoplankton. Kondisi ini berakibat menurunnya kualitas perairan waduk tersebut.
Usaha untuk mengurangi blooming algae secara biologis telah banyak dilakukan di antaranya dengan mengontrol pemasukan unsur hara atau menggunakan tumbuhan air sebagai perangkap nutrien. Pengendalian secara biologis merupakan cara yang paling aman dan efektif, yaitu dengan mengurangi, merusak atau menghambat pertumbuhan suatu organisme oleh organisme lain. Penggunaan ¡kan untuk mengendalikan blooming fitoplankton merupakan salah satu cara yang sangat ideal.
Ikan mola (Hypothalmichthys molitrix (C.V.)) merupakan jenis ikan pemakan plankton (plankton feeder yang mempunyai pertumbuhan cepat. Dengan adanya budidaya ikan mola bersama-sama dengan ikan lainnya dalam karamba jaring apung diharapkan pertumbuhan fitoplankton yang berlebihan dapat dikendalikan, dan lestari serta sekaligus dapat menghasilkan protein hewani (ikan).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas perairan, struktur komunitas fitoplankton, indeks keanekaragaman jenis fitoplankton serta melihat pengaruh dan efektivitas ikan mola sebagai. pengendali blooming fitoplankton di Waduk Cirata.
Hipotesis penelitian ini adalah pemanfaatan ikan mola (Hypophfhalmichthys molitrix (C.V) dapat menekan atau mengendalikan blooming fltoplankton sehinggga kwalitas perairannya tetap terjaga.
Penelitian ini menggunakan metode survei:
a. Teknik Pengambilan Sampel: pengambilan sampel air dan ikan dilakukan 6 kali dengan selang waktu 2 minggu selama 3 bulan. Analisis sampel dilakukan di Waduk Cirata dan di Laboratorium. Sampel diambil di tujuh (7) titik (stasiun). Parameter yang diukur adalah suhu air, pH, kecerahan, DO, BOD5 total P, total N, CO2, H2S, fltoplankton yang terdapat di perairan dan yang terdapat di saluran pencernaan ikan mola.
b. Teknik Analisis Data
- perkiraan kandungari fitoplankton keseluruhan sampel dengari menggunakan rumus n = a.c/L
- untuk menghitung keanekaragaman fitoplankton dengan menggunakan Indeks Shannon-Wiener yaitu
H? = pi Iog2 pi, pi = ni/N
c. untuk mengetahui kemerataan fitoplankton dengan rumus
E = H?/H? maks = H?/ In S
d. untuk mengetahui tingkat kesamaan titoplankton di setiap stasiun dengan menggunakan Indeks Sorensen yaitu
IS=2c/a+bx 100%
e. untuk menganalisis makanan ikan mola digunakan Indek Elektivitas dan lvlev yaitu E = ri - pi/ri + pi
f. data kualitas perairan yang diperoleh dibandingkan dengan baku mutu kualitas air bagi peruntukan perikanan (golongan C) berdasarkan PP No. 20 tahun 1990 dan pustaka.
g. untuk menguji ada tidaknya perbedaan jumlah fitoplankton yang terdapat di perairan yang ada ikan mala dengan yang tidak ada dilakukan uji ?Jumlah Jenjang Wilcoxon, untuk menguji ada tidaknya perbedaan jumlah fltoplankton di tujuh stasiun dilakukan uji 'Kruskal Wallis dan untuk mengetahul korelasi antara kualitas perairan dengan jumlah fltoplankton digunakan 'Koefisien Korelasi Spearman'.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kualitas perairan permukaan Waduk Cirata adalah sebagai berikut: rata-rata suhu 28,8 ° C; kecerahan 12615 cm; pH 6,8; karbondioksida 3,94 mg/I; DO 6,32 mg/I; BOD5 1.81 mg/i; H2S 0,42 mg/l; total P 0,05 mgII dan total N 2,34 mg/I. Kondisi perairan tersebut masìh cukup baik untuk kehidupan ¡kan dan masih dalam kisaran baku mutu air golongan C (PP No 20 Tahun 1990), kecuali H2S, total P dan total N yang telah melebihi baku mutu air tersebut. Nilai total P dan total N yang tinggi menyebabkan eutrotikasi perairan waduk tersebut sehingga menyebabkan bloomng fitoplankton
Jumlah marga fitoplankton di perairan waduk pada bulan Mei ? Juli 2000 sebanyak 29 marga yang terdiri dan divisi Chlorophyta 17 marga, Chrysophyta 5 marga, Cyanophyta 5 marga, Pyrrophyta dan Euglenophyta masing-masing 1 marga. Jumah individu fitoplankton terbanyak di stasiun 7 (Calincing) sebesar 5.135.041 indu yang diikuti di stasiun I (Jangari) sebesar 5.076.000 md/I, sedangkan yang paling sedikit ditemukan di stasiun 4 (Patok Besi) yaitu 2.301.522 indu dan stasiun 2 (Jarigarildalam karamba) yaitu sebesar 2.424.000 md/I. Marga yang banyak ditemukan adalah Synedra, Chiorella, Microcystis, Cosmanum dan Scenedesmus. Zooplankton yang ditemukan di perairan Waduk Cirata adalah Copepoda 2 marga, Rotifera 4 macga, dan Cladocera 2 macga. Marga yang banyak ditemukan adalah Naupli, Diaptomus, dan Asplanchna.
Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (H?) komunitas fitoplankton di Waduk Cirata berkisar antara 2,85 - 3,53. Nilai indeks keanekaragarnan tertinggi terdapat di stasiun 3 (Maleber) yaltu 3,53, sedangkan terendah di stasiun 1 (Jangari/luar karamba) yaitu 2,85.
Indeks keseragaman atau kemerataan (E) komunitas fitoplankton disetiap stasiun berkisar antara 0,61 ? 0,84. Indeks kesamaan Sorensen (IS) komunitas fitoplankton antar stasiun di perairan Waduk Cirata berkisar antara 7179? 89,36 %.
Berdasarkan sampel ikan mola yang diteliti sebanyak 18 ekor dengan ukuran panjang 18,6 ? 27,5 cm dan berat antara 76 ?191,2 g, mempunyam panjang usus atau saluran pencemaan berkisar 101,4 ? 255 cm atau 5,5 ? 9,6 panjang totalnya. Jenis fitoplankton yang terdapat diusus ikan mala sebanyak 30 marga yang terdiri dari Chlorophyta 18 marga, Cyanophyta 5 marga, Chrysophyta 5 marga, Pyrrophyta, dan Eugenophyta masing-masing I marga. Adapun jenis yang dominan adalah Synedra, Mensmopedia, Cosmanum, Chiorella, dan Microcystis.
Berdasarkan nilai lndeks Elektivitas (E) ternyata bahwa komponen pakan yang berasal dari perairan karamba yang disukai ikan adalah Actinasfrum, Ankistrocjesmus, Characium, Cncígenia, Eudotina, Gloeocystis, Kirchneriella Oocystis, Gomphosphaetia, Astenonella, Gomphonema, Peridinium, Eugiena, Mensmopedia, Spaerocystis, Synedra, Scenedesmus, Staurastrum, Dictyosphaerium, Coelastrum, dan Cosmarium. Pakan yang tidak disukai ¡kan mola yaitu Anabaena, Euastnim, Melosira, Navicula, Spiro gyra, Chlorella, Chroococcus, Qsciflatorja, Desmidiurn, dan Microcystis.
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut terlihat bahwa ikan mola dapat memanfaatkan pakan alami yang berupa fitoplankton secara efektif sampai 50 % sehingga ikan tersebut dapat digunakan sebagai pembersih pencemaran akibat blooming fitoplankton. Hal ini terbukti dengan perairan dalam karamba di mana ikan mola dipelihara, jumlah fitoplankton yang ditemukan jauh lebih sedikit dan Iebih jernih dibandingkan dengan perairan di luar karamba. Berdasarkan Uji Jumlah Jenjang Wilcoxon terdapat perbedaan sangat nyata antara jumlah fitoplankton di stasiun yang ada ikan mola (stasiun 2) dengan stasiun luar karamba (stasiun 1), juga terdapat perbedaan sangat nyata jumlah fitoplankton di antara 7 stasiun penelitian. sedangkan dari Uji Koefisien Korelasi Spearman terbukti bahwa ada korelasi yang positif nyata antara Total P dengan jumlah fitoplankton. Oleh karena ¡tu apabila ikan mola yang ditebarkan keseluruh perairan waduk dalam jumlah yang banyak, maka blooming fìtoplankton yang terjadi selama ini dapat dicegah sehingga tidak terjadi pencemaran dan kematian masal ikan yang pernah terjadi di Waduk Cirata tidak akan terulang kembali.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat diambil kesimpuIan sebagai berikut:
1. Perairan Waduk Crata tergolong perairan yang hypertrofik, dan kuahtas airnya terutama Total P, Total N dan H2S telah melampaui nilai ambang batas baku mutu lingkungan.
2. Jumlah marga yang ditemukan di stasiun 2 adalah 25 marga, stasiun 2 sebanyak 18 marga, stasiun 3 sebanyak 25 marga, stasiun 4 sebanyak 14 marga, stasiun 5 sebanyak 18 marga, stasiun 6 sebanyak 17 marga, dan stasiun 7 sebanyak 22 marga. Marga terbanyak dan divisi Chiorophyta.
3. Nilai indeks keanekaragaman (H?), perairan Waduk Cirata berkisar antara 2,85 ?3,53.
4. Berdasarkan analisis usus ikan mola terlihat bahwa seluruh pakan yang dimakan adalah fitoplankton. Jenis yang disukai adala h Mensmopedia, Synedra, Microcyst is, Spaerocystis, Dictyosphaenum, Coelastrum dan Cosmarium. Dengan demikian terbukti bahwa ¡kan mola dapat mengurangi tingkat pencemaran akibat bloomìng fltoplankton sebesar 50 %."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T3781
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Sediadi
"ABSTRACT
Since the Jakarta Bay is economically important for various stake holders, then understanding the eutrophication processes, condition and its status, in the past, present time, and in the future through scientific research is inevitable.
The objectives of this research are (1) To analyze the water quality parameters that can be used as an indicator of eutrophication phenomenon, (2) To develop monitoring tools for observing eutrophication process, and (3) To assess the tendency of eutrophication in the future using ASSETS (Assessment of Estuarine Trophic Status) model.
The method used in this research is marine remote sensing techniques through the application of multi-temporal and multi-sensor of Landsat satellites data. Results from field sampling of water quality data indicated that the mean of water transparency were stable during 1970?s to 1990?s around 7.5 m, but sharply decreased to 3.8 m in 2000?s On the other hand, the mean chlorophyll-a concentration showed a reversal pattern from water transparency, that the concentration was rapidly increased from 1.71 to 7.8 g/m3 during 1970?s to 2000?s. Based on these data, eutrophication is occuring in the Jakarta Bay.
Empirical model for predicting water transparency developed using multitemporal Landsat-7 ETM+ data and field data collected in 2004 indicated that the model was good and capable to predict water transparency. The model was applied to both old Landsat aquired in 1970?a (Landsat-1, 2 and 3 MSS), 1980?s (Landsat-4 and 5 MSS and TM), and 1990?s (Landsat-5 and 7, TM and ETM+), as well as the latest data of 2000?s (Landsat-7 ETM+). Maps of water transparency and Trophic State Indeks (TSI) derived from emprical predicting model indicated a decreasing tendency of water transparency from 7.5 to 4.0 m during the 1970?s to 2000?s with the higest decreasing rate from 1980?s to 2000?s, while the TSI showed an oligotrophic condition during 1970?s to 1980?s, but move to mesotrhopic condition in 1990, and decreasing to eutrophic and hypertrophic condition in 2000?s. Thus, all these facts proved that the eutrophication is still going from the past to the present time. Utilization of ASSETS model for knowing the eutrophication of Jakarta Bay in the future based on several input parameters showed that strong eutrophicatiom will be continued in the future in which caused worsen condition of the water quality."
Depok: 2011
D1279
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>