Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 88301 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Frisca Amelia H.
"Tugas Karya Akhir ini membahas tentang isu kekerasan dalam pacaran yang semakin ramai terjadi di masyarakat. Tercatat selama tahun 2011, tercatat 1.405 kasus kekerasan dalam pacaran yang terjadi. Kasus ini masih mendapat perhatian yang sedikit dari masyarakat, padahal kekerasan dalam pacaran pada praktiknya dapat menimbulkan korban jiwa. Atas dasar itu, maka Soroptimist International of Jakarta sebagai lembaga yang menaruh perhatian terhadap isu-isu sosial seputar wanita dan Hak Asasi Manusia berinisiatif untuk membuat sebuah komunikasi sosial pemasaran terpadu dalam menyosialisasikan isu kekerasan dalam pacaran tersebut.
Kampanye ini akan mengusung ide besar "Love Should Respect" yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran target khalayak dan masyarakat akan isu yang ada. Kampanye ini akan dilaksanakan dalam tiga periode yang berdasar pada Hierarchy of Effect pada teori AIDA dan Stage of Change Continuum dari Prochaska, dimana pada periode satu (pre-contemplation) akan menyasar pada awareness khalayak, kemudian periode dua (contemplation) ditujukan untuk meningkatkan interest dan desire, serta periode tiga (preparation) sebagai periode terakhir bertujuan untuk mengajak target khalayak untuk melakukan tindakan (action) berkaitan dengan isu yang diangkat. Kampanye ini akan dilakukan selama lima bulan dengan menggunakan bauran media dan menghabiskan biaya sebesar Rp. 747.035.000,-

This final assignment is studying about dating violence issue that keeps increasing within the society lately. There were recorded about 1.405 dating violence happened in 2011. This case still got lack of attention from the society, even though dating violence practically could kills people. According to those situations, therefore Soroptimist International of Jakarta as an institution who puts attention in woman and human rights issues initiates an integrated social marketing communication in order to socialize this dating violence issue.
The big idea of the campaign is "Love Should Respect". The aim of the campaign is to increase public awareness to the issue. The campaign will be done in three periods by adapting the hierarchy of effect based on AIDA theory and Stage of Change Continuum from Prochaska, which in the first period (pre-contemplation), it will focus on increasing the marketing target’s awareness. Then, in the second period (contemplation), it will reach target market’s interest and desire. Finally, in the last period (preparation), the campaign is targeted to persuade target market to make an action to the issue. The campaign will run for five months, use mix media, and consume the total budget of Rp 747.035.000,-
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Meigasari
"Salah satu bentuk perkembangan yang menonjol pada masa remaja yaitu terjadinya perubahan-perubahan fisik yang akan mempengaruhi pula perkembangan kehidupan seksualnya. Pada masa ini, remaja biasanya sudah mulai mengenal pacaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku pacaran pada remaja binaan rumah singgah Dilts Foundation dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Desain penelitan ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode wawancara mendalam dan Focus Group Discussion (FGD). Penelitian dilakukan pada remaja binaan rumah singgah Dilts Foundation, orang tua binaan rumah singgah Dilts Foundation dan Managing Director rumah singgah Dilts Foundation.
Hasil penelitiannya adalah sebagian besar perilaku pacaran pada remaja binaan rumah singgah DF belum menjurus ke arah perilaku pacaran yang berisiko dan faktor lingkungan serta individu mempengaruhi mereka untuk melakukan pacaran.

One of the prominent development in adolescence is physicals changing which is also affect to their sexual development. In this period, adolescent usually knows dating behavior. The objectives of this research is to find out dating behavior in adolescent student of Dilts Foundation shelter and the factors affecting it.
The research used the qualitative method and conducted by In Depth Interview and Focus Group Discussion (FGD). This research were applied to adolescent student, parent of students and Managing Director of Dilts Foundation shelter.
The result shows that most of adolescent student of Dilts Foundation shelter dating behavior not lead yet to risky dating behavior. Environment and individual factors affect to their dating behavior.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52893
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Earvin P. Ramli
"Penelitian ini ingin melihat hubungan antara antara empati dengan civility dalam bentuk perilaku sopan pada remaja Jabodetabek. Empati adalah usaha untuk memahami dan berbagi perasaan atau keadaan emosional orang lain ke dirinya sendiri. Lalu civility itu sendiri adalah perilaku sopan yang dapat menjaga keharmonisan pada lingkup sosial atau perilaku yang mencerminkan rasa respect untuk tiap individu. Untuk mengukur empati digunakan Basic Empathy Scale dan untuk mengukur civility digunakan Politeness Scale. Kedua alat ukur ini sudah diadaptasi terlebih dahulu ke bahasa Indonesia. Partisipan pada penelitian ini adalah remaja berusia 11-24 tahun dan berdomisili di daerah Jabodetabek. Pada penelitian ini didapatkan jumlah partisipan sebanyak 116 orang. Hasil penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara empati dengan civility dalam bentuk perilaku sopan pada remaja ( r = 0,314, p < 0,01).

This research would like to know the relationship between empathy and civility in adolescence who lives in Jabodetabek Area. The civility in this research is operationalized as polite behavior. Empathy is the ability to understand and share another?s emotional state or context (Cohen & Strayer, 1996). Civility, defined as polite behaviors that maintain social harmony or demonstrate respect for the humanity of an individual, is important in maintaining a society (Wilkins et. Al, 2010). Empathy is measured using the Basic Empathy Scale, whereas civility is measured using the politeness scale. Both measuring tools have been adapted to Bahasa Indonesia. The participant in this research are adolescence age 11-24 and is currently living in the Jabodetabek area. The number of participants gathered were 116 people. The findings in this research showed that there is a significant positive correlation between empathy and civility in adolescence (r = 0,314, p < 0,01)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S65550
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadiyati Fudla
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor- faktor yang berhubungan dengan perilaku gizi seimbang pada siswa anggota SBH. Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross- sectional. Penelitian ini dilakukan pada bulan April- Juni 2015 kepada 127 orang siswa SMP- SMA yang menjadi anggota SBH melalui pengisian angket. Pengolahan data menggunakan uji chi-square untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 21.3% responden memiliki perilaku sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang (PGS). Terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan dengan perilaku gizi seimbang (OR= 0.048), serta dukungan orang tua berupa saran dengan perilaku gizi seimbang (OR= 0.047). Untuk meningkatkan perilaku siswa sesuai dengan PGS disarankan bagi instansi sekolah untuk memasukkan pesan- pesan terkait gizi seimbang ke dalam mata ajar pendidikan jasmani dan kesehatan serta memberikan penghargaan kepada siswa yang mengikuti kegiatan SBH. Selain itu bagi Puskesmas dan Dinas Kesehatan untuk mendukung kegiatan SBH sesuai dengan wilayah kerjanya masing- masing.

This study aims to determine the factors associated with the behavior of balanced nutrition in students SBH members. The draft study is a quantitative study with cross-sectional design. This research was conducted in April-June 2015 to 127 Junior High School and Senior High School students who are members of SBH through filling a questionnaire. Processing data using chi-square test to look at the relationship between the dependent and independent variables. The results showed that 21.3% of respondents have a behavior in accordance with the Guidelines for Balanced Nutrition (PGS). There is a significant relationship between knowledge and behavior of balanced nutrition (OR = 0048), and the support of parents in the form of advice with balanced nutrition behavior (OR = 0.047). To improve student behavior in accordance with PGS recommended for school authorities to incorporate balanced nutrition related messages into physical education lessons and health and provide rewards for students who take the SBH. in addition to the health center and the city health department to support the activities of SBH in accordance with their respective working areas"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60167
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saetia Listiana
"Merokok adalah perilaku yang kompleks hasil interaksi dari aspek kognitif,lingkungan sosial, kondisi psikologis, conditioning, dan keadaan fisiologis. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok antara lain faktor sosiodemografi, yaitu perilaku dan kebiasaan merokok keluarga dan teman, sikap dan keyakinan (beliefs) terhadap rokok, faktor kepribadian seperti konsep diri, citra diri (self image), locus of control, serta faktor perilaku (behavioral variables). Konsep diri adalah persepsi individu mengenai dirinya sendiri yang berisi kumpulan keyakinan dan perasaan individu terhapad dirinya, mengandung aspek deskriptif dan evaluatif, dan dibentuk melalui pengalaman dan interpretasi individu terhadap lingkungannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran konsep diri mahasiswa perokok di Fakultas Rumpun Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Indonesia. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional menggunakan sampel mahasiswa perokok di Fakultas Rumpun Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Indonesia yang merokok yang dipilih dengan teknik insidental (incidental sampling). Instrumen yang digunakan adalah alat ukur konsep diri untuk mahasiswa dikembangkan oleh Dewi Maulina M.Psi (2004), dosen Psikologi Eksperimen Universitas Indonesia.
Hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis univariat. Hasil penelitian menunjukkan sebesar 52,6% mahasiswa perokok memiliki konsep diri yang negatif dan 47,4% mahasiswa perokok memiliki konsep diri yang positif. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri pada mahasiswa perokok.

Smoking is a complex behavior results from the interaction of cognitive, social, psychological condition, conditioning, and physiological state. Factors that influence smoking behavior among other sociodemographic factors, such as smoking behavior and family and friends, attitudes and beliefs (beliefs) on cigarettes, personality factors such as self-concept, self-image (self-image), locus of control, and behavioral factors (behavioral variables). Self-concept is the individual's perception of itself that contains a collection of individual beliefs and feelings toward him, containing descriptive and evaluative aspects, and is formed through experience and interpretation of the individual to its environment.
This study aims to describe the concept of student self-smokers in the Faculty of Social Sciences and Humanities cluster of University of Indonesia. The study design was a descriptive cross-sectional approach using a sample of smokers student at the Faculty of Social Sciences and Humanities cluster of University of Indonesia who smoked were chosen by engineering incidental (incidental sampling). The instrument used is a measure of self-concept for students developed by Dewi Maulina M.Psi (2004), professor of Experimental Psychology, University of Indonesia.
The results were analyzed using univariate analysis. The results showed for 52.6% of students smokers have a negative self concept, and 47.4% of students smokers have a positive self concept. Recommendations for further research is to identify the factors that influence self-concept in student smokers.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S45984
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intanifa Kikyana
"

Aplikasi TikTok yang saat ini sedang digandrungi, telah remaja gunakan untuk mengekspresikan hubungan romantisnya. Selain sebagai tempat mengekspresikan kemesraan, TikTok juga dapat menjadi medium munculnya rasa kecemburuan yang berdampak pada hubungan romantis Kecemburuan merupakan serangkaian persepsi, emosi, dan tindakan kompleks yang berasal dari hilang atau terancamnya self-esteem dan /atau suatu hubungan romantis yang berkualitas Penelitian ini bertujuan mengetahui apakah terdapat hubungan kecemburuan dengan kualitas hubungan romantis remaja pengguna TikTok. Penelitian ini menggunakan Multidimensional Jealousy Scale (MJS) untuk mengukur kecemburuan dan The Partner Behaviours as Social Context (PBSC) Self Behaviour as Social Context (SBSC) untuk mengukur kualitas hubungan romantis. Diketahui hasil statistik korelasi Pearson, hubungan kecemburuan dengan kualitas hubungan romantis remaja, r [110] = 0,143, p > 0,05, r2 0,021. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kecemburuan dengan kualitas hubungan romantis remaja pengguna TikTok yang berpacaran.


The TikTok application, which is currently in vogue, has been used by teenagers to express their romantic relationships. Aside from being a place to express affection, TikTok can also be a medium for the emergence of feelings of jealousy which have an impact on romantic relationships. Jealousy is a series of complex perceptions, emotions, and actions that stem from loss or threat of self-esteem and/or a quality romantic relationship. This study aims to determine is there a relationship jealousy with relationship quality romantic teens using TikTok. This study uses the Multidimensional Jealousy Scale (MJS) to measure jealousy and The Partner Behaviors as Social Context (PBSC) Self Behaviour as Social Context (SBSC) to measure the quality of romantic relationships. It is known that the statistical results of the Pearson correlation, the relationship between jealousy and the quality of adolescent romantic relationships, r [110] = 0.143, p > 0.05, r2 0.021. So it can be concluded that there is no significant relationship between jealousy and the quality of romantic relationships among adolescent dating TikTok users.

"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Robin
"Lingkungan hidup, yang bertalian erat dengan kehidupan manusia pada saat ini menunjukkan berada dalam taraf yang cukup merisaukan. Pada saat kondisi lingkungan semakin kritis, semakin terganggu keseimbangannya sementara kebutuhan manusia semakin meningkat, menjadikan lingkungan hidup sebagai masalah. Masalah yang berkaitan dengan unsur manusia, hanya dapat ditanggulangi melalui pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan dan pengertian masyarakat, peserta didik, para pelaksana pembangunan serta para pengelola sumber daya alam dan lingkungan. Peranan manusia merupakan unsur utama dalam ekosistem, karena ia dapat dididik agar memiliki konsep mental dan perilaku yang bertanggung jawab dalam membangun lingkungan.
Pendidikan memainkan peranan sebagai pembentuk dan penyebar nilai-nilai baru yang diperlukan untuk menghadapi tuntutan lingkungan. Usaha ini untuk mempertinggi martabat manusia dan mempertinggi mutu hidup manusia (Salim 1986).
Isu tentang penurunan kualitas lingkungan telah menciptakan suatu kebutuhan yang mendesak dalam menggalakkan pendidikan lingkungan (environmental education) yang bertujuan untuk menimbulkan kesadaran terhadap lingkungan dan membekali peserta didik dengan pengetahuan dan pandangan-pandangan luas tentang manfaat lingkungan.
Pendidikan lingkungan adalah usaha untuk mengembangkan atau membangun pengertian tentang konsep lingkungan dan meningkatkan kesadaran, sikap, motivasi dan komitmen-komitmen tentang lingkungan di antara para pendidik dan peserta didik juga antara guru dan murid (Soerjani 1991).
Salah satu program pendidikan lingkungan yang telah dilaksanakan oleh Taman Nasional Gunung Gede Pangrango adalah Program Kemah Konservasi, yang bertujuan agar peserta didik yang terdiri dari siswa-siswi SLTP dan SMU mempunyai pengetahuan, sikap dan kesadaran yang tinggi tentang lingkungan. Pendekatan yang dilakukan oleh para pengelola kawasan konservasi adalah program pendidikan lingkungan yang edukatif namun sekaligus rekreatif dengan metode pengajaran langsung berdekatan dengan alam / lingkungan pada kawasan konservasi tersebut (resource based learning). Penelitian ini akan mengetahui sejauhmana hubungan Program Kemah Konservasi dengan pengetahuan dan sikap peserta tentang lingkungan.
Tujuan penelitian ini adalah: (1) mengetahui hubungan Program Kemah Konservasi dengan pengetahuan peserta tentang lingkungan; (2) untuk mengetahui hubungan Program Kemah Konservasi dengan sikap peserta tentang Iingkungan.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk: (1) pengembangan ilmu lingkungan khususnya pendidikan lingkungan non-formal; (2) masukan bagi para pendidik, pengelola sekolah dan masyarakat akan manfaat kawasan konservasi bagi penelitian dan pendidikan, serta (3) masukan bagi pengambil keputusan baik Dephut maupun Depdiknas.
Penelitian ini dilakukan di kawasan konservasi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dengan mengambil keseluruhan jumlah populasi yang mengikuti Program Kemah Konservasi pada tahun 2002 (studi kasus). Jumlah peserta yang mengikuti program ini adalah sebanyak 30 orang yang terdiri atas siswa-siswi SMU yang berasal dari sekolah yang ada di sekitar kawasan konservasi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, yaitu dari Cianjur, Sukabumi, dan Bogor.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dilaksanakan dengan metode ex post facto dengan desain prates dan pascates. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner, wawancara, dan observasi lapangan. Alat pengumpulan data berupa kuesioner ada dua yaitu: tes untuk mengukur pengetahuan peserta tentang lingkungan dan kuesioner sikap peserta terhadap lingkungan dalam bentuk skala Likert. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji t-tes untuk tes pengetahuan peserta tentang lingkungan dan setelah penskoran kuesioner sikap peserta terhadap lingkungan digunakan tabulasi yang selanjutnya dianalisis secara deskriptif.
Berdasarkan hasil penelitian, dari data responden terdapat 20 orang peserta siswa (66,67%) dan selebihnya (10 orang l33,33%) peserta siswi, adapun dari asal peserta 12 orang (40%) berasal dari Cianjur, dan selebihnya berasal dari Bogor dan Sukabumi masing-masing 9 orang (30%) peserta, sedangkan kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti siswa terdapat 26 orang (86,67%) yang mengikuti kegiatan Pecinta Alam (PA) dan hanya 4 orang (13,33%) yang mengikuti selain Pecinta Alam. Hasil pre test pengetahuan didapatkan nilai rata-rata 5,867; standar deviasi = 1,137 dengan kisaran nilai 3-8, sedangkan hasil post test kisaran nilainya 5,2-8,8 dengan nilai rata-rata 6,947 (standar deviasi = 1,084) yang selanjutnya akan diolah dengan menggunakan Uji t (uji perbedaan dua rata-rata). Berdasarkan hasil tes sikap peserta tidak ada peserta yang mempunyai sikap sangat tidak setuju (sangat tidak sadar) dan tidak setuju (tidak sadar) terhadap lingkungan, adapun yang bersikap ragu-ragu dari hasil pra tes terdapat 3 orang (10%) dan basil pascates hanya 1 orang (3,33%); sebanyak 12 orang (40%) peserta yang bersikap cukup setuju (cukup sadar) pada pra tes sedangkan pada pasca tes terdapat 11 orang (36,67%), sedangkan yang bersikap sangat setuju (sangat sadar) sebanyak 15 orang (50%) pada pra tes dan pada hasil pasca tes terdapat 18 orang (60%).
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, maka dapat ditarik kesimpulan penelitian sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan yang positif antara Program Kemah Konservasi dengan pengetahuan peserta tentang lingkungan (p < 0,05).
2. Terdapat hubungan yang nyata antara Program Kemah Konservasi dengan sikap peserta terhadap lingkungan.
Saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah: (1) perlunya penelitian lanjutan tentang perilaku peserta program kemah konservasi; (2) agar memperpanjang waktu pelaksanaan Program Kemah Konservasi.

Correlation between Conservation Camping Program with Knowledge and Attitude toward the Environment (Case Study on Gunung Gede Pangrango National Park)Nowadays the environment which has a close relation with the live hood of man has shown up to the level of restlessness. When the environmental condition reached the more critical stage, its balance consequently was more interrupted while the human's needs highly increased, so that the environment became a real problem. Problem dealing with human factor can only be overcome with education in order to improve society, learning participants, development executives, and natural and environmental resources administrators. The role of human is essential in ecosystem, since they can be educated to develop a responsible mental and behavioral concept in their environmental development.
Education plays the role as the developer and the distributor of new value required to meet environment demand. This will improve the dignity and quality of human lives (Salim 1986).
The issue of environment quality degradation has created an urgency to promote environmental education, which objective is to build environmental awareness and to provide learning participants with broader knowledge and insight on the benefit of environment.
Environmental education is an effort to develop and to build understanding on environmental concept, and also to increase awareness, behavior, motivations and commitment toward the environment among all concerns, the trainers and trainees as well as teachers and students (Soerjani 1991).
One of environmental education program accomplished in Gunung Gede Pangrango National Park is Conservation Camping Program. The activity aims at providing better knowledge, behavior, and awareness of learning participants, who consists of Junior and Senior High School students; about environment. The administrators of conservation areas approach the environmental education activity in such an educational and recreational way, while specifically exercise resource based learning method. The study will know how far correlation between Conservation Camping Program with knowledge and behavior of learning participants toward the environment.
The objectives of this study are: (1) to know correlation between Conservation Camping Program with knowledge of learning participants; (2) to know correlation between Conservation Camping Program with behavior of learning participants.
The results hopefully will be useful to: (1) develop environment science especially non-formal environmental education, (2) provide inputs for instructors, school management and society on the benefit of conservation areas for learning and research activities, and (3) provide inputs for policy makers either from Ministry of Forestry or Ministry of Education.
The study takes place in Gunung Gede Pangrango National Park, and involves total population of Conservation Camping Program which is held in 2002 (case study). Total learning participants are 30 students, comprising High School students of regencies surrounding the Gunung Gede Pangrango National Park areas, of Cianjur, Bogor, and Sukabumi.
This research is quantitative, and accomplished with ex post facto method using pre and post test. The data collection is performed with questionnaire, interviews, and field observation. There are two types of questionnaires performed: one type of questionnaire is to assess the participants' knowledge on environment, while the other one is a Likert scale type of questionnaire to measure the participants' behavior on environment. Data analysis methods employed are t-test examination, for questionnaire to assess the participants' knowledge and tabulation, which is employed to analyze the participants behavior questionnaire scores, before descriptive analysis performed.
Based on the result, among 12 of respondents compromising 20 male participant students (66,67%) and 10 others of female students (33,3%), those are 12 participants (40%) came from Cianjur, while 9 others coming from Bogor and Sukabumi and representing 30% of the participants. Of those participants 26 (86,67%) are joining Outbound extracurricular activity and only 4 (13,33%) join other extracurricular activity. The knowledge pre-test obtained result average score of 5,867; (t 1,137) with 3-8 ranges, while post test score ranges from 5,2-8,8 with scores of 6,947 (t 1,084) will be further analyzed using t test (test to examine two averages). Based on the result of attitude test on participants, there is no student of least and less apprehension on environment, while 3 (10%) these participants are uncertain while the post test reveals only 1 (3,33%); in pre-test, 12 of those participants (40%) have a good apprehension, while in post, the result is only 11 (36,67%), and finally those who have the best apprehension in pre test is 15 (50%) while in post test there are 18 (60%).
Based on the result, the study concludes:
1. There is positive correlation between Conservation Camping Program with learning participants knowledge on environment (p 0,05)
2. There is significant correlation between Conservation Camping Program with participants attitude on environment.
The author's suggestion on this research are: (1) to arrange further research about behavior of participants of Conservation Camping Program; (2) to add period of Conservation Camping Program."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T 11053
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
F.X. Siswo Murdwiyono
"Akhir abad ke-20 dan awal abad ke-2l, masalah moralitas dan budi pekerti menjadi keprihatinan dalam masyarakat kita. Realitas ini muncul dari berbagai kejadian yang meresahkan masyarakat, apalagi kejadian itu berkaitan dengan masalah remaja, sehingga kita patut bertanya bagaimana pendidikan moral yang selama ini diterapkan dalam keluarga kita? Kohlberg mengidentifikasi adanya enam tahap dalam perkembangan moral; dua tahap dalam tiga tingkatan yang dibedakan: pra-konvensional, konvensional, dan pascakonvensional. Tingkatan pra-konvensional, terdiri atas: tahap satu yang memiliki orientasi huk:uman dan kepatuhan, dan tahap dua yang mempunyai orientasi relativis instrumental. Tingkatan konvensional terdiri atas: tahap tiga yang berorientasi masuk dalarn "anak baik" dan "anak manis", tahap empat yang berorientasi pada hukum dan ketertiban. Sedangkan tingkatan pasca-konvensional yang memiliki ciri otonom dan berprinsip terdiri atas: tahap lima yang berorientasi pada kontrak sosiat legalistis, dan tahap enam orientasi pada azas etika universal. Pertumbuhan dalam pertimbangan moral merupakan proses perkembangan, yang menyangkut perubahan struktur kognitif. Pendidikan moral barns mempunyai tujuan untuk mencapai tahap pertimbangan moral yang lebih tinggi. Mutu lingkungan merupakan hal yang penting bagi penyusunan struktur moral yang barn. Tidak semua anak mengalami lingkungan yang menguntungksn, yang karena berbagai alasan barus berpisah dengan orangtuanya sejak kecil dan mereka harus menjadi penghuni penti asuban. Berdasarkan penelitian ini, pada umumnya remaja yang tinggal di panti asuban SOS Desa Taruna Jakarta memiliki tahap pertimbangan moral yang sesuai dengan perkembangan usianya, yaitu pada usia 16 sampai 20 tahun seseorang bergerak dalam empat tahap perkembangan moral. Tahap penirnbangan moral mereka sesuai dengan perilaku berdasarkan penilaian pengasuhnya. Namun, kesimpulan tersebut kurang menunjukkan kesesuaian dengan perilaku partisipan yang ditunjukkan dari pengakuan mereka sendiri. Penelitian ini roenunjukkan bahwa 83 % partisipan pernah melakukan pencurian, 69% membolos, 42% melihat film porno, 35% merokok, 21% tawuran, dan 9,5 % pernah melakukan hubungan seksual. Jadi 1 tidak selalu ada hubungan antar apa yang dipikirkan dan dikatakan oleh partisipan tentang moral dengan perilakunya. Dalam konteks pendidikan moral, hukuman menunjukkan ketidakerektifunnya, karena justru membuat akibat negatif yang dialami anak. Ketika remaja bersalah, harapan partisipan pada pengasuhnya adalah berkomunikasi, berdialog, dan menasebati. Demikian juga pengasuh mempunyai idealisme dalam mendidik anak yang terbaik yaitu dengan melakukan dialog dan komunikasi. Jadi, terdapat kesesuaian harapan antara anak asuh dan pengasuh dalam konteks pendidikan moral Kedisiplinan menurut partisipan masih perlu ditingkatkan, yaitu dengan membuat peraturan yang lebih ketat, tetapi tidak dengan rnenggunakan hukuman keras (fisik} Maka dalam pendidikan moral, dialog dan komunikasi antara anak dan orang tua pada umumnya, menjadi sarana yang diharapkan oleh kedua belah piilak, dan diharapkan dapat membuat suatu perilaku yang diharapkan. Keterbatasan penelitian ini adalah hanya melibatkan satu panti asuhan. Banyak masalah yang dapat diperbandingkan, diperluas dan didalami, sehingga akan menjawab permasalahan yang muncul setelah membaca tulisan ini."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yosi Nuriskawati
"Kompleksnya masalah penyalahgunaan Narkotika dan zat psikotropika (napza) di Indonesia membutuhkan pencegahan yang dipengaruhi berbagai factor. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif koleratif yang A bertujuan untuk meningkatkan peran ibu dalam mencegah penyalahgunaan napza pada remaja. Penelitian ini mengikutsertakan 33 ibu yang memiliki anak usia remaja di RT 07 RW 08 Pondok Ranji dengan alat pengumpul data berupa kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan 7 responden (2l,2%) sangat berperan, I2 responden (36,4%) cukup berperan, dan I4 responden (46,4%) kurang berperan. Hasil analisis data didapatkan nilai p sebesar 0,001 nilai ini lebih kecil dari a (0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang signitikan antara pengetahuan, sikap, motivasi, dan ketersediaan waktu dengan peran ibu dalam upaya pencegahan penyalahgunaan napza pada remaja. Variable yang Iain menunjukkan nilai p lebih besar dari fx (0,05), hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara dorongan keluarga, dorongan guru dr sekolah, pendidikan ibu, dan pengalaman buruk."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
TA5707
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>