Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 91019 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adisty Diah Hardianti
"Sejarah dan karya sastra memperlihatkan hubungan yang erat. Tidak jarang dalam karya sebuah karya sastra ditemukan peristiwa politik. Fakta menunjukkan bahwa dalam novel Jalan Raya Pos, Jalan Daendles terdapat lukisan tentang penindasan terhadap kaum pribumi. Dalam makalah ini akan dibahas bagaimana gambaran peristiwa politik berupa penindasan terhadap pribumi yang terjadi pada masanya, yang tergambar dalam novel Jalan Raya Pos, Jalan Daendles. Kemudian juga akan dibahas mengenai makna karya ini di mata masyarakat luas. Peristiwa politik berupa genosida yang terjadi di Indonesia menjadi sorotan dalam karya sastra ini. Melalui pendekatan New Historicism penulis berkesimpulan bahwa peristiwa politik yang digambarkan dalam novel Jalan Raya Pos, Jalan Daendles ini terjadi karena mental bangsa Indonesia yang memberi peluang untuk terjadinya sebuah penindasan besar-besaran.

History and literature shows a close relationship. Not uncommon in works of literature found a political event. The facts show that the novel Post Road, Jalan Daendles are painting on the oppression of the natives. This paper will discuss how the image of the event in the form of oppression against indigenous politik happened in his time, which is reflected in the novel Post Road, Jalan Daendles. Then also will discuss the significance of this work in the public eye. Political events such as the genocide that occurred in Indonesia in the spotlight in this literature. New Historicism approach the authors concluded that the events depicted in the novel politik Post Road, Jalan This happens because of mental Daendles Indonesian nation which provided the opportunity for the occurrence of a massive repression.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Agus R. Sarjono
"Pada dasarnya rumah dalam KG bukan rumah yang baik. Buruknya rumah KG disebabkan oleh perilaku dan sosok kaum tua keluarga Gerilya, yakni kopral Paidjan (sang ayah) dan Amilah (Sang Ibu). Meskipun demikian, peluang untuk menjadikan rumah keluarga gerilya sebagai rumah yang baik dan membuat krasan masih terbuka di tangan kaum muda. Namun, revolusi kemerdekaan mernbtrat semua kaum muda keluarga gerilya memilih untuk merelakan hancurnya rumah mereka demi rumah yang lebih besar dan lebih mulia yakni nasion. Hal yang berbeda terjadi pada JTU. Pada dasrnya rumah keluarga Guru Isa adalah rumah yang baik. Namun revolusi menebarkan ketakutan pada Guru Isa yang menyebabkan is mengalami impotensi. Impotensi guru Isa menjadikan rumah mereka sekedar menjadi rumah tanpa rasa krasan. Situasi ini diperparah oleh perselingkuhan Fatimah -istri Guru Isa- dengan Hazil, sahabat Guru Isa. Semua ini masih ditambah dengan ditangkapnya Guru Isa -juga Hazil- oleh Belanda sehingga keduanya mengalami penyiksaan di sana. Baik pada KG maupun JTU terdapat konflik antara kaum tua dengan kaum muda. Kaum tua dalam KG maupun JTU digambarkan sebagai hamba kolonial, buruk secara moral, dan tidak memiliki idealisme, sementara kaum muda digambarkan sebagai sosok yang penuh idealisme dan cita-cita. Baik pengarang KG maupun JTU berpihak pada kaum muda dan tidak bersimpati kepada kaum tua. Konflik antar generasi ini, Baik dalam KG maupun JTU, dimanifestasikan dengan kehendak untuk meniadakan (membunuh) kaum tua. Pada JTU kehendak itu hanya digagaskan, sementara dalam KG benar-benar dilaksanakan dengan membunuh ayah. Pembunuhan terhadap ayah menutup segala kemungkinan bagi sebuah rumah untuk menjadi tempat yang membuat krasan Di dalam rum' h dipersepsikan dalam KG maupun JTU sebagai tempat yang nyaman dan membuat krasan. Sekalipun dernikian, dalam KG di dalam rumah bukanlah tempat yang didambakan kalangan tua. Amilah beranggapan bahwa di luar rumah lah sumber rasa krasannya. Di dalam rumah, Amilah senantiasa membayangkan masa muda dan kebahagiaannya bertualang di luny rumah, yakni dari tangsi militer ke tangsi militer Belanda. Kaum muda keluarga gerilya justru beranggapan bahwa di dalam rumah lah semestinya rasa krasan itu berada. Namun para pemuda keluarga gerilya harus meninggalkan rumah dan berjuang di luar rumah demi rumah yang lebih besar yakni nasion. Meskipun di luar rumah penuh ancaman dan bahaya, mereka dengan antusias berjuang di luar rumah. Sementara rumah yang diidamkan semua kaum muda..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
T37418
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Andri Wicaksono
"Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan realitas sejarah sosial-politik Indonesia dalam novel Larasati karya Pramoedya Ananta Toer dengan perspektif New Historicism. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif interpretif dengan paralel pembacaan antara karya sastra dengan teks sejarah dan desain analisis isi. Gambaran realitas sejarah sosial dan politik Indonesia (periode 1945 hingga 1966) dalam novel Larasati dengan perspektif New Historicism Greenblatt dianggap efektif untuk mengeksplorasi fenomena teks sastra. Novel ini secara langsung berkaitan dengan manifestasi politik Indonesia yang meliputi (1) struktur ideologi yang digunakan untuk memperkuat kekuatan berbasis negara, dan (2) praktik diskursif, bahasa politik yang mengacu pada konstruksi pengetahuan melalui bahasa yang memberi makna pada segi material dan praktik sosial-politik yang melingkupinya."
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018
810 JEN 7:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Scherer, Savitri
Depok: Komunitas Bambu, 2012
928 SAV p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Pramoedya Ananta Toer, 1925-2006
Jakarta: Lentera Dipantara, 2007
959.8 PRA j
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Feminism refers to the social ideological trends that women ask for equal rights as well as the results of ideology when women know the world, the ego, and the sexual relationship in their process of seeking self liberation This starts with describing the in which Indonesian women acknowledged and was associated with western feminism periods as well as analyzing its period of development This paper aims at researching the feminism ideology of Pramoedya Ananta Toer, a leading Indonesian writer including the factors which affect his opinion on women and the expression of his feminism, which is richly displayed throughout his works. The finding of research shows that in Pramoedya Ananta Toer's perspective, equality between men and omen is manifested in the partnership between men and women that this partnership is applied in every aspect of lives, which is advanced-throught in Indonesian patriarchal society."
LINCUL 7:1 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Angga Indrawan
"Mungkin tiada lagi rute jalan selegendaris jalan Anyer-Panarukan di dunia. Dibangun pada era Gubernur Jenderal Hindia Belanda Herman Willem Daendels membentang dari ujung barat hingga timur Pulau Jawa dalam waktu satu tahun (1808). Para pekerja membuka hutan, menguruk rawa demi mewujudkan jalan itu. Ribuan nyawa melayang.
Jalan membentang melintasi empat Propinsi; Banten: Anyer dan Tangerang; DKI Jakarta: Kota Tua dan Jatinegara; Jawa Barat: Bogor, Cianjur, Bandung, Sumedang, Kadipaten dan Cirebon; Jawa Tengah: Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan, Kendal, Semarang, Demak, Lasem; Jawa Timur: Tuban, Gresik, Surabaya, Pasuruan, Probolinggo dan Panarukan.
Dua ratus tahun sudah Jalan Daendels dibuat. Jalan ini telah semakin akrab untuk warga Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Jalur pesisir menghubungkan antarwilayah di Pulau Jawa menjadi jalur populer mudik lebaran. Bagaimana perubahan yang terjadi dari jalan yang dibangun di atas keringat dan darah pribumi tersebut? Kehadiran jalan-jalan tol, Cipularang, Cipali Kanci, menyurutkan kehidupan ekonomi pada kawasan-kawasan itu. Jalan yang juga diwarnai kawasan-kawasan budaya itu mulai melesu. Sebagian penggalan jalannya pun perlahan terlupakan.
Buku ini merupakan liputan panjang Rubrik Jelajah, Harian Republika, yang terbit pada edisi Ahad. Liputan pertama dimulai menjelang akhir April 2013. Bersama fotografer, penulis menyusuri jalan bersejarah itu dari Titik Nol Anyer, Banten. Bersama seorang fotografer, kami mencari sisa-sisa yang bisa ditemukan berasal dari saat pembangunan jalan, mengamati kondisi lingkungan dan masyarakat pada masa kini,
Dilengkapi dengan foto ilustratif dan informatif, buku ini akan mengajak kita menyusuri kawasan-kawasan bersejarah sejak awal abad ke-19 dan menikmati kondisinya kini."
Jakarta: Republika, 2017
959.8 ANG n
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kukuh Achdiat S.
"
ABSTRAK
Situasi kesejarahan yang diciptakan dalam karya-karya Pramoedya Ananta Toer menjadikan karya_-karyanya dianggap mempunyai acuan sejarah pada kurun tertentu. Dengan demikian terciptalah proses perekaman peristiwa-peristiwa sosial dalam masyarakat. Hal itulah yang terlihat dalam Arus Balik. Arus Balik mempunyai latar waktu yang jelas, seperti dalam kebanyakan karya-karya Pramoedya Ananta Toer, yaitu abad ke-16 Masehi. Latar waktu tersebut mempunyai konsekuensi yang jelas terhadap masalah-masalah yang ada dalam karya Karya-karya Pramoedya Ananta Toer yang menggambarkan situasi dan kondisi sebuah masyarakat, yang didasarkan keinginannya memperlihatkan kenyataan-kenyataan yang terjadi dalam masyarakat diejawantahkan dengan konsep kenyataan hulu dan hilir.
Masa transisi yang terjadi di Jawa pada abad ke-16 Masehi menyebabkan timbulnya berbagai masalah sosial dalam masyarakat. Salah satu masalah yang timbul dalam masyarakat adalah munculnya konflik atau benturan dalam masyarakat. Masalah tersebut erat kaitannya dengan masalah kekuasaan perniagaan dan penyebaran agama yang terjadi saat itu. Pokok-pokok persoalan itulah yang dibicarakan dalam skripsi ini.
Analisis dalam skripsi ini dibatasi pada tokoh dan latar cerita. Pengambilan .kedua unsur tersebut disebabkan kedua unsur tersebut dianggap unsur yang menghubungkan antara kenyataan yang terdapat dainrtr teks dan yang terdapat di luar teks bila dibandingkan dengan unsur-unsur lainya, seperti alur dan tema. Pendekatan yang dilakukan dalam analisis ini adalah sosiologi sastra sehingga tinjauan skripsi ini bersifat sosiologis.
Selain itu, dalam skripsi ini juga digambarkan bagaimana keadaan sosial masyarakat Jwaa pada abad ke-16 Masehi. Masalah-masalah seperti penyebaran agama, perdagangan, dan penyebaran agama menjadi tilik sentral dalam pembahasan novel ini.
Peristiwa dan kejadian dalam Arus Balik lebih banyak terjadi dan terpusat di Pesisir Utara Jawa dan Tuban. Kehidupan pesisir yang penuh dengan gejolak akibat aktivitas kegiatan masyarakat di sekitarnya menciptakan suasana tersendiri dalam karya ini. Banyaknya orang asing yang berkeliaran di pesisir juga menimbulkan masalah dalam masyarakat. Benturan-benturan dari berbagai kebudayaan terlihat di sini. Penciptaan pesisir sebagai latar cerita oleh pengarang adalah suatu hal yang tepat untuk melihat kondisi masyarakat pada abad ke-I6 Masehi. Selain itu, pesisir diperlihatkan sebagai pembentuk watak kepribadian masyarakat yang ada saat itu. Keuntungan-keuntungan yang didapat dari aktivitas pesisir menyeabkan munculnya tokoh-tokoh seperti Adipati Tuban dan Syahbandar Tuban. Pesisir juga meneiptakan watak-watak keras dan berani seperti yang diperlihatkan ldayu dan Galeng. Gambaran pesisir dalam karya ini merupakan gambaran kondisi masyarakat abad ke- 16 Masehi.
Salah satu daerah pesisir yang dijadikan acuan dalam melihat masalah sosial masyarakat adalah Tuban. Sebagai sebuah bandar terkenal di Jawa, Tuban digambarkan dengan atribut kemegahan yang dicerminkan dalam kehidupan sosial Adipati Tuban dan istananya. Tuban digamharka n sebagai sebuah conloh kehidepaut sosiai masyarakat abad ke-16 Masehi yang didasari berbagai kepentingan di dalamnya.
Penggambaran tokoh dalam cerita ini telah dikonsep sejak awal oleh pengarangnya. Hal itu berkaitan erat dengan situasi abad ke-16 Masehi. Tokoh-tokoh tersebut telah ditempatkan pengarangnya mewakili berbagai golongan, kepentingan, status, dan kelas berdasarkan kehidupan sosial yang terdapat dalam cerita. Masing_-masing tokoh hadir dengan latar belakang budaya dan kepentingan yang berbeda, yang seringkali menyebabkan benturan di antara mereka.
Dalam analisis terhadap novel ini disimpulkan bahwa ada tiga kontlik yang menonjol dalam cerita ini. Konflik-koflik itu erat kaitannya dengan situasi yang terjadi saat itu. Konflik-kontlik itu diwakili masing-_masing tokoh di dalam cerita, sehingga setiap tokoh dapat dikatakan mewakili salah satu konflik yang terdapat di dalamnya meskipun ada beberapa tokoh yang dominan muncul dalam setiap konflik, seperti Adipati Tuban dan Galeng. Di sini pengarang berusaha menampilkan fakta dan fiksi sebagai sebuah kesatuan cerita.
Skripsi ini tidak membahas apakah novel ini termasuk sebuah novel sejarah atau tidak. walaupun oleh pengarangnya karya ini disebut sebagai sebuah novel sejarah. Hal itu disebabkan terdapat konsekuensi tertentu dalam membicarakan apakah sebuah karya masuk ke dalam klasifikasi novel sejarah. Konsekuensi itu berhadapan dengan data, fakta. tanggapan, dan rekonstruksi yang dilakukan pengarang terhadap sebuah peristiwa sejarah yang pada akhirnya hanya akan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang hanya berkaitan dengan peristiwa sejarah di dalamnya sedangkan isi cerita atas sesuatu yang ingin diungkapkan lewat karya itu pada akhirnya akan dilakukan begitu saja.
"
1997
S10949
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yogyakarta: Hasta Mitra, 1981
899.22 PRA a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>