Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 186588 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Erdiyan Astato
"ABSTRAK
Latar Belakang : Prevalensi KB menurut alat atau cara KB berdasarkan hasil mini survey peserta aktif tahun 2007 di Indonesia adalah 65,9%. Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan KB dan kesehatan reproduksi. Konseling yang baik juga akan membantu klien dalam menggunakan kontrasepsinya lebih lama dan meningkatkan keberhasilan KB
Tujuan : Meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi dan lama pemakaiannya pada akseptor KB di Klinik Raden Saleh dan Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati
Metode : Penelitian observasional dengan desain studi prospektif. Faktor yang diteliti meliputi : faktor perencanaan keluarga (umur istri, jumlah anak yang diinginkan dan infertilitas), faktor subyektf (pengalaman efek samping kontrasepsi, dukungan suami/keluarga dan agama), faktor obyektif (ganguan medis, yang membantu memilih kontrasepsi, tempat layanan kontrasepsi dan ketersediaan alat kontrasepsi) dan tingkat motivasi (tingkat pendidikan). Semua klien yang akan melakukan kontrasepsi dan memenuhi kriteria penelitian, dilakukan wawancara dan pengisian kuesioner hingga mencapai jumlah sampel yang diinginkan. Penelitian dilakukan di Klinik Raden Saleh RSCM dan RSUP Fatmawati. Kemudian dilakukan follow up pada 3 dan 6 bulan pasca melakukan kontrasepsi untuk menilai lama pemakaiannya
Hasil : Jumlah total subyek sebanyak 151 orang. Rata-rata usia responden 31 tahun dengan pilihan jenis kontrasepsi AKDR 67.1%, implan 17.8%, kontap 7.2%, suntik 3.9% dan oral 3.9%. Dari seluruh faktor yang diteliti, hanya faktor jumlah anak yang diinginkan yang terbukti secara statistik berpengaruh dalam pemilihan jenis kontrasepsi (p=0.008) di RSUP Fatmawati sedangkan di Klinik Raden Saleh semua faktor tersebut tidak terbukti secara statistik berpengaruh dalam pemilihan jenis kontrasepsi (p>0.05). Didapatkan pula bahwa seluruh faktor tersebut juga tidak memiliki berpengaruh secara statistik (p>0.05) terhadap lamanya pemakaian kontrasepsi baik di Klinik Raden Saleh maupun di RSUP Fatmawati. Dari 6.6 % subyek (n = 10 ) yang mengganti jenis kontrasepsi, terdapat kecenderungan perubahan jenis kontrasepsi dari oral menjadi suntik (33.3%) dan AKDR menjadi suntik (66.7%).
Kesimpulan : Faktor jumlah anak yang diinginkan memiliki pengaruh dalam pemilihan jenis kontrasepsi di RSUP Fatmawati sedangkan di Klinik Raden Saleh semua faktor yang diteliti tidak berpengaruh dalam pemilihan jenis kontrasepsi. Faktor perencanaan keluarga, faktor subyektif, faktor obyektif dan tingkat motivasi tidak memiliki pengaruh terhadap lamanya pemakaian kontrasepsi pada klien di Klinik Raden Saleh dan RSUP Fatmawati

ABSTRAK
Bacground : The prevalence of contraception according to the methods or the way of contraception based on the survey results of active participants in Indonesia in 2007 was 65.9%. Counseling is a very important aspect in the family planning and reproductive health services. Good counseling will also assist clients in using the contraceptive for longer and increase the successful rate of contraception.
Objective: To evaluate the factors that related to the selection of the contraception methods and The Length of Its use on acceptors in Raden Saleh Clinic and Fatmawati General Hospital
Methods: The study was a prospective observational study designs. The factors that we observe include : the family planning factor (the wife age, number of desired children and infertility), subjective factors (side effects experience of contraception, support from the husband / family and religion), objective factors (medical disorder, person who help to select contraception, family planning service centre and availability of contraceptives) and the level of motivation (level of education). All the clients who will perform and meet the criteria for contraceptive research, conducted interviews and questionnaires to achieve the desired sample size. The study was conducted at the Raden Saleh Clinic and Fatmawati General Hospital. Then we conducted to follow-up at 3 and 6 months after the use of the methods to assess the length of use
Results: The total number of subjects as many as 151 people. The average age of respondents was 31 years with the contraception options were IUD (67.1%), implants (17.8%), sterilization (7.2%), injectable contraception (3.9%) and oral contraception (3.9%). From all the factors studied, only the number of desired children affect in the selection of the contraception methods statistically (p=0.008) in Fatmawati General Hospital while in Raden Saleh Clinic all of these factors do not affect in the selection of the contraception methods (p>0.05). We also found that all of these factors does not have a significant relationship to the length of contraceptive use (p> 0.05). There were 6.6% of subjects (n = 10) that change the type of contraception. From all of them, there was a trend of changing the oral contraceptive to injectable method (33.3%) and the IUD into injectable method (66.7%).
Conclusion: Only the number of desired children has effect on the selection of the contraception methods in Fatmawati General Hospital while in Raden Saleh
xii Universitas Indonesia
Clinic all of these factos do not affect in selection of the contraception methods. Family planning factors, subjective factors, objective factors and motivation levels have no effect on the length of contraceptive use by clients at Raden Saleh Clinic and Fatmawati General Hospital"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raudha Ilmi Farid
"Lansia mengalami penurunan fungsi fisiologis tubuh dan penurunan masa tulang, sehingga resiko jatuh dan fraktur meningkat seiring bertambahnya usia. Fraktur pada lansia dipengaruhi faktor yang spesifik mengingat dapat terjadi bahkan dengan minimal trauma. Identifikasi faktor yang mempengaruhi fraktur pada lansia perlu dilakukan sebagai salah satu upaya preventif dalam menekan angka kejadian fraktur. Penelitian ini menggunakan analisa deskriptif sederhana dengan menggunakan data 97 Rekam Medis pasien fraktur di RSUP Fatmawati pada rentang tahun 2012-2016.
Dari penelitian ini didaptkan angka kejadian fraktur terbesar terjadi pada usia 65 tahun ke atas yaitu sebesar 56,7 dengan dominasi pasien perempuan sebesar 64,95. Tempat kejadian fraktur pada lansia paling banyak terjadi di dalam ruangan sebesar 70,10. Sebanyak 87,63 pasien memiliki riwayat jatuh dan 59,79 memiliki riwayat penyakit sebelumnya. Pengembangan penelitian lebih lanjut menggunakan data bone mass density BMD sangat direkomendasikan mengingat BMD merupakan salah satu faktor utama kepadatan masa tulang. Selain itu, diperlukan inovasi dalam upaya promotif terkait tata letak ruang dan lingkungan yang ramah lansia.

Elderly has decreases physiological function of the body and decreases bone mass, so the risk of falls and fractures increases with age. Fractures in the elderly are influenced by specific factors since they can occur even with minimal trauma. Identification of factors that affect fractures in the elderly should be done as one of the preventive efforts in decreasing the incidence of fracture. This study used a simple descriptive analysis using data of 97 Medical Records of fracture patients at RSUP Fatmawati in the year 2012 2016 range.
The greatest fracture occurrence occurred at age 65 years and above that is equal to 56,7 with female patient dominance equal to 64,95. Fractures in the elderly is most prevalent in the room indoor by 70.10. A total of 87.63 of patients had a history of falling and 59.79 had a prior history of disease. The development of further research using data of bone mass density BMD is highly recommended since BMD is one of the major factors of bone density. In addition, innovative promotion efforts are needed related to spatial design and environmental for the elderly.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S69722
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johanes Hardjono
"Pendahuluan. Rata-rata lama hari rawat merupakan salah satu indikator effisiensi pengelolaan rumah sakit dan juga merupakan tolak ukur pelayanan medis rumah sakit. Rata-rata lama hari rawat penderita traumatic paraplegia yang dirawat di Instalasi Rehabilitasi Media Rumah sakit Fatmawati belum diketahui dan berkisar antara 1 hari sampai dengan 360 hari.
Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran rata-rata lama hari rawat penderita traumatik paraplegia serta faktor-faktor apa yang berhubungan dan mempengaruhi rata-rata lama hari rawat tersebut.
Metodologi. 71 Penderita traumatik paraplegia yang dapat ditelusuri . datanya melalui telaah rekam medic merupakan bagian dari 93 penderita traumatik paraplegia yang dirawat di Instalasi Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati mulai awal tahun 1990 sampai dengan akhir tahun 1993. Penderita dikelompokan menurut awal kedatangan penderita yaitu penderita yang langsung dirawat di RSUP Fatmawati, penderita yang datang dari rumah sakit lain dan penderita yang pergi ke dukun terlebih dahulu. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis univariat, bivariat dengan analisis Marian dari Kruskal Wallis serta analisis regresi berganda.
Hasil. Didapatkan 71 penderita traumatik paraplegia yang terdiri dari 13 orang penderita yang langsung berobat ke R.S.Fatmawati, 10 orang penderita berobat ke dukun terlebih dahulu dan 48 penderita berobat ke RS Lain terlebih dahulu. Rata-rata lama hari rawat penderita traumatik paraplegia secara umum yang dirawat di RSUP Fatmawati 100 hari, sedangkan yang langsung dirawat di RSUP Fatmawati 73 hari, yang pergi ke dukun terlebih dahulu 178 hari dan yang datang dari rumah sakit lain 104 hari. Kurangnya variasi data khususnya pada penderita yang datang langsung ke RS.Fatmawati dan penderita yang datang dari dukun terlebih dahulu menyebabkan analisis dengan uji mean tidak bisa dilakukan. Hanya penderita yang datang dari R.S.Lain dapat memenuhi syarat dan dapat dilakukan analisis. Faktor yang mempengaruhi rata-rata lama hari rawat (α = 0.05 ) adalah dekubitus. Besarnya penganth dekubitus terhadap rata-rata lama hari rawat adalah 36 had setiap peningkatan stadium ( Grade) dekubitus.
Kesimpulan. Hasilpenelitian menyimpulkan bahwa rata-rata lama hari rawat penderita traumatik paraplegia yang dirawat langsung di RSVP Fatmawati terpendek dibandingkan penderita yang datang dari nwmah sakit lain atau dukun terlebih dahulu.. Rata-rata lama hari rawat penderita traumatik paraplegia dipeugatuhi oleh komplikasi dekubitus. Diharapkan hasil penelitian dan saran-saran dapat membantu dalam upaya peningkatan katalitas pelayanan penderita traumatik paraplegia tidak saja terbatas bagi RSUP Fatmawati tetapi bagi rumah sakit lainnya di Indonesia.

Introduction. The average length of stay is one of the indicator of hospital management efficiency and also a parameter of hospital medical services. The average length of stay of paraplegia traumatic patient which is treated at RSUP Fatmawati hasn't been known yet and the range are from 1 to 360 days.
Purpose. The purpose of this research is to gain the profile of the average length of stay of paraplegia traumatic patient and its connected and influencing factors.
Methodology. 71 traumatic paraplegia were observed from the medical record at RSup Fatmawati between 1990 to 1993. The patients are categorized into 1) patients who are treated directly at RSUP Fatmawati hospital (13 patients), 2) coming from other hospital before treated at Fatmawati hospital (48 patients), 30 patients coming from traditional healers before treated at Fatmawati Hospital (10 patients). The predicted factors which influence the length of stay of the traumatic paraplegia are sex, age, decubitus, uriterary tract infections, other complications, type of paralysis, treatment and method of payment. The statistical analysis that is used is univariance analysis, bivariance with analysis of variance (anova) and Kruskall Wallis and multiple regression analysis.
Result. In general, the length of stay of the traumatic paraplegia is 100 days, patients which is coming directly to fatmawati Hospital is 73 days, patients coming from other hospitals 104 days and patients coming from traditional healers 178 days. Factor which influence the length of stay is decubitus (p=0,00) and the increasing of the length of stay is 36 days/grade of decubitus.
Conclusion. the result of this research conclude that the average length of stay of the traumatic paraplegia patients who are treated directly at RSUP Fatmawati is the shortest period comparing to others coming from other hospitals or traditional healers. The influence factor of the length of stay is decubitus which is prolong 36 days/ grade decubitus. This is indicated that nursing care is very important part in the treatment of the traumatic paraplegia.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1995
T2540
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erawita Endy Moegni
"Infeksi menular seksual (IMS) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup besar, balk di Indonesia maupun belahan dunia lainnya. Di beberapa negara berkembang IMS pada usia dewasa muda bahkan menempati kelompok lima besar kunjungan ke fasilitas kesehatan.
Dalam konteks kesehatan reproduksi, IMS berkaitan dengan infeksi saluran reproduksi (ISR). Kesehatan reproduksi adalah keadaan proses reproduksi dalam kondisi sehat mental, fisik, maupun sosial terpenuhi dan tidak hanya babas dari penyakit atau kelainan pada proses reproduksi tersebut. Secara gender, wanita memiliki risiko tinggi terhadap penyakit yang berkaitan dengan kehamilan dan persalnan, jugs terhadap penyakit kronik dan infeksi. Berbagai jenis IMS pada wanita dapat menyebabkan ISR yang dapat menimbulkan bukan hanya keluhan fisik, ,gangguan psikologis, maupun gangguan keharmonisan perkawinan, namun dapat dapat disertai komplikasi yang lebih lanjut. Hal tersebut terjadi terutama karena keterlambatan diagnosis dan penanganan yang tidak tepat, terutama untuk jenis IMS dan ISR pada wanita yang tidak menimbulkan gejala khas. Komplikasi IMS atau ISR pada wanita dapat berupa penyakit radang panggul (PRP), kehamilan di luar kandungan, kanker serviks, infertilitas, serta kelainan pada bayi dalam kandungan, misalnya beret badan lahir rendah (BBLR), prematuritas, infeksi kongenital danlatau perinatal serta bayi lahir mati. Separuh dari wanita dengan IMS di Indonesia mungkin tidak menyadari bahwa mereka menderita IMS karena ketidakmampuan untuk mengenali gejalanya, sehingga sebagian besar dari mereka tidak berobat. Infeksi menular seksual dan ISR merupakan masalah kesehatan masyarakat serius namun tersembunyi, sehingga sering disebut sebagai the hidden epidemic.
Prevalensi IMS yang paling banyak diteliti pada wanita adalah pada kelompok populasi risiko tinggi, misalnya pada wanita penjaja seks (WPS). Sedangkan pada kelompok populasi risiko rendah, prevalensi IMS pada wanita yang juga pernah diteliti, misalnya ibu hamil atau pengunjung klinik keluarga berencana (KB).
Tiga di antara IMS yang sering tidak menimbulkan gejala atau asimtomatis adalah sifilis, infeksi virus herpes simpleks (VHS), dan infeksi human immunodeficiency virus (HIV). Sejauh ini pemeriksaan serologik ke-3 penyakit tersebut hanya dilakukan bila terdapat kecurigaan klinis maupun riwayat perilaku yang berisiko tinggi pada pasien. Setiap negara menerapkan kebijakan yang berbeda-beda terhadap pemeriksaan ke-3 penyakit di atas pada wanita hamil, termasuk di Indonesia sendiri belum ada kesepakatan mengenai hal tersebut.
Pola distribusi IMS bergantung pada berbagai penyebab, antara lain faktor lingkungan, budaya, biologis, dan perilaku seksual yang salah atau berisiko tinggi. Faktor lingkungan dan budaya, dalam hal ini perubahan nilai, misalnya kebebasan individu dalam masyarakat dan mundurnya usia pernikahan berperan besar dalam peningkatan insidens IMS secara umum. Faktor biologis, misalnya perbaikan gizi secara umum akan menyebabkan makin mudanya usia menarche pada remaja putri.' Hal ini menyebabkan kesenjangan antara kematangan biologis dengan usia menikah, sehingga sering terjadi kehamilan remaja. Sedangkan perilaku seksual berisiko, misalnya berganti-ganti pasangan seksual dan hubungan seks pranikah.1 Faktor risiko yang dihubungkan dengan sifilis, infeksi VHS tipe-2 dan infeksi HIV antara lain: status sosio-ekonomi rendah, lamanya melakukan aktivitas seksual, jumlah pasangan seksual multipel, promiskuitas, penggunaan narkotika, serta riwayat IMS lain."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18012
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noor Farida
"Penyakit HIV/AIDS yang merupakan salah satu dari 10 penyakit terbesar didunia yang memiliki angka mortalitas dan morbiditas tinggi. Pada tahun 2016 menurut Infodatin AIDS bahwa DKI Jakarta adalah yang tertinggi untuk penderita HIV. Salah satu cara penularannya adalah penularan secara vertikal dari ibu ke anak, saat kehamilan, persalinan dan menyusui. Penelitian ini ingin mengetahui apakah faktor sosidemografi ibu, faktor Ibu, faktor obstetri dan faktor anak berhubungan dengan penularan HIV/AIDS pada anak.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2017 di RSUP Fatmawati. Pada penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol dengan sample anak usia 2-5 tahun, sebesar 33 anak sebagai kasus (anak dengan HIV positif)dan 33 anak sebagai kontrol (anak denganHIV negatif) dari ibu yang menderita HIV positif.
Dari hasil analisis dengan menggunakan SPSS 20.0 didapatkan bahwa untuk variabel yang dinyatakan adanya hubungan adalah faktor sosioekonomi ( OR=4,7; CI=1,45-15,07), stadium klinis HIV (OR=26,7; CI=3,25-218,86), jumlah CD4 ibu (OR=19,3; CI=5,29-70,66), lama ibu minum ARV(OR=7,4; CI=1,87-29,84), cara persalinan (OR=6,7; CI=1,35-33,75) dan prematuritas anak saat kelahiran (OR=16,5; CI=3,37-80,31).Sedangkan variabel yang tidak ada hubungan adalah dari faktor sosiodemograi yaitu usia, pendidikan , pekerjaan dan paritas ibu menunjukan tidak adanya hubungan dengan penularan HIV/AIDS pada anak.

HIV / AIDS disease is one of the top 10 diseases in the world that have high mortality and morbidity. In 2016 according to Infodatin AIDS that DKI Jakarta is the highest for people with HIV. One way of transmission is vertical transmission from mother to child, during pregnancy, delivery and breastfeeding. This research wanted to know whether mother's sosidemography factor, mother factor, obstetric factor and child factor related to HIV / AIDS transmission in child.
This research was conducted from May until July 2017 at Fatmawati General Hospital. In this study used a control case design with a sample of 2-5 year olds, 33 children as a case (HIV positive children) and 33 children as control (HIV negative children) from HIV positive mothers.
From the result of the analysis by using SPSS 20.0 it is found that for the variable which stated the existence of the relation is socioeconomic factor (OR = 4,7; CI = 1,45-15,07), clinical stage HIV (OR = 26,7; CI = 3, 25-218,86), mother's CD4 cell count (OR = 19.3, CI = 5.29-70.66), duration of mother taking ARV (OR = 7,4; CI = 1.87-29,84), (OR = 6,7; CI = 1.35-33,75) and prematurity of the child at birth (OR = 16.5; CI = 3.37-80,31). While the variables that have no correlation are from sosiodemograi factor that is age, education, work and parity of mother showed no relation with HIV / AIDS transmission in child.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69752
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Kartika Sari
"ABSTRAK
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesintasan Hidup Pasien KankerServiks di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2011-2016Pembimbing : Dr.dr. Tri Yunis Miko Wahyono, MScKanker serviks menduduki peringkat keempat kanker yang paling sering terjadi padasemua wanita dan peringkat kedua kanker yang paling sering ditemukan pada wanitausia 15-44 tahun di dunia, menyebabkan 265.672 kematian pada tahun 2012.Di duniasetiap 2 menit seorang perempuan meninggal akibat kanker serviks, sedangkan diIndonesia setiap 1 jam. Provinsi Jambi menurut Pusdatin 2015, estimasi jumlah kasuskanker serviks tahun 2013 adalah 1.792 dan semakin meningkat dari tahun-tahunsebelumnya. RSUD Raden Mattaher Jambi sebagai rumah sakit rujukan mengalamipeningkatan jumlah pasien kanker serviks dengan total pasien baru 318 sejak 2011-2016. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui angka kesintasan hidup secarakeseluruhan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pada pasien di RSUD RadenMattaher Jambi tahun 2011-2016. Jumlah sampel yang didapat adalah 180 penderitayang pernah dirawat di RSUD ini dari Januari 2011-Desember 2016. Desain yangdigunakan dalam penelitian ini adalah kohort retrospektif dengan metode Kaplan meier.Kesintasan hidup pasien kanker serviks secara keseluruhan yaitu 23,2 dengan mediansurvival 24 bulan. Faktor ndash; faktor yang mempengaruhi yaitu umur, perkawinan, kadarhaemoglobin saat pertama kali didiagnosa, komorbid, stadium dan terapi. dengan faktoryang paling dominan yaitu komorbid HR=4,711 .Kata kunci:Kesintasan hidup, kanker serviks, event, sensor.

ABSTRACT
Affecting Survival Rate Factors Of Cervical Cancer Patients AtA Raden Mattaher Hospital Jambi In 2011 2016Counsellor Dr.dr. Tri Yunis Miko Wahyono, MScCervical cancer ranked fourth most common cancer in all woman and ranked secondmost common cancer found in women aged 15 44 years in the world causing 265.672deaths in 2012. Every 2 minutes a woman dies from cervical cancer in the world, whilein Indonesia every 1 hour. In Jambi province according to Pusdatin 2015 estimatednumber of caces of cervical cancer in 2013 is 1792 and increasing from the year before.Raden Mattaher hospital in Jambi as a referral hospital has increasing number ofcervical cancer patients with a total of 318 new patients since 2011 2016. The purposeof this study was to determine the overall survival rate and factors that affect thepatients in Raden Mattaher Hospital Jambi in 2011 2016. The number of patientsobtained is 180 patients who had been treated in this hospital from Januari 2011 toDecember 2016. The design used in this study was a retrospective cohort with theKaplan meier method. Overall survival of cervical cancer patients was 23.2 percent witha median survival of 24 months. The factors that influence are age, marriage,hemoglobin when first diagnosed, comorbid, stage and therapy. With the most dominantfactor is comorbid. HR 4.711 .Key words Survival rate, cervical cancer, event, cencor"
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T50205
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sitorus, Andhika Debora Melsyana
"Sumber daya manusia dalam suatu organisasi merupakan faktor yang sangat penting. Untuk mencapai tujuan organisasi, diperlukan kinerja yang baik dari pegawainya. Kinerja pegawai dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain pengetahuan, motivasi, imbalan, kepemimpinan, pelatihan dan jadwal kerja. Penelitian ini menggunakan jenis kuantitatif dengan desain cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Instalasi Laboratorium Klinik RSUP Fatmawati tahun 2012. Data yang dikumpulkan merupakan data primer dengan alat bantu kuesioner. Responden dalam penelitian ini adalah pegawai laboratorium sebanyak 45 orang.
Dari hasil penelitian ditemukan tidak ada hubungan antara pengetahuan dan jadwal kerja dengan kinerja. Dan memiliki hubungan yang signifikan antara motivasi, kepemimpinan, imbalan dan pelatihan dengan kinerja. Oleh karena itu, saran untuk Instalasi Laboratorium Klinik adalah dengan meningkatkan kinerja lebih baik lagi, menyediakan pegawai yang sesuai dengan, meningkatkan profesionalisme pegawai.

Human resources in organization is very important factor. To achieve the goal of organization, needed a good performance from this employees. Employee performance is affected by factors such as knowledge, motivation, reward, leadership, training and work schedule. This type of this research is quantitative research using cross-sectional design. This study was conducted at the Instalation Laboratory at Fatmawati Hospital in 2012. The data collected is the primary data with a questionnaire. Responden is the research is an employee of the lab as much as 45 people.
From the result of the study found no relationship betweed knowledge and work schedule with the performance. And have an significant relationship between motivation, leadership, reward, and training with performance. Therefore, suggestion for the installation is to improve Laboratory performace better yet, provide employees with the appropriate, improve the professionalism of the employee.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Carey, P.B.R.
Jakarta: Pustaka Azet, 1986
959.802 23 CAR ot
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Hesti Hamdanah Octa Viapin
"Perawat memiliki peran yang sangat penting dalam perawatan paliatif seperti penapisan. Penapisan perawatan paliatif dilakukan untuk mengetahui pasien kanker yang membutuhkan perawatan paliatif. Penapisan perawatan paliatif di RSUP Fatmawati belum berjalan dengan baik. Pada bulan Juni 2016, terdapat pasien kanker sebanyak 99 orang, tetapi tidak ada satupun pasien kanker yang dilakukan penapisan perawatan paliatif oleh perawat. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku perawat terhadap penapisan perawatan paliatif pada pasien kanker RSUP Fatmawati. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa faktor individu pengetahuan , faktor organisasi pelatihan, kebijakan rumah sakit, sarana prasarana dan pengawasan dan faktor psikologis persepsi mempengaruhi perawat dalam melakukan penapisan perawatan paliatif. Setiap variabel dalam faktor tersebut memiliki masalah masing-masing terkait dengan penapisan perawatan paliatif. Oleh sebab itu, perlu diadakannya perbaikan pada setiap variabel untuk meningkatkan mutu pelayanan perawatan paliatif di RSUP Fatmawati. Kata Kunci : Penapisan perawatan paliatif, kanker, perilaku.
Nurses have an important role in palliative care such as screening. Screening is performed to determine the palliative care of cancer patients requiring palliative care. Screening of palliative care in Fatmawati wasn rsquo t run well. In June 2016, there were as many as 99 cancer patients, but none of them who do palliative care screening by nurses. This thesis discusses about factors that affecting nurse rsquo s behavior to Palliative care screening in Cancer Patients at RSUP Fatmawati rsquo s Teratai Inpatient Care in 2016. This study is a qualitative research. The results of this study indicated that individual factors knowledge , organizational factors training, hospital policies, infrastructure and supervision and psychological factors perception affects palliative care screening. Each variable in these factors have their respective problems associated with palliative care screening. Therefore, each variable should be repaired to improve the quality of Palliative care services at Fatmawati Hospital. Keywords Screening of palliative care, cancer, behavior"
2017
S66023
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>