Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 150385 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Theresia Dhearine Pratiwi
"Talasemia beta mayor merupakan suatu penyakit darah yang ditandai dengan tidak ada atau menurunnya produksi rantai protein beta dalam globulin yang mengakibatkan anemia mikrositik dengan derajat keparahan yang bervariasi. Perawatan untuk penderita talasemia beta mayor adalah dengan melakukan transfusi darah secara rutin. Kondisi gingivitis kerap kali juga ditemukan pada anak talasemia beta mayor. Adanya produksi sIgA saliva merupakan suatu tanda aktifnya respons imun humoral dalam rongga mulut.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan kadar sIgA saliva pada penderita gingivitis antara anak talasemia beta mayor dan anak normal. Subjek penelitian sebanyak 32 anak dengan gingivitis moderat berusia 5-8 tahun, 16 anak penderita talasemia beta mayor dan 16 anak normal. Sampel saliva yang diambil diukur kadar sIgA salivanya dengan menggunakan metode ELISA.
Hasil penelitian menunjukkan perbedaan bermakna antara kadar sIgA saliva anak talasemia beta mayor dan anak normal dengan hasil rerata pada anak talasemia beta mayor 186.136 ± 92.342 μg/mL dan anak normal 111.541 ± 71.000 μg/mL. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara kadar sIgA saliva penderita gingivitis antara anak talasemia beta mayor dan anak normal.

Thalassemia beta major is a blood disorder that is characterized by a decrease or absence of beta protein chain production in globulins, which caused various degree of microcytic anemia. People with thalassemia beta major require scheduled blood transfusion as treatment. Gingivitis is a common oral finding, especially in children with the disorder. The production of salivary IgA (sIgA) is a sign of active humoral immune response in the oral cavity.
The purpose of this research is to analyze the difference of salivary IgA between thalassemia beta major children and normal children, both having gingivitis. Thirty-two children aged 5-8 years old with moderate gingivitis were taken as subjects, consisting of 16 thalassemia beta major children and 16 normal children. The level of salivary IgA was measured with ELISA method.
The result showed a significant difference of salivary IgA levels between thalassemia beta major children (186.136 ± 92.342 μg/mL) and normal children (111.541 ± 71.000 μg/mL). In conclusion there is a significant difference of salivary IgA levels in thalassemia beta major children with gingivitis and normal children with gingivitis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Danar Pradipta Rani
"Latar belakang: Anak yang menderita Leukemia Limfoblastik Akut LLA menunjukkan peningkatan sistem imun pada akhir perawatan kemoterapi. sIgA merupakan hasil dari sistem imun yang ada pada saliva.
Tujuan: Menganalisis perbedaan kadar sIgA saliva antara anak LLA fase pemeliharaan dengan gingivitis dan anak sehat dengan gingivitis.
Metode Penelitian: Saliva diambil dari anak LLA dan anak sehat. selanjutnya kadar sIgA saliva diukur dengan metode ELISA.
Hasil: Signifikansi Mann-Whitney menunjukkan besar 0.157 p>0.05 .
Kesimpulan: Terdapat perbedaan kadar sIgA saliva antara anak LLA fase pemeliharaan dengan gingivitis dan anak sehat dengan gingivitis, namun tidak signifikan.

Background: Acute Lymphoblastic Leukemia ALL children shows an increasing of immune system in the late phase of chemotherapy. sIgA is a product of immune system in saliva.
Aim: To analyze salivary sIgA difference between ALL children in maintenance phase and healthy children with gingivitis.
Method: Saliva was collected from ALL and healthy children. The salivary sIgA level was then measured with ELISA method.
Results: Mann Whitney significance shows the number 0.157 p 0.05 .
Conclusion There is a difference in salivary sIgA levels among ALL children in the maintenance phase and healthy children with gingivitis, but the difference is not significant.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Avianti Hartadi
"Sindroma Down disebabkan abnormalitas kromosom yaitu adaya kromosom ekstra  pada pasangan kromosom ke 21 dengan karakteristik tertentu. Anak sindroma Down memliki gingivitis. sIgA di dalam saliva merupakan tanda diaktivasinya respon imun humoral di dalam rongga mulut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kadar sIgA saliva dengan gingivitis anak sindroma Down. Subyek penelitian berusia 15-17 tahun, sebanyak 34 anak yang terdiri dari 17 anak sindroma Down dan 17 anak normal. Seluruh subyek penelitian dinilai kadar sIgA saliva menggunakan ELISA tidak langsung. Hasil penelitian menunjukkan hubungan negatif lemah tidak bermakna antara kadar sIgA saliva dan gingivitis anak sindroma Down. (r=-0.210, p=0.419). Penelitian ini dapat disimpulkan semakin tinggi kadar sIgA saliva pada anak sindroma Down maka semakin rendah gingivitis anak sindroma Down

Down syndrome is an abnormality caused by  extra chromosome in the 21st pair of chromosomes with specific characteristics. Children  with Down syndrome mostly have gingivitis in their mouth. sIgA in the saliva is a sign activated by humoral immune response in the oral cavity. The aim of this study is to investigate the relationship of salivary sIgA concentration with gingivitis in Down syndrome children. Total of the subjects are 34 consisting of 17 down syndrome children and 17 normal children and aged between 15-17 years old. All subject assessed the concentration of salivary sIgA using indirect ELISA. The results showed an insignificant weak negative correlation between salivary sIgA concentration and gingivitis in Down syndrome children. This study established that the higher levels of salivary sIgA in Down syndrome children, the lower gingivitis in Down syndrome children."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Elfrida Atzmaryanni
"ABSTRAK
Leptin merupakan polipeptida dari sebuah gen obese,dan disintesis terutama oleh
sel adiposa. Obesitas merupakan penyakit multifaktoral yang disebabkan interaksi
antara faktor genetik dan faktor lingkungan. Leptin merupakan indikator biologis
yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat obesitas. Anak obesitas
mempunyai indeks karies yang rendah. Mikroorganisme utama penyebab karies
adalah Streptococcus mutans. Tujuan penelitian melihat perbedaan kadar leptin
saliva dan jumlah koloni S. mutans pada anak obesitas dan anak normal. Kadar
leptin dinilai menggunakan ELISA dan jumlah koloni menggunakan pembiakan
bakteri di TYS20B. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan bermakna antara
kadar leptin dan jumlah koloni S. mutans pada anak obesitas dan anak normal

ABSTRACT
Leptin, product of the ob gene, is a peptide hormone and synthesized mainly by
adipose cells Obesity is a multifactoral disease caused by genetic factors and
environmental factors. Leptin as one of biological indicators which can used to
measure the level of obesity. Children with obesity has low caries index. The
main microorganisms that cause caries is Streptococcus mutans. This study aimed
to see differences in salivary leptin levels and the number of S. mutans colonies in
obese children and normal children. Leptin levels assessed using ELISA and total
of colonies using bacterial cultures in TYS20B. The results showed significant
differences between leptin levels and total of colonies of S. mutans in obese
children and normal children."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Berthauli Ester Nurmaida
"ABSTRAK
Penyakit ginjal kronis merupakan suatu keadaan kerusakan ginjal yang bersifat menetap, dan dapat mengakibatkan terjadinya penurunan laju filtrasi glomerulus atau ketidakmampuan ginjal dalam mempertahankan homeostasis. Perawatan untuk penyakit ginjal kronis stadium akhir dapat berupa hemodialisis, peritoneal dialisis dan transplantasi ginjal. Gambaran klinis rongga mulut anak penyakit ginjal kronis tahap akhir dapat berupa gingivitis dan periodontitis. Adanya peningkatan produksi leptin merupakan suatu tanda adanya kondisi inflamasi persisten pada penderita penyakit ginjal kronis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan kadar leptin saliva antara anak penyakit ginjal kronis hemodialisis dan anak sehat yang menderita gingivitis. Subjek penelitian sebanyak 20 orang berusia 11-16 tahun, 10 anak penyakit ginjal kronis hemodialisis dan 10 anak sehat. Sampel saliva yang diambil dilakukan pengukuran kadar leptin saliva dengan metode ELISA. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan bermakna antara kadar leptin saliva anak penyakit ginjal kronis hemodialisis dan anak sehat dengan rerata pada anak penyakit ginjal kronis hemodialisis 61,300 4,151 pg/ml dan anak sehat 57,200 3,173 pg/ml. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara kadar leptin saliva anak penyakit ginjal kronis hemodialisis dan anak sehat.
ABSTRACT Chronic kidney disease is known as insufficiency of renal function and an irreversible reduction of glomerular filtration rate that happens over years. Gingivitis is a common oral findings, especially in children with chronic renal failure. The production of leptin is a sign of active humoral immune response in the oral cavity. The purpose of this research is to analyze the difference of salivary leptin between hemodialysis children and health children, both having gingivitis. Twenty children aged 11 16 years old with gingivitis were taken as subjects, consisting of 10 hemodialysis children and 10 health children. The level of salivary leptin was measured with ELISA methods. The result showed a significant difference of salivary leptin levels between hemodialysis children 61,300 4,151 pg ml and health children 57,200 3,173 pg ml. In conclusion there is a significant difference of salivary leptin levels in hemodialysis children with gingivitis and health children with gingivitis."
2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Cahyaningrum Sekar Ardiasti
"ABSTRAK
Obesitas adalah keadaan patologis akibat penimbunan jaringan lemak berlebih.
Leptin merupakan indikator biologis untuk mengukur obesitas. Streptococcus mutans
merupakan bakteri penyebab karies. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan
pembentukan biofilm S. mutans in vitro antara anak obesitas dan anak normal (kajian
kadar leptin saliva). Sampel plak dan saliva didapatkan dari 20 anak obesitas dan
normal, dinilai sampel plak untuk uji biofilm dan ELISA untuk menilai kadar leptin
saliva. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan tidak bermakna
pembentukan biofilm S. mutans in vitro antara anak obesitas dan normal (p=0.14)
dengan kadar leptin saliva yang lebih tinggi secara signifikan pada anak obesitas
dibandingkan anak normal (p=0.003).

ABSTRACT
Obesity is pathological condition caused by accumulation of fatty tissue in excess.
Leptin as biological indicator to measure obesity. Streptococcus mutans is etiology of
dental caries. This study aimed to examine difference of biofilm formation S. mutans
in vitro between obese and normal children (Review by Salivary Leptin Level).
Plaque and saliva samples were collected from 20 obesity and normal children, in
value biofilm formation by biofilm test and ELISA to assess salivary leptin level. The
study showed no significance difference in biofilm formation S. mutans in vitro
between obesity and normal children (p=0.14) with significance difference in salivary
leptin in obese compared normal children (p=0.003)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juwita Cresti Rahmaania
"Penyakit Hirschsprung merupakan suatu kelainan bawaan pada neural crest yang mempunyai karakteristik tidak terdapatnya ganglion pada kolon distal dengan panjang yang bervariasi. Teori mengenai penyakit Hirschsprung telah banyak dipelajari khususnya mengenai komplikasi dini dan lanjut yang sering menyertai pasca operasi yaitu enterocolitis dan incontinence. Kadar secretory Imunoglobulin A (sIgA) yang rendah dipelajari merupakan suatu faktor yang memudahkan terjadinya infeksi pada saluran cerna. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perbedaan kadar ekspresi sIgA pada feses pasien Hirschsprung dibandingkan dengan anak normal. Penelitian ini merupakan suatu penelitian pendahuluan yang bersifat deskriptif analitik. Subjek penelitian ini adalah pasien anak dengan Hirschsprung di RSUPN Cipto Mangunkusumo, RS Umum Persahabatan dan anak normal di Puskesmas Kecamatan Senen pada periode bulan November 2024 – Desember 2024 yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi yaitu 16 pasien anak Hirschsprung dan 16 anak normal. Hasil kadar sgIA feses pasien anak Hirschsprung lebih tinggi dengan nilai median 1551,56 µg/ml (27,69-35988,75) µg/ml dan anak normal dengan nilai median 771,87 µg/ml (31,27-11250,52) µg/ml dengan nilai p=0,72. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan memerhatikan faktor-faktor yang memengaruhi kadar sIgA pada pasien Hirschsprung dan anak normal seperti penggunaan susu formula beserta komposisinya, pemberian ASI , infeksi Adenovirus dan paparan antigen pada lingkungan (sistem pembuangan, sumber air dan sanitasi lingkungan). Ekspresi kadar sIgA pada feses dapat digunakan pada penelitian selanjutnya pada pasien Hirschsprung dengan enterocolitis dengan memerhatikan variabel perancu tersebut.

Hirschsprung's disease is a congenital disorder of the neural crest which has the characteristic of no ganglion in the distal colon with varying lengths. The theory of Hirschsprung's disease has been widely studied, especially regarding early and late complications that often accompany after surgery, namely enterocolitis and incontinence. Low levels of secretory Immunoglobulin A (sIgA) are studied as a factor that facilitates the occurrence of infections in the digestive tract. The purpose of this study was to determine the difference in sIgA expression levels in the fecal of Hirschsprung patients compared to normal children. This study is a preliminary study that is descriptive analytical. The subjects of this study were pediatric patients with Hirschsprung at Cipto Mangunkusumo National Hospital, Persahabatan General Hospital and normal children at the Senen District Health Center in the period November 2024 - December 2024 who met the inclusion and exclusion criteria, namely 16 pediatric Hirschsprung patients and 16 normal children. The results of fecal sgIA levels in Hirschsprung patients were higher with a median value of 1551.56 μg/ml (27.69-35988.75) μg/ml and normal children with a median value of 771.87 μg/ml (31.27-11250.52) μg/ml with a p value = 0.72. Further research is needed by considering factors that affect sIgA levels in Hirschsprung patients and normal children such as the use of formula milk and its composition, breastfeeding, Adenovirus infection and exposure to antigens in the environment (waste system, water sources and environmental sanitation). The expression of sIgA levels in fecal can be used in further research in Hirschsprung patients with enterocolitis by taking into account these confounding variables.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2025
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arifa Pediarahma
"Inflamasi gingiva adalah kondisi patologis yang paling sering disebabkan oleh plak bakteri.Secretory immunoglobulin A (sIgA) adalah immunoglobulin yang menonjol pada saliva dan merupakan mekanisme pertahanan spesifik utama rongga mulut.Secretory immunoglobulin A meningkat jika terdapat stimulus imunologi lokal, salah satunya adalah alat ortodonti cekat.Pada penggunaan alat ortodonti cekat juga terjadi peningkatan akumulasi plak dan inflamasi gingiva. Penelitian mengenai hubungan sIgA dengan inflamasi gingiva menunjukkan hasil yang bervariasi Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kadar sIgA saliva dan inflamasi gingiva pada anak yang menggunakan alat ortodonti cekat. Sampel saliva didapatkan dari 16 anak yang menggunakan alat ortodonti cekat dengan inflamasi gingiva dan 16 yang menggunakan alat ortodonti cekat tanpa inflamasi gingiva. Seluruh subjek dilakukan pemeriksaan Gingival Index untuk menilai inflamasi gingiva,dan sample saliva diukur kadar sIgAnya dengan ELISA. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan positif lemah tidak bermakna antara kadar sIgA saliva dan inflamasi gingiva pada anak yang menggunakan alat ortodonti cekat (r =0,282 p=0.290). Semakin tinggi kadar sIgA saliva pada anak yang menggunakan alat ortodonti cekat, maka semakin tinggi inflamasi gingivanya.

Gingival Inflammation is a pathologic condition that often caused by bacterial plaque. Secretory immunoglobulin A (sIgA) is the main immunoglobulin in saliva and specific defense mechanism in oral cavity.Secretory immunoglobulin A is stimulated by local immune factor. Orthodontic fixed appliance is one of the local factor. Fixed appliance may increase the value of plaque and gingival inflammation. Research about correlation between sIgA level and gingival inflammation shows vary results. This study aimed to analyze correlation between salivary sIgA and gingival inflammation in children with fixed ortodontic appliance.Saliva samples were collected from 32 children with ortodontic appliance. Sixteen of them have gingival inflammation, and 16 of them have no gingival inflammation. Gingival Index were examined and use ELISA to asses salivary sIgA level. The study showed there is weak and not significant positive correlation between salivary sIgA level and gingival inflammation in children with orthodontic appliance (r =0,282 p=0.290).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Merdiana Dwi Trasti
"Sebelum adanya penggunaan susu formula sebagai pengganti ASI, gigi berlubang pada bayi jarang ditemukan.2,19 Dilaporkan pada anak riwayat ASI Eksklusif, karies jarang ditemukan karena mendapat komponen imunitas khususnyaIgA yang dapat memperlambat pertumbuhan bakteri S.mutans.2,11 Pada anak riwayat susu formula komponen imunitas belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan kadar sIgA saliva anak ECC riwayat ASI eksklusif dan susu formula. Penelitian ini dilakukan pada 34 anak ECC usia 18-48 bulan yang memiliki skor deft >1, dengan 17 subjek riwayat ASI eksklusif dan 17 subjek riwayat susu formula. Seluruh subjek dilakukan pemeriksaan skor deft, dan dilakukan pengukuran sampel saliva dengan ELISA. Rerata skor deft anak ECC kelompok riwayat ASI eksklusif lebih rendah dibanding susu formula. Terdapat perbedaan bermakna rerata kadar sIgA saliva anak ECC antara riwayat ASI eksklusif dan susu formula (p=0,004).

Time before formula feeding has been found, baby tooth decay is definitely rare.2,19 Studies reported, children with exclusive breastfeeding have low caries as they have immunity component, specifically IgA, which may exhibits colony of S.mutans.2,11Meanwhile, immunity component of children with formula feeding is barely unknown. This study aimed to analyze the difference of quantity salivary sIgA Early Childhood Caries (ECC) children between exclusive breastfeeding and formula feeding history. Saliva samples were collected from 34 ECC children aged 18-48 months who have deft score >1, both exclusive brestfeeding and formula feeding history group are 17 subjects each. Deft score were examined, and quantity of salivary sIgA were assesed by ELISA. Deft score mean of exclusive breastfeeding history group is lower than formula feeding history group. There is a significant difference quantity salivary sIgA ECC children between exclusive breastfeeding and formula feeding history (p=0,004)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dea Nanda Arshani Maryadi
"Remaja dengan thalassemia beta mayor mengalami anemia berat sehingga bergantung pada hipertranfusi. Dampak dari hipertranfusi dapat mengakibatkan gangguan pubertas yang menjadi sumber krisis dan menimbulkan berbagai reaksi adaptasi pertahanan diri dalam bentuk mekanisme koping.
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi hubungan antara gangguan pubertas dengan mekanisme koping pada anak remaja penderita thalassemia beta mayor. Desain penelitian ini adalah cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 44 pasien usia 15-20 tahun yang diambil dengan teknik consecutive sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuisioner dan dianalisis dengan Chi Square dan regresi logistic untuk mengontrol variabel perancu.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara gangguan pubertas dengan mekanisme koping pada anak remaja penderita thalassemia beta mayor (p value = 0,005) serta terdapat pengaruh kontribusi jenis kelamin dan usia saat pertama mendapatkan terapi kelasi besi. Berdasarkan temuan ini disarankan agar perawat dan keluarga pasien dapat lebih dini membangun mekanisme koping adaptif dengan mempersiapkan anak penderita thalassemia beta mayor menghadapi pubertas.

Adolescence with beta thalassemia major suffered from severe anemia, that depend on hypertransfussion. The impact of hypertransfussion may result in disorders of puberty as the source of the crisis. It causes a variety of adaptation reaction of self-defense in the conformation of coping mechanism.
The research aimed to identify the relationship between of puberty disorders and coping mechanisms in adolescence with beta thalassemia major. This study design was employed a cross-sectional for 44 adolescence (15 to 20 years old) who were selected with a consecutive sampling technique. Data were collected using a questionnaire and analyzed with Chi Square and logistic regression to control for confounding variables.
The results shown a significant relationship between of puberty disorders and coping mechanisms in adolescence with beta thalassemia major (p value = 0.005), and there were significant contributions among gender and age at first time got iron chelation therapy. This research suggested that the nurse and the patient's family can develop an early adaptive coping mechanisms to prepare children with beta thalassemia major deal with puberty.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S65529
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>