Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 170433 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Made Satria Murti
"Latar belakang. Indonesia merupakan salah satu dari 11 negara di dunia yang memiliki angka kelahiran prematur terbanyak. Salah satu morbiditas bayi prematur yang umum dijumpai adalah anemia. Hal ini menyebabkan mereka sering mendapatkan transfusi darah di minggu-minggu pertama kehidupannya. Mencegah beratnya anemia akan mengurangi kemungkinan tranfusi dan risiko komplikasinya.
Tujuan. Mengetahui karakteristik bayi prematur yang mengalami anemia sebelum usia kronologis 4 minggu di unit Perinatologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM Jakarta.
Metode. Studi deskriptif retrospektif terhadap rekam medis semua bayi baru lahir prematur yang menjalani perawatan di unit perinatologi RSCM periode 1 Januari 2012 sampai dengan 31 Desember 2013. Pemilihan subyek penelitian secara simple random sampling. Penilaian karakteristik bayi prematur meliputi kadar Hb, berat lahir, usia gestasi, riwayat tranfusi PRC, status sepsis, lama rawat dan status keluar.
Hasil. Sebanyak 393 subjek memenuhi kriteria penelitian, terdapat 94 (23,9%) subjek yang mengalami anemia dan 123 (31,3%) subjek yang mendapatkan transfusi PRC minimal satu kali. Frekuensi tersering anemia adalah 4 kali sedangkan frekuensi tersering pemberian PRC adalah 7 kali. Usia pertama kali anemia paling banyak ditemukan pada usia ≤7 hari (66%) serupa halnya dengan usia pertama kali mendapatkan transfusi PRC (51,2%). Perbedaan proporsi karakteristik antara bayi prematur yang mengalami anemia dengan yang tidak mengalami anemia menunjukkan hasil yang bermakna secara statistik pada variabel jenis kelamin, usia gestasi, berat lahir, transfusi PRC, status sepsis, lama rawat, dan status keluar. Hampir sama dengan hal tersebut, perbedaan proporsi karakteristik bayi prematur yang mendapatkan transfusi PRC dengan yang tidak mendapatkan transfusi PRC menunjukkan hasil yang bermakna secara statistik pada variabel usia gestasi, berat lahir, status sepsis, lama rawat, dan status keluar.
Simpulan. Insidens bayi prematur yang mengalami anemia adalah 23,9% sedangkan insidens transfusi PRC adalah 31,3%. Kejadian anemia dan transfusi PRC paling banyak dialami pada satu minggu pertama kehidupan. Perbedaan proporsi antar variabel untuk kejadian anemia dan kejadian transfusi PRC secara statistik bermakna ditemukan pada variabel yang sama yaitu usia gestasi, berat lahir, status sepsis, lama rawat, dan status keluar.

Background. Indonesia is one of 11 countries with high number of premature birth rate. One of the morbidity commonly seen ini premature infants is anemia This cause frequent blood transfusion on their first weeks of life. Anemia prevention will reduce transfusion and its complication.
Objectives. To study characteristics of premature infants with anemia before 4 weeks chronological age in Perinatology Unit Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta.
Methods. A retrospective descriptive study from medical records of premature infants who had hospitalized from January 1st 2012 until Desember 31st 2013 in Perinatology Unit Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta. Subjects was selected by simple random sampling. Characteristics evaluation include Hb concentration, birth body weight, gestational age, length of stay, history of PRC transfusion, septic status, and discharge status.
Results. There were 393 subjects fulfilled research criteria. Incidence of anemia was 23,9%, while PRC transfusion was done in 31,3% subjects. The most frequent anemia episode is 4 times and PRC transfusion is 7 times. First episode anemia is mostly found at age ≤7 days (66%) as well as PRC transfusion (51,2%). Proportion difference of characteristic between premature infants with anemia and not anemia revealed statistically significant in gestational age, birth weight, PRC transfusion, septic status, length of stay, and discharge status. Proportion difference of premature infants with PRC transfusioan also statistically significant in gestational age, birth weight, PRC transfusion, septic status, length of stay, and discharge status.
Conclusions. Incidence of anemia in premature infants 23,9% while incidence of PRC transfusion is 31,3%. Anemia and PRC transfusion most frequently happened at first week of life. Characteristic proportion difference with significant result between premature infants who had anemia and got PRC transfusion was similar in gestational age, birth weight, PRC transfusion, septic status, length of stay, and discharge status.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Henny Adriani Puspitasari
"Latar belakang: Bayi prematur rentan kekurangan zat besi karena cadangan besi ibu rendah, kebutuhan besi untuk pertumbuhan dan pengambilan sampel laboratorium. Risiko tersebut meningkat saat bayi prematur berusia 2 bulan. Kecukupan zat besi tubuh dinilai dengan kadar feritin, besi serum (SI), saturasi transferin (Tfsat), total iron binding capacity (TIBC) dan Hb.
Tujuan: Mengetahui profil besi pada bayi prematur usia kronologis 2 bulan.
Metode: Studi potong lintang dilakukan terhadap bayi usia 2 bulan yang lahir usia gestasi (UG) 32-36 minggu saat berkunjung ke klinik tumbuh kembang. Pemeriksaan darah tepi lengkap, apusan darah tepi, SI, TIBC, Tfsat dan feritin dilakukan pada sampel darah vena. Data lain diperoleh dari wawancara dan telaah rekam medik.
Hasil : Studi diikuti oleh 83 subjek yang terdiri dari 51% lelaki dan 93% lahir dari ibu berusia >20 tahun. Berat lahir terkecil adalah 1.180 g dan terbesar adalah 2.550 g. Prevalens ADB sebesar 6% dan DB sebesar 10%. Subjek ADB memiliki kadar Hb terendah 6,8 g/dL dan feritin terendah 8,6 ng/mL. Median kadar SI adalah 48 μg/dL; TIBC 329 μg/dL dan Tfsat 17%. Bayi ADB sebagian besar lelaki (5/5), kenaikan BB ≥2x berat lahir (4/5), tidak disuplementasi besi (3/5), latar belakang pendidikan ibu rendah (3/5) dan golongan sosial-ekonomi rendah- menengah ke bawah (3/5).
Simpulan: Prevalens ADB sebesar 6% dan DB sebesar 10%. Sebagian besar subjek yang mengalami DB dan ADB memiliki kadar SI, Tfsat dan feritin rendah serta TIBC meningkat. Subjek lelaki dengan kenaikan BB ≥2x berat lahir, tidak disuplementasi besi, latar belakang pendidikan ibu rendah dan golongan sosial ekonomi rendah-menengah ke bawah lebih banyak yang mengalami ADB.

Background: Preterm infants are vulnerable to iron deficiency (ID) due to lack of maternal iron stores, phlebotomy and increasing demand during growth. Risk of ID increases when hemoglobin (Hb) level started to decrease at 2 months of age. Iron body adequacy is measured by examining feritin, serum iron (SI), transferrin saturation, total iron binding capcity (TIBC) and Hb.
Objective: To describe iron profile in preterm infants at 2 months of chronological age (CA).
Methods: A cross-sectional study was conducted to 2 months old infants born at 32-36 gestational age visiting Growth and Development Clinics. Parents interview and medical record review were taken at visit. Complete blood count, blood smear, SI, TIBC, Tfsat and ferritin level were performed.
Results: Eighty three subjects were enrolled in this study. Mostly were male (51%) and born from mother >20 years old (93%). The lowest birth weight was 1,180 g and the highest was 2,550 g. Prevalence of IDA is 6% and ID is 10%. The lowest Hb level found in IDA infants was 6.8 g/dL and ferritin level was 8.6 ng/mL. Median of SI level was 48 μg/dL; TIBC 329 μg/dL; and Tfsat 17. Subjects with IDA were mostly men (5/5), achieved more than twice birth weight (4/5), non-iron supplemented (3/5), born from low education background mother (3/5) and has low socio-economic status (3/5).
Conclusions: Prevalence of IDA is 6% and ID is 10%. Most subjects with ID and IDA have low SI, high TIBC, low Tfsat and low ferritin level. Male subjects who weigh ≥twice birth weight, non-iron supplemented, born form low educational background and socioeconomic status mother were mostly suffer from IDA."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T58921
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Selvi Nafisa Shahab
"Kelahiran preterm merupakan penyebab tertinggi kematian pada bayi. Angka preterm di negara berkembang masih tinggi dan terus meningkat. Oleh sebab itu, dibutuhkan penelitian untuk mengetahui prevalensi kelahiran preterm di Indonesia beserta anemia pada ibu sebagai salah satu faktor risiko. Desain penelitian ini adalah potong lintang menggunakan data sekunder yang diperoleh dari rekam medis ibu yang melahirkan di RSCM tahun 2011. Data diambil dengan jumlah sampel 2.184 ibu dan diuji dengan uji kai-kuadrat untuk menentukan ada atau tidaknya hubungan kelahiran preterm dan anemia pada ibu.
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi anemia pada ibu melahirkan di RSCM tahun 2011 adalah 29,1% dan prevalensi kelahiran preterm di RSCM tahun 2011 adalah 26,9%. Pada uji kai-kuadrat, didapatkan terdapat perbedaan bermakna (nilai p<0,001) antara kelahiran preterm dengan anemia pada ibu melahirkan di RSCM tahun. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara anemia pada ibu dengan kelahiran preterm.

Preterm labor is one of the highest causes of babies’ mortality. Prevalence of preterm in developing countries is still high and keeps growing. Therefore, we need a research to find out prevalence of preterm labor in Indonesia with maternal anemia as one of the risk factors. Research design used is cross-section using secondary data from medical record of patients delivering in RSCM in year 2011. The data had been taken with 2184 mothers as the samples and was tested with chi-square test to reveal if there is association between preterm labor and maternal anemia.
Result of this research shows that prevalence of maternal anemia of patients delivering in RSCM in year 2011 is 29,1% while prevalence of preterm labor in RSCM in year 2011 is 26,9%. From chi-square test, there is significant difference (p<0,001) between preterm labor with maternal anemia of patients delivering in RSCM in year 2011. We conclude that there is significant difference between maternal anemia and preterm labor.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zolla Amely Ilda
"Pelibatan ibu dalam perawatan bayi prematur merupakan salah satu komponen konsep family centered care. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh pelibatan ibu terhadap interaksi ibu-bayi dan kepercayaan diri ibu dalam merawat bayi prematur. Desain penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen one-group pretest-posttest design. Penelitian ini melibatkan 16 orang ibu-bayi yang dipilih dengan teknik konsekutif di ruang Perinatologi RSUP Fatmawati Jakarta selama bulan Mei-Juni 2013. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa skala interaksi ibu-bayi dan kepercayaan diri ibu meningkat secara signifikan (p=0,0005). Hasil penelitian ini merekomendasikan upaya peningkatan pelibatan ibu dalam perawatan bayi prematur di ruang Perinatologi.

Mothers involvement in premature infant care is a component of the family centered care. The purpose of this study was to identify the impact of mothers involvement on mother-infant interactions and maternal confidence in premature infant care. This study used a quasy experimental with one-group pretest-posttest design. Sixteen partisipants were choosed using consecutive sampling technique in Neonatal Unit Level I-II RSUP Fatmawati Jakarta during May-June 2013. The result of statistic analysis showed that mother-infant interactions scale and maternal confidence increase significantly (p=0,0005). This study recommends the improvement of mothers involvement in premature infant care in neonatal unit."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T34596
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Situmorang, Luci Fransisca
"Tesis ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian stimulasi auditorivisual-taktil-kinestetik terhadap perkembangan perilaku neonatus prematur di ruang perinatologi RSCM Jakarta. Penelitian ini adalah penelitian quasi experiment dengan disain one group pre and post test. Sampel penelitian berjumlah 18 responden. Hasil penelitian terdapat perbedaan yang signifikan antara perilaku neonatus prematur sebelum dan setelah diberi stimulasi (p = 0,0005).
Hasil seleksi bivariat menunjukkan bahwa usia gestasi, berat badan lahir dan jenis kelamin bukan merupakan faktor perancu pada perilaku neonatus prematur setelah diberi stimulasi. Hipotesis berupa adanya pengaruh pemberian stimulasi auditori-visual-taktil-kinestetik terhadap perkembangan perilaku neonatus prematur dapat dibuktikan dalam penelitian ini.

This thesis aims to investigate the influence of stimulation of auditory-visualtactile-kinesthetic to the behaviour development of premature neonate. This study is a quasi-experimental research with one group pre and post test design. The samples were 18 respondents. The results there are significant differences between the behavior of preterm neonates before and after a given stimulation (p = 0.0005).
Bivariate selection results showed that gestational age, birth weight and gender is not a confounding factor in the premature neonate behavior after a given stimulation. The hypothesis of the existence of the effect of stimulation of auditory-visual-kinesthetic-tactile to the development of a premature neonate behavior could be demonstrated in this study.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zolla Amely Ilda
"Pelibatan ibu dalam perawatan bayi prematur merupakan salah satu komponen konsep family centered care. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pelibatan ibu terhadap interaksi ibu dan bayi dan kepercayaan diri ibu dalam merawat bayi prematur. Desain penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen one-group pretest-posttest. Penelitian ini melibatkan 16 orang ibu dan bayinya yang dipilih dengan teknik konsekutif di ruang Perinatologi di sebuah RSUP di Jakarta, selama sebulan. Instrumen yang digunakan untuk menilai interaksi ibu-bayi adalah terjemahan Modified Observation of Communication Interaction dan kepercayaan diri ibu diukur menggunakan Maternal Confidence Questionaire yang juga diterjemahkan. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa skala interaksi ibu-bayi dan kepercayaan diri ibu meningkat secara signifikan (p= 0,0005). Hasil penelitian ini merekomendasikan upaya peningkatan pelibatan ibu dalam perawatan bayi prematur di ruang Perinatologi.

Enhancement of Mother-Infant Interaction and Maternal Confidence: The Impact of Mother Involvement in Infant Care in the Neonatology Unit. Mothers? involvement in premature infant care is one of components of the family centered care. The purpose of this study was to examine the impact of mothers? involvement on mother-infant interactions and maternal confidence in premature infant care. This study used a quasy experimental with one-group pretest-posttest design. Sixteen participants were selected using consecutive sampling technique in Neonatal Unit Level I-II in General Hospital in Jakarta during one month. Modified Observation of Communication Interaction was translated in to Indonesian and used to observe mother-infant interaction and maternal confidence measured by translated Maternal Confidence Questionaire. The result of statistic analysis showed that mother-infant interactions scale and maternal confidence increase significantly (p= 0.0005). This study recommends the improvement of mothers? involvement in premature infant care in neonatal unit."
Padang: Poltekkes Kemenkes Padang. Jurusan Keperawatan ; Universitas Indonesia. Fakultas Ilmu Keperawatan, 2013
610 JKI 16:3 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Angga Wiratama Lokeswara
"Latar belakang: Menurut data WHO, sebanyak 15 juta bayi di dunia dilahirkan kurang bulan setiap tahunnya, dan Indonesia menduduki peringkat ke-5 di dunia. Salah satu komplikasi pada bayi kurang bulan yang sering terjadi adalah sepsis. Sepsis Neonatorum Awitan Dini (SNAD) merupakan infeksi sistemik pada bayi pada usia kurang dari 72 jam yang seringkali disebabkan oleh transmisi patogen secara vertikal sebelum atau saat proses kelahiran. Strategi utama dalam penanggulangan kejadian SNAD bergantung pada identifikasi faktor risiko, termasuk ketuban pecah berkepanjangan. Namun, sampai saat ini masih belum ada kesepakatan terkait ambang batas waktu ketuban pecah yang meningkatkan risiko kejadian SNAD secara signifikan pada populasi bayi kurang bulan.
Tujuan: (1) Mengetahui sebaran subjek penelitian berdasarkan karakteristik jenis kelamin, usia gestasi, usia ibu, berat lahir dan metode persalinan. (2) Mengetahui sebaran subjek penelitian berdasaran gejala klinis dan hasil pemeriksaan kultur. (3) Mengetahui hubungan antara waktu ketuban pecah dengan kejadian SNAD pada ambang batas waktu 24 jam, 18 jam dan 12 jam di RSCM.
Metode penelitian: Sebuah studi kasus-kontrol dilakukan pada populasi bayi kurang bulan yang lahir di RSCM dari tahun 2016-2017. Subjek dibagi menjadi 2 kelompok: (1) kelompok kasus yang mengalami SNAD; dan (2) kelompok kontrol yang tidak mengalami SNAD; dipilih secara simple random sampling. Jumlah total subjek pada penelitian ini adalah 154 bayi kurang bulan (77 kasus dan 77 kontrol). Pengambilan data dilakukan pada Januari-Agustus 2018 dengan melihat rekam medis subjek penelitian, dilanjutkan dengan analisis bivariat menggunakan uji Chi Squared dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik.
Hasil penelitian: Semua karakteristik tidak memiliki perbedaan yang bermakna, kecuali usia gestasi (p=0,012) dan berat lahir (p=0,02). Gejala klinis yang paling sering ditemukan dan memiliki hubungan yang bermakna adalah sesak napas (63,0%; p<0,001) dan instabilitas suhu (40,9%; p<0,001).
Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara waktu ketuban pecah dengan kejadian SNAD pada bayi kurang bulan di RSCM pada ambang batas waktu 12 jam, 18 jam dan 24 jam. Ketuban pecah lebih dari 12, 18 dan 24 jam meningkatkan risiko SNAD pada bayi kurang bulan 2,3 kali lipat, dan ketuban pecah lebih dari  12 jam meningkatkan risiko 2,9 kali lipat setelah adjustment.

Introduction: According to WHO, 15 million babies are born premature annually, and  Indonesia ranks 5th worldwide. One of the most frequent complications in preterm infants is sepsis. Early onset neonatal sepsis (EONS) is defined as the systemic infection in infants less than 72 hours old which is often caused by vertical transmission of pathogens before or during labour. With the current lack of consensus in the definition of neonatal sepsis, identification risk factors, including prolonged premature preterm rupture of membranes (ROM), becomes the main strategy. Unfortunately, there is also currently lack of worldwide agreement in the threshold of duration of ROM which significantly increases the risk of EONS in preterm infants.
Objectives: (1) To determine the distribution of subjects based on selected characteristics: gender, gestational age, maternal age, birth weight and mode of delivery. (2) To determine the distribution of subjects based on clinical symptoms and bacterial culture examination. (3) To determine the association between the duration of ROM and the incidence of EONS in preterm infants, at the thresholds of 24 hours, 18 hours and 12 hours, in RSCM.
Methods: A case-control study was done on preterm infants born in RSCM in 2016-2017. The subjects were divided into 2 groups: (1) the case group for preterm infants who had EONS; and (2) the control group for preterm infants who did not have EONS; each selected by simple random sampling. The total number of subjects in the study was 154 preterm infants (77 in the case group and 77 in the control group). Data collection from the medical records of the subjects was performed in January-August 2018, followed by bivariate analysis using Chi Square Test and  multivariate analysis using logistic regression.
Result: Characteristics had insignificant differences, except gestational age (p=0,012) and birth weight (p=0,02). The clinical symptoms which were most frequent and had significant associations with EONS were respiratory instability (63,0%, p<0,001) and temperature instability (40,9%, p<0,001).
Conclusion. There is a significant association between the duration of ROM at 12, 18 and 24 hours, and the incidence of EONS in preterm infants, especially at duration of more than 12 hours. Prolonged PPROM for 12, 18, and 24 hours increases the risk of EONS in preterm infants 2.3 times (unadjusted) and PPROM for 12 hours increases the risk of EONS in preterm infants 2.9 times after adjustment for other factors.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anafrin Yugistyowati
"Kelahiran bayi prematur dan perawatan di ruang rawat intensif neonatus merupakan peristiwa yang menyebabkan sumber stres pada orang tua khususnya ibu. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam mengenai pengalaman ibu selama perawatan masa awal kehidupan bayi prematur di ruang rawat intensif neonatus RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Desain penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi ini pada delapan partisipan. Analisis data menggunakan metode Colaizzi dan menghasilkan tujuh tema penelitian, yaitu: reaksi ibu, proses berduka, dampak perawatan bayi prematur, koping diri ibu, upaya ibu untuk meningkatkan hubungan kelekatan (bonding attachment), dukungan terhadap ibu, dan harapan selama perawatan bayi prematur.

The birth and treatment of premature infants in the neonatal intensive care unit is the event that makes it the source of stress to parents especially the mother. This study aims to gain a deeper understanding of the experience of mother during the early life of premature infants in the neonatal intensive care unit of Dr. Soeradji Tirtonegoro Central Hospital, Klaten. This qualitative research design with phenomenology approach took eight participants. The data analysis uses Colaizzi method and produced seven research themes, namely: the mothers reaction, the grieving process, the impact of premature infant care, mother's self 'coping efforts, the mothers' attempts to improve the close and attached relationship (bonding attachment), the support for the mother, and expectations for the care of premature infants."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
T31916
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Erna Julianti
"Kompleksitas perawatan bayi yang intensif menyebabkan ada perawatan rutin yang terlewatkan sehingga dapat memperpanjang lama perawatan, risiko rawat ulang, meningkatkan komplikasi bayi, dan menurunkan kepuasan orang tua. Penelitian cross-sectional ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara pelaksanaan perawatan bayi prematur dengan kepuasan orang tua. Teknik consecutive sampling dilakukan untuk memilih 59 perawat dan 59 orang tua bayi prematur. Analisis menggunakan uji Pearson.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pelaksanaan perawatan bayi prematur sebesar 161,93 dan rata-rata kepuasan orang tua sebesar 280,07. Terdapat hubungan antara pelaksanaan perawatan bayi prematur dengan kepuasan orang tua (pvalue<0,001, r= 0,77). Bagi pelayanan keperawatan dapat menjadi evaluasi terhadap kinerja perawat untuk meningkatkan kualitas perawatan bayi prematur dan kepuasan orang tua meningkat.

Complexity of intensive care of premature babies causes some routine nursing cares are overlooked which may lead to extension of length of stay, risk of rehospitalization, additional disease complications, and decrease of parents satisfaction. This cross-sectional study aimed to identify the relationship between the implementation of a premature babies care with parents satisfaction. Consecutive sampling technique was conducted to select 59 nurses and 59 parents of premature babies as research respondents. The data was analyzed with Pearson test. The results showed that the average of premature babies care score was 161.93 and the average of parents satisfaction score was 280.07. There was a significant relationship between the implementation of premature babies care with parents satisfaction (p value <0.001, r = 0.77). Nursing care should be evaluated to improve the performance of nurses and the quality of care of premature babies and parents satisfaction."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
T45806
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soedjatmiko
"Bayi preratur ialah bayi yang lahir sebelum waktunya (masa kehamilan kurang dari 37 minggu) sehingga fungsi-fungsi pengaturan suhu tubuh, pernafasan, peredaran darah dan sistem kekebalan belum berfungsi baik, oleh karena itu perlu mendapat perawatan intensif yang lama di Rumah Sakit (Brooks 1991; Monintja, 1997; Kadri. 1999) dengan kematian pada minggu pertama sekitar 10 % dan kematian dalam 1 bulan pertama mencapai 35,7 % (Kadri, 1999).
Karena bayi prematur tampak kecil, lemah, berkulit sangat halus dan tipis (Radii, 1999), membutuhkan lebih banyak perhatian dan perawatan (Rauh dkk, 1990: Brooks, 1991), ibu cemas pada keselamatan bayi dan masa depannya, (Brooks, 1991) sehingga kurang aktif dalam pengasuhan bayinya (Martin dan Colbert, 1997).
Reaksi ibu pada tahap awal berupa anticipatory grief; orangtua menjauh dari bayinya sampai mereka yakin bayinya selamat. Tahap kedua ; facing up. berani menghadapi kenyataan. Tahap ketiga : ikatan dan kelekatan. Tahap keempat : learning stage, tahap belajar kebutuhan-kebutuhan khusus bayi (Brooks ,1991).
Karena kelahiran bayi prematur merupakan kejadian yang mengagetkan bagi ibu maka dukungan suami dan orangtuanya sangat penting bagi ibu agar mampu berhadapan dengan masalah-masalah tersebut di atas (Pederson dkk, 1987 dalam Martin dan Colbert, 1997). Namun setereotip anggota keluarga dan teman-teman dapat mempengaruhi sikap ibu terhadap bayinya, sehingga ibu-ibu bersikap kurang sensitif dalam pengasuhan bayinya (Brooks, 1991). Perlindungan yang berlebihan sejak bulan-bulan pertama dapat berlanjut berupa kekhawatiran yang berlebihan, sehingga ibu tidak memberi kesempatan anaknya untuk mengeksplorasi lingkungannya, melakukan aktivitas secara mandiri, atau bermain dengan anak lain (Brooks, 1991).
Bayi prematur di Skotlandia dan Amerika pada umur 1,5 -- 10 tahun mengalami gangguan perkembangan: ketidak mampuan belajar (learning disability) 5 - 48 %, palsi serebral (kekakuan otot akibat kerusakan otak) 5 - 14 %, retardasi mental 2 - 14%, gang pan pendengaran 1 - 7 %, gangguan penglihatan 1 - 12 % (Sukadi, 2000). Bayi prematur di RSCM terjadi retardasi psikomotor dan mental 12 %, sering kejang 22 %, gangguan bicara 6 %, gangguan sifat/perilaku 6 %, palsi serebral (kekalcuan otot akibat kerusakan otak) 4 % (Ismael, 1991) . Pada pengamatan jangka panjang kepekaan ibu dalam pengasuhan 86 bayi prematur. Beckwith dan Cohen (1999) menyimpulkan bahwa pengasuhan ibu yang kurang sensitif pads masa bayi akan berdampak sampai umur 18 tahun berupa kelekatan dismissing.
Oleh karena itu menurut Bennet dan Guralnick (1991) bayi prematur perlu stimulasi dini mullirfrodal yang merangsang berbagai sistem sensorik (penginderaaan) secara simultan yaitu : pendengaran (auditori), penglihatan (visual), perabaan (taktil), dan gerakan (vestibular-kinestetik. Rangsangan dini tersebut jika dilakukan terus menerus akan merangsang pembentukan sinaps-sinaps sel-sel otak bayi yang lebih kompleks sehingga meningkatkan perkembangan fungsi-fungsi otak (Nelson, 2000). Dengan stimulasi dini tersebut diharapkan akan meningkatkan kepekaan ibu terhadap bayinya dan akan memperkecil kemungkinan gangguan perkembangan.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas dilakukan penelitian kualitatif untuk memahami pengasuhan bayi prematur yang berkaitan dengan kelekatan dan stimulasi serta faktor-faktor yang mempengaruhinya Penelitian dilakukan dengan wawancara langsung menggunakan pedoman umum di Ruang Rawat Bayi Baru Lahir (Perinatologi) Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSCM-FKIII, pada 3 ibu yang melahirkan bayi prematur, yang datang teratur atas kemauannya sendiri ke rumah sakit untuk pengasuhan bayinya.
Berdasarkan analisis pada transkrip verbatim dengan interpretasi pemahaman teoritis (Kavle, 1996 dalam Poerwandari, 2001) diperoleh beberapa kesimpulan. Reaksi awal ibu berupa kesedihan dipengaruhi oleh karakteristik bayinya, Reaksi kesedihan ibu dipengaruhi oleh ikatan ibu dan bayi sejak kehamilan, kontak pertama kali ketika melahirkan dan dipengaruhi oleh pengalaman kematian bayi sebelumnya. Berkurangnya reaksi kesedihan ibu setelah diberitahu dokter atau perawat bahwa kesehatan bayinya membaik.
Pengalaman kehamilan terdahulu mempengaruhi ketrampilan ibu dalam membentuk kelekatan ibu dan bayi sejak kehamilan sampai ketika mengasuh bayinya, Kontak pertama melalui knlit dan suara ketika melahirkan, serta pengalaman menggendong pertama kali akan memperkuat ikatan ibu dan bayinya. Sikap ibu ketika menyusui dipengaruhi oleh penman ibu dalam pengasuhan terdahulu. Rasa kompetensi ibu dipengaruhi oleh siklus tidur-bangun bayi. Kepekaan maternal dapat diekspresikan ketika menyusui bayinya_ Motivasi ibu untuk selalu datang ke rumah sakit akan memperkuat kelakatan ibu dan bayinya. Motivasi ibu dipengaruhi oleh ikatan ibu dan bayi sejak kehamilan dan kelahiran. Dukungan suami pada minggu pertama memperkuat kelekatan ibu dan bayinya. Perilaku ibu selama menyusui merupakan stimulasi dini multimodal. Siklus tidur bangun bayi perlu diketahui ibu untuk mencari saat yang tepat menyusui dan melakukan stimulasi bayi.
Bayi prematur lebih banyak mengantuk dan tidur sehinga ibu merasa kurang kompeten Set a; 3 jam kesempatan ibu berinteralsi dengan bayinya sekitar 20 - 30 men it, menyusui sekitar 45 - 75 menit, Sumber informasi tentang stimulasi dari pengalaman,.bukan dari dokter atau perawat.
Rencana pengasuhan di rumah perlu dukungan orangtua dan mertua, sedangkan suami lebih dibutuhkan sebagai sumber keuangan. Ibu cenderung melindungi bayinya terhadap perilaku anggota keluarga lain dan tetangga. Faktor-faktor yang mempengaruhi rencana pengasuhan di rumah antara lain : sikap ibu terhadap masa depan perkembangan bayinya, anjuran dokter, perawat, dan pengaruh pengalaman pribadi.
Dengan memahami hal-hal tersebut di atas diperoleh pengetahuan yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas pengasuhan bayi prematur, antara lain untuk menyusun paket pelatihan bagi petugas kesehatan dan ibu tentang cara-cara pengasuhan bayi prematur, sehingga mereka dapat tumbuh kembang optimal."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
T8263
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>