Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 89167 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Victor Florencia Ferdinand Joseph
"Latar Belakang. Merokok merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner yang paling dapat dimodifikasi. Di Indonesia, 88% konsumsi rokok adalah kretek. Sejauh ini belum ada studi mengenai rokok kretek terhadap fungsi ventrikel kanan. Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh akut rokok kretek dengan rokok putih terhadap fungsi ventrikel kanan menggunakan ekokardiografi pada partisipan usia muda yang sehat.
Metode. Uji eksperimental cross over dilakukan di Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ Pusat Jantung Nasional Harapan Kita pada Maret - April 2013. Lima puluh partisipan diikutsertakan dan diminta untuk tidak merokok minimal 2 jam sebelum penelitian. Pemeriksaan ekokardiografi dilakukan sebelum merokok, segera dan satu jam setelah merokok. Partisipan datang kembali keesokan harinya untuk merokok jenis rokok lain.
Hasil. Nilai E/A menurun segera sesudah merokok rokok putih dan rokok kretek kemudian naik mendekati normal satu jam setelah merokok. Nilai DT memanjang segera sesudah merokok dan kembali mendekati normal sejam sesudahnya. Dilakukan pengujian secara statistik dengan membandingkan pengaruh rokok kretek dan rokok putih segera dan satu jam sesudah merokok terhadap fungsi ventrikel kanan dan tidak diperoleh nilai yang bermakna secara signifikan.
Kesimpulan. Kedua jenis rokok menyebabkan perubahan akut pada parameter fungsi ventrikel kanan. Penggunaan rokok kretek dibandingkan rokok putih tidak menyebabkan perubahan fungsi diastolik yang lebih bermakna pada fungsi ventrikel kanan.

Background. Smoking is one of the most modifiable risk factor in coronary heart disease. In Indonesia, 88% of cigararette smoked is clove cigarette. To the best of our knowledge, there were no studies published regarding this issue on right ventricular diastolic function. This study is to describe the acute effects of clove cigarette smoking on right ventricular function in young healthy participants and comparing the effects caused by clove cigararette to white cigarette.
Methods. This is an experimental study carried out in Department of Cardiology and Vascular Medicine Universitas Indonesia/ National Cardiavascular Center Harapan Kita in March - April 2013. Fifty participants were asked not to smoke for at least 2 hours prior to study. Echocardiography study was performed to each participants before, right after and 60 minutes after smoking. Participants were then asked to come back on the next day to perform the same procedure with another kind of cigarette.
Result. After smoking, there was a decreased E/A from baseline and increase 60 minutes after smoking. Deceleration time was longer right after smoking and got short 60 minutes after smoking, in white and clove cigarette smoking. Statistic calculation was made with comparing the clove with white cigarette to right ventricular function, right and one hour after smoking and found there is no significant value was found.
Conclusion. Clove and conventional cigarette smoking both have acute effects on right ventricular diastolic function where clove cigarette have no more significant diastolic function change of right ventricular compare to the white one.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Joppy Teja Sentana
"[Banyak studi empiris terdahulu yang menyajikan hasil penelitian mengenai dampak kenaikan harga rokok akibat kenaikan tarif cukai terhadap konsumsi rokok dan pendapatan pajak pemerintah. Namun, hanya sedikit dari studi tersebut yang meneliti dampak pengurangan tarif cukai terhadap konsumsi rokok dan pendapatan pajak pemerintah. Dengan menggunakan data Pemesanan Pita Cukai dari Kementerian Keuangan Republik Indonesia dan metode Difference in Difference,
penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kebijakan pemerintah, yaitu pengurangan tarif cukai rokok untuk perusahaan skala kecil yang memproduksi rokok buatan tangan, Pemerintah mengklaim bahwa kebijakan yang mulai berlaku efektif pada 1 Juli 2010 tersebut disahkan dalam rangka menjawab isu terkait ketenaga kerjaan sebagaimana tertuang dalam Road Map Industri Tembakau. Namun, hasil empiris
penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan produksi rokok, meskipun tanda koefisiennya sudah sesuai dengan prediksi dan klaim pemerintah.;Prior economic studies provided empirical results regarding the impacts of cigarette price increase owing to excise tax increase on cigarette consumption and tax revenues. However, few papers have ever investigated the effects of excise tax cut on those two outcomes. By using data from Excise Banderole Order from Ministry
of Finance of Republic of Indonesia and Difference in Difference (DID) method, this study aims at examining the government’s tax-reduction policy for small-sized hand-made cigarette companies. The government claims that the policy, which came into force on July 1st, 2010, was enacted in order to address labor issue as outlined in the Road Map of Tobacco Industry. However, the empirical result shows
that the policy does not have significant effect in increasing cigarette production, though the coefficients’ signs are as expected and confirm the government’s claim, Prior economic studies provided empirical results regarding the impacts of cigarette
price increase owing to excise tax increase on cigarette consumption and tax
revenues. However, few papers have ever investigated the effects of excise tax cut
on those two outcomes. By using data from Excise Banderole Order from Ministry
of Finance of Republic of Indonesia and Difference in Difference (DID) method,
this study aims at examining the government’s tax-reduction policy for small-sized
hand-made cigarette companies. The government claims that the policy, which
came into force on July 1st, 2010, was enacted in order to address labor issue as
outlined in the Road Map of Tobacco Industry. However, the empirical result shows
that the policy does not have significant effect in increasing cigarette production,
though the coefficients’ signs are as expected and confirm the government’s claim]"
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T44703
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusnia Monica
"Konsumsi rokok di Indonesia menduduki posisi terbanyak di wilayah Asia Tenggara pada 2016 dan meningkat sampai di 2018, sehingga beban kerugian kesehatan dan ekonomi bertambah. Studi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perubahan harga rokok dan pendapatan rumah tangga pada keputusan untuk merokok dan jumlah konsumsi rokok oleh perokok berdasarkan kelompok pendapatan di Indonesia tahun 2018. Kategorisasi kelompok pendapatan menggunakan perhitungan Had Kifayah dan nishab zakat serta berdasarkan perspektif ekonomi Islam (Islamic values). Data yang digunakan adalah data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2018 dengan unit analisis Kepala rumah tangga sebagai representatif per rumah tangga. Dengan demikian, penulis mengadopsi two-part model untuk mengolah dan menganalisis data serta menggunakan software Stata 15. Model bagian pertama menggunakan model Logit sedangkan bagian kedua metode OLS dalam menjawab dua tujuan tersebut. Hasil penelitian bahwa harga rokok, pendapatan rumah tangga serta karakteristik sosio-demografis mempengaruhi secara signifikan perilaku konsumsi rokok di semua kelompok pendapatan. Total elastisitas harga rokok pada konsumsi rokok secara keseluruhan sebesar -0,811 yang berarti kenaikan harga rokok 10% menyebabkan berkurangnya kemungkinan dan jumlah permintaan rokok sebesar 8,1%. Sedangkan, total elastisitas pendapatan secara keseluruhan adalah 0,975 artinya kenaikan pendapatan per rumah tangga sebesar 10% maka terjadi peningkatan 9,75% pada kemungkinan dan jumlah permintaan konsumsi rokok. Selain itu, kelompok rumah tangga mustahik lebih responsif dalam menghadapi perubahan harga rokok dan pendapatan, di mana elastisitasnya lebih besar daripada rumah tangga muzaki. Sementara itu, rokok dapat dikatakan sebagai barang normal dan bersifat inelastis, namun tidak sesuai dengan teori konsumsi ekonomi Islam.

Indonesia is cigarette consumption was the highest position in Southeast Asia in 2016. It had increased until 2018 and caused an increased risk of health and economic loss. This study discusses changes in cigarette prices and household income in the decision to smoke, the quantity of cigarette consumption by smokers according to income groups in Indonesia 2018. The categorization of income groups uses the calculation of Had Kifayah and nishab zakat and based on an Islamic economic perspective (Islamic values). This study used the 2018 National Socio-Economic Survey (SUSENAS) raw data with the Head of the household analysis unit as the household representative. Thus, the authors adopted a two-part model to process and analyze data and use Stata 15. The first part model uses the Logit model while the second part of the OLS method in answering these two objectives. The result of this study is the price of cigarettes, household income, and socio-demographic characteristics significantly influence cigarette consumption behavior in all income groups. The total elasticity of cigarette prices on the overall cigarette consumption is -0,811, which means a 10% increase in cigarette prices caused a decrease in the probability and quantity of cigarette demand by 8.1%. On the other hand, total income elasticity is 0.975 that means an increase in income per household by 10% then an increase of also 9.75% in cigarette consumption behavior. Also, mustahik households can be more responsive in changing the price of cigarettes and income since the elasticity is greater than muzaki households. Meanwhile, cigarettes can be said to be normal goods and inelastic, but it does not fit with consumption theory in Islamic economics.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hario Baskoro
"Latar Belakang: Asap rokok mengandung berbagai bahan dan zat kimia yang mempunyai sifat antara lain sebagai iritan. Pajanan asap rokok terhadap saluran napasa bisa bersifat akut dan kronik. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efek akut asap rokok terhadap sel epitel saluran napas kecil secara in vitro dan saluran napas mencit secara in vivo. Metode: Sel epitel saluran napas kecil didapat dari donor orang sehat. Sedangkan mencit yang digunakan sebanyak enam ekor dibagi atas dua kelompok yaitu kelompok percobaan dan kelompok kontrol. Sel epitel saluran napas kecil yang dibiak hingga 6 passage. Kelompok percobaan dipajankan terhadapekstrak asap rokok konsentrasi 2,5% selama 24 jam. Sedangkan mencit dipajani dengan asap rokok selama 5 hari. Hasil: Didapatkan hasil percobaan in vitro peningkatan ekspresi COX-2 baik pada level RNA maupun protein sebanyak 3,1x dibandingkan dengan kontrol. Pada jaringan paru mencit yang dipajankan terhadap asap rokok didapatkan peningkatan bermakna sel epitel saluran napas kecil yang mengeskpresikan protein COX-2 secara bermakna dibandingkan kelompok kontrol. Kesimpulan: Dari temuan ini dapat disimpulkan bahwa sel epitel saluran napas kecil merupakan target awal perubahan inflamasi bila dipajani dengan asap rokok.
Introduction: Cigarette smokes contain various particles and chemical substances that can irritate airway. The irritation process can be acute or chronic. The aim of this study to observe the acute effect of cigarette smoke on small airway epithelial cells in vitro and mouse airway in vivo. Methods: Small airway epithelial cells were obtained from healthy donors and mice. Six mice involved in this study were distributed into experimental and control groups. Their epithelial cells were cultured up to six passages. Experimental group was exposed to 2.5% of cigarette smoke extract for 24-hours incubation for five consecutive days. Results: There was a 3.1-fold increased expression of COX-2 in RNA and protein level in experimental group compared to control group. Furthermore, exposure of cigarette smoke increased the protein expression of COX-2 small airway epithelial cells. Conclusions: It is concluded that small airway epithelial cells were the initial target of inflammation changes due to cigarette smoke exposure"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T57627
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Bayu Lesmana
"Penelitian ini menganalisis pengaruh pengenaan cukai rokok elektrik terhadap konsumsi rokok konvensional di Indonesia. Dengan menggunakan data makro agregat konsumsi rokok tahun 2015-2020 yang diestimasi menggunakan OLS, 2SLS, GMM dan System-GMM, terbukti cukai rokok elektrik berpengaruh positif dan signifikan terhadap konsumsi rokok konvensional menggunakan model statis, adiksi miopik, dan adiksi rasional. Rokok elektrik dan rokok konvensional memiliki hubungan substitusi dan perokok di Indonesia rasional dalam mengkonsumsi rokok saat ini. Untuk itu Pemerintah harus membuat desain kebijakan cukai yang lebih efektif dan seimbang serta lebih fokus pada future effect dalam upaya pengendalian konsumsi produk tembakau.

This study analyzes the effect of e-cigarette excise on conventional cigarette consumption in Indonesia. Using aggregate macro data on cigarette consumption period 2015-2020 estimated using OLS, 2SLS, GMM, and System-GMM, the study found that e-cigarette excise had a positive and significant effect on conventional cigarette consumption using static, myopic, and rational addiction models. E-cigarettes and conventional cigarettes have substitution relationships and smokers in Indonesia are rational in consuming cigarettes today. For this reason, Government must design excise policies that are more effective and balanced and focus on the future effect in efforts to control the consumption of tobacco products"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salwa Nida
"Penelitian ini menganalisis apakah pengaturan pajak rokok telah memenuhi fungsi reguleren dan budgeter secara optimal, serta bagaimana dampak pajak rokok terhadap pembangunan ekonomi nasional. Penelitian ini juga disusun dengan menggunakan metode penelitian doctrinal. Pajak merupakan sumber penerimaan negara untuk pembiayaan pemerintahan umum yang harus tercantum dalam anggaran pendapatan negara (APBN). Pajak memiliki dua fungsi utama yaitu fungsi budgeter (menghimpun dana dari Masyarakat) dan fungsi regulerend (mengatur). Pajak rokok merupakan pungutan atas cukai rokok yang dilakukan pemerintah. Pelaksanaan pengaturan pajak rokok terhadap optimalisasi fungsi reguleren dan fungsi budgeter dapat dipahami berdasarkan perkembangan pengaturan tentang pajak rokok sebagai pajak daerah. Berkaitan dengan fungsi reguleren untuk mengendalikan konsumsi tembakau melalui kenaikan harga rokok yang kemudian secara eksplisit alokasinya dapat ditemukan dalam Pasal 31 UU 28/2009. Kemudian berkaitan dengan pemenuhan fungsi budgeter pajak rokok tidak lepas dari pengenaan cukai hasil tembakau sebagaimana objek cukai hasil tembakau diatur berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan berdasarkan jenis dan golongannya untuk menetukan batas Harga Jual Eceran (HJE). Pada tahun 2021 melalui UU 7/2021, pemerintah memperluas jenis cukai tembakau dengan penambahan rokok elektrik. Selanjutnya pengesahan UU 1/2022 diharapkan berdampak terhadap Pembangunan ekonomi nasional karena bertujuan untuk mempertajam pelaksanaan desentralisasi fiskal. Disamping itu kenaikan tarif cukai juga sangat berpengaruh terhadap industri hasil tembakau karena ketidakmampuan produsen untuk memenuhi target cukai.

This research explains whether cigarette tax regulations have fulfilled regular and budgetary functions optimally and the impact of cigarette taxes on national economic development. This research was also prepared using doctrinal research methods. Taxes are a source of state revenue for general government financing, which must be included in the state revenue budget (APBN). Taxes have two main functions: the budgetary function (collecting funds from the public) and the regular function (regulating). Cigarette tax is a levy on cigarette excise carried out by the government. The implementation of cigarette regulations towards optimizing normal function and budgetary functions can be understood based on developments in regulations regarding cigarette tax as a regional tax. The explicit allocation for controlling tobacco consumption through increasing cigarette prices can be found in Article 31 of Law 28/2009. Then, regarding including the budgeting function for the cigarette tax, it cannot be separated from the imposition of excise on tobacco products as the object of excise on tobacco products is regulated based on the Minister of Finance Regulation based on type and class to determine the Retail Selling Price (HJE) limit. In 2021, through Law 7/2021, the government expanded the kinds of tobacco excise by adding electronic cigarettes. Furthermore, the ratification of Law 1/2022 impacts national economic development because it aims to sharpen fiscal implementation. Apart from that, the increase in import duties also significantly affects the tobacco industry's results due to the inability of producers to meet customs targets."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Celly Anantaria Atmadikoesoemah
"Latar Belakang. Merokok merupakan faktor risiko yang paling mudah dimodifikasi dalam proses terjadinya gagal jantung. Di Indonesia, 88% konsumsi rokok adalah kretek. Sejauh ini belum ada studi mengenai hal ini terhadap fungsi ventrikel kiri. Penelitian ini akan melihat pengaruh akut rokok kretek pada partisipan usia muda dan membandingkan efek akut rokok kretek dengan rokok putih terhadap fungsi diastolik ventrikel kiri menggunakan ekokardiografi Metode. Uji eksperimental dilakukan di Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ Pusat Jantung Nasional Harapan Kita pada Maret - April 2013. Lima puluh partisipan dikategorikan sebagai bukan perokok rutin dan perokok rutin. Kesemuanya diminta tidak merokok minimal 2 jam sebelum penelitian. Pemeriksaan ekokardiografi dilakukan sebelum mulai merokok, segera setelah, dan satu jam setelah merokok rokok putih dan rokok kretek. Partisipan datang kembali di hari berikutnya untuk merokok jenis rokok lain.
Hasil. Setelah merokok putih, nilai E/e' septal kelompok bukan perokok rutin meningkat segera setelah merokok dan terus meningkat satu jam kemudian dibandingkan nilai dasar pengukuran, dengan rerata berturut-turut 7.63 + 1.63 dan 7.81 + 1.59, p = 0.000. Kelompok perokok rutin juga mengalami peningkatan rasio E/e' septal segera setelah merokok hingga satu jam kemudian, rerata 7.76 + 1.31 dan 7.71 + 1.20, p = 0.000. Segera setelah merokok kretek, rasio E/e' septal kelompok bukan perokok rutin meningkat hingga satu jam kemudian, rerata 7.53 + 1.58 dan 7.74 + 1.45, p = 0.000. Kelompok perokok rutin juga mengalami peningkatan E/e' septal, rerata 7.74 + 1.45 dan 7.78 + 1.40, p = 0.000.
Kesimpulan. Rokok menyebabkan perubahan akut fungsi diastolik ventrikel kiri pada kelompok perokok rutin dan bukan perokok rutin. Perubahan fungsi diastolik yang disebabkan rokok kretek berlangsung lebih lama pada kelompok bukan perokok rutin.

Background. Smoking is one of the most modifiable risk factor in heart failure. In Indonesia, 88% of cigararette smoked is clove cigarette. To the best of our knowledge, there were no studies published regarding this issue on left ventricular diastolic function. This sudy is to describe the acute effects of clove cigarette smoking on diastolic function in young participants and comparing the effects caused by clove cigararette to regular cigarette. Methods. This is an experimental study carried out in Department of Cardiology and Vascular Medicine Universitas Indonesia/ National Cardiavascular Center Harapan Kita in March - April 2013. Fifty participants divided into two groups: non daily smoker and daily smoker. Both groups were asked not to smoke for at least 2 hours prior to study. Echocardiography study was performed to before, right after and 60 minutes after smoking. Participants were then asked to come back on the next day to perform the same procedure with another kind of cigarette.
Result. After regular cigarette smoking, there was an increased septal E/e' from baseline in the non daily smoker group right after and 60 minutes after smoking, mean value of 7.63 + 1.63, 7.81 + 1.59 respectively, p = 0.000. In the daily smoker group, there was also an increase septal E/e profile, mean value of 7.76 + 1.31, 7.71 + 1.20), p = 0.000. After consumption of clove cigarette, a higher septal E/e' was found in non daily smoker group, which lasting to 60 minutes after smoking, mean value of 7.53 + 1.58, 7.74 + 1.45), p = 0.000. Increased septal E/e' was also showed in daily smoker group, mean value of 7.74 + 1.45, 7.78 + 1.40, p = 0.000.
Conclusion. Clove and regular cigarette smoking have acute effects on left ventricular diastolic function in both non daily smokers and daily mokers. In comparison to regular cigarette, clove cigarette caused longer compromised diastolic function in non daily smokers."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nainggolan, Paulina Magdalena
"Latar Belakang: Paparan asap rokok merupakan salah satu faktor risiko yang dapat menjadi pencetus terjadinya hipertiroid selain beberapa faktor risiko lainnya. Prevalensi merokok di Indonesia semakin meningkat dari 27 tahun 1995 menjadi 36,3 tahun 2013 . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan paparan asap rokok dengan hipertiroid pada penduduk Indonesia umur ≥ 15 tahun.
Metode: Desain studi dalam penelitian ini adalah cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh penduduk Indonesia umur ≥ 15 tahun yaitu sebesar722.329 responden. Sampel penelitian adalah penduduk Indonesia umur ≥ 15tahun yang menjadi responden dalam Riskesdas tahun 2013 dan memiliki data lengkap tentang variabel yang diteliti yaitu sebesar 46.823 responden. Analisisdata multivariat menggunakan regresi logistik untuk mengetahui hubungan paparan asap rokok dengan hipertiroid setelah dikontrol variabel umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, kandungan iodium dalam garam yang digunakan dalam rumah tangga dan status gizi.
Hasil: Prevalensi hipertiroid pada penelitian ini adalah 0,8 . Prevalensi keterpaparan asap rokok 77,4 . Responden yang terpapar asap rokok dengan status pendidikan tinggi memiliki peluang 1,65 kali untuk mengalami hipertiroid dibandingkan pada responden yang tidak terpapar asap rokok dan bukan statuspendidikan tinggi. Responden yang terpapar asap rokok dengan status pendidikansedang memiliki peluang 1,30 kali untuk mengalami hipertiroid dibandingkanpada responden yang tidak terpapar asap rokok dan bukan status pendidikan tinggi. Responden yang terpapar asap rokok dengan status pendidikan rendah memberikan efek protektif 0,69 kali terhadap hipertiroid dibandingkan padaresponden yang tidak terpapar asap rokok dan bukan pendidikan tinggi.
Kesimpulan: Paparan asap rokok berinteraksi dengan pendidikan dalammenyebabkan hipertiroid.

Background: Cigarette smoking exposure is a modifiable risk factor for hyperthyroidsm. The prevalence of smoking in Indonesia increased from 27 in 1995 to 36,3 in 2013. This research aimed to determine the association between cigarette smoking exposure in Indonesian population above 15 years old.
Method: Study design is cross sectional. Study population is the entire above 15 years old Indonesian people. Sample is the entire above 15 years old Indonesian people who were respondents in Basic Health Research 2013 and had complete data on the variables studied. Data analysis using logistic regression to determine the association between cigarette smoking exposure and hyperthyroidsm after adjusted by age, sex, educational status, job, iodine level in salt and body massa index.
Result: The prevalence of hyperthyroidsm in this research is 0,8 . The prevalence of cigarette smoking exposure is 77,4 . Cigarette smoking exposureand high educational status are 1,65 times getting hyperthyroidsm than non cigarette smoking exposure and don't have high educational status. Cigarette smoking exposure and medium educational status are 1,30 times getting hyperthyroidsm than non cigarette smoking exposure and don't have high educational status. Cigarette smoking exposure and low educational status have protective effect 0,69 times getting hyperthyroidsm than non cigarette smoking exposure and don't have high educational status.
Conclusion: Cigarette Smoking Exposure interact with educational status incausing hyperthyroidsm.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48487
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rakhmat Noory
"Penelitian ini membahas tentang formulasi Kebijakan Larangan Penyelenggaraan Reklame Rokok dan Produk Tembakau Pada Media Luar Ruang di DKI Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis serta memaparkan latar belakang dan proses dari formulasi kebijakan larangan penyelenggaraan Reklame Rokok dan Produk Tembakau di wilayah DKI Jakarta, serta alternatif kebijakan fiskal yang dapat digunakan untuk menurunkan eksternalitas negatif rokok di wilayah DKI Jakarta. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode pengumpulan data secara studi pustaka dan wawancara tidak terstruktur dengan teknik analisis data secara kualitatif. Hasil penelitian ini adalah kebijakan larangan penyelenggaraan reklame rokok di wilayah DKI Jakarta dilatarbelakangi oleh latar belakang yuridis dan sosiologis. Latar belakang yuridisnya adalah delegasi dari undang-undang dan peraturan yang ada diatas Pergub nomor 1 tahun 2015, sedangkan latar belakang sosiologisnya adalah meningkatkan taraf kesehatan dan produktifitas masyarakat DKI Jakarta. Kebijakan Pergub nomor 1 tahun 2015 ini masih memiliki beberapa celah. Karena itu kebijakan fiskal dengan pajak sebagai instrumennya dapat digunakan sebagai alternatif kebijakan yang lebih efektif, namun proses formulasinya akan lebih panjang dan sulit karena melibatkan lebih banyak pihak, dan kecil kemungkinan untuk disetujui oleh pihak-pihak lain yang terlibat.

This research discusses about the formulation of policy ban on cigarette and tobacco product advertising on outdoor media in DKI Jakarta. The Purpose of this study is to analyze and to explain the background and process of the policy, and alternative fiscal policy which can be used to reduce negative externalities in DKI Jakarta. The approach used in the study is a qualitative approach to data collection methods in literature and in-depth interview. Results of this research is the policy ban on cigarette advertisement in Jakarta motivated by juridical and sociological background. The background is a juridical delegation of laws and regulations thereon, while the sociological background is to improve the health and productivity of Jakarta society. This Policy still has several loopholes. Therefore, fiscal policy with taxation as an instrument of policy can be used as an alternative to a more effective policy, but the formulation process would be longer and more difficult because it involves more parties who seems hard to agree and approve the policy.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T44565
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Salsabila
"Rokok memiliki dampak signifikan terhadap kebakaran, terutama akibat pembuangan puntung rokok yang masih membara secara sembarangan. Data menunjukkan bahwa rokok merupakan penyumbang sekitar 300.000 kematian akibat kebakaran setiap tahunnya. Penulis melanjutkan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa tinggi reaktor mempengaruhi probabilitas dan peristiwa transisi membara menjadi menyala. Dalam studi ini, penulis menyelidiki fenomena penyalaan tumpukan kertas menggunakan sumber panas dari bara rokok dengan ukuran diameter yang bervariasi. Metode penelitian yang digunakan berupa sampah kertas koran ditempatkan dalam reaktor dengan diameter 11,25 cm; 18,75 cm; dan 22,5 cm dengan kondisi lingkungan yang terkontrol. Kemudian, dipantik api pada puntung rokok dan diamati bagaimana kebakaran berkembang dari pembakaran membara menjadi menyala menggunakan sensor termokopel, kamera handycam, dan kamera termal. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa ukuran diameter reaktor pembakaran berpengaruh terhadap probabilitas peristiwa menyala. Semakin besar diameter reaktor, semakin tinggi probabilitas transisi dari pembakaran membara menjadi menyala. Reaktor dengan diameter 18,75 cm dan 22,5 cm memiliki probabilitas tertinggi 100%, sedangkan reaktor dengan diameter 11,25 cm memiliki probabilitas 40%. Kecepatan penyebaran termal antara ketiga reaktor tidak memiliki perbedaan signifikan. Pola penyebaran api dimulai dari tengah atas reaktor, menyebar ke tengah, dan meluas ke tepi. Transisi dari pembakaran membara menjadi menyala terjadi saat termokopel sudah mencapai suhu sekitar 500℃ pada fase smoldering

Cigarettes have a significant impact on fires, particularly due to the improper disposal of smoldering cigarette butts. Data shows that cigarettes contribute to approximately 300,000 fire-related deaths each year. The author continued a previous study that indicated the height of the reactor affects the probability and occurrence of the transition from smoldering to flaming. In this study, the author investigated the ignition phenomenon of paper stacks using a heat source from cigarette butts with varying diameters. The research method involved placing newspaper waste in reactors with diameters of 11.25 cm, 18.75 cm, and 22.5 cm, under controlled environmental conditions. The cigarette butts were lit, and the fire development from smoldering to flaming was observed using thermocouples, a handycam, and a thermal camera. The results of this study indicate that the diameter of the combustion reactor influences the probability of flaming events. Larger reactor diameters have a higher probability of transitioning from smoldering to flaming. Reactors with diameters of 18.75 cm and 22.5 cm had the highest probability of 100%, while the reactor with a diameter of 11.25 cm had a probability of 40%. The thermal spread rate among the three reactors did not show significant differences. The fire spread pattern originated from the upper-middle of the reactor, spread towards the center, and expanded towards the edges. The transition from smoldering to flaming occurred when the thermocouples reached temperatures around 500℃ during the smoldering phase."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>