Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 130422 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bunarwan Prihargono
"Delayed union adalah masalah besar pada penyembuhan fraktur. Bone Morphogenetic Protein (BMP) terbukti dapat mempercepat penyembuhan tulang dari 30 sampai 40 persen. Salah satu obat yang dapat digunakan untuk meningkatkan BMP2 dan BMP4 adalah pentoxyfillin. Pada studi eksperimental ini dilakukan untuk menginvestigasi pengaruh pentoxyfillin oral terhadap percepatan penyembuhan tulang pada fraktur dengan periosteal stripping di femur tikus putih Spague Dawley sejumlah 24 ekor. Evaluasi dilakukan secara radiologis dengan skor RUST dan histologis dengan histomorphometri pada minggu ke 4. Terdapat percepatan penyembuhan fraktur pada skor RSUT maupun pada histomorfometri, namun tidak bermakna secara statistik. Namun didapatkan perbedaan bermakna pada area penulangan dan area tulang rawan pada kelompok dengan dosis obat tertentu. Pentoxyfillin oral berpengaruh pada percepatan penyembuhan fraktur pada delayed union, dengan dosis 100mg/KgBB/hari.

Delayed union is an important problem during fracture healing process. Bone Morphogenetic Protein (BMP) has shown to accelerate the bone healing from 30 to 40 percent. Pentoxyfilline is a drug used to increase BMP2 and BMP4. This experimental study was conducted to investigate the effect of oral pentoxyfilline accelerating bone healing process on fractured femur with periosteal strapping on 24 Sprague Dawley Rats. The evaluation of RUST score and histologically on histomorphometric analysis was done on the forth week. There was an enhancement of fracture healing in terms of RUST score and histomorphometric analysis, but statistically not significant. However, the significant difference was observed in area of osseous tissue and cartilage area in the dose group. Oral Pentoxyfilline accelerates the fracture healing process in delayed union model, with dosing of 100mg/KgBW/day.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
Sp-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Panjaitan, Troydimas
"Latar Belakang Hipertensi dan fraktur merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi ACE inhibitor telah dilaporkan dapat mempromosikan diferensiasi osteoblas meningkatkan mineralisasi dan sekresi matriks tulang sehinga konsumsinya diharapkan mampu mempercepat penyembuhan Tujuan Penelitian bertujuan mengetahui efek pemberian ACE inhibitor terhadap proses penyembuhan fraktur model delayed union Metode Enam belas femur tikus yang dibuat sesuai model delayed union dibagi secara acak menjadi kelompok kontrol kelompok perlakuan Captopril dosis 4 mg kgBB kelompok perlakuan Captopril dosis 8 mg kgBB dan kelompok Captopril dosis 16 mg kgBB Evaluasi dilakukan pada minggu ke 4 secara radiologis foto polos dan histomorfometri Hasil Pada histomorfometri minggu ke 4 didapatkan peningkatan area penulangan yang bermakna terhadap kontrol p 0 033 terutama pada pemberian Captopril dosis 8 mg kgBB p 0 008 dan dosis 16 mg kgBB p 0 015 Penurunan area fibrosa yang bermakna terhadap kontrol p 0 042 terjadi pada Captopril dosis 4 mg kgBB p 0 020 dan dosis 8 mg kgBB p 0 012 Secara radiologis didapatkan peningkatan skor RUST semua kelompok perlakuan yang bermakna terhadap kontrol p 0 021 Kesimpulan Pemberian Captopril dapat menstimulasi proses penyembuhan fraktur pada model delayed union secara radiologis dan histomorfometri Captopril dosis 8 mg kgBB menunjukkan efek yang paling signifikan dalam proses penyembuhan fraktur."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Fauzi
"Latar belakang : Delayed union merupakan salah satu komplikasi penyembuhan fraktur dengan insiden berkisar antara 4,4% hingga 31%. Penatalaksanaan delayed union dapat menimbulkan masalah ekonomi dan kesehatan pada pasien. Angiogenesis memiliki peran penting dalam penyembuhan fraktur. Sildenafil telah terbukti menjadi stimulator poten angiogenesis melalui peningkatan regulasi faktor pro-angiogenik atau yang dikenal sebagai vascular endothelial growth factor (VEGF). Studi ini akan menentukan apakah sildenafil juga mempengaruhi aktivitas angiogenesis dengan ekspresi VEGF dan mempercepat penyembuhan fraktur dengan delayed union.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan post test only control group design, yang dilakukan pada model delayed union tikus Sprague dawley menggunakan analisis histomorfometri dan imunohistokimia. Penelitian ini diawali dengan studi pendahuluan untuk menentukan model delayed union yang hasilnya akan digunakan sebagai kontrol pada penelitian selanjutnya. Tikus dibagi secara acak menjadi empat kelompok : kelompok delayed union (n=6), kelompok dengan pemberian sildenafil 3,5 mg/kgbb (n=6), sildenafil 5 mg/kgbb (n=6) dan sildenafil 7,5 mg/kgbb (n=6). Parameter yang dievaluasi meliputi luas total kalus, area tulang rawan, area penulangan, jaringan fibrosa dan ekspresi VEGF. Pengukuran dilakukan pada minggu ke-2 dan ke-4 setelah intervensi.
Hasil : Setelah dua minggu kondisi delayed union, sildenafil secara signifikan meningkatkan parameter penyembuhan fraktur. Terjadi peningkatan yang signifikan pada total luas kalus (p=0,004), area tulang rawan (p=0,015), area penulangan (p=0,001), jaringan fibrosa (p=0,005) dan ekspresi VEGF (p=0,037). Setelah empat minggu, perbedaan yang signifikan hanya terjadi pada area penulangan (p=0,015) dan jaringan fibrosa (p=0,001).
Diskusi : Analisis histomorfometri dan imunohistokimia menunjukkan peningkatan yang signifikan pada parameter penyembuhan fraktur dan ekspresi VEGF. Hal ini menunjukkan terjadinya percepatan penyembuhan fraktur dan peningkatan pembentukan pembuluh darah. Semakin sedikitnya area kalus dan berkurangnya area tulang rawan serta meningkatnya area penulangan menunjukkan percepatan proses penyembuhan fraktur. Sildenafil meningkatkan aktivitas angiogenesis dengan meningkatnya ekspresi VEGF dan perbaikan vaskularisasi. Perbaikan vaskularisasi pada fraktur tidak hanya memperbaiki oksigenasi dan nutrisi jaringan, tetapi juga menyediakan suplai mesenchymal stem cells (MSCs) pada jaringan fraktur.
Simpulan : Sildenafil terbukti mempercepat penyembuhan fraktur dan meningkatkan ekspresi VEGF pada fraktur dengan delayed union.

Introduction : Inspite of various methods of management to achieve optimum fracture healing, delayed union remains a major problem. The incidence of delayed union ranging from 4.4% to 31%. The management of such problem include secondary operative intervention, which results in economic impact and patient morbidity. Angiogenesis plays an important role in fracture healing. Sildenafil has been shown to be a potent stimulator of angiogenesis through upregulation of pro-angiogenic factors or known as vascular endothelial growth factor (VEGF). This study will evaluate whether sildenafil also influences VEGF expression and bone formation during the process of healing in delayed union fracture.
Method : This study was an experimental study with post test only control group design. It was performed ina delayed union femur fracture model of Sprague Dawley rats using histomorphometric and immunohistochemistry evaluation. A pilot study was initiated previously to determine the model for delayed union fracture healing, and the results were used as the control. Rats were randomized into four groups : delayed union (n=6), administration of sildenafil 3.5 mg/kgbw (n=6), sildenafil 5 mg/kgbw (n=6) and sildenafil 7.5 mg/kgbw (n=6). The parameters evaluated include total area of callus, cartilage area, total osseous tissue, fibrous tissue and VEGF expression. The measurement was carried out at 2 and 4 weeks after intervention.
Results : After two weeks of delayed union fracture healing, sildenafil significantly increased the parameter of fracture healing. The results showed a significant increase of total area of callus (p=0.004), cartilage area (p=0.015), total osseous tissue (p=0.001), fibrous tissue (p=0.005) and VEGF expression (p=0.037). After four weeks, the results were still significant in total osseous tissue (p=0.015) and fibrous tissue (p=0.001).
Discussion : Histomorphometric and immunohistochemistry analysis showed a significant increase of fracture healing parameter and higher expression of the proangiogenic factors (VEGF). Such result confirmed the increase of bone and vascular formation. A smaller callus area with a slightly reduced amount of cartilaginous tissue and increased osseous tissue indicated an accelerated healing process. Sildenafil improves the expression of VEGF and vascularization repair. The vascular invasion in a fracture not only provide oxygen and nutrients needed to repair the injured tissue cells, but also provide an additional source of MSCs.
Conclusion : Sildenafil is proven to effectively accelerate fracture healing and increase VEGF expression in delayed union fracture.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Maruli
"Penyembuhan fraktur masih merupakan masalah besar. Banyak hal dilakukan
untuk mempercepat penyembuhan fraktur dan menghindari komplikasi
penyembuhan fraktur. Pemberian vitamin C salah satunya. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui peran vitamin C dalam mempercepat penyembuhan fraktur
pada fraktur dengan periosteal stripping di femur tikus putih Spague Dawley
Evaluasi percepatan penyembuhan fraktur dilakukan secara radiologis dengan
skor RUST dan histologis dengan histomorphometri. Penelitian ini adalah
penelitian eksperimental. Penilaian dilakukan terhadap 32 ekor tikus dengan
dosis vitamin C yang berbeda-beda dan dievaluasi pada minggu ke 2 dan minggu
ke 4. Terdapat percepatan penyembuhan fraktur pada kelompok dengan dosis
besar pada skor RUST di minggu ke-4. Secara histologis pada histomorphometri
didapatkan percepatan penyembuhan fraktur,tetapi secara statistik tidak bermakna.

Fracture Healing still became a problem. There are many things to do to enhance
and avoid the complication of fracture healing. Vitamin C is one of the way to
enhance the fracture healing.. The purpose of this study is to know the role of
vitamin C in enhancement the fracture healing in fracture with periosteal stripping
at white rats femur. The evaluation of enhancement of fracture healing used
radiograpic with RUST score and histologic with histomorphometry. This is an
experimental study. The study used 32 rats which were given vitamin C in
different dosage and was evaluated at the 2nd and 4th week. There is
enhancement of fracture healing in all dosage, especially the large dosage of
vitamin C in RUST score evaluation in the 4th week. In histomorphometry
evaluation there were enhancement of fracture healing but statistically no
significant
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andika Dwiputra Djaja
"Pendahuluan: Fraktur adalah salah satu penyakit yang menjadi permasalahan yang cukup besar dalam bidang kesehatan di dunia, terutama di negara berkembang. Secara umum fraktur dapat sembuh dengan normal. Pada beberapa kondisi, penyembuhan fraktur mengalami komplikasi seperti delayed union atau non union. Penyembuhan fraktur yang sukses merupakan suatu interaksi yang kompleks antara proses angiogenesis dan osteogenesis. Stimulus fisika berupa pajanan PEMF (pulsed electromagnetic fields) menunjukkan pengaruh proses osteogenesis baik dalam tahap perkembangan penulangan embrio dan tahap penyembuhan fraktur.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyembuhan fraktur tulang delayed union pada hewan coba pada pemberian ELF-PEMF dengan melihat skor radiologi RUST dan Failure Load dari Pemberian Gaya Aksial.
Metode: Dilakukan uji eksperimental pada 56 hewan coba di Laboratorium Hewan Departemen Gizi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dengan membandingkan nilai RUST Score dan Load Score pada kedua kelompok hewan coba.
Hasil: Penelitian dilakukan selama Agustus-September 2018. Tidak ada perbedaan karakteristik hewan coba pada penelitian. Didapati bahwa terdapat perbedaan bermakna Rust Score pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol pada setiap minggu pemeriksaan dan terdapat perbedaan bermakna Load Score pada minggu keempat dan kelima.
Kesimpulan: Penelitian ini menyimpulkan terdapat perbaikan penyembuhan fraktur delayed union pasca pemberian ELF-PEMF dilihat dari perbedaan nilai Rust score dan load score.

Background: Fracture is a major health problem in the world, especially in developing countries. Usually, fractures can heal normally. In some conditions, the healing process becomes delayed union or non union. Successful healing of fractures is a complex interaction between angiogenesis and osteogenesis. Physical stimuli such as exposure of PEMF (pulsed electromagnetic fields) influences the osteogenesis process both in the development stage of embryo reinforcement and the fracture healing stage.
Objective: The aim is to determine the healing of delayed union fractures in experimental animals after exposure to ELF-PEMF.
Methods: The experimental study was conducted at Department of Nutrition Animal Laboratory, Faculty of Medicine, Universitas Indonesia with 56 experimental rats. The study was conducted by comparing the RUST Score and Load Score values ​​in the two experimental animal groups
Result: The study was conducted during August-September 2018 There was no difference in animal characteristics in the study. There was significant difference in Rust Score in both groups in each examination week and there were significant differences in Load Score in the fourth and fifth weeks.
Conclusion: There was improvement in delayed union fracture healing after the administration of ELF-PEMF as seen from the difference in Rust score and load score."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Nurul Qomaruzzaman
"ABSTRAK
Fluoroquinolon memiliki efek terhadap mekanisme penyembuhan ruptur tendon Achilles. Penelitian ini dilakukan untuk menilai efek siprofloksasin terhadap proses penyembuhan tendon in vivo. Efek obat diperiksa terhadap biomekanik dan histopatologik tendon Achilles tikus. Uji eksperimental ini menggunakan siprofloksasin selama 2 kali/hari selama 15 dan 35 hari berturut-turut. Asesmen pada tendon Achilles mencakup pengukuran ultimate tensile force (UTF) dan skor histopatologik Bonar. Rerata UTF dan skor proliferasi tenosit pada grup kontrol signifikan dibandingkan grup perlakuan pada protokol 15 hari p<0.004 dan p<0,002. Tidak ada perbedaan bermakna pada skor kolagen, ground substance, dan vaskularisasi. Berdasarkan penelitian ini, siprofloksasin terbukti menurunkan kekuatan biomekanik, metabolisme tenosit, kolagen, dan matriks selama proses penyembuhan tendon Achilles model tikus.

ABSTRACT
Fluoroquinolon has a side effect on the healing process of Achilles tendon rupture. The purpose of this experimental research is to evaluate ciprofloxacin towards tendon healing (in vivo) in respect to biomechanic and histopathologic of Achilles tendon. Ciprofloxacin is administered 2 times per day within 15 and 35 days follow-up. After that, Achilles tendon is measured for ultimate tensile force (UTF) and Bonar histopathologic score. According to this research, the mean of UTF and tenocyte proliferation score is significant in control group compared to intervention group on day-15 (p<0.004 and p<0.002 consecutively). The statistical significance is narrow in collagen score, ground substance, and vascularization. Based on those foundings, ciprofloxacin has been proven to reduce biomechanical force, tenocyte metabolism, collagen, and matrix during the healing process of Achilles tendon in rat model."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amri Muhyi
"Pendahuluan: Fraktur akibat kecelakaan merupakan masalah kesehatan yang menduduki peringkat ke sembilan secara global dan diperkirakan akan menduduki peringkat ketiga pada tahun 2030. Dari seluruh kasus fraktur, kejadian delayed union berkisar antara 5-10%. Delayed union menimbulkan disabilitas, penurunan kualitas hidup, dan peningkatan biaya pengobatan. Saat ini, penanganan delayed union terbaik dengan bone graft masih terbatas persediaannya. Terapi mutakhir penanganan delayed union menggunakan sintesis osteoinduktif seperti BMP-2 sudah banyak diteliti dan digunakan namun biayanya sangat mahal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas citrus flavonoid dalam meningkatkan ekspresi BMP-2 dan VEGF sehingga dapat meningkatkan kualitas fracture healing pada model delayed union hewan coba tikus Sprague-Dawley.
Material dan Metode: Uji eksperimental ini menggunakan 30 tikus Sprague-Dawley yang menjadi model delayed union dengan perlakuan stripping periosteum. Tikus dibagi ke dalam 3 kelompok, yaitu kelompok kontrol, kelompok yang diberikan citrus flavonoid 250 mcg, dan kelompok yang diberikan citrus flavonoid 500 mcg. Tikus dieuthanasia pada hari ke-15 dan hari ke-30 untuk melihat profil histomorfometrik, ekspresi BMP-2, dan ekspresi VEGF melalui aplikasi ImageScope.
Hasil: Pada penelitian ini didapatkan area penulangan yang secara bermakna lebih luas pada kelompok 250 mcg dibandingkan dengan kelompok kontrol (p = 0.047) dan juga pada kelompok 500 mcg dibandingkan dengan kelompok kontrol (p = 0.047) pada hari ke-15. Pembentukan kalus pada hari ke-15 juga ditemukan lebih cepat pada kelompok 250 mcg dan kelompok 500 mcg dibandingkan dengan kontrol (p = 0.009, p = 0.009). Ekspresi BMP-2 paling tinggi didapatkan pada kelompok 250 mcg. BMP-2 secara bermakna lebih besar pada kelompok 250 mcg dibandingkan dengan kelompok kontrol baik pada hari ke-15 maupun hari ke-30 (p < 0.05). Selain itu, ekspresi BMP-2 pada kelompok 500 mcg juga ditemukan secara bermakna lebih besar dibandingkan kelompok kontrol namun hanya pada hari ke-30. Ekspresi VEGF terbesar didapatkan pada kelompok 500 mcg dengan perbandingan yang secara signifikan lebih besar daripada kelompok kontrol dan 250 mcg (p < 0.05). Penelitian ini menunjukkan ekspresi BMP-2 yang memiliki dosis terapeutik terbaik di 250 mcg dengan penambahan dosis yang menimbulkan efek negative pada produksi BMP-2. Selain itu, ekspresi VEGF ditemukan paling baik pada dosis 500 mcg sehingga terdapat perbaikan penyembuhan fraktur baik pada kelompok 250 mcg maupun 500 mcg.
Kesimpulan: Citrus flavonoid meningkatkan penyembuhan fraktur melalui peningkatan ekspresi BMP-2 dan VEGF. Terjadi mekanisme negative feedback dari BMP-2 pada pemberian citrus flavonoid yang berlebihan.

Introduction: Fracture due to traffic accidents is ranked ninth among other problems in health sector and projected to be ranked third in 2030. Delayed union accounts for 5-10% of all fractures. It causes disability, lower quality of life, and increased cost of treatment. Currently, the ideal treatments of delayed union using bone graft application is still limited and sometimes inaccessible. Advanced alternative treatments using BMP-2 synthetics as osteoinductive factors is currently too expensive although it has been clinically proven by previous literatures. This study aimed to discover the effectivity of citrus flavonoid in increasing the expression of BMP-2 and VEGF to accelerate the fracture healing process of delayed union models of Sprague-Dawley rats.
Methods: This experimental study used 30 Sprague-Dawley rats that underwent periosteal stripping to create delayed union models. Subjects were allocated into three groups, namely control group, group with 250 mcg citrus flavonoid initial administration, and group with 500 mcg citrus flavonoid initial administration. The subjects were sacrificed in day 15 and day 30 to observe the histomorphometric profile, BMP-2 expression, and VEGF expression using ImageScope application.
Results: The area of lamellar bone was observed significantly higher in 250 mcg and 500 mcg groups compared to control group on day 15 (p = 0.047). The callus area showed similar result and significantly higher area were observed in 250 mcg and 500 mcg groups compared to control on day 15 (p = 0.009, p = 0.009). The highest BMP-2 expression was observed in 250 mcg group. Statistical test showed significant difference between 250 mcg with 500 mcg and 250 mcg with control groups (p < 0.05). The highest VEGF expression was seen in 500 mcg group, also with significant difference between 500 mcg group compared with 250 mcg and control on day 15. This study found the best therapeutic dose for BMP-2 was 250 mcg while the best therapeutic dose for VEGF was 500 mcg. Excessive addition of citrus flavonoid caused negative impact on BMP-2 expression. Markedly accelerated fracture healing was observed in both 250 mcg and 500 mcg groups.
Conclusion: Citrus flavonoid accelerated the fracture healing process by increasing the expression of BMP-2 and VEGF. There is a negative feedback mechanism of BMP-2 expression when excessive dose of citrus flavonoid was given.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kurniadi Husodo
"[ABSTRAK
Pendahuluan. Irigasi dan debridement yang adekuat dinilai sebagai faktor yang paling menentukan dalam pencegahan infeksi pada fraktur terbuka. Povidone Iodine dan hidrogen peroksida sering digunakan sebagai adjuvant pada proses irigasi untuk membunuh mikroorganisme dan menurunkan angka infeksi. Penelitian ini bertujuan untuk menilai pengaruh povidone iodine dan hidrogen peroksida terhadap penyembuhan fraktur dan reaksi jaringan yang terjadi.
Metode. Empat puluh ekor tikus Sprague Dawley jantan dialokasikan acak ke dalam kelompok perlakuan, yaitu; kelompok I (kontrol), kelompok II (povidone iodine 10%), kelompok III (povidone iodine 1%), dan kelompok IV (hidrogen peroksida 3%). Pada minggu pertama, kedua, dan kelima masing-masing dikorbankan 3 ekor tikus pada setiap kelompok. Evaluasi penyembuhan fraktur dilakukan dengan histomorfometri menggunakan program ImageJ®, variabel yang dinilai meliputi; persentase jaringan fibrosa, jaringan tulang rawan, dan jaringan penulangan pada kalus. Reaksi jaringan dinilai dari jumlah sel limfosit dan makrofag yang dinilai secara semikuantitatif. Analisis statistik dilakukan dengan uji ANCOVA dilanjutkan dengan uji post hoc Dunnett.
Hasil. Persentase luas jaringan penulangan terbanyak ditemukan pada kelompok III, diikuti oleh kelompok I, kelompok IV, dan kelompok II. Persentase luas jaringan fibrosa terbanyak ditemukan pada kelompok II, diikuti oleh kelompok IV, kelompok I, dan kelompok III. Reaksi jaringan terbesar ditemukan pada kelompok II, diikuti oleh kelompok IV, kelompok III, dan kelompok I. Pada uji ANCOVA ditemukan perbedaan antar kelompok yang bermakna. Pada uji Dunnett terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok II dan IV terhadap kontrol.
Simpulan. Povidone iodine 1% menunjukkan gangguan penyembuhan fraktur dan reaksi jaringan yang minimal.

ABSTRACT
Introduction. Adequate irrigation and debridement are important factors to prevent infection in open fractures. Povidone iodine and hydrogen peroxide are adjuvants often used in irrigation to kill microorganisms and prevent infections. This study aims to determine the effect of povidone iodine and hydrogen peroxide on fracture healing and also reaction of host tissue to their presence.
Methods. Fourty male Sprague Dawley rats were allocated randomly into group I (control), group II (10% povidone iodine), group III (1% povidone iodine), and group IV (3% hydrogen peroxide). Three rats on each group were sacrificed on the first, second, and fifth week. Evaluation of fracture healing was done by histomorphometry using ImageJ®, variables measured were; percentage of fibrous tissue, cartilage tissue, and osseous tissue in fracture callus. Reaction of host tissue was analyzed by semiquantative evaluation of lymphocytes and macrophages. Statistical analysis was performed with ANCOVA test followed by Dunnett post hoc test.
Results. The highest percentage of osseous tissue was found in group III, followed by Group I, Group IV and Group II. The highest percentage of fibrous tissue was found in group II, followed by group IV, group I, and group III. The largest tissue reaction was found in group II, followed by group IV, group III, and group I. In ANCOVA test, there was significant difference found between groups. In Dunnett test, significant differences were found between group II and IV to control.
Conclusion. One percent povidone iodine caused minimal impairment of fracture healing and host tissue reaction., Introduction. Adequate irrigation and debridement are important factors to prevent infection in open fractures. Povidone iodine and hydrogen peroxide are adjuvants often used in irrigation to kill microorganisms and prevent infections. This study aims to determine the effect of povidone iodine and hydrogen peroxide on fracture healing and also reaction of host tissue to their presence.
Methods. Fourty male Sprague Dawley rats were allocated randomly into group I (control), group II (10% povidone iodine), group III (1% povidone iodine), and group IV (3% hydrogen peroxide). Three rats on each group were sacrificed on the first, second, and fifth week. Evaluation of fracture healing was done by histomorphometry using ImageJ®, variables measured were; percentage of fibrous tissue, cartilage tissue, and osseous tissue in fracture callus. Reaction of host tissue was analyzed by semiquantative evaluation of lymphocytes and macrophages. Statistical analysis was performed with ANCOVA test followed by Dunnett post hoc test.
Results. The highest percentage of osseous tissue was found in group III, followed by Group I, Group IV and Group II. The highest percentage of fibrous tissue was found in group II, followed by group IV, group I, and group III. The largest tissue reaction was found in group II, followed by group IV, group III, and group I. In ANCOVA test, there was significant difference found between groups. In Dunnett test, significant differences were found between group II and IV to control.
Conclusion. One percent povidone iodine caused minimal impairment of fracture healing and host tissue reaction.]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Didi Hertanto
"Angka kejadian fraktur yang masih cukup tinggi, diikuti komplikasi berupa nonunion akan menimbulkan berbagai masalah selama proses penyembuhan yang berujung pada tingginya biaya kesehatan. Berbagai tindakan pencegahan perlu diberikan berdasarkan faktor-faktro yang dapat mempengaruhi penyembuhan tulang. Penelitian ini adalah studi eksperimental dengan pemberian soybean pada tikus sparaque dawley dengan patah tulang femur yang terbagi atas kelompok A/kontrol, kelompok B/25 mg, dan kelompok C/50 mg. Evaluasi dilakukan dengan radiologi dan histopatologi. Tidak didapatkan perbedaan yang bermakna pada evaluasi radiologi pada ketiga kelompok. Didapatkan perbedaan yang bermakna pada evaluasi histopatologi pada kelompok C dibandingkan kelompok lainnya"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013;
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indhina Reihannisha
"

Latar belakang : Fraktur tulang banyak terjadi pada kecelakaan lalu lintas, dan juga berasal dari osteoporosis. Penyembuhan fraktur tulang diperlukan untuk mengembalikan tulang secara normal. Prosesnya terdiri dari tiga tahap yaitu tahap inflamasi, perbaikan dan remodeling tulang. Keseimbangan remodeling tulang ini diatur oleh osteoblas dan osteoklas. Gen receptor activator of nuclear factor kappa-B (RANK) dengan receptor activator of nuclear factor kappa-B ligand (RANKL) adalah pengaktif osteoklas. receptor activator of nuclear factor kappa-B ligand RANKL dengan osteoprotegerin (OPG) adalah penghambat osteoklas. Pulsed electromagnetic field (PEMF) sebagai salah satu aplikasi alat medis dalam penyembuhan fraktur tulang.

Tujuan : Mengetahui efek pajanan PEMF pada ekspresi RANK, RANKL dan OPG dalam membantu proses penyembuhan fraktur tulang.

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental in vivo menggunakan sampel dari kalus fraktur tulang femur yang tersimpan. Sampel diambil dari jaringan tulang tikus yang telah terfraktur dengan model delayed union dan dibagi menjadi dua kelompok (tanpa pemajanan dengan pemajanan PEMF). Metode menggunakan qPCR dan analisis data menggunakan two way ANOVA dan korelasi Pearson.

Hasil : Ekspresi RANK menunjukkan adanya perbedaan bermakna di hari ke 5,10,18 dan 28 pada kelompok tanpa pajanan PEMF sedangkan pada  kelompok  pajanan PEMF di hari ke 5,18 dan 28 (p<0,05). Perbedaan bermakna ekspresi RANKL di hari ke 5,10,18 dan 28 pada kelompok tanpa pajanan dengan pajanan PEMF di hari ke 18 dan 28 (p<0,05)  Perbedaan bermakna ekspresi OPG di hari ke 10 dan 28  pada tanpa pajanan dengan pada pajanan PEMF di hari ke 5,18 dan 28 (p<0,05). Hasil dari uji korelasi pearson tanpa pajanan memperlihatkan RANKL dengan OPG mempunyai korelasi positif yang bermakna dengan nilai r=0,60 , p=0,03 (p<0,05). Hasil uji korelasi pearson yang dipajan dengan PEMF menunjukkan korelasi positif yang bermakna pada RANK dengan OPG  dan mempunyai nilai r=0,73 , p=0,008 (p<0,05).

Kesimpulan : Ekspresi RANK, RANKL dan OPG yang tidak diberikan pajanan memperlihatkan proses delayed union. Pajanan PEMF mempengaruhi ekspresi RANK, RANKL dan OPG dengan memperlihatkan proses normal union. Korelasi RANKL dengan OPG terlihat pada kelompok tanpa pajanan. Korelasi RANK dengan OPG terlihat pada kelompok yang diberikan pajanan PEMF.


 


Background : Many bone fractures occur in traffic accidents, and also come from osteoporosis. Healing of bone fractures is needed to restore bone normally. The process consists of three stages, namely the inflammatory, bone repair and remodeling. Bone remodeling balance is regulated by osteoblasts and osteoclasts. The receptor activator of nuclear factor kappa-B (RANK) gene with the receptor activator of nuclear factor kappa-B ligand (RANKL) is an osteoclast activator. The receptor activator of nuclear factor kappa-B ligand RANKL with osteoprotegerin (OPG) is an osteoclast inhibitor. Pulsed electromagnetic field (PEMF) as one of the applications of medical devices in healing bone fractures.

Purpose : To find out the effects of PEMF exposure on RANK, RANKL and OPG expression in helping the process of bone fracture healing.

Method : This research is an in vivo experimental study using samples from stored fracture of the femur bone callus. Samples were taken from bone tissue of rats that had been fractured with delayed union models and divided into two groups (without exposure and PEMF exposure). The method of using qPCR and data analysis using two way ANOVA and Pearson correlation.

Result : RANK expression showed a significant difference on days 5.10,18 and 28 in the group without exposure to PEMF while in the PEMF exposure group on days 5.18 and 28 (p <0.05). Significant differences in RANKL expression on days 5,10,18 and 28 in the group without exposure to PEMF exposure on days 18 and 28 (p <0,05) Significant differences in OPG expression on days 10 and 28 in non-exposure to exposure PEMF on days 5.18 and 28 (p <0.05). The results of the Pearson correlation test without exposure showed that RANKL with OPG had a significant positive correlation with a value of r = 0.60, p = 0.03 (p <0.05). Pearson correlation test results exposed with PEMF showed a significant positive correlation on RANK with OPG and had a value of r = 0.73, p = 0.008 (p <0.05).

Conclusion : RANK expression, RANKL and OPG that are not given exposure show delayed union processes. Exposure to PEMF affects the expression of RANK, RANKL and OPG by showing the normal union process. Correlation of RANKL with OPG was seen in groups without exposure. RANK correlation with OPG was seen in the group given PEMF exposure.

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>