Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 121674 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Brian Sri Prahastuti
"Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model utilisasi layanan penanganan balita sakit di Masyarakat. Studi ini dilakukan di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur, Indonesia yang menerapkan program MTBS-M/REACH sejak tahun 2010. Penelitian ini dirancang sebagai studi ekologi yang menggunakan rancangan penelitian cross sectional untuk studi kuantitatif. Sejumlah 5.502 dari 7.675 anak usis 0-59 bulan terlibat dalam studi ini. Analisis kluster dilakukan untuk menghasilkan data 40 desa sebagai unit analisis statistik. Berdasarkan analisis multivariat regresi linier berganda didapatkan bahwa tingkat keberdayaan masyarakat dapat memprediksi utililisasi layanan promotif-preventif (β = 0.355; R2 = 16%). Secara bersama-sama, tingkat keberdayaan masyarakat (β = 0.196) dan availabilitas kader (β = 0.678) dapat memprediksi utilisasi layanan kuratif dengan R2 = 52.5%. Model spasial menunjukkan pola bahwa semakin tinggi aksesibilitas suatu desa, semakin tinggi utilisasi layanan di desa tersebut. Studi ini menyimpulkan bahwa upaya penanganan balita sakit di masyarakat melalui program MTBS-M relevan untuk diterapkan di banyak daerah di Indonesia yang masih menghadapi hambatan aksesibilitas geografis dan availabilitas fasilitas kesehatan.

This studi's aim is to develop a model of service utilization on community case management of childhood illnesses. It was conducetd in Central Southern Timor (CST) district, East Nusa Tenggara Province, Indonesia which implements C-IMCI/REACH program since 2010. This is a combined qualitativequantitative- qualitative study. The research was designed as an ecology study, using cross sectional method of quantitative study. 5.502 out of 7.675 children under five years old were involved in this study. Cluster analysis was done to produce analysis unit of 40 villages to be used for further statistic data processing. In multivariate of linier regression, we found that the level of community empowerment can predict the utilization of promotive-preventive services (β = 0.355; R2 = 16%). Altogether, the level of community empowerment (β = 0.196) and the cadre availability (β = 0.678) can predict curative utilization with R2 = 52.5%. Spatial model shows the patern that the higher accessibility of village the higher service utilization will be. This study concludes if delivery service of community case management of childhood illnesses through the CIMCI program is relevant to be implemented in many areas in Indonesia which have barrier in geographic accessibility and health facility availability"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
D1896
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Afdal
"Latar belakang: Kemudahan akses pelayanan kesehatan bagi peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan penduduk Indonesia. Kemudahan akses ini terwujud dengan bertambahnya fasilitas kesehatan yang melayani peserta JKN. Indikator kemudahan akses terlihat dari bertambahnya jumlah peserta yang berkunjung ke fasilitas kesehatan baik di tingkat pelayanan rawat jalan maupun rawat inap. Kunjungan peserta JKN per 1.000 penduduk dikenal dengan isitilah rate sebagai salah satu indikator utilisasi pelayanan kesehatan untuk menjaga kesinambungan program JKN. Tujuan: penelitian ini bertujuan menganalisis faktor yang mempengaruhi rate rawat jalan tingkat lanjutan (RJTL) maupun rawat inap inap tingkat lanjutan (RITL) dan pemodelan prediksi rate RJTL dan rate RITL. Data yang digunakan berasal dari database BPJS Kesehatan dan Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2016 – 2019 yang diolah berdasarkan faktor predisposing, faktor enabling, dan faktor need dimana semua data digunakan dalam penelitian atau total sampling. Metode: analisis data panel dinamis yang ditujukan untuk membuat model prediksi rate RJTL dan rate RITL. Hasil: model prediksi yang digunakan pada rate RJTL dan rate RITL adalah estimator First Difference Generalized Method of Moment (FDGMM). Kesimpulan: rate RJTL dipengaruhi oleh variabel nilai tagihan klaim dibayar per kunjungan RJTL; jumlah rumah sakit kelas A, B, C, D; jumlah peserta pria; jumlah peserta berusia > 50 tahun; jumlah peserta dengan jumlah anggota keluarga > 3 orang; jumlah peserta berpengeluaran di bawah garis kemiskinan; jumlah peserta dengan penyakit tidak menular; rasio fragmentasi; rasio rujukan; dan jumlah peserta berpendidikan SMP. Sedangkan, rate RITL dipengaruhi oleh variabel nilai tagihan klaim dibayar per kunjungan RITL; jumlah rumah sakit kelas A, B, C, D; jumlah peserta pria; jumlah peserta berusia > 50 tahun; jumlah peserta dengan jumlah anggota keluarga > 3 orang; rate readmisi; jumlah peserta berpendidikan SMP; dan jumlah peserta berpendidikan Perguruan Tinggi. Saran: hasil penelitian menyarankan agar Pemerintah Daerah turut mendukung pemenuhan sarana prasarana pelayanan kesehatan agar masyarakat dapat menjangkau pelayanan kesehatan dengan mudah, mengelola perencanaan penambahan rumah sakit sesuai kebutuhan; Kementerian Kesehatan dapat memberikan regulasi terkait pemenuhan dan pemerataan fasilitas kesehatan maupun tenaga medis, terutama pada daerah dengan keadaan geografis yang sulit; BPJS Kesehatan dapat menggunakan model prediksi rate RJTL dan rate RITL sebagai alat bantu dalam menilai kebutuhan penambahan kerjasama dengan rumah sakit. Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan faktor utilisasi yang lebih luas dan lengkap serta melakukan kajian yang lebih mendalam pada satu wilayah tertentu dengan mempertimbangkan pengaruh aspek geografis, seperti jarak antar fasilitas kesehatan, luas wilayah dan kondisi akses ke fasilitas kesehatan.

Background: easy access to health services for participants of the National Health Insurance (JKN) is one of the efforts to improve the health status of the Indonesian population. This accessibility is achieved through an increase in health facilities serving JKN participants. The indicator of accessibility can be observed from the rising number of participants visiting health facilities, both at the outpatient and inpatient levels. The rate of visits by JKN participants per 1.000 population is considered an indicator of health service utilization, which contributes to the continuity of the JKN program. Objective: this study aims to analyze the factors that influence the advanced level of outpatient care (RJTL) and inpatient care (RITL) and to model the prediction of RJTL rates and RITL rates. The data used is derived from the BPJS Kesehatan database and the 2016-2019 National Socioeconomic Survey (SUSENAS), which are processed based on predisposing factors, enabling factors, and need factors. All data is utilized in the research, employing total sampling. Method: dynamic panel data analysis is employed to develop prediction models for RJTL rates and RITL rates. Results: the prediction model used for the RJTL rate and RITL rate is the First Difference Generalized Method of Moment (FDGMM) estimator. Conclusion: RJTL rate is influenced by several variables: value of claims bills paid per RJTL visit, number of class A, B, C, and D hospitals, number of male participants, number of participants aged over 50 years, number of participants with more than 3 family members, number of participants with expenditures below the poverty line, number of participants with non-communicable diseases, fragmentation ratio, referral ratio, and number of participants with junior high school education. On the other hand, the RITL rate is affected by value of claim bills paid per RITL visit, number of class A, B, C, and D hospitals, number of male participants, number of participants aged over 50 years, number of participants with more than 3 family members, readmission rate, number of participants with junior high school education, and number of participants with university education. Recommendations: the results of this study suggest that the Regional Government should also support the fulfillment of health service infrastructure so that partisipant can reach health services easily, manage plans for adding hospitals as needed; The Ministry of Health can provide regulations regarding the fulfillment and equity of health facilities and medical personnel, especially in areas with difficult geographical conditions; BPJS Kesehatan can use RJTL rate prediction model and RITL rate as a tool in assessing the need for additional collaboration with hospitals. Future researchers can conduct research with broader and more complete utilization factors and conduct more in-depth studies in a particular area by considering the influence of geographical aspects, such as the distance between health facilities, area size and conditions of access to health facilities."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rusmin
"Globalization era gives changing on 5c which is country, costs, customer. competitor and company Changing it charge hospital to increase service quality to patient and its family. Changing that also give impact on emulation that progressively tight deep grab potential market compartment The other impact is felt is increasing total bed so utilisasi is hospital that menurun can and can also increase. This condition of gets to be seen on case study at two swasta's hospitals that is at Makassafs city which is hospital Stella Maris and (`mestelina?s hospital hits utilisasi service nurses to lodge VIP'S class on year 2009. On year 2007 2008 RSG?S houses note GIMLET number services to nurse VIP?S class lodge just 53 % and 54 %, meanwhile RSSM is even greater which is 76 % and 74 %.
This research constitute research with quantitative approaching and kualitatitl Its aim wants to know determinant that is engaged utilisasi and quality picture services swasta's hospital. Observational data as data of primary which is acquired quantitative data with method surveys to utilize kuesioner where sample in observational it as much 200 respondents, one that its amount established by sampling tech slratzfied random is sampling with allocation method proportional. For kualitatifs data by methodics visceral interview on to amount to informan. There is data even its secondary is gotten by undertaking studies document.
Result observationaling to point out that no relationship among predisposing'S factor, enabling's factor and need's factor with utilisasi services to nurse VIP'S class lodge on RSG and RSSM 2009. Quality picture services hospital on RSSM better compared with by RSG. Picture services doctor on the two hospital with better. Appreciative picture services and RSSM'S rate less expensive and better than RSG. Therefore Stella Maris's hospital party and Grestelina's hospital needs to shortly notice utilisasi's determinant and increases hospital service quality, quality services doctor, point services hospital and mengkaji is rate that at establishes.

Era globalisasi memberikan perubahan pada 5C yaitu country, costs. customer, competitor dan company. Perubahan ini menuntut rumah sakit untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada pasien dan keluarganya. Perubahan tersebut juga memberikan dampak pada persaingan yang semakin ketat dalam merebut pangsa pasar potensial. Dampak yang lain dirasakan adalah peningkatan jumlah tempat tidur sehingga utilisasi rumah sakit dapat menurun dan juga dapat rneningkat. Kondisi ini dapat dilihat pada studi kasus di dua rumah sakit swasta yang ada di kota Makassar yaitu rumah sakit Stella Maris dan rumah sakit Grestelina mengenai utilisasi layanan rawat inap kelas VIP pada tahun 2009. Pada tahun 2007-2008 rumah RSG mencatat angka BOR layanan rawat inap kelas VIP hanya 53 % dan 54 %, sedangkan RSSM lcbih besar yaitu 76 % dan 74 %.
Penelitian ini merupakan pcnclitian dengan pendekatan kuantitatif dan kualitati Tujuannya ingin mengetahui determinan yang berhubungan dengan utilisasi serta gambaran kualitas layanan rumah Sakit Swasta. Data penelitian berupa data primer yaitu data kuantitatif yang diperoleh dengan metode survei menggunalcan kuesioner dimana sampel dalam penelitian ini sebanyak 200 responders, yang jumlahnya ditetapkan dengan teknik sampling stratified random sampling dcngan metode alokasi proporsional. Untuk data kualitatif dengan metode wawancara mendalam pada sejumlah informan. Adapun data sekundemya diperoleh dengan mclakukan telaah dokumen.
Hasil penelitian mcnunjukka.n bahwa tidak ada hubungan antara faktor predisposing, faktor enabling dan faktor need dengan utilisasi Iayanan rawat inap kelas VIP pada RSG dan RSSM tahun. Gambaran kualitas layanan rumah sakit pada RSSM Iebih baik dibandingkan dengan RSG. Gambaran layanan dokter pada kedua rumah sakit sama baiknya. Gambaran nilai layanan dan tarif RSSM lebih murah dan lebih baik dibandingkan RSG. Oleh karenanya pihak rumah sakit Stella Maris dan rumah Sakit Grestelina perlu untuk segera memperhatikan determinan utiilisasi dan meningkatkan kualitas layanan rumah sakit, kualitas layanan dokter, nilai layanan rumah sakit dan mengkaji tarif yang di tetapkan."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T32069
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Hakim
"Penelitian ini berangkat dari factual problem penanganan perkara Pengujian Undang-Undang di Mahkamah Konstitusi (MK) berkaitan dengan waktu penanganan perkara, ketidakpastian hukum, regulasi, disparitas waktu, konflik kepentingan, dan pelanggaran kode etik dalam penanganan perkara. Berdasarkan permasalahan tersebut dilakukan penelitian yang berfokus pada pelaksanaan prinsip-prinsip dan membangun model Good Court Governance (GCG) dalam sistem penanganan perkara di MK. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah mixed method dengan pendekatan post positivist dan konstruktivis. Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan prinsip-prinsip GCG yaitu akuntabilitas, prosedur perkara, manajemen perkara, organisasi, perkembangan penanganan perkara, dan sistem pendukung di MK masih memiliki permasalahan. Problematika yang ditemukan diantaranya terkait disparitas waktu penanganan perkara, struktur organisasi, pelanggaran prosedur, inefisiensi dan inefektifitas proses berperkara, lemahnya institusi pengawasan dan kurang intensifnya pengawasan, regulasi serta penataan penanganan perkara berbasis online yang belum terkelola dengan baik serta rendahnya tingkat penggunaan teknologi peradilan oleh masyarakat . Selanjutnya, terkait model GCG dalam sistem penanganan perkara di MK, hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam membangun model Good Court Governance dalam sistem penanganan perkara di MK proses membangun model dipengaruhi oleh system contexts berupa dimensi-dimensi eskternal yaitu dimensi politik, dimensi sosial dan budaya, dan dimensi rekrutmen hakim di mana ketiga dimensi tersebut menjadi ekternal drivers yang memiliki pengaruh yang siginfikan dalam rangka mewujudkan sistem penanganan perkara di MK yang efektif, efisiens, akuntabel dan transparan serta dalam rangka mewujudkan kepastian hukum dan keadilan dalam berperkara di MK. Ketiga dimensi tersebut melibatkan aktor-aktor eksetrnal yang memiliki keterkaitan dengan MK sebagai lembaga peradilan dan aktor-aktor tersebut sangat penting untuk terlibat dan berkontribusi dalam mewujudkan sistem peradilan berdasarkan Model Good Court Governance di MK. Selanjutnya, dalam model GCG terdapat 6 faktor utama sebagai governance instruments dalam rangka mewujudkan sistem penanganan perkara yang efektif, efisien, akuntabel dan transparan yaitu sistem Akuntabilitas dan Transparansi, prosedur dan regulasi, kepemimpinan, sistem organisasi, sistem komunikasi, dan yang terakhir adalah sistem pendukung (IT). dalam pelaksanaanya Model GCG juga harus mengacu pada 10 prinsip dan strategi penanganan perkara yang menjadi syarat dalam penerapan Model GCG yang dibangun dalam penelitian ini.

"
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Raden Arief Naufaldi
"Perkembangan era digital yang semakin pesat dapat mengubah hampir semua aspek dalam kehidupan modern. Dengan adanya kemajuan teknologi, Semua dapat dilakukan lebih mudah. Hal ini menciptakan sebuah konsep bernama Smart City yang dimana semua hal yang dilakukan sehari-hari oleh masyarakat kota menjadi terintegrasi dan berkelanjutan. Saat ini di Indonesia semua sektor bisnis sudah memasuki era dimana digital berperan penting didalamnya, PT Railink salah satunya, PT Railink selaku penyedia baru layanan kereta api bandara mengeluarkan layanan pemesanan tiket secara Online berbasis smartphone, yang dimana tentu bertujuan untuk memudahkan para konsumen untuk dapat lebih nyaman memesan tiket kereta api bandara, namun baru dikeluarkannya aplikasi Railink belum tentu dapat diterima secara luas oleh para pengguna layanan ini. Penelitian ini berfokus pada pengukuran tingkat penerimaaan teknologi pada aplikasi Railink dengan menggunakan modifikasi TAM dan TRA berdasarkan metodologi SEM. Penelitian ini dilakukan di kota Jakarta dengan dua bahan kajian, yaitu masyarakat generasi X dan masyarakat generasi Y.
Hasil penelitian menunjukkan tingginya kesan positif yang dirasakan perihal kebermanfaatan dan kemudahan yang dirasakan baik untuk kedua generasi. Analisis technology adoption lifecycle dan technology roadmaping menunjukkan bahwa aplikasi Railink telah diadopsi oleh early majority dan late majority. Hal ini mengindikasikan aplikasi Railink berada pada tahap ascent dan juga mature, sehingga penting bagi pihak pengembang aplikasi untuk terus melakukan promosi agar dapat menarik lebih banyak masyarakat generasi X untuk menggunakan aplikasi Railink, dan bagi generasi Y, pihak pengembang aplikasi harus terus melakukan pembaharuan fitur, dan loyalty point agar masyarakat generasi Y dapat terus menggunakan aplikasi Railink untuk 5-10 tahun mendatang.

The rapid development of the digital age can change almost every aspect of modern life. With the advancement of technology, All can be done more easily. This creates a concept called Smart City where all the things that people do everyday in the city become integrated and sustainable. Currently in Indonesia all business sectors have entered an era where digital plays an important role in it, PT Railink one of them, PT Railink as a new provider of airport rail services issued online ticketing service based on smartphones, which of course aims to facilitate consumers to be more convenient to book the airport train tickets, but the newly issued Railink application may not be widely accepted by the users of this service. This study focuses on measuring the acceptability of technology in Railink applications by using TAM and TRA modifications based on the SEM methodology. This research was conducted in Jakarta city with two study materials, that is community of generation X and Y generation society.
The result of research shows high positive impression felt about the usefulness and easiness for both generation. Analysis of technology adoption lifecycle and technology roadmaping shows that Railink application has been adopted by early majority and late majority. This indicates that the Railink app is in the ascent and mature stages, so it 39 s important for application developers to continue promoting in order to attract more X generation people to use Railink apps, and for Y generation, application developers should keep updating features, and make loyalty points for the Y generation community to continue using the Railink app for the next 5 10 years.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitzsimmons, James A.
Boston: 2004
658FITS001
Multimedia  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Fauzi
"Tesis ini membahas mengenai implementasi program layanan luar panti oleh PSBR Bambu Apus Jakarta ditinjau dari pelaksanaan model intervensi komunitas yang dilakukan, peran dari para pelaku perubahan yang terlibat serta hambatan yang terjadi di dalam upaya menangani masalah remaja putus sekolah terlantar. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif di desa Ciwaringin, Kabupaten Cirebon.
Hasil dari penelitian ini memperlihatkan bahwa program layanan luar panti menggunakan model kebijakan/perencanaan sosial sebagai upaya intervensi komunitas terhadap remaja putus sekolah terlantar sehingga pemberdayaan terhadap komunitas sebagai penerima manfaat lebih fokus kepada terselesaikannya suatu kegiatan dari rencana program yang telah ditetapkan.

This thesis discussed the implementation of the non-housing service program by PSBR Bambu Apus Jakarta in terms of the implementation of community intervention models that do, the role of the actors involved and the barriers that occur in efforts to addressing the youth with dropout and neglected problem. This study is a qualitative and using descriptive approach at Ciwaringin village, Cirebon.
The Result showed that the non-housing service program is using a policy / social planning model as an intervention for community so that the empowerment of the beneficiaries more focused on the tasks completion.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T44316
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laurensius Guntur
"[Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan pemberdayaan perempuan, utilisasi layanan kesehatan dengan kematian perinatal di Indonesia tahun 2012. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional menggunakan data sekunder SDKI 2012. Sampel penelitian ini adalah semua WUS yang (15 ? 49 tahun) yang pernah melahirkan dalam kurun waktu lima tahun terakhir sebelum survei pada data SDKI 2012. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara pemberdayaan perempuan dengan kematian perinatal. Ada hubungan antara Utilisasi layanan kesehatan dengan kematian Perinatal. variabel lain yang signifikan mempengaruhi kejadian kematian perinatal adalah pendidikan, status ekonomi, jumlah kelahiran, komplikasi kehamilan dan komplikasi persalinan. Faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian perinatal adalah variabel utilisasi layanan kesehatan buruk pada kelompok status ekonomi rendah dengan Odds ratio

The purpose of this study was determine the correlation of womens Empowerment, health service utilization with perinatal mortality in Indonesia in 2012. The research was quantitative, with cross sectional design using secondary data SDKI 2012. The sample was all womens aged 15 ? 49 years old who were respondent in data SDKI 2012 and has breathing in past five years before survey SDKI 2012. The results showed that the women?s empowerment has not correlation with perinatal mortality, health service utilization has relationship with perinatal mortality. The other variables that has significantly correlation with perinatal mortality are educational level, economic status, parity, breathing complications and pregnancy complications. Breathing complication was the most correlation factor with perinatal mortality (OR: 4.5, 95%CI: 2.21-9.12). The purpose of this study was determine the correlation of women?s Empowerment, health service utilization with perinatal mortality in Indonesia in 2012. The research was quantitative, with cross sectional design using secondary data SDKI 2012. The sample was all womens aged 15 ? 49 years old who were respondent in data SDKI 2012 and has breathing in past five years before survey SDKI 2012. The results showed that the women?s empowerment has not correlation with perinatal mortality, health service utilization has relationship with perinatal mortality. The other variables that has significantly correlation with perinatal mortality are educational level, economic status, parity, breathing complications and pregnancy complications. Breathing complication was the most correlation factor with perinatal mortality (OR: 4.5, 95%CI: 2.21 ? 9.12).;The purpose of this study was determine the correlation of women?s Empowerment, health service utilization with perinatal mortality in Indonesia in 2012. The research was quantitative, with cross sectional design using secondary data SDKI 2012. The sample was all womens aged 15-49 years old who were respondent in data SDKI 2012 and has breathing in past five years before survey SDKI 2012. The results showed that the womens empowerment has not correlation with perinatal mortality, health service utilization has relationship with perinatal mortality. The other variables that has significantly correlation with perinatal mortality are educational level, economic status, parity, breathing complications and pregnancy complications. Breathing complication was the most correlation factor with perinatal mortality (OR: 4.5, 95%CI: 2.21 ? 9.12).;The purpose of this study was determine the correlation of women?s Empowerment , health service utilization with perinatal mortality in Indonesia in 2012. The research was quantitative, with cross sectional design using secondary data SDKI 2012. The sample was all womens aged 15 ? 49 years old who were respondent in data SDKI 2012 and has breathing in past five years before survey SDKI 2012. The results showed that the women?s empowerment has not correlation with perinatal mortality, health service utilization has relationship with perinatal mortality. The other variables that has significantly correlation with perinatal mortality are educational level , economic status, parity, breathing complications and pregnancy complications. Breathing complication was the most correlation factor with perinatal mortality (OR: 4.5, 95%CI: 2.21 ? 9.12).;The purpose of this study was determine the correlation of women?s Empowerment , health service utilization with perinatal mortality in Indonesia in 2012. The research was quantitative, with cross sectional design using secondary data SDKI 2012. The sample was all womens aged 15 ? 49 years old who were respondent in data SDKI 2012 and has breathing in past five years before survey SDKI 2012. The results showed that the women?s empowerment has not correlation with perinatal mortality, health service utilization has relationship with perinatal mortality. The other variables that has significantly correlation with perinatal mortality are educational level , economic status, parity, breathing complications and pregnancy complications. Breathing complication was the most correlation factor with perinatal mortality (OR: 4.5, 95%CI: 2.21 ? 9.12)., The purpose of this study was determine the correlation of women’s Empowerment , health service utilization with perinatal mortality in Indonesia in 2012. The research was quantitative, with cross sectional design using secondary data SDKI 2012. The sample was all womens aged 15 – 49 years old who were respondent in data SDKI 2012 and has breathing in past five years before survey SDKI 2012. The results showed that the women’s empowerment has not correlation with perinatal mortality, health service utilization has relationship with perinatal mortality. The other variables that has significantly correlation with perinatal mortality are educational level , economic status, parity, breathing complications and pregnancy complications. Breathing complication was the most correlation factor with perinatal mortality (OR: 4.5, 95%CI: 2.21 – 9.12).]"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nani Nurhaeni
"Pneumonia pada masa kanak-kanak masih menjadi penyebab utama kematian dunia bagi anak balita. Sejumlah 7-13% kasus pneumonia yang terjadi di masyarakat cukup berat dan memerlukan hospitalisasi. Hospitalisasi menyebabkan anak cemas, takut, dan stres. Pentingnya peran, keterlibatan, dan pemberdayaan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan adalah hal yang utama dan perlu diukur efektivitasnya. Tujuan studi ini adalah untuk mendapatkan model dan alat ukur pemberdayaan keluarga yang valid dan reliabel. Desain yang digunakan adalah campuran kualitatif dan kuantitatif. Studi kualitatif (tahap 1) untuk menggali fenomena aplikasi pemberdayaan keluarga di rumah sakit sebagai dasar pengembangan instrumen dan studi kuantitatif survey (tahap 2) untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen serta mendapatkan model akhir pemberdayaan keluarga. Responden dalam studi tahap 1 ada 6 keluarga-anak di satu rumah sakit dan studi tahap 2 berjumlah 221 keluarga-anak tersebar di 8 rumah sakit di Jakarta (4 RSUP dan 4 RSUD). Hasil studi tahap 1 menggunakan analisis Colaizi menemukan 7 tema yaitu: persepsi pneumonia, penatalaksanaan pneumonia, peran keluarga, keinginan merawat dari keluarga, partisipasi keluarga, kerjasama keluarga, dan dukungan informasi pelayanan kesehatan dan dana (rumah sakit). Pada tahap dua analisis yang digunakan univariat, bivariat, dan multivariat (CFA dan SEM). Hasil penelitian menunjukkan ada 5 konstruk instrumen meliputi motivasi, caring, dukungan sosial, efikasi diri dan pemberdayaan. Berdasarkan hasil uji instrumen ditemukan bahwa semua konstruk valid dan reliabel. Ada perbedaan rerata pemberdayaan keluarga yang bermakna antara responden RSUP dengan RSUD. Dari hasil uji model persamaan struktural, ditemukan bahwa ada pengaruh motivasi, caring, dan dukungan sosial terhadap pemberdayaan keluarga baik secara langsung maupun melalui efikasi diri. Berdasarkan hasil yang didapat, instrumen yang telah dikembangkan dapat menjadi alat ukur dan acuan dalam pengembangan/ uji model intervensi pemberdayaan keluarga sebagai upaya peningkatan kemampuan keluarga untuk merawat anak yang sakit khususnya pneumonia.

Pneumonia has been a major cause of children death in the world. Around 7-13% of pneumonia cases occur in the community and need hospitalization. Hospitalization creates anxiety, fear, and stress in children. Therefore, it is important to involve and empower the family in nursing care during hospitalization, and it needs to be measured. This study aimed to develop a model and a valid and reliable instrument to measure family empowerment. Method: Qualitative and quantitative designs were used in this study. A qualitative design (phase 1) was employed to explore the usage of family empowerment phenomena in the hospital as a baseline in developing an instrument, and a quantitative survey (phase 2) was used to test the validity and reliability of the instrument as well as to developed a final model of family empowerment. There were six families in a hospital involved in first phase and in second phase , 221 families in eight hospitals in Jakarta were involved. Data collected from phase 1 were analysed using Colaizzi's method. Whereas, quantitative data from phase 2 were analysed using univariate, bivariate, and multivariate analysis (CFA and SEM). Seven themes arose from qualitative data were the perception of pneumonia, pneumonia treatment, family role, family intention to care for their child, family participation, family collaboration, and health and financial information support. From quantitative data, it was found that there were five construct instruments which were motivation, caring, social support, self-efficacy, and empowerment. Based on instrument test, all the construct was valid and reliable. There were significant difference in empowerment mean between RSUP and RSUD. It was found that motivation, caring, and social support significantly influence family empowerment either directly or through improvement self efficacy. Based on the results, the instrument developed can be a tool and guideline in developing/testing a model of family empowerment intervention in order to increase family abilities to take care of their sick children, particularly who suffer from pneumonia.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
D1465
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>