Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 128203 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vidi Rahman Alma`i
"Sistem produksi terdiri dari elemen manusia, material, mesin, dan metode.Tingkat operasional produksi merupakan personil yang langsung berhubungan dengan proses produksi dan memengaruhi produktivitas dan kualitas. Pada tingkat operasional produksi memiliki masalah tersendiri dalam hal manajemen pengetahuan, seperti perbedaan kemampuan antar grup kerja, minimnya komunikasi, hingga tidak lengkapnya panduan operasional. Perlu adanya strategi penerapan manajemen pengetahuan yang tepat sehingga proses berbagi pengetahuan dapat berjalan dengan baik.
Dalam penelitian ini strategi manajemen pengetahuan didasarkan pada model SECI. Penyusunan prioritas strategi manajemen pengetahuan dilakukan dengan menggunakan metode TOPSIS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi adanya kepemimpinan yang kuat dalam membentuk budaya positif, pembuatan laporan produksi, management review, evaluasi, dan pemberian reward merupakan strategi manajemen pengetahuanyang utamauntuk diterapkan pada tingkat operasional produksi.

The production system consists of the elements of human, material, machines, and methods. Operational level of production is directly related to personnel and production processes affect productivity and quality. At the operational level of production has its own problems in terms of knowledge management, such as the difference between the ability of the working group, the lack of communication, incompleteoperational guidance. It needs proper knowledge management implementation strategies so that the process of knowledge sharing can work well.
In this research, the knowledge management strategy is based on the SECI model. Prioritizing strategy of knowledge management is done by using TOPSIS method. The results showed that the strategy presence of strong leadership in making positive culture, production report, management review, evaluation, and reward giftare major knowledge management strategies to be implemented at the operational level of production.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T42472
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pasaribu, Wadyo P.
"Saat ini dunia sudah memasuki era ekonomi berbasis pengetahuan (Drucker.P, knowledge based economy atau knowledge economy). Knowledgeeconomy hadirsebagai suatu sistem ekonomi yang dikarakterisasi oleh faktor-faktor seperti globalisasi pasar dan teknologi, demokrasi dari informasi dan ekspektasi, konektifitas universal, intensitas kompetisi yang bersifat eksponensial meningkat, pergeseran penciptaan kekayaan dari uang ke manusia dan knowledge workermarket yang makin bebas. Dalam era tersebut, setiap perusahaan harus selalu belajar dan mengelola pengetahuan yang dimilikinya agar menemukan cara untuk menumbuhkan dan membangun keunggulan sebagai suatu budaya organisasi sehingga mampu untuk terus beradaptasi dan mendapatkan keuntungan.
Ikujiro & Nonaka (ikujiro and nonaka, The Knowledge Creating Company,1995) mengemukakan Dalam teorinya, MODEL SECI , suatu model yang memposisikan pengetahuan sebagai sebuah proses manusiawi yang dinamis, menyangkut pembenaran terhadap keyakinan pribadi atas sesuatu yang diyakini benar adanya. Selanjutnya sebagai dasar yang fundamental dari teori tersebut, memfokuskan perhatiannya kepada aktivitas subyektif alami dari gambaran suatu pengetahuan, seperti komitmen dan kebenaran, yang berakar dari dalam sistem-sistem nilai individu.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa baik informasi maupun pengetahuan adalah kondisi spesifik dan saling terkait yang tergantung kepada situasi serta interaksi sosial antara manusia yang terbentuk secara dinamis dalam suatu populasi seperti organisasi. Penciptaan pengetahuan dalam suatu organisasi dapat dipahami sebagai sebuah proses dimana organisasi memperbesar penciptaan pengetahuan yang dihasilkan oleh individu sebagai anggota organisasi. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa pengetahuan hanya diciptakan oleh individu dan organisasi tidak dapat menciptakan pengetahuan tanpa individu tersebut. Dengan Kesadaran akan hal tersebut harmonisasi antara keberadaan karyawan dan kebutuhan organisasi untuk mencapai sustainability development niscaya dapat terwujud. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T43657
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gunawan
"ABSTRAK
Dalam melakukan pekerjaan sehari-hari personil bergantung pada pengetahuan personil lainnya dalam menyelesaikan masalah. Itu artinya mereka tidak bisa memecahkan masalahnya sendiri tanpa bantuan dari personil lain yang kompeten dan berpengetahuan dalam hal tertentu. Mengarnbil studi kasus pada divisi pemeliharaan alat berat, penelitian ini berkontribusi pada transfer pengetahuan tingkat individu antar member non-management level danbertujuan mendapatkan strategi manajemen pengetahuan.
Kerangka Delphi-AHP-TOPSIS digunakan dalam penelitian ini yang terbagi dalam tiga tahap. Tahap pertama yaitu metode Delphi, dimana faktor-faktor penting transfer pengetahuan diidentifikasi. Tahap kedua yaitu Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk membobotkan faktor tersebut. Dan tahap ketiga yai'ni Technique for Order of Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) untuk menentukan prioritas strategi manajemen pengetahuan. Penelitian ini menghasilkan tiga strategi utama untuk member nonmanogement level diantaranya pelatihan dan penugasan/terlibat dalam proyek, membuat mekanisme sistem reward dan after action review. Dimana strategi personalisasi menjadi strategi yang paling disukai.

ABSTRACT
In their day-to-day work, personnel rely on the knowledge of other personnel in solving problems. It means they could not solve their own problems without help from other persorurel who are competent and knowledgeable in certain cases. Drawing on a case study of heavy equipment maintenance division, this study contributes to knowledge transfer individual level among members of nonmanagement level and aims to formulate knowledge management strategy.
Framework Delphi-AHP-TOPSIS was used in this study which divided into three stages. The first stage is Delphi method, where important factors of knowledge transfer were identified. The second stage is Analytical Hierarchy Process (AHP), where the weight of these factors obtained. And the third stage is Technique for Order of Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) to determine the priority of knowledge management strategy. This study found three major strategies for non-management level member such as training and assignment/ involved in the project, making mechanism of reward system and after-action reviews. Where the personalization strategy is the most preferred strategy.
"
2015
T43905
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elkaf Fahrezi Soebianto Putra
"Masalah produktivitas penelitian, khususnya di Indonesia dapat dikatakan masih belum ideal dan diperlukan motivasi yang tinggi untuk mengoptimalkan jumlah publikasi ilmiah. Lemahnya produktivitas penelitian dosen bisa disebabkan oleh beberapa permasalahan yang dihadapi dosen dalam setiap tahapan kegiatan penelitian. Permasalahan mengenai produktivitas penelitian dapat diatasi melalui proses Knowledge Management (KM) yang baik. Proses penciptaan pengetahuan dimana dalam konteks institusi pendidikan tinggi adalah proses penciptaan karya ilmiah dapat ditangani melalui pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi terbaru, pengembangan strategi, model, teknik, metode dan sistem manajemen pengetahuan. Penelitian ini bertujuan untuk merancang prototipe Knowledge Management System (KMS) untuk mendukung kegiatan penelitian ilmiah di institusi pendidikan tinggi. Objek dari penelitian ini adalah Universitas PGRI Madiun, Universitas PGRI Kanjuruhan Malang, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur dan Universitas Negeri Semarang. Untuk merancang prototipe KMS, dalam penelitian ini menggunakan metode SECI dan juga user centered design (UCD). Metode SECI digunakan untuk mengidentifikasi proses pengetahuan yang terdapat pada setiap kegiatan penelitian ilmiah. Perancangan prototipe KMS dilakukan dengan menggunakan aplikasi Figma. Terjadi proses iterasi sebanyak dua kali karena terdapat beberapa masukan dari stakeholder untuk perancangan prototipe tahap pertama. Tahap terakhir adalah melakukan evaluasi prototipe KMS yang telah dirancang. Evaluasi prototipe dilakukan dengan menggunakan pengukuran KMS Success Model. Hasil dari evaluasi prototipe menunjukkan bahwa setiap dimensi pada KMS Success Model memiliki nilai rata-rata yang tinggi. Hasil penelitian ini dapat menawarkan rekomendasi yang memungkinkan bagi regulator di institusi pendidikan tinggi untuk menggunakan prototipe KMS sebagai blueprint untuk mengembangkan KMS konkret berbasis website.

The problem of research productivity, especially in Indonesia, can be said to be still not ideal and high motivation is needed to optimize the number of scientific publications. The weak research productivity of lecturers can be caused by several problems faced by lecturers in each stage of research activities. Problems regarding research productivity can be overcome through a good Knowledge Management (KM) process. The process of creating knowledge which in the context of higher education institutions is the process of creating scientific work can be handled through the use of the latest information and communication technology, the development of strategies, models, techniques, methods and systems of knowledge management. This study aims to design a Knowledge Management System (KMS) prototype to support scientific research activities in higher education institutions. The objects of this research are PGRI Madiun University, PGRI Kanjuruhan University Malang, East Java "Veteran" National Development University and Semarang State University. To design a KMS prototype, this research uses the SECI method and also user centered design (UCD). The SECI method is used to identify the knowledge processes contained in every scientific research activity. The design of the KMS prototype was carried out using the Figma application. The iteration process occurred twice because there were several inputs from stakeholders for the design of the first stage prototype. The final stage is to evaluate the KMS prototype that has been designed. Prototype evaluation was carried out using the KMS Success Model measurement. The results of the prototype evaluation show that each dimension in the KMS Success Model has a high average value. The results of this study can offer recommendations that make it possible for regulators in higher education institutions to use the KMS prototype as a blueprint for developing concrete web based KMS."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daniel Jandi C.
"Pertumbuhan industri kelapa sawit yang berkembang pesat pada beberapa tahun terakhir ini didorong dengan penggunaan alat-alat produksi yang optimum. Sistem transportasi alat berat pada kelapa sawit menjadi bagian vital dalam mendukung kegiatan produksi. Untuk menjaga sistem transportasi alat berat tersebut bekerja dengan optimal, diperlukan strategi pemeliharaan yang dapat menunjang sistem produksi dan sesuai dengan kerangka berfikir perusahaan.
Pemilihan strategi pemeliharaan truk kontainer kelapa sawit ini menggabungkan dua metode pengambilan keputusan multi atribut (MADM), yaitu AHP dan TOPSIS. Bobot kepentingan relatif dari kriteria pemeliharaan dan alternatif solusi diurutkan dengan menggunakan metode AHP. Metode TOPSIS kemudian digunakan untuk mengatasi ranking solusi yang kurang tepat pada AHP dalam memilih strategi pemeliharaan.

The increasing growth of crude palm oil production in last few years is support by utilization of heavy production equipments. Heavy transportation system in crude palm oil industry becomes vital to support the production system. To keep the utilization of transportation system in optimum use, there is need a maintenance strategy that can support production system and fit with company's framework.
The selection of maintenance strategy for palm oil-container truck uses two methods of MADM, which are AHP and TOPSIS. The relative importance weight of criteria and alternative are prioritized using AHP. The TOPSIS method is applied to compensate for imprecise ranking of AHP in selecting maintenance strategy.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51946
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hanny Meiriza Hariyanto
"Penelitian tesis ini dilakukan di Kantor PT.ASRA, sebuah perusahaan penyedia jasa keuangan di bidang Asuransi Umum. Tujuan penelitian ini adalah menentukan apakah kepemimpinan, psychological capital dan komitmen organisasi memengaruhi kinerja dan rancangan intervensi yang dapat dilakukan terhadap kepemimpinan, psychological capital, komitmen organisasi serta rancangan intervensi manajemen pengetahuan untuk meningkatkan kinerja karyawan di unit penjualan dan unit klaim di PT.ASRA. Kepemimpinan diukur dengan LMX7, komitmen organisasi diukur dengan Organizational Commitment Questionnaire (OCQ), dan psychological capital diukur dengan PsyCap Questionnaire (PCQ). Analisa regresi linier berganda menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan kepemimpinan, psychological capital, komitmen organisasi afektif, komitmen organisasi continuance, dan komitmen organisasi normatif terhadap kinerja (p<0,05) dengan Nilai R2 sebesar 0,869 yang menunjukan bahwa variasi kepemimpinan leader-member exchange, psychological capital, komitmen organisasi afektif, komitmen organisasi continuance, dan komitmen organisasi normatif mampu menjelaskan sebesar 86,9% variasi kinerja, sedangkan sisanya sebesar 13,1% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukan ke dalam model penelitian ini. Secara parsial variabel psychological capital, komitmen organisasi afektif, komitmen organisasi continuance, dan kepemimpinan leader-member exchange yang berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja. Rancangan intervensi dibagi menjadi dua tahap, yaitu 1) intervensi terhadap kepemimpinan leader-member exchange melalui pelatihan kepemimpinan leader-member exchange (kelas dan on-the-job) dan coaching dan mentoring; 2) intervensi manajemen pengetahuan dalam berbagi pengetahuan tacit dan eskplisit berbasis SECI melalui Community of Practice.

This research was held at PT.ASRA, a general insurance company. Purposes of this research are to determine whether leadership, psychological capital and organizational commitment has impact to job performance, to determine design intervention toward leadership, psychological capital, and organizational commitment also to determine design intervention of knowledge management to increase job performance in sales and claim unit at PT.ASRA. Leadership measurement is using LMX7, organizational commitment measurement is using Organizational Commitment Questionnaire (OCQ), and psychological capital measurement is using PsyCap Questionnaire (PCQ). Multiple regression result shows that there is a significant impact of leadership, psychological capital, organizational commitment affective, continuance, and normative through performance (p<0,05) with R2 = 0,869 or show that leadership leader-member exchange, psychological capital, organizational commitment affective, continuance, and normative variations able to explain 86,9% performance, and 13,1% influenced or explained by another variable that not included in this research. Partialy, psychological capital, organizational commitment affective, continuance, and leadership leader-member exchange had significant impact through performance. Design intervention is devided into two phases, 1) design intervention towards leadership leader-member exchange through leadership leader-member exchange training (class and on-the-job) coaching and mentoring; 2) design intervention knowledge management on sharing tacit and explicit knowledge based on SECI through Community of Practice (CoP).
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T42244
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gina Ghassari
"Kegiatan pengadaan bahan baku merupakan salah satu bagian yang memiliki peran strategis dalam kesuksesan alur rantai pasok perusahaan manufaktur. Apabila kegiatan pengadaan berjalan dengan baik, maka produk yang dihasilkan baik pula dari segi ketepatan waktu maupun kesesuaian dengan keinginan pelanggan. PT. Samudra Montaz Packaging Industries merupakan salah satu perusahaan swasta yang bergerak dalam bisnis kemasan fleksibel. Permasalahan yang terjadi pada perusahaan ini terkait dengan kegiatan pengadaan adalah seringnya terjadi retur bahan baku yang diberikan oleh pemasok akibat kualitas yang tidak sesuai dengan kesepakatan awal dengan perusahaan. Selain itu, beberapa pemasok tidak menerapkan kebijakan klaim sehingga kerugian produksi ditanggung sepenuhnya oleh perusahaan.
Maka dari itu, tujuan dari penelitian ini adalah menentukan strategi pengadaan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi perusahaan. Dalam hal ini, penentuan strategi pengadaan akan didasarkan pada posisi titik koordinat dari sembilan bahan baku yang diteliti pada keempat kuadran dari Kraljics Portofolio Matrix yang terdiri atas dimensi supply risk dan profit impact. Menggunakan metode AHP, dilakukan penentuan bobot dari setiap kriteria; dan metode TOPSIS untuk menentukan titik koordinat dari setiap bahan baku berdasarkan pada nilai relative closeness C.
Hasil pemetaan bahan baku pada Kraljic's Portofolio Matrix menunjukkan bahwa terdapat dua bahan baku pada kuadran non-critical item, satu bahan baku pada kuadran leverage item, satu bahan baku pada kuadran bottleneck item dan terakhir, terdapat lima bahan baku pada kuadran strategic item. Kemudian didapatkan bahwa bahan baku tinta merupakan bahan baku yang paling kritis sehingga dilakukan analisis lebih lanjut pada strategi pengadaan untuk bahan baku ini yaitu dengan membuat action plan pada pembuatan kontrak dengan pemasok bahan baku tinta.

Procurement activities of raw materials is one part that has a strategic role in the success of the supply chain in manufacturing companies. If the procurement activities run well, then the resulting product is also good in terms of timeliness and conformity with customer desires. PT. Samudra Montaz Packaging Industries is one of the private companies engaged in flexible packaging business. Problems that occur in this company related to procurement activities is often the return of raw materials supplied by the supplier due to quality that is not in accordance with the initial agreement with the company. In addition, some suppliers do not impose a claim policy so that production losses are borne entirely by the company.
Therefore, the purpose of this study is to determine the procurement strategy to overcome the problems faced by the company. In this case, the determination of procurement strategy will be based on the coordinate point position of the nine raw materials studied in the four quadrants of Kraljic' s Portfolio Matrix consisting of supply risk and profit impact dimensions. Using AHP method, determining the weight of each criterion and TOPSIS method to determine the coordinate point of each raw material based on the value of relative closeness C.
The result of raw material mapping on Kraljic's Portfolio Matrix shows that there are two raw materials in the non critical item quadrant, one raw material in the leverage quadrant item, one raw material in the quadrant bottleneck item and lastly, there are five raw materials in the strategic item quadrant. Then it was found that the raw material of ink is the most critical raw material so that further analysis on the procurement strategy for this raw material is by making an action plan on contracting with the supplier of ink.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dytha Fitriana
"ABSTRAK
Pengetahuan terdiri dari dua yaitu tacit dan eksplisit. Pengetahuan tacit merupakan pengetahuan yang terdapat dalam individu yaitu berupa pengalaman, sedangkan pengetahuan eksplisit berupa artikel, publikasi, dan lainnya yang berbentuk dokumen. Dalam perusahaan yang berbasis proyek, pengetahuan yang ada dalam perusahaan berupa pengetahuan indvidu tanpa adanya dokumentasi yang baik yang merupakan aset intangible perusahaan. Penelitian ini mengenai knowledge management pada perusahaan berbasis proyek sudah banyak diterapkan, namun masih sedikit penelitian mengenai knowledge management dibidang penilaian. Agar pengetahuan yang terdapat di perusahaan yang bergerak dibidang penilaian dapat tersimpan dan digunakan kembali, maka penelitian ini mengembangkan model knowledge management bagi dibidang penilaian. Dengan melakukan penilaian kesiapan KM pada perusahaan maka dapat ditentukan knowledge management system yang sesuai dengan perusahaan

ABSTRACT
Knowledge consists of tacit and explicit. Tacit knowledge is the knowledge contained in the individual which is experience, while the explicit knowledge are knowledge in the form of articles, publications, and others in the form of documents. In a project based company, their intangible asset is knowledge which is individual knowledge of their worker. Research on knowledge management in project based companies has been widely applied, but there is still little research on knowledge management in the field of property valuer. In order for such knowledge to be stored as corporate knowledge, this research develops a knowledge management model for property valuer industry. By assessing the readiness of KM in the company, it can be determined knowledge management system in accordance with the company"
2017
T48664
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elin Cahyaningsih
"Manajemen pengetahuan merupakan salah satu strategi organisasi untuk meningkatkan nilai kompetitif organisasi. Bahkan di beberapa negara model manajemen pengetahuan telah dikembangkan untuk mendorong terwujudnya tujuan organisasi. Sejalan dengan amanat Peraturan Presiden No. 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi dan PERMENPAN&RB No. 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi menyatakan bahwa salah satu tujuan program percepatan reformasi birokrasi adalah peningkatan sumber daya manuasia yang kompeten dan kompetitif sehingga mendorong peningkatan pelayanan publik. Manajemen pengetahuan menjadi salah satu langkah strategis untuk menciptakan hal tersebut didukung oleh PERMENPAN&RB No. 14 Tahun 2011 tentang Implementasi manajemen pengetahuan di Kementerian dan Lembaga pemerintahan. Pada awal tahun 2014 pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No.5 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) bahwa pengelolaan (ASN) berubah menjadi berbasiskan kompetensi dan kinerja. Tiga Kementrian/Lembaga ditunjuk menjadi pengelola ASN (Kemenpan&RB, LAN, BKN) serta sebuah Komisi Aparatur Sipil Negara bertindak sebagai pengawas. Manajemen pengetahuan berperan dalam peningkatan koordinasi, komunikasi, kerjasama dan kolaborasi pelaksanaan pengelolaan ASN. Penelitian ini bertujuan mengembangkan model manajemen pengetahuan yang kemudian disebut NUSANTARA (Government Human Capital Knowledge Management of Republic Indonesia)). NUSANTARA berperan untuk mengintegrasikan pengetahuan pengelolaan Aparatur Sipil Negara yang berada di Kementerian dan Lembaga pengelola ASN ke dalam suatu sistem. Model NUSANTARA dibangun dengan mengidentifikasi isu strategis penerapan manajemen pengetahuan dan permasalahan yang terjadi, mengidentifikasi komponen model manajemen pengetahuan, merumuskan strategi penerapan model manajemne pengetahuan dan melakukan validasi model tersebut oleh pakar di bidang pengelolaan ASN. Interview dan survey digunakan dalam pengambilan data yang digunakan untuk penyusunan model dan strategi penerapan manajemen pengetahuan bagi pengelola ASN. Cause effect analysis, correspondence analysis, mixed methods, Pearson correlation analysis, content analysis dan analytical hierarchy process merupakan metode yang digunakan dalam penyusunan model NUSANTARA. Strategi penerapan NUSANTARA di susun dengan menggunakan metode competing value framework, gap analysis dan risk analysis, sedangkan untuk proses validasi hasil penelitian menggunakan metode triangulasi, expert judgment, proof of concept dan PRL realiability. Model manajemen pengetahuan yang dibangun terdiri dari delapan komponen berupa layer , yaitu 1) visi dan misi; 2) faktor penentu keberhasilan; 3) mekanisme dan teknologi manajemen pengetahuan; 4) sistem manajemen pengetahuan; 5) siklus manajemen pengetahuan; 6) proses dan sub proses manajemen pengetahuan; 7) output dan 8) outcome. Strategi serta roadmap viii Universitas Indonesia penerapan manajemen pengetahuan yang terbagi atas: 1) people (6 strategi); 2) proses (7 strategi) dan 3) teknologi (2 strategi). Serta roadmap strategi yang terdiri dari : 1) people (31 action plan); 2) process (28 action plan); 3) technology (4 action plan). Rekomendasi untuk penelitian berikutnya adalah pengembangan ontologi pengetahuan tentang pengelolaan ASN yang diintegrasikan ke dalam portal agar data tersebut memiliki makna berdasarkan kesepakatan bersama (semantic), penyusunan level adopsi model serta rekomendasi peningkatan level adopsi dan penyusunan metode pengukuran pencapaian action plan dalam roadmap strategi.

Knowledge management well known as one of organizational strategy to improve organizational competitive value. Moreover in some countries, knowledge management has been developed to encourage the realization of organizational objectives. Align with Precident Decree No. 81 Year 2010 about Grand Design of Bureaucratic Reform and PERMENPAN&RB No. 20 Year 2010 about Bureaucratic Reform Road Map states that one purpose of program acceleration of bureaucratic reforms is the improvement of human resources competency and competitive to encourage the improvement of public services. Knowledge management become one of strategic action plan to achieve that with supported by PERMENPAN&RB No. 14 Year 2011 about Knowledge management implemementation in government institution. In early 2014, Indonesian government declared Undang-Undang No.5 about Aparatur Sipil Negara (ASN) which explain that management of ASN turn out to competency and performance based. Three government ministries designated as managers and one komitte in charge as the supervisor. Knowledge management have a role in improving the coordination, communication, cooperation and collaboration in managing the ASN. This research aims to develop knoweldge management model which was then called the NUSANTARA (Government Human Capital Knowledge Management of Republic Indonesia)). NUSANTARA has a role to integrate government human capital management knowledge which was in the Kemenpan&RB, LAN, and BKN into a system. This model developed by identifying strategical issues of knwoeldge management implementation and existing problem, identifying the component of knowledge management model, formulate the strategic implementation plan and do the validation and verification model by the experts. Interview and survey conducted to collect the data for developing model and strategic implementation of knwoeldge management model for government human capital management. While, cause effect analysis, correspondence analysis, mixed methods, Pearson correlation analysis, content analysis and analytical hierarchy process are the methods that used to develop the NUSANTARA model. Hence, strategic implementation of NUSANTARA was determine by using competing value framework, gap analysis and risk analysis, then the validation process of research result was done using triangulation, expert judgment, proof of concept dan PRL realiability method. The knowledge management model consist of eight layer components, there are; 1) vision and mission; 2) critical success factor; 3) knowledge management mechanisms and technologies; 4) knowledge management systems; 5) knwoeldge management cycle; 6) knowledge management process and subprocess; 7) output and 8) outcome. Strategic implementation of KM divided into: 1) people (6 strategies); 2) proses (7 strategies) dan 3) teknologi (2 strategies). The strategy roadmap consist of : 1) people (31 action plan); 2) process (28 action plan); 3) technology (4 action plan)The recommendation for x Universitas Indonesia further research are knowledge ontology development in government human capital management that will be integrate into the portal so that data has a meaning based on mutual agreement (semantic). Otherwise future research can develop adoption level of NUSANTARA model and recommendation to enhance the adoption level and also develop the measurement methods for strategic roadmap achievement.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2017
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulistiandriatmoko
"ABSTRAK
Sistem Manajemen Lingkungan (ISO 14001) dirasa perlu diterapkan antara lain karena: a) globalisasi perdagangan dunia menumbuhkan perhatian pada lingkungan global; b) kompetisi perdagangan dunia menimbulkan kebutuhan agar lingkungan tidak menjadi "hambatan non-tarif" (non-tariff barrier); c) tuntutan konsumen akan produk yang ramah lingkungan; d) kesadaran dan kepedulian pelaku industri terhadap pentingnya perlindungan lingkungan dan kesinambungan fungsi lingkungan.
Lingkungan yang telah diakui secara internasional. Tujuan utama sistem ini ialah continual improvement, yaitu suatu rangkaian tindakan perbaikan guna mencapai kemajuan yang terus menerus dan berkesinambungan demi tercapainya kinerja manajemen lingkungan yang optimal.
PT KRAKATAU STEEL dengan clta-citanya sebagai "industri baja kelas dunia" telah memutuskan untuk mengusahakan akreditasi ISO 14001, dengan tujuan untuk memperoleh peluang pasar yang semakin luas bagi produknya dan memperbaiki kinerja manajemen lingkungannya.
Pelaksanaan program akreditasi ISO 14001 di PT KRAKATAU STEEL dikoordinasi oleh Divisi Pengendalian Lingkungan Industri (Divisi PLI) dengan bantuan seorang technical advisor (Dr. Michael Groves) dari PT QUALITEGH PERDANA, Jakarta. Tahap persiapan akreditasi telah dimulai sejak bulan Juni 1996, direncanakan pre-assessment pada bulan Maret 1997, dan main-assessment pada bulan Mei 1997.
Sehubungan dengan program akreditasi tersebut, pada kondisi saat ini beberapa hal yang sangat menarik untuk diteliti ialah: a) Sejauhmana Sistem Manajemen Lingkungan yang sudah diterapkan PT KRAKATAU STEEL tersebut telah sesuai dengan standar ISO 14001 seperti diarahkan dalam "General Guidelines on Principles, System and Supporting Techniques" (ISO 14004); b) Kendala apa yang mempengaruhi tercapainya kesesuaian tersebut; c) Manfaat apa yang dapat diperoleh apabila penerapannya telah sesuai dengan standar ISO 14001.
Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini ialah:
1. Mengecek sejauhmana kesesuaian Sistem Manajemen Lingkungan yang diterapkan di PT KRAKATAU STEEL dengan standar 1SO 14001.
2. Menelaah kendala yang mempengaruhi pencapaian kesesuaian seperti tersebut pada poin 1 di atas.
3. Menelaah manfaat yang dapat diperoleh apabila Sistem Manajemen Lingkungan yang telah diterapkan PT KRAKATAU STEEL telah sesuai dengan standar ISO 14001.
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus mengenai penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 di industri baja terpadu PT KRAKATAU STEEL, dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, Selain metode deskriptif kualitatif, dalam penelitian ini juga digunakan metode kuantitatif, yaitu dengan memberi pembobotan dan persentase untuk menilai hasil penelitian deskriptif kualitatif.
Kuantifikasi dilakukan dengan memberi nilai atau jastifikasi menurut proses benchmarking, yaitu proses pengukuran yang sistematis dan berkesinambungan. Proses ini mencakup proses mengukur dan membandingkan secara berkesinambungan antara proses bisnis suatu organisasi dengan proses bisnis organisasi lain yang paling berhasil di seluruh dunia, dengan tujuan mendapatkan informasi bagi upaya perbaikan kinerja organisasi tersebut (Watson, 1996:3).
Dalam kaitannya dengan studi ini, maka proses manajemen lingkungan PT KRAKATAU STEEL diukur dan dibandingkan dengan tolok ukur manajemen lingkungan seperti yang disyaratkan dalam General Guidelines (ISO 14004).
Dalam penelitian ini ditempuh cara-cara sebagai berikut:
1. Menyusun matrik checklist Sistem Manajemen Lingkungan (Lampiran 1). Pengisian matrik ini dilakukan berdasarkan wawancara dengan anggota Komite ISO 14001 PT KRAKATAU STEEL.
2. Jawaban dalam checklist ini selanjutnya digunakan sebagai pedoman . untuk melakukan observasi lapangan maupun observasi dokumen dengan tujuan mengetahui kesesuaiannya.
3. Hasil observasi lapangan maupun observasi dokumen mengenai kesesuaian tersebut, kemudian dideskripsikan untuk diberi nilai.
4. Terhadap elemen-elemen yang belum sesuai, dilakukan identifikasi mengenai kendala yang mempengaruhi pencapaian kesesuaiannya.
5. Menganalisis manfaat yang dapat diperoleh seandainya elemen yang diterapkan tersebut telah sesuai dengan standar ISO 14001.
Adapun pemberian nilai dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 mempunyai lima klausul yang berkedudukan sama pentingnya, sehingga masing-masing klausul diberi bobot dengan nilai maksimum yang sama yaitu 100%.
2. Sesuai dengan EMS - General Guidelines (ISO 14004), dan EMS - Specification with guidance for use (ISO 14001) masing-masing klausul di atas memiliki sejumlah elemen yang harus diperhatikan dalam praktik penerapan Sistem Manajemen Lingkungan. Banyaknya jumlah elemen dalam satu klausul, tergantung pada banyaknya isu yang harus diperhatikan dalam klausul tersebut.
3. Nilai maksimum masing-masing elemen diperoleh dari hasil pembagian nilai maksimum tiap klausul (100%) dengan banyaknya elemen dalam tiap klausul.
4. Masing-masing elemen diberi kisaran nilai dari 0 sampal dengan nilai maksimumnya. Tiap elemen yang dinilai memiliki kedudukan dan kepentingan yang sama.
5. Seberapa besar persentase kesesuaiannya ditentukan melalui cara membandingkan hasil observasi lapangan dan observasi dokumen dengan arahan General guidelines (ISO 14004). Bila kesesuaiannya penuh diberi nilai maksimum, bila kurang dari nilai maksimumnya atau memiliki nilai berkisar antara 0 s/d nilai maksimumnya, maka penerapan elemen tersebut belum sesuai dengan General Guidelines ISO 14004.
Gambaran mengenai seberapa jauh Sistem Manajemen Lingkungan yang diterapkan PT KRAKATAU STEEL telah sesuai dengan standar ISO 14001 dapat dilihat pada tabel benchmarking dibawah ini.
Dari nilai masing-masing klausul diatas apabila dirata-ratakan, maka didapatkan nilai:
90% + 85% + 80% +100% + 100% = 91%
Adapun kendala yang mempengaruhi pencapaian kesesuaian, dan manfaat yang dapat diperoleh apabila penerapan Sistem Manajemen Lingkungan telah sesuai dengan standar ISO 14001, ialah sebagai berikut.
1. Klausul Kebijakan Lingkungan.
Kendala: Substansi dari pernyataan Komitmen dan Kebijakan Lingkungan belum dikomunikasikan secara memadai karena belum mendalamnya pemahaman terhadap substansi Sistem Manajemen Lingkungan.
Manfaat: Apabila dikomunikasikan secara memadai, diharapkan "jiwa" dari Komitmen dan Kebijakan Lingkungan dapat mengakar, tumbuh dan berkembang menjadi budaya pada setiap karyawan, dan kinerja manajemen Lingkungan di PT KRAKATAU STEEL senantiasa terbangun dan terperbaiki secara berkesinambungan.
2. Klausul Perencanaan.
a. Peraturan dan persyaratan terkait.
Kendala: Identifikasi peraturan perundang-undangan yang terkait belum sampai pada ketentuan yang berkait langsung dengan kegiatan perusahaan.
Manfaat: Apabila diidentifikasi sampai pada bab, pasal, dan ayat yang berkait langsung dengan kegiatan perusahaan, akan memudahkan melakukan evaluasi pentaatannya dan melakukan pelacakannya seandainya terjadi pelanggaran.
b. Tujuan dan sasaran lingkungan.
Kendala: Masih banyak tujuan dan sasaran lingkungan yang tidak jelas didefinisikannya dan tidak dirumuskan secara kuatitatif.
Manfaat: Apabila dirumuskan secara kuantitatif dan jelas didefinisikannya, maka akan memudahkan mengukur progressnya dan mengevaluasi pencapaiannya.
3. Klausul Penerapan dan Pelaksanaan.
a. Struktur dan pertanggungan jawab.
Kendala: Sebagian besar karyawan masih mempunyai persepsi bahwa permasalahan lingkungan hidup adalah tugas dan tanggung jawab Divisi Pengendalian Lingkungan Industri (Divisi PLI).
Manfaat: Apabila persepsi tersebut dihilangkan, maka diharapkan akan tumbuh dan berkembang kepedulian karyawan untuk secara proaktif menyelesaikan permasalahan lingkungan di area kerjanya.
b. Pelatihan, penyadaran dan kompetensi.
Kendala: Pengingatan dan penegasan kembali pernyataan Komitmen dan Kebijakan Lingkungan belum dinyatakan dalam prosedur.
Manfaat: Apabila dinyatakan dalam prosedur, maka diharapkan substansi pernyataan Komitmen dan Kebijakan Lingkungan akan semakin dipahami dan dijiwai, sehingga kesadaran dan kompetensi karyawan terhadap perlindungan lingkungan selalu berkembang semakin mantap.
c. Komunikasi.
Kendala: Prosedur-prosedur manajemen lingkungan kurang intensif dikomunikasikan.
Manfaat: Apabila intensif dikomunikasikan, maka diharapkan penerapan dan pelaksanaan prosedur tersebut akan lebih efisien.
d. Dokumentasi
Kendala: Tatacara pengendalian pelaksanaan belum diformulasikan dalam prosedur.
Manfaat: Apabila dituangkan dalam prosedur, maka pelaksanaan pengendalian akan lebih konsisten.
Jadi dapat disimpulkan bahwa sesuai deskripsi diatas, menunjukkan ada tujuh elemen yang belum sesuai penerapannya atau masih mengalami kendala dalam praktik penerapannya. Padahal apabila kendala tersebut dapat diatasi maka akan dapat diperoleh manfaat daripadanya.
Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan di PT KRAKATAU STEEL 91% secara formal telah sesuai dengan standar ISO 14001. Nilai 91% ini bukan merupakan gambaran bahwa kualitas lingkungan di PT KRAKATAU STEEL telah baik, juga bukan merupakan jaminan bahwa manajemen lingkungan PT KRAKATAU STEEL telah baik.
Apabila ingin mengetahui seberapa jauh praktik penerapan Sistem Manajemen Lingkungan telah berhasil memperbaiki kualitas lingkungan, maka perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan topik 'Evaluasi atau Audit Sistem Manajemen Lingkungan". Sampai saat penelitian ini selesai dilakukan, program manajemen lingkungan baru rampung ditetapkan sebagai sistem dan dalam praktiknya belum terlaksana seluruhnya, sehingga seberapa jauh penrapaian program-program tersebut juga belum dapat diketahui.

ABSTRACT
The Implementation Of Environmental Management System Iso 14001 In PT. Krakatau Steel Integrated Steel IndustryThe Environmental Management System ISO 14001 needs to be implemented becauseof the followingreasons: a) Worldtrade globalizationraised attentions to global environmental issues; b) World trade competition to raises the needs to present environment becoming a ?non tariff barrier"; c) Consumers demand for environmental friendly products; d) Rising awareness and concern of industrialists towards the importance of environmental protection and the maintenance of sustainable environmental function.
ISO 14001 is one of Environmental Management System models which is internationally accredited. The main purpose of this system is "continual improvement", consisting of a series of improved action to achieve continuous and sustainable improvement for reaching optimal environmental management.
PT KRAKATAU STEEL in reaching its goal as "world class steel industry" has decided to obtain ISO 14001 accreditation for the purpose of obtaining larger market opportunity and improved environmental management performance.
The implementation of ISO 14001 accreditation programmed in PT KRAKATAU STEEL is coordinated by the Industrial Environment Controlling Division, with assistance of a technical advisor (Dr. Michael Groves) of PT QUALITECH PERDANA, Jakarta. The preparatory stage of this programmed has started in June 1996, followed by pre-assessment in March 1997 and continued with the main-assessment in May 1997.
Related to the accreditation programmed. at present, it is very interesting to study: a) How far is the Environmental Management System applied by PT KRAKATAU STEEL in accordance with the ISO 14001 standard as directed in "General guideline on principles, system, and supporting techniques (ISO 14004); b) What are the obstacles influencing its achievements; c) What are the advantages if its implementation is in accordance with ISO 14001 standard.
Based on the above points, the objectives of this study is as follows:
1. to identify to what extent the Environmental Management System currently implemented by PT KRAKATAU STEEL, is in accordance with ISO 14001 standard;
2. to study what obstacles are influencing the achievement of the standard adjustment;
3. to study what advantages can be gained if the Environmental Management System is implemented by PT KRAKATAU STEEL follows ISO 14001 standards.
This study constitutes a case study focusing on the implementation of ISO 14001 Environmental Management System in PT KRAKATAU STEEL integrated steel industry, using descriptive and qualitative methodology.
In addition to the method, this study also uses the quantitative method by giving weightings and percentage measurements to evaluate its results.
Quantification is used by providing values based on benchmarking process, i.e. a systematic and continuous measuring process, which covers measuring and comparing processes with successful business organizations in the world. Its purpose is to obtain information's on the performance work of the organization (Watson, 1996:3).
In this study, the process of environmental management in PT KRAKATAU STEEL is measured and compared with environmental management criteria as stipulated in the General guidelines (ISO 14004).
The stages of this study are as follows:
1. Arrange the checklist matrices of Environmental Management System (Appendix 1). This matrices are used to access whether the elements of Environmental Management of ISO 14001 standards have been implemented in PT KRAKATAU STEEL. The content of this matrices is given based on interviews with Committee members of ISO 14001 of PT KRAKATAU STEEL.
2. The results of this checklist are used as guideline to conduct field and document observation in order to access its compliance.
3. Its compliance will be described and provided with values.
4. For elements that deviate the identification of obstacles are carried out accordingly.
5. Analyse the advantages the gains that can be obtain if the elements implemented are in accordance with 1SO 14001 standards.
Methods ways of assessment or justification are as follows:
1. The ISO 14001 Environmental Management System has five clauses; that's having equal significant status. to each clause which is provided with the maximum value of 100%.
2. Based on Environmental Management System - General Guidelines on Principles, System and Supporting Techniques (ISO 14004) and Environmental Management System - Specification with Guidance for Use (ISO 14001), each of the above clause has several elements that should be considered in implementing Environmental Management System. The number of elements in each clause depends on the issues that should be considered in that clause.
3. The maximum value for each element is obtained by dividing the result of maximum value of each clause (100%) the number of elements of the respective clause.
4. Each element is given a value range of zero up to the maximum value and each measured element has the same position and interest.
5. The compliance percentage is determined by comparing the results of field and document observation based on the General Guidelines (ISO 14004). If the adjustment is fully reached, it obtains a maximum value, and if the adjustment is not reached it means that it does not conform with the General Guidelines ISO 14004.
The illustration of Environmental Management System implemented by PT KRAKATAU STEEL which is accordance with the ISO 14001 standard can be seen at the following benchmarking table:
Based on the values, the average value is calculated as follows:
90% + 85% + 80% + 100% + 100%=91%
The obstacles and advantages that influence the ISO 14001 standard compliance are as follows:
1. The Environmental Policy clause.
Obstacles: The substance of environmental commitment and policy is not adequately communicated, due to lack of complete knowledge concern of the substance of Environmental Management System.
Advantaqes: if adequately communicated, it is expected that the "moral duty" of environmental commitment and policy will be deeply rooted, grow and develop as a way of life of each employee, environmental management in PT KRAKATAU STEEL will be established and improved continuously.
2. The clause of Planning.
a. Legal and other requirements.
Obstacles: Identification of legal and other requirements do not specifics details that has direct correlation to the company activity.
Advantages: If identification could be specified to the chapter, article and clause, it would be easier to assess compliance and to conduct investigations should any violation occur.
b. Environmental objectives and targets.
Obstacle: There are still many objectives and targets that are not clearly defined and quantitatively formulated.
Advantages; If the objectives and target are formulated quantitatively and defined clearly; it would be easier to measure its progress and evaluate its achievement.
3. The Implementation and Operation.
a. Structure and responsibility.
Obstacles: Some of the employees have still the perception that "environmental issues" are basically the duty and responsibility of the Industrial Environment Control Division.
Advantages: If such perception could be minimised, it can be expected that .the employees is concern could grow and develop to enable them proactively solve the environmental issues in their working area.
b. Training, awareness and competence.
Obstacles: Reminders and reiterations of environmental commitment and policy statement are not yet stipulated in procedures.
Advantages: If it is contained in the procedures, the substance of environment commitment and policy will be understood and inspiring, so that the awareness and competency of the employees towards the environmental will always be improved.
c. Communication.
Obstacles: -Procedures of environmental management are not yet intensively communicated.
Advantages: If it is intensively communicated, implementation and operation of the procedures will be more efficient.
d. Documentation.
Obstacles: The control operation procedure are not yet formulated in the handbook.Advantages: If it is included in the handbook, the implementation of operation control will be more consistent.
It can be concluded that based on the above description, there are seven obstacles which are not settled or constraints in the implementation of Environmental Management System in PT KRAKATAU STEEL. If these obstacles can be overcome, it will improve the quality of
Environmental Management System.
The implementation of Environmental Management System in PT KRAKATAU STEEL achieves for 91 % is the standards as set in ISO 14001. This value (91%) does not mean that environmental quality at PT KRAKATAU STEEL can be categorized as already good. It does also not assure that environmental management of PT KRAKATAU STEEL can be categorised as good.
To measure how far the implementation of Environmental Management System is successful in improving the quality of the environment, it is necessary to conduct a follow-up study focussing on the "evaluation of the Environmental Management Systems auditing". Until this study is completed, the evaluation of the Environmental Management System can only be limited to the compliance of its system which is the focus of this study to ISO 14001 guidelines.
E. Literature: 30 (1988-1996).
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>