Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 108714 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shinta Puspitasari
"Propaganda sebagai bagian dari aktivitas intelijen biasa digunakan untuk tujuan penggalangan. Propaganda merupakan bentuk komunikasi terencana dengan menyampaikan pesan yang telah didisain untuk mempengaruhi sikap, perilaku, dan emosi target propaganda sesuai dengan yang diharapkan oleh propagandis dan tanpa disadari oleh target propaganda. Propaganda sangat diperlukan dalam mendukung kebijakan pemerintah, termasuk kebijakan perang. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa efektivitas strategi propaganda yang dilakukan oleh pemerintah Amerika Serikat pada Operation Iraqi Freedom. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif. Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan metode wawancara kepada 5 orang narasumber dan metode studi dokumen. Hasil penelitian menemukan bahwa tidak semua propaganda yang dilakukan oleh Amerika Serikat terhadap Irak berhasil mempengaruhi target propaganda. Berbagai tema yang digunakan dalam propaganda Amerika Serikat ditujukan untuk menggulingkan pemerintahan Saddam Hussein. Selain itu, kerjasama antara pemerintah, militer, dan media massa berperan penting dalam menyebarkan pesan propaganda dan mencegah penyebaran kontrapropaganda lawan.

Propaganda as part of intelligence activities is usually used for influencing purposes. Propaganda is a construction of well-planned communication in which conveying messages designed to influence target?s attitude, behavior and emotion according to propagandist? expectation without being realized by target. Propaganda is needed to support government policy, including war policy. Therefore, this research aims to perceive and analyze the effectiveness of propaganda strategy which had been done by United States at Operation Iraqi Freedom. This research is conducted with qualitative method. Research data are collected by interviewing five (5) informants and documentary studies. This research results in a conclusion that not all of propaganda which had been done by United States to Iraq succeed in influencing target. United States used various themes determined to overthrow Saddam Hussein. Other than that, cooperations between governments, military, and mass media have pivotal role in disseminating propaganda messages and preventing enemies? counter propaganda.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kidung Asmara
"Skripsi ini menganalisis bagaimana teori deterensi sempurna dapat menghasilkan konflik sebagai penyelesaian permainan rasional (rational game) dengan mengambil studi kasus proses pengambilan keputusan Operasi Pembebasan Irak tahun 2003 antara aktor Amerika Serikat dan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa - Bangsa. Dalam konteks waktu satu dekade sejak Irak terus diperingati DK PBB mengenai kepemilikan senjata pemusnah massal dan terjadinya peristiwa Penyerangan 11 September, AS menyerukan aksi militer kolektif DK PBB untuk melakukan intervensi Irak. Namun DK PBB gagal mengadopsi sebuah resolusi yang mengartikulasikan gagasan tersebut, sehingga AS memutuskan untuk secara unilateral menjalankan Operasi Pembebasan Irak di tahun 2003 yang mana keberadaannya tidak memiliki legitimasi. Meskipun dalam proses pengambilan keputusannya tidak ditemukan pengaruh kredibilitas ancaman terhadap keberhasilan deterensi diantara kedua aktor, permainan menghasilkan kondisi perang yang merupakan skenario terburuk dari keadaan konflik dan dikatakan rasional. Hal ini disebabkan adanya faktor kunci yaitu preferensi aktor dalam melihat penyelesaian konflik Irak secara militeristik sebagai penyelesaian terbaik yang dapat dipilihnya. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus yang diperoleh melalui studi literatur.

This thesis analyzes how perfect deterrence theory is capable of resulting conflict as the outcome of a rational game by taking case study the decision-making process of Operation Iraqi Freedom in 2003 between actors United States of America and United Nations Security Council. In the context of the time when Iraq has been reprimanded by the UNSC for a decade of weapon of mass destruction (WMD) occupancy and the occurrence of September 11 Attacks, the U.S. calls for UNSC collective military action to intervene Iraq. Nonetheless, UNSC failed to adopt a resolution which articulates the intention, with the result that the U.S. decided to unilaterally undertake the Operation Iraqi Freedom in 2003 in which the occurrence is not legitimized. Although the game unable to find linkage between threat credibility and deterrence success between two actors, the game appeared to results conflict as the outcome and claimed to be rational. The claim is based on the key factor which is actor preference to conclude that Iraqi conflict resolution by military action is the best outcome both parties could have been chosen. This studies conducted using qualitative methods with case study approach acquired by the study of literature."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aria Rahadyan
"Pelaksanaan Operation Iraqi Freedom di Irak tahun 2003 disebut-sebut sebagai momentum tercapainya suatu revolution in military affairs oleh militer Amerika Serikat. Penjatuhkan rezim Saddam Hussein dari kepemimpinannya di Irak berhasil dilakukan dengan tempo yang singkat dan korban jiwa serta biaya yang minim. Tujuh tahun sebelumnya, Departemen Pertahanan Amerika Serikat mempublikasikan dokumen Joint Vision 2010, yang berisi konsep-konsep operasional yang dirancang Amerika Serikat untuk dapat mencapai suatu bentuk dominasi menyeluruh dalam setiap pertempuran yang melibatkan militer Amerika Serikat. Konsep-konsep tersebut terbukti berhasil diimplementasikan secara efektif dalam pelaksanaan Operation Iraqi Freedom. Penelitian ini kemudian menganalisis faktor-faktor penyebab berhasilnya implementasi konsep-konsep tersebut dengan menggunakan metode penelitian kuantitaif-eksplanatif. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa, keberhasilan implementasi konsep-konsep operasional tersebut disebabkan oleh faktor kapabilitas speed, precision, situational awareness dan jointness yang dimiliki oleh militer Amerika Serikat dalam pelaksanaan Operation Iraqi Freedom.

In 2003, United States conduct a military operation in Iraq to topple the Saddam Hussein's Ba'athist regime and replace it with a stable democracy government. The major combat operations in the so-called "Operation Iraqi Freedom" which occurred from March 20, 2003 to April 9, 2003, is described to represent the achievement of a revolution in military affairs by the United States military. Seven years prior to the operation, the United States Department of Defense published "Joint Vision 2010", a conceptual template for how United States' Armed Forces will channel the capabilites to achieve a revolution in military affairs. The operational concepts which included in the document proofed to be implemented successfully seven years later in Operation Iraqi Freedom. This research try to analyze the major contributing factors to the implementations of Joint Vision 2010 in Operation Iraqi Freedom, which come to the conclusion that the implementation has been achieved succesfully because of four capabilites that United States' Armed Force possessed: speed, precision, situational awareness and jointness.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eriangga Semi Glaswegiano Soejono
"

Skripsi ini membahas kepentingan taktikal Amerika Serikat yang menyebabkan penambahan kekuatan darat pada operasi militer di Perang Sipil Irak pada periode 2014 hingga 2019. Kepentingan ini berbeda dengan keterlibatan Amerika Serikat dalam operasi-operasi militer di Irak sebelumnya. Penelitian ini menganalisis menggunakan teori counterinsurgency warfare oleh David Galula dan merupakan penelitian kualitatif dengan metode process tracing. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepentingan taktikal Amerika Serikat di Irak untuk mengalahkan kelompok insurgensi ISIS dipengaruhi fase dalam kontrainsurgensi. Kepentingan ini menyebabkan Amerika Serikat menambah kekuatan daratnya.

 


This undergraduate thesis seeks to analyze the tactical interests of the United States which led to the addition of ground forces to military operations in the Iraqi Civil War from the period of 2014 to 2019. This interest differ from the previous military operations of the United States in Iraq. This research is using the theory of counterinsurgency warfare by David Galula and done in a process tracing method. The results of this study indicate that the tactical interests of the United States in Iraq to defeat the ISIS insurgency group are influenced by phases in counterinsurgency. This interest caused the United States to increase its ground forces.

"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Esa Jati Natyakalyana
"Sejak tahun 1944 pemerintah Belanda di London sudah membuat rencana untuk mengirim tentara ke Hindia Belanda untuk mengambil kembali Hindia Belanda dari Jepang. Pada 1 Oktober 1944, dikeluarkan Dekrit Kerajaan mengenai perekrutan sukarelawan perang (oorlogsvrijwilliger). Untuk memastikan adanya pendaftar yang cukup, pemerintah Belanda menerbitkan sejumlah buklet dan poster propaganda untuk menarik minat pemuda Belanda. Penelitian ini berfokus pada delapan poster propaganda oorlogsvrijwilliger untuk melihat bagaimana strategi Belanda dalam membangun motivasi ideologi pemuda Belanda. Metode analisis sumber visual sejarah oleh Marga Altena (2003) diterapkan pada penelitian ini. Di samping itu, konsep Cultural Studies juga diterapkan untuk memaknai teks dan gambar visual pada poster. Setelah menganalisis kedelapan poster, ditemukan bahwa Belanda berupaya untuk membangun motivasi ideologi dengan menggunakan gambar visual serta pesann singkat yang membentuk sebuah narasi. Narasi-narasi yang dibangun di antaranya adalah bahwa posisi Belanda sebagai yang superior; Jepang sebagai pihak antagonis dan lebih lemah; serta Hindia Belanda yang dilihat masih ‘milik’ Belanda dan
perlu diselamatkan.

Since 1944 the Dutch government in London had plans to send troops to the Dutch East Indies to take back the Dutch East Indies from Japan. On October 1, 1944, a Royal Decree was issued concerning the recruitment of war volunteers (oorlogsvrijwilliger). To ensure that there were sufficient registrants, the Dutch government published several booklets and propaganda posters to attract the interest of Dutch youth. This study focus on eight oorlogsvrijwilliger propaganda posters to see how the Dutch strategy builds the ideological motivation of Dutch youth. This research will apply the historical visual source analysis method by Marga Altena (2003). In addition, the interpretation of the text and visual images on posters will use the concept of Cultural Studies. After analyzing the eight posters, it was found that the Dutch government tried to build ideological motivation by using visual images and short messages that form narratives. The built narratives include that the Dutch position is superior; Japan as the antagonist and weaker; and the Dutch East Indies were still owned by the Dutch and needed to be saved."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tubagus Achmad Chair Chaulan
"Kegiatan bongkar muat di pelabuhan Tanjung Priok dari tahun ke tahun semakin bertambah mencapai 14 juta ton. Akan tetapi hal ini tidak diikuti dengan produktivitas dari pelabuhan yaitu dwelling time yang sangat lama dibandingkan dengan negara lain. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai strategi untuk menambah produktivitas pelabuhan, yaitu dengan strategi Yard Truck Operation dan Yard Allocation.
Penelitian ini menggunakan discrete event simulation untuk mencoba kombinasi strategi single cycle dan dual cycle pada Yard Truck Operation dengan strategi separation on each block, diamond separation, horizontal separation on each block dan vertical separation on each block pada strategi Yard Allocation.
Hasil penelitian memberikan bahwa strategi twin cycle (strategi alokasi truk) dan strategi separation on each block memberikan produktivitas yang tinggi di Tanjung Priok. Penelitian ini diharapkan dapat menambah produktivitas dari pelabuhan di Indonesia.

Loading and unloading activities at Tanjung Priok port from year to year is increased up to 14 million tons. However, this is not accompanied with the productivity of the port, and cause dwelling time become long . Therefore, it is necessary to do research on strategies to increase the productivity of the port, which is the strategy Yard Yard Truck Operation and Allocation.
This study uses a discrete event simulation to try a combination of single-cycle strategy and dual cycles in Yard Truck Operation with separation strategy on each block, diamond separation, horizontal separation on each block and each block of vertical separation on the Yard Allocation strategy.
From the results of the research give that strategy a twin cycle (truck allocation strategy) and strategy of separation on each block gives high productivity in Tanjung Priok. This study is expected to increase the productivity of ports in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T41733
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rudy Ibrahim
"Propaganda merupakan bentuk komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan dan untuk memanipulasi target propaganda, baik manipulasi emosi, sikap, opini, sampai dengan perilaku. Islamic State of Iraq and Sham (ISIS) merupakan kelompok teror yang berada di wilayah timur tengah yang menggunakan propaganda. Sebagai sebuah kelompok teror, ISIS memiliki tiga tujuan utama yaitu publisitas, motivasi ideologi, dan perekrutan. Propaganda ISIS sebagai perpanjangan dari ISIS juga memiliki tiga tujuan tersebut yang memberikan kerangka pada strategi propaganda ISIS. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas serta strategi propaganda ISIS dan kontrapropaganda yang bersesuaian dengan propaganda ISIS.
Penelitian dilakukan dengan metode kuantitatif dan kualitatif. Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan metode studi dokumen yang berkaitan dengan propaganda ISIS dan metode wawancara kepada 4 orang narasumber. Pengumpulan data juga dilakukan dengan sensus terhadap 4 publikasi propaganda ISIS yaitu IS Report, IS News, Dabiq, dan Al-Mustaqbal. Analisis data penelitian dilakukan dengan metode analisis isi dan analisis aspek propaganda. Formulasi strategi propaganda ISIS dan kontrapropaganda yang bersesuaian dilakukan dengan metode analisis tugas dan sasaran.
Hasil penelitian menemukan propaganda yang dilakukan ISIS merupakan propaganda yang berkualitas berdasarkan aspek-aspek publikasi, pemberitaan, wacana ideologi, dan mode persuasi. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan penggunaan media sosial dengan saluran komunikasi Internet.

Propaganda as a communication is used to deliver message to manipulate its targets? emotion, attitude, opinion, or behavior. Islamic State of Iraq and Sham (ISIS) is a terror group that uses propaganda, residing mainly in Middle East. As a terror group, ISIS has three main goals which are publicity, ideological motivation, and recruitment. ISIS? propaganda, as an extension of itself, also embodies those goals which provide foundation for ISIS? propaganda strategy. Because of that, the research was conducted to study the quality and the ISIS? propaganda strategy along with its relevant counterpropaganda strategy.
The research employed quantitative and qualitative methods. Data collection was conducted by studying documents related to ISIS? propaganda and by interviewing 4 experts and by doing census on four ISIS propaganda publications which are IS Report, IS News, Dabiq, and Al-Mustaqbal. Analyses were conducted using content analysis and propaganda element analysis. Strategy of ISIS propaganda and its relevant counterpropaganda was formulated using assignment and target analysis.
Result showed that ISIS propaganda is a good propaganda employing wide range of aspects, from publication, news, ideological discourse, to persuasion mode. Last, the result also showed that ISIS tends to use social media with Internet as its preferred communication channel.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Morrison, John
Ringwood: Penguin Books, 1985
823.914 MOR t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Fatiha
"ABSTRAK:

Skripsi ini membahas poster propaganda Nazi dengan pendekatan semiotik. Analisis semiotik mencakup analisis pada tanda verbal, nonverbal dan paralinguistik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memaparkan bagaimana tanda-tanda verbal, nonverbal, dan paralinguistik dimunculkan dalam desain poster serta pesan apa yang ingin disampaikan Hitler melalui poster. Poster yang dianalisis adalah poster yang mewakili kambing hitam dalam propaganda Nazi, yaitu Perjanjian Versailles, kaum Komunis, dan Yahudi. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tanda verbal dalam poster berupa teks slogan. Tanda nonverbal dalam poster terdiri atas gambar, ekspresi fasial, gestur, dan warna. Tanda paralinguistik yang lebih banyak digunakan adalah tanda seru. Terdapat tiga pesan utama yang ingin disampaikan oleh Hitler kepada masyarakat Jerman. Hitler sebagai sosok ideal pemimpin, komunis atau Bolshevisme adalah sebuah kejahatan, dan Yahudi adalah kaum yang licik, pengecut, pengkhianat serta bersalah dalam Perang Dunia II.


ABSTRACT:

The focus of this thesis is semiotic analysis of Nazi propaganda poster includes an analysis of the verbal signs, nonverbal signs, and paralinguistic signs. The purpose of this research is to describe how verbal, nonverbal and paralinguistic signs appear in poster as well as what messages that Hitler wants to deliver through posters. The corpusses that used in this research are seven propaganda posters, which representing three scapegoat in Hitler’s propaganda. The scapegoats are treaty of Versailles, Communist or Marxist, and Jews. From the results of thesis, it could be concluded that verbal sign in all posters are slogans. Nonverbal sign consist of picture, facial expression, gesture, and color. Exclamation point as paralinguistic sign is used mostly in posters. There are three main messages that Hitler wants to deliver to the German people. Hitler is the ideal figure of a leader, Communist or Bolshevism is an evil, and Jews are cunning, traitor, coward, petty and also guilty for World War II.

"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S56673
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gede Satrya Wibawa
"Gerakan Kelompok Separatis Teroris (KST) merupakan akumulasi dari ketidakpuasan daerah terhadap ketimpangan distribusi ekonomi dan pelanggaran fisik berupa represi. Gerakan Kelompok Separatis Teroris (KST) Papua sejak 2000 bertransformasi dari gerakan kekerasan menjadi lebih lunak dengan melancarkan aksi propaganda menggunakan media sosial baik dengan target penduduk daerah, nasional dan internasional. Fokus penelitian ini untuk analisis pola propaganda isu rasisme papua di ruang siber sehingga penelitian dibatasi pada upaya menganalisis pola propaganda berkaitan dengan isu rasisme yang dilakukan di ruang siber, serta strategi – strategi yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi propaganda yang dilakukan oleh Kelompok Separatis Teroris (KST) Papua dengan menggunakan Konsep Rasisme, Teori Propaganda, Teori Strategi dan Konsep Ruang Siber. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan desain deskriptif analisis. Hasil Penelitian menunjukan pembahasan isu rasisme di media sosial Twitter pada periode April s.d. Desember 2021 terbagi menjadi 5 materi konten dan ditemukan juga penggunaan keyword berupa hashtag PapuanLivesMatter, FreeWestPapua dan #Bubar, Pola propaganda dilakukan berbentuk poster, tulisan dan pesan whattap group. Strategi Pemerintah menghadapi propaganda dengan memberikan gambaran dan wawasan suatu perstiwa yang terjadi secara benar. Kesimpulan penelitian ini yaitu isu rasisme Papua di ruang siber lebih banyak dilakukan di media sosial Twitter. Pola Propaganda yang dilakukan secara terbuka (Revealed Propaganda) dan tertutup (Concealed Propaganda) dengan metode coersive dan persuasive propaganda digunakan secara bersamaan dengan menggunakan simbol-simbol. Adapun Strategi mengatasi isu rasisme Papua di ruang siber dapat dilakukan melalui kerjasama antara pemerintah Pusat dan daerah didukung organisasi masyarakat, agama serta media diantaranya dengan pendekatan kesejahteraan pendekatan rasial dan DNA (Genetik) serta klarifikasi informatif tentang Papua.

The Separatist Terrorist Group Movement (KST) is an accumulation of regional dissatisfaction with the inequality of economic distribution and physical violations in the form of repression. The Papuan Separatist Terrorist Group (KST) movement since 2000 has transformed from a violent movement to a more lenient one by launching propaganda actions using social media both targeting local, national and international residents. The focus of this research is to analyze the propaganda pattern on the Papuan racism issue in cyberspace so that the research is limited to efforts to analyze the propaganda pattern related to the issue of racism carried out in cyberspace, as well as the strategies taken by the government in overcoming propaganda carried out by the Separatist Terrorist Group (KST) Papua by using the concept of racism, propaganda theory, strategy theory and the concept of cyber space. This study uses a qualitative method with a descriptive analysis design. The results of the study show that the discussion of the issue of racism on Twitter social media in the period April to d. December 2021 was divided into 5 content materials and found the use of keywords in the form of hashtags #PapuanLivesMatter, FreeWestPapua and Bubar. Propaganda patterns were carried out in the form of posters, writings and whattap group messages. The government's strategy for dealing with propaganda is to provide a true picture and insight into an event that is happening. The conclusion of this study is that the issue of Papuan racism in cyberspace is mostly carried out on social media Twitter. Propaganda patterns that are carried out openly (Revealed Propaganda) and closed (Concealed Propaganda) with coercive and persuasive methods of propaganda are used simultaneously by using symbols. The strategy for overcoming the issue of Papuan racism in cyberspace can be carried out through collaboration between the central and local governments supported by community, religious and media organizations including the racial and DNA (Genetic) welfare approach as well as informative clarification about Papua."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>