Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 161230 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maxwell, David
"Latar belakang : Konsep balanced occlusion umum digunakan pada pembuatan GTP, namun konsep canine guidance menawarkan proses yang sederhana dan mengurangi resorbsi alveolar ridge. Diperlukan penelitian mengenai perbandingan kedua konsep oklusi ini di Indonesia.
Tujuan : Menganalisis efektivitas konsep canine guidance dibandingkan balanced occlusion pada pemakai gigi tiruan penuh (GTP).
Metode : Sepuluh pemakai GTP berpartisipasi dalam uji klinis dengan desain menyilang, lima subjek dipilih acak untuk memakai GTP balanced occlusion kemudian canine guidance dan lima yang lain memakai GTP canine guidance kemudian balanced occlusion. Pengukuran dilakukan tiga puluh hari setelah pemakaian setiap konsep oklusi. Aktivitas elektromiograf otot masseter superfisialis dan temporalis anterior subjek direkam dengan alat EMG, dan subjek mengisi kuesioner kemampuan mastikasi.
Hasil : Rerata antara aktivitas EMG otot masseter superfisialis dan otot temporalis anterior pada pemakaian GTP canine guidance berbeda bermakna (p < 0,05) dengan balanced occlusion. Rerata antara skor kuesioner kemampuan mastikasi pada pemakaian GTP canine guidance berbeda bermakna (p=0,046) dengan balanced occlusion. Terdapat korelasi yang bermakna (p = 0,045) dan kuat (r=0,642) antara aktivitas EMG otot temporalis anterior dengan skor kuesioner kemampuan mastikasi saat pemakaian GTP balanced occlusion dan antara aktivitas EMG otot masseter superfisialis dengan skor kuesioner kemampuan mastikasi (p=0,045 ; r=0,648) saat pemakaian GTP canine guidance.
Kesimpulan : Aktivitas otot mastikasi saat memakai GTP canine guidance lebih rendah signifikan secara klinis dan berbeda bermakna secara statistik dengan balanced occlusion. Kemampuan mastikasi secara subjektif juga lebih baik saat memakai GTP canine guidance.

Background : Balanced occlusion commonly used in complete denture fabrication, however, canine guidance offers a simple process and reduce alveolar ridge resorption. Comparative study of these two concepts occlusion is required in Indonesia.
Objective: To analyze the effectiveness of canine guidance to the balanced occlusion in complete denture wearers.
Methods: Ten denture wearers participating in cross-over clinical trials, five subject randomly selected to wear balanced occlusion followed by canine guidance, five others wearing canine guidance followed by balanced occlusion. Outcomes were measured after 30 days of each occlusal scheme. Elektromiograf activities of superficial masseter muscle and anterior temporal muscle were recorded, participants also answered a masticatory ability questionnaire.
Results: There are significant differences between the EMG activity of superficial masseter muscle and the anterior temporal muscle canine guidance on canine guidance wearers and balance occlusion (p <0.05). Patients rated their masticatory ability significantly better for the canine guidance denture (p = 0.046). There are significant and strong correlation (p = 0.045 ; r = 0.642) between the EMG activity of anterior temporal muscle and masticatory ability upon wearing balanced occlusion denture, and also between the superficial EMG activity of superficial masseter muscle and masticatory ability (p = 0.043; r = 0.648) upon wearing canine guidance denture.
Conclusion: EMG activity of masticatory muscles upon wearing canine guidance denture are clinically and statistically lower to balanced occlusion. Masticatory ability are also better when using canine guidance denture according to the patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Savedra Pratama
"Latar Belakang: Kemampuan mastikasi merupakan kemampuan untuk memecah partikel makanan agar mudah dicerna tubuh sehingga berperan dalam pemenuhan nutrisi. Penggunaan gigi tiruan lepasan diperlukan ketika seseorang mengalami kehilangan gigi karena dapat mengurangi kemampuan mastikasi. Berbagai faktor lain juga dapat mempengaruhi kemampuan mastikasi.
Tujuan: Menganalisis hubungan berbagai faktor terhadap kemampuan mastikasi pemakai gigi tiruan lepasan.
Metode: Tiga puluh empat pemakai gigi tiruan lepasan (GTL, GTLT, dan GTSL) berpartisipasi dalam uji mastikasi dengan permen karet yang dapat berubah warna (Masticatory Performance Evaluating Gum Xylitol®) dengan desain potong lintang. Laju alir saliva dievaluasi dengan gelas ukur, dan ketinggian residual ridge diukur secara klinis menggunakan kaca mulut No.3 yang diberi ukuran mm.
Hasil: Ketinggian residual ridge (p=0,003) dan pengalaman memakai gigi tiruan (p=0,051) berperan terhadap kemampuan mastikasi. Faktor usia (p=1,000), jenis kelamin (p=0,711), laju alir saliva (p=0,400), jenis gigi tiruan (p=0,218), dan jumlah serta lokasi kehilangan gigi (p=0,097) tidak memberikan hubungan yang bermakna.

Background: Masticatory performance is the ability to breakdown food to facilitate digestion, and its role in nutrition is important. Removable dentures are used to rehabilitate loss of teeth, which could jeopardize masticatory performance. There are also various factors that affect masticatory performance.
Objective: To analyze the relationship between various factors and masticatory performance.
Method: Thirty four removable denture wearers (full dentures, single complete dentures, or partial dentures) participated in a cross-sectional study of masticatory performance using color-changeable chewing gum (Masticatory Performance Evaluating Gum Xylitol®). The volume of saliva were evaluated using measuring cups, and residual ridge heights were measured using modified mouth mirror no. 3 with metric measurements.
Result: Residual ridge height (p=0,003) and removable denture-wearing experience (p=0,051) had significant relationship with masticatory performance. Age (p=1,000), gender (p=0,711), saliva (p=0,400), denture types (p=0,218), the number and the location of missing teeth (p=0,097) did not have significant association with masticatory performance.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriella Nasseri
"Latar Belakang : Kehilangan gigi dapat menyebabkan penurunan fungsi mastikasi, bicara, serta memberikan dampak emosional. Rehabilitasi menggunakan gigi tiruan dikatakan mengalami penurunan mencapai 30 daripada pasien bergigi lengkap. Mastikasi terdiri dari rangkaian proses penghancuran dan pencampuran. Sampai saat ini belum ada metode tunggal yang dapat mengevaluasi kedua aspek secara bersamaan. Kemampuan mastikasi secara objektif dapat diukur dengan beberapa metode, seperti gummy jelly untuk mengukur kemampuan menghancurkan makanan sedangkan color-changeable chewing gum untuk mengukur kemampuan mencampur makanan. Kemampuan mastikasi diduga dipengaruhi faktor usia, jenis kelamin, Indeks Massa Tubuh IMT , indeks Eichner, laju alir saliva, pH saliva, kecepatan mengunyah, dan sensory feedback.
Tujuan : Menganalisis kemampuan mastikasi antara pemakai gigi tiruan sebagian lepasan GTSL dengan subjek bergigi lengkap menggunakan color-changeable chewing gum dan gummy jelly, mengetahui hubungan antara kedua metode, serta faktor yang mempengaruhinya.
Metode : Subjek penelitian 40 pasien bergigi lengkap dan 40 orang pasien pemakai GTSL dilakukan pengukuran kemampuan mastikasi dengan color-changeable chewing gum sebanyak 30, 45, 60 strokes dan gummy jelly sebanyak 10, 20, 30 strokes, dan batas ambang penelanan, serta pemeriksaan faktor yang mempengaruhinya.
Hasil : Kemampuan mastikasi pada pasien bergigi lengkap lebih baik secara signifikan daripada pasien pemakai GTSL p < 0,05 baik menggunakan gummy jelly maupun dengan color-changeable chewing gum. Terdapat hubungan yang kuat antara color-changeable chewing gum 60 strokes dan gummy jelly 30 strokes. Terdapat hubungan negatif antara gummy jelly dengan indeks Eichner pada pasien GTSL p < 0,05.
Kesimpulan : Kemampuan mastikasi pemakai GTSL mengalami penurunan sebesar 20.84 dengan menggunakan gummy jelly dan 11.77 dengan color-changeable chewing gum dibandingkan pasien bergigi lengkap. Kedua bahan ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan mastikasi, namun gummy jelly lebih sesuai untuk subjek dewasa muda dengan kemampuan mastikasi yang baik. Jumlah stroke optimal pada GTSL yaitu 60 strokes menggunakan color-changeable chewing gum dan 30 strokes menggunakan gummy jelly. Indeks Eichner mempunyai hubungan dengan kemampuan mastikasi pada pasien pemakai GTSL dengan menggunakan gummy jelly. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Titus Dermawan
"Latar Belakang: Mastikasi terdiri dari proses penghancuran dan pencampuran makanan menjadi bolus yang siap ditelan. Kemampuan mastikasi dapat dievaluasi secara subjetif dan objektif. Evaluasi kemampuan mastikasi secara objektif dapat dilakukan dengan banyak metode, antara lain dengan color-changeable chewing gum dan gummy jelly. Color-changeable chewing gum dapat mengukur kemampuan mastikasi dalam pencampuran makanan. Gummy jelly dapat mengukur kemampuan mastikasi dalam penghancuran makanan. Color-changeable chewing gum dikatakan cocok mengukur kemampuan mastikasi pada semua golongan pasien, sedangkan gummy jelly dikatakan kurang cocok digunakan pada kelompok pasien dengan kemampuan mastikasi yang terkompromis. Penelitian lain mengatakan terdapat korelasi antara pengukuran kemampuan mastikasi dengan kedua bahan tersebut. Kemampuan mastikasi dapat dipengaruhi oleh faktor usia, jenis kelamin, indeks, massa tubuh, laju alir saliva, pH saliva, waktu pengunyahan , dan ambang batas penelanan.
Tujuan: Menganalisis perbandingan kemampuan mastikasi pada pemakai gigi tiruan lengkap dan pasien bergigi lengkap dengan menggunakan color-changeable chewing gum dan gummy jelly serta faktor yang mempengaruhinya.
Metode: Subjek penelitian 40 pasien pemakai gigi tiruan lengkap dan 40 pasien bergigi lengkap, dilakukan pengukuran kemampuan mastikasi dengan color-changeable chewing gum sebanyak 30,45, dan 60 stroke pengunyahan, pengukuran menggunakan gummy jelly sebanyak 10,20, 30 stroke, dan ambang batas penelanan, dan pemeriksaan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Hasil: Kemampuan mastikasi pasien bergigi lengkap lebih tinggi dari pasien pemakai gigi tiruan lengkap (p<0,05) pada pengukuran menggunakan color-changeable chewing gum dan gummy jelly. Terdapat korelasi antara pengukuran kemampuan mastikasi menggunakan kedua bahan tersebut. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan mastikasi dengan faktor usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh, laju alir saliva, pH saliva, waktu pengunyahan, dan ambang batas penelanan.
Kesimpulan: Kemampuan mastikasi pasien pemakai gigi tiruan lengkap lebih rendah dari pasien bergigi lengkap. Terdapat korelasi pengukuran kemampuan mastikasi menggunakan color changeable chewing gum dan gummy jelly.

Background: Mastication consists of comminuting and mixing food into a bolus and finally swallowed. Masticatory performance can be measures either subjectively or objectively.Various objective methods for evaluating masticatory function were introduced. Among them are using gummy jelly and color-changeable chewing gum. Color-changeable chewing gum can measure mastication ability in mixing food, while gummy jelly can measure ability in comminuting food. Mixing ability test using color changeable chewing gum was said to be suitable in all variations of dental status, while comminuting ability test was less suitable in group with compromised masticatory performance. In other research, the result showing correlation between both tests. Masticatory performance can be affected by factors such as age, gender, body mass index, salivary flow rate, saliva pH, chewing time, and swallowing threshold.
Objective: The aim of our study was to analyze masticatory performance as measured with gummy jelly and color-changeable chewing gum between complete denture wearers and dentate patients, and to analyze the correlation between masticatory performance with other factors such as age, gender, bodymass index, salivary flow rate, saliva pH, chewing time,and swallowing threshold.
Methods: 40 complete denture wearers and 40 fully dentate subject participated in this study. Two test food were used to evaluate masticatory performance: gummy jelly and color-changeable chewing gum. Subject was instructed to chew on the color-changeable chewing gum in 30, 45, and 60 strokes, and to chew gummy jelly in 10, 20, and 30 strokes. We also measure subjects swallowing threshold with gummy jelly.
Results: There was significant differences (p<0,05) between masticatory performance as measured with gummy jelly and color-changeable chewing gum in dentate subjects and complete denture wearers, which the first group had a better result. There was correlation between the measurement using both test foods. There was no correlation between masticatory performance with other factors such as age, gender, body mass index, salivary flow rate, saliva pH, chewing time, and swallowing threshold.
Conclusion: Masticatory performance in complete denture wearers is inferior compared to natural dentition subjects. There is correlation between masticatory performance measurement using gummy jelly and color-changeable chewing gum.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sheynna Azka Afifah
"Latar belakang: Kehilangan gigi dapat menyebabkan terganggunya kemampuan mastikasi sehingga dapat mempengaruhi kesehatan umum dan kualitas hidup individu. Pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan akrilik yang sesuai dengan klasifikasi kehilangan gigi dapat membantu mengembalikan fungsi gigi yang hilang, sehingga diharapkan mampu meningkatkan kemampuan mastikasi. Namun, tidak semua pengguna gigi tiruan memiliki kemampuan mastikasi yang lebih baik setelah menggunakan gigi tiruan.
Tujuan: Menganalisis pengaruh pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan akrilik berdasarkan klasifikasi Kennedy terhadap kemampuan mastikasi, menganalisis hubungan antar kelas pada klasifikasi Kennedy terhadap kemampuan mastikasi, menganalisis pengaruh faktor sosiodemografi usia,jenis kelamin, tingkat pendidikan terhadap kehilangan gigi dan kemampuan mastikasi.
Metode: Penelitian ini dilakukan dengan desain cross sectional pada 30 pasien RSKGM Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia berusia 20 tahun ke atas yang baru menggunakan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik. Dilakukan pencatatan diri subjek serta wawancara pengisian kuesioner kemampuan mastikasi.
Hasil penelitian: Pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan akrilik pada kehilangan gigi berdasarkan klasifikasi Kennedy diketahui memiliki pengaruh p=0,00 terhadap kemampuan mastikasi. Gigi tiruan sebagian lepasan akrilik kelas 1 dan kelas 2 Kennedy, kelas 2 dan kelas 3 Kennedy, kelas 2 dan kelas 4 Kennedy memiliki pengaruh dengan kemampuan mastikasi. Tidak terdapat pengaruh antara faktor sosiodemografi usia,jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan terhadap kemampuan mastikasi.
Kesimpulan: Terdapat pengaruh pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan akrilik berdasarkan klasifikasi Kennedy terhadap kemampuan mastikasi.

Background: Tooth loss can cause disruption of masticatory ability and may affect patient's general health and quality of life. The use of acrylic removable partial denture based on the classification of tooth loss may restore the oral function, which is expected to increase patient's masticatory ability. However, not all denture wearers have better masticatory ability after using the removable partial denture.
Objectives: To analyze the effect of removable partial denture wearing based on Kennedys classification towards masticatory ability, correlation between each class on Kennedy's classification towards masticatory ability, and the effect of sociodemographic factors age, gender, educational level toward tooth loss and masticatory ability.
Methods: Cross Sectional Study was conducted on 30 patients of RSKGM Faculty of Dentistry University of Indonesia aged 20 years and over who just used removable partial denture. Subjects personal data were obtained, and interview for masticatory ability was conducted.
Results: There was significant difference p 0,00 between removable partial denture wearing on tooth loss based on kennedys classification towards masticatory ability. Kennedy class 1 and 2, class 2 and 3, class 2 and class 4 removable partial denture have significant difference with masticatory ability. There was no significant difference between sociodemographic factors age, gender, educational level, income level toward tooth loss and masticatory ability.
Conclusion: The use of removable partial denture based on Kennedys classification may increase patients masticatory ability.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Antolis, Maureen
"Tujuan: Menganalisis pengaruh gangguan sendi temporomandibula terhadap aktivitas
otot mastikasi. Metode penelitian: Subjek merupakan pasien dengan tipe wajah
dolichofacial berusia 15 - 35 tahun yang belum melakukan perawatan ortodonti, yaitu 11
dengan gangguan sendi temporomandibula dan 11 tanpa gangguan sendi
temporomandibula sebagai kontrol. Pemeriksaan elektromiografi pada otot masseter dan
temporalis anterior dilakukan dengan menginstruksikan pasien menggigit cotton rolls
selama 5 detik. Perhitungan Root Mean Square dari pemeriksaan EMG masing-masing
otot dibandingkan dengan uji T tidak berpasangan dan uji korelasi Spearman. Hasil:
Terdapat perbedaan yang signifikan antara akticvitas otot kanan masseter, kiri masseter,
dan kanan temporalis anterior pada pasien maloklusi dengan dan tanpa gangguan sendi
temporomandibula yang memiliki tipe wajah dolichofacial. Terdapat korelasi negatif
antara otot mastikasi tersebut dengan gangguan sendi temporomandibula. Kesimpulan:
Pasien dolichofacial dengan gangguan sendi temporomandibula memiliki aktivitas otot
masseter dan otot temporalis anterior yang lebih lemah jika dibandingkan dengan pasien
tanpa gangguan sendi temporomandibula

Objectives: This study aimed to analyze the influence of temporomandibular joint
disorder (TMD) on surface electromyography activity in the masticatory muscles.
Methods: Dolichofacial patients (n = 22) aged 15 to 35 years were examined: 11 with
TMD and 11 control subjects without TMD. A standardized surface electromyography
recording was performed on the masticatory muscle during 5 s of maximum voluntary
clenching on cotton rolls. The root mean square value of each muscle was calculated and
analyzed for differences using an unpaired Student’s t-test. Spearman’s correlation
coefficients (r) were calculated for the determination of correlations between TMD and
root mean square values. Results: Surface electromyography revealed significant
differences in the right temporal, right and left masseter during maximum voluntary
clenching. Both sides of the masseter and right temporal also showed a negative
correlation with TMD. During maximum voluntary clenching, TMD patients had
relatively lower elevator muscle activity. Conclusions: Electromyographic activities in
the masseter muscles were lower in dolichofacial patients with TMD than non-TMD
controls. Surface electromyography of masticatory muscles may assist the clinical
assessment of TMD patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fakhrana Ariani Ayub
"Latar Belakang: Kemampuan mastikasi telah dipelajari secara luas dalam dekade terakhir. Kemampuan mastikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain usia, jenis kelamin, jumlah gigi dan oklusi, area kontak pada oklusal, kehilangan gigi dan restorasi pada gigi posterior, laju alir saliva, serta penurunan fungsi motorik oral seiring dengan proses penuaan. Rehabilitasi prostodontik dengan gigi tiruan cekat maupun gigi tiruan lepasan berfungsi untuk meningkatkan kemampuan mastikasi pada individu dengan kehilangan gigi sebagian maupun menyeluruh.
Tujuan: Menganalisis hubungan antara kemampuan mastikasi dengan usia, jenis kelamin, OHI-S, DMF-T, pemakaian gigi tiruan, dan kondisi gigi tiruan.
Metode: 152 subjek 60 laki-laki dan 92 perempuan berusia 17 tahun ke atas rerata SD = 33,4 13,1 tahun berpartisipasi dalam uji kemampuan mastikasi menggunakan color-changeable chewing gum. Uji statistik Chi-Square digunakan untuk menganalisis hubungan antara kemampuan mastikasi dengan usia, jenis kelamin, OHI-S, DMF-T, pemakaian gigi tiruan dan kondisi gigi tiruan.
Hasil: Usia p=0,001, kehilangan gigi p=0,001, dan pemakaian gigi tiruan p=0,011 berhubungan dengan kemampuan mastikasi. Namun, jenis kelamin, decay, fililing, OHI-S, dan kondisi gigi tiruan tidak menunjukan hubungan bermakna secara statistik p>0,05. Berdasarkan uji Post Hoc Bonferroni correction didapatkan perbedaan pada kelompok usia ge;46 dengan kemampuan mastikasi buruk p=0,0009, kelompok usia ge;46 dengan kemampuan mastikasi baik p=0,0017, kelompok kehilangan 9-32 gigi dengan kemampuan mastikasi buruk p=0,0027. Kelompok tidak ada kehilangan gigi dengan kemampuan mastikasi buruk memiliki hubungan bermakna baik dilihat dari kehilangan gigi p=0,0019 maupun dari pemakaian gigi tiruan p=0,0027.
Kesimpulan: Usia, kehilangan gigi, dan pemakaian gigi tiruan berhubungan dengan kemampuan mastikasi.

Background: Masticatory performance has been studied extensively in the last decades. Age, gender, the number of teeth in occlusion, occlusal contact area, salivary flow, and neuro physiological deficits influence the masticatory process. The replacement of missing teeth with dental prostheses, either fixed or removable, are often used to achieve an acceptable level of masticatory performance.
Objective: The aim of this study was to analyze the relationship between masticatory performance and age, gender, DMF T score, OHI S, dental prostheses use, and prostheses condition in an adult population.
Method: 152 individuals 60 male and 92 female aged 17 years and older mean SD 33.4 13.1 years were included in the study. Masticatory performance was evaluated using color changeable chewing gum. The X2 test was used to determine the association between masticatory performance and age, gender, DMF T score, OHI S, dental prostheses use and prostheses condition.
Result: Age p 0.001, missing teeth p 0.001, and prostheses use p 0.011 had significant relationship with masticatory performance. However, relation with gender, decay, filling, OHI S, and prostheses condition were not statistically significant p 0,05. Based on the Post Hoc Bonferroni correction test, the differences were found in the age group ge 46 with poor mastication performance p 0.0009, age group ge 46 with good mastication performance p 0.0017, missing 9 32 teeth group with poor mastication performance p 0.0027. No missing teeth group with poor mastication performance had a significant association with missing teeth p 0.0019 and use of prostheses p 0.0027.
Conclusion: Age, missing teeth, and prostheses are strongly associated with masticatory performance.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bunga Riadiani
"Tujuan: Menganalisis korelasi kehilangan gigi dengan kemampuan mastikasi perempuan pasca menopause.
Latar belakang: Pada perempuan menopause terjadi perubahan fisiologis akibat perubahan hormon. Salah satu akibatnya adalah penurunan densitas tulang yang berkontribusi terhadap hilangnya gigi. Fungsi mastikasi dipengaruhi oleh jumlah gigi, namun masih belum jelas bagaimana hubungan fungsi mastikasi yang dinilai secara subyektif dengan kehilangan gigi pada perempuan pasca menopause terutama di Indonesia.
Metode: Penelitian potong lintang dengan subyek 95 perempuan pasca menopause di Posbindu Lansia Pergeri Depok, Jawa Barat. Subyek menjawab kuesioner kemampuan mastikasi dan dilakukan pemeriksaan intra oral. Analisis Chi Square digunakan untuk menghubungkan usia, lama menopause, tingkat pendidikan, kehilangan gigi dan pemakaian gigi tiruan dengan kemampuan mastikasi.
Hasil: Subyek lansia sebanyak 71% dan lama menopause >5 tahun dialami 79% subyek. Tingkat pendidikan terbanyak adalah lulus sekolah menengah (46% subyek). Sebanyak 47% subyek mengalami kehilangan >10 gigi, 27% subyek kehilangan 6-10 gigi dan 26% subyek kehilangan <6 gigi. 76% subyek tidak memakai gigi tiruan. Kemampuan mastikasi memiliki hubungan bermakna (p<0,05) dengan kehilangan gigi (p=0,011), lama menopause (p=0,009) dan usia (p=0,025). Penggunaan gigi tiruan (p=0,611) dan pendidikan (p=0,849) tak berpengaruh signifikan terhadap kemampuan mastikasi.
Kesimpulan: Jumlah gigi hilang, lama menopause, dan usia mempengaruhi kemampuan mastikasi perempuan pasca menopause secara signifikan.

Objective: To determine association between tooth loss and masticatory ability in post menopausal women.
Background: Hormonal physiological changes in post menopausal women reduce bone density which leads to tooth loss. Masticatory function is affected by the number of teeth, but it is not yet clear how the subjectively perceived masticatory function associates with tooth loss in post menopausal women in Indonesia.
Method: Cross sectional study of 95 post menopausal women at Posbindu Lansia Pergeri Depok, West Java was performed. Subjects answered questionnaires about masticatory ability and intra oral examination was performed. Chi square analysis was conducted to relate age, menopausal period, educational level, tooth loss and denture use with masticatory ability.
Results: There were 71% elderly subjects and 79% subjects have experienced menopausal period ≥5 years. Forty-six percent of subjects were highschool graduates. Forty-seven percent subjects lost >10 teeth, 27% subjects lost 6-10 teeth and 26% subjects lost <6 teeth. Seventy-six percent of subjects did not wear dentures. Menopausal period (p=0.09), tooth loss (p=0.011), and age (p=0.025) had significant correlation with masticatory ability (p<0.05). Educational status (p=0.611) and denture wearing (p=0.849) did not significantly affect masticatory ability.
Conclusion: Masticatory ability in post menopausal women is significantly affected by length of menopausal period, tooth loss and age.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S45438
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariyanti Rezeki
"Tujuan: Mendapatkan alat ukur kepuasan pasien terhadap gigi tiruan lengkap yaitu Patient's Denture Assessment PDA versi Indonesia yang valid dan reliabel serta menganalisis hubungan antara kepuasan pasien terhadap gigi tiruan lengkap dengan kemampuan mastikasi, usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman serta lama pemakaian gigi tiruan lengkap.
Metode: 101 subjek 50 laki-laki dan 51 perempuan berusia 45 tahun keatas, berpartisipasi dalam uji validasi dan reliabilitas kuesioner PDA bahasa Indonesia. Uji statistik Chi-Square dan regresi logistik digunakan untuk menganalisis hubungan antara kepuasan pasien terhadap gigi tiruan lengkap dengan kemampuan mastikasi, usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman serta lama pemakaian gigi tiruan lengkap.
Hasil: Hasil uji validasi dan reliabilitas kuesioner PDA menunjukkan, Cronbach's Alpha pada skor keseluruhan kuesioner PDA 0,708, uji validitas konvergen menunjukkan korelasi antara kepuasan pasien dan kemampuan mastikasi dengan uji spearman p=0,001 r=0,633. Hubungan bermakna secara statistik ditemukan antara kepuasan pasien terhadap gigi tiruan lengkap dengan kemampuan mastikasi p=0,000.
Kesimpulan: Kuesioner PDA-ID dapat digunakan untuk mengetahui kepuasan pasien terhadap perawatan gigi tiruan lengkap. Kemampuan mastikasi dan lama pemakaian gigi tiruan.

Objectives: The purpose of this study is to develop a valid and reliable Patient's Denture Assessment PDA Questionnaire in Indonesian version and to analyze the relationship between patient's satisfaction to their complete denture with masticatory performances, age, sex, education level, denture experience and the duration of their recent complete denture.
Methods: Total of 101 subjects 50 men, 51 women aged 45 years and older was participated in this study. Univariate, bivariate and multivariate test are done in this study, to do validity and reliability tests and also to analyze relationship between patient's satisfaction towards their complete denture with masticatory performances, age, sex, education level, denture experiences and the duration of current complete denture.
Results: Validation and reliability test shows Cronbach's Alpha in summary score PDA 0,708, convergent validity shows correlation between the masticatory performances with patient's satisfaction p 0,001 r 0,633. Statistically, a significant correlation P.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Isya Hanin
"Tujuan : Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan alat ukur kemampuan mastikasi serta menganalisa hubungan antara kemampuan mastikasi dengan kualitas hidup yang berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut pada pra-lansia dan lansia wanita yang hidup di suatu komunitas.
Latar belakang : Kehilangan gigi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pra-lansia dan lansia yang dapat mempengaruhi fungsi mastikasi. Penilaian fungsi mastikasi dapat dilakukan secara subyektif maupun obyektif. Penilaian mastikasi secara subyektif perlu dilakukan untuk menilai persepsi individu terhadap kemampuan mastikasinya. Alat ukur berupa kuesioner merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk menilai kemampuan mastikasi. Kemampuan mastikasi merupakan salah satu faktor yang berperan dalam fungsi stomatognatik dan pada kesehatan individu secara umum.
Metode : Subjek penelitian adalah 165 wanita usia 45 tahun ke atas yang berdomisili di kecamatan Bekasi Timur, kotamadya Bekasi, Jawa Barat. Subyek diminta untuk menjawab kuesioner kemampuan mastikasi dan kuesioner dampak kesehatan gigi dan mulut terhadap kualitas hidup. Dilakukan pemeriksaan intraoral untuk melihat jumlah gigi sisa, serta kontak antara gigi-geligi asli.
Hasil: Didapat suatu alat ukur kemampuan mastikasi berupa kuesioner yang valid dan reliabel dengan indeks Eichner sebagai baku emas. Dari analisis ditemukan hubungan signifikan antara kemampuan mastikasi dengan kualitas hidup yang berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut.
Kesimpulan : Alat ukur berupa kuesioner dapat digunakan untuk menilai kemampuan mastikasi. Kemampuan mastikasi merupakan fungsi stomatognatik yang penting dan dapat mempengaruhi kualitas hidup ditinjau dari aspek kesehatan gigi dan mulut.

Objective : The purpose of this study is to obtain masticatory assessment tool and to analyze the relationship between masticatory ability with oral health-related quality of life in preelderly and elderly women in a community.
Background : Tooth loss is a condition frequently found in pre-elderly and elderly which affects masticatory function. Masticatory function can be assessed subjectively or objectively. The assessment of subjective masticatory function is needed to evaluate an individual's perception of his/her masticatory ability. One of the methods to evaluate masticatory ability is by using assessment tool in questionnaire format. Masticatory ability is one of the factors that affect stomathognatic function and health in general.
Method : Subjects consist of 165 women age 45 and beyond, living in Bekasi Timur, West Java. Subjects were interviewed using masticatory ability and oral health-related quality of life questionnaires. Intraoral examination was carried out to see numbers of existing teeth and occlusal contact between the teeth.
Results : A valid and reliable masticatory ability assessment tool with Eichner index as golden standard was acquired. Statistical analysis showed a significant relation between masticatory ability and oral health-related quality of life in pre-elderly and elderly women.
Conclusion : An assessment tool in questionnaire format can be used to evaluate masticatory ability. Masticatory ability is an important aspect of stomathognatic function that affects oral health-related quality of life in pre-elderly and elderly women.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
T40823
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>