Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 166742 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rivie Rianda Iskandar
"Pelayanan rawat jalan sebagai unit terdepan yang menampilkan citra rumah sakit dan merupakan penyumbang pasien terbesar harus dikelola dengan baik, salah satunya adalah dengan meperbaiki waktu tunggunya. Waktu tunggu merupakan salah satu dimensi mutu dalam pelayanan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa waktu tunggu pelayanan rawat jalan di RSIA Aulia tahun 2014. Penelitian dilakukan dengan metoda penelitian kualitatif dan kuantitatif pada unit rawat jalan, mulai dari pendaftaran, poliklinik, farmasi, dan kasir.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu pendaftaran rata-rata adalah 8,77 menit saat peak hours dan 7,37 menit saat non peak hours. Lama waktu tunggu poliklinik paling lama adalah pada poliklinik anak dengan waktu tunggu rata-rata 63,82 menit saat peak hours dan 40,27 menit saat non peak hours. Waktu tunggu farmasi rata-rata saat peak hours adalah 21,39 menit untuk obat jadi, dan 33,92 menit untuk obat racikan, sedangkan saat non peak hours 17,50 menit untuk obat jadi dan 31,23 menit untuk obat racikan. Waktu tunggu pelayanan kasir adalah 15,09 menit saat peak hours dan 9,43 menit saat non peak hours.
Semua waktu tunggu sudah sesuai Standar Pelayanan Minimal untuk Rumah Sakit menurut Kepmenkes no.129 Tahun 2008 dan RS kecuali untuk waktu tunggu polilinik. Waktu tunggu dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu Man, Material, Methode, Mechine, dan Money. Pada poliklinik, waktu tunggu yang lama terutama disebabkan oleh faktor SDM, yaitu ketidakdisiplinan dokter terhadap jam praktek, sehingga hasil penelitian ini menyarankan kepada managemen untuk menganalisis kembali dan memperbaiki ikatan kerja sama dengan para dokter praktek guna mempersingkat waktu tunggu, sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan dimasa yang akan datang.

Outpatient services as the leading unit which displays image of the hospital and the largest contributor to patient must be properly managed, one of which is improving wait-times. Wait-times is one of the dimensions of quality in health care. This research aims to analyze the wait-times in outpatient services at Rumah Sakit Ibu Dan Anak Aulia for 2014. This research is using the qualitative and quantitative methods in outpatient services, starts from registration, polyclinic, pharmacy, and cashier.
The results showed that approximate time for registration is 8.77 minutes at peak hours and 7.37 minutes at non peak hours. The longest wait-times is in the children's polyclinic with approximate wait-times about 63.82 minutes at peak hours and 40.27 minutes at non peak hours. The approximate wait-times in pharmacy at peak hours is 21.39 minutes for generic medicine and 33.92 minutes for personalized medicine, while approximate wait times at non peak hours is 17.50 minutes for generic medicine and 31.23 minutes for personalized medicine. At cashier, the approximate wait times is 15.09 minutes in peak hours and 9.43 minutes in non peak hours.
All wait times is already referred to Minimum standard of services for hospital according to Kepmenkes no. 129/2008 except for the polyclinic's wait times. Wait times is influenced by some factors, consists of man, material, method, machine, and money. At polyclinic, the long wait times is mainly due to human resources factor, which is indiscipline doctor to practice hours, so the result of this research suggests the management to re-analyze and restore the agreement with the doctors to shorten the wait times so the quality of service in the future will improve.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41502
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Na`ila Rahmita Sari
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran persepsi pasien pada kualitas interaksi, kualitas lingkungan fisik, kualitas hasil, dan kualitas jasa keseluruhan Instalasi Rawat Inap B dan C RS Bhayangkara Tk. I Raden Said Sukanto dengan dasar adanya penurunan jumlah pasien rawat inap pada tahun 2010-2011 (17,3%) dan belum terwujudnya kebijakan Zero Complaint di lingkungan pelayanan rumah sakit. Penelitian diselenggarakan dengan desain cross sectional dan dengan analisis univariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi pasien baik pada kualitas interaksi, kualitas lingkungan fisik, kualitas hasil, maupun persepsi kualitas jasa keseluruhan tergolong dalam kategori baik. Meskipun demikian kualitas lingkungan fisik merupakan variabel dengan persentase kategori buruk terbesar diantara variabel-variabel lainnya (36,5%), sehingga dapat disimpulkan bahwa aspek lingkungan fisik rumah sakit masih memerlukan banyak perbaikan agar dapat memberikan pelayanan secara maksimal. Peneliti menyarankan diadakan peningkatan upaya pemeliharaan fasilitas fisik secara berkelanjutan.

This research was conducted to get the description of patient perception on the interaction quality, physical environment quality, outcome quality, and overall service quality of B and C Inpatient Wards at Bhayangkara Tk.I Raden Said Sukanto Hospital, based on the decreasing amount of inpatients during 2010-2011 (17,3%) and the Zero Complaint in the hospital service area which can not be established yet. This research employed cross sectional research design with unvaried analysis.
The result showed that whether interaction quality, physical environment quality, outcome quality, or service quality were categorized to the good category. Nevertheless, physical environment quality is variable with the highest bad category percentage among the others (36,5%), so it can be concluded that the hospital physical environment aspect still needs more improvement in order to provide the maximum service. The researcher suggests establishing a continuous physical facility maintenance.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Tri Pratiwi
"Bertumbuhnya rumah sakit di Indonesia menjadikan iklim persaingan yang semakin ketat dan pengembangan pelayanan di dunia kesehatan menjadi semakin dinamis. Saat ini terjadi perubahan dalam bisnis rumah sakit di Indonesia semenjak diluncurkannya Jaminan Kesehatan Nasional JKN pada 1 Januari 2014 yang pengelolaannya dilakukan oleh Badan Pengelola Jaminan Kesehatan BPJS dalam peta jalan menuju Universal Health Coverage 2012-2019. RSIA Pratiwi adalah RS khusus kelas C yang terus mengalami penurunan pasien kebidanan dan belum bekerjasama dengan BPJS Kesehatan hingga akhir 2016.
Penelitian ini untuk melakukan analisis pasar layanan kebidanan RSIA Pratiwi pada tahun 2017 di awal kerjasama RSIA dengan BPJS Kesehatan KCU Tangerang. Lokasi penelitian di RSIA Pratiwi Tangerang, Banten. Waktu penelitian adalah bulan Mei-Juni 2017.
Metode yang digunakan dengan wawancara mendalam kepada informan yang terdiri dari pasienkebidanan dan karyawan struktural RSIA serta telaah dokumen. Hasil yang ada kemudian dilakukan triangulasi data dan didiskusikan oleh tim Consesus Decission Making Group CDMG.
Hasil didapatkan potensi pasar yang besar di wilayah kota Tangerang dengan target pasar wanita usia produktif, tingkat pendidikan menengah atas atau setara, pendapatan rumah tangga 3 - 5 juta perbulan dan memiliki pengetahuan serta minat yang tinggi terhadap pemanfaatan jaminan BPJS. Hal ini menunjukan bahwa era JKN memiliki pengaruh besar terhadap sistem pemasaran dan karakteristik pasien kebidanan Rumah Sakit Ibu Anak Pratiwi tahun 2017.

The growth of hospitals in Indonesia makes the increasingly fierce competition climate and the development of services in the health world become more dynamic. The need for strategy, commitment and creativity to innovate in managing and developing the hospital business along with continuous improvement of service quality quality for the hospital stay in the globalization era. Currently, there is achange in the hospital business in Indonesia since the launching of the National Health Insurance JKN on January 1, 2014 which is managed by the Health Insurance Management Board BPJS in the roadmap to Universal Health Coverage 2012 2019. Pratiwi Mother Child Hospital is a C class hospital that continues todecline and has not cooperated with BPJS Health until the end of 2016.
This research is to analyze the market of midwifery service in 2017 at the beginning of Pratiwi mother Child Hospital cooperation with BPJS Health. Research location at Pratiwi mother Child Hospital Tangerang, Banten. The study period was from May to June 2017.
The method used was in depth interviews with informants consisting ofobstetric patients and structural employees of and document review. The results arethen triangulated data and discussed by the Consesus Decision Making Group CDMG team.
The results obtained a large market potential in the city of Tangerang with a target market of women of reproductive age, upper secondary education, household income 3 5 million per month and have knowledge and a high interest in the utilization of BPJS guarantees. That is JKN era has effect influence on marketing system and midwifery patient characteristic in 2017.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Najatullah
"Studi ini brtujuan untuk mendapatkan gambaran tentang pengaruh kehadiran di tempat dokter spesialis Anestesi terhadap mutu pelayanan label merah melalui pendekatan studi kuantitatif observasional prospektif dan studi kualitatif untuk menilai kepuasan pelanggan dan pendapat DPJP Aneatesi terhadap implementasi kebijakan jaga onsite. Indikator yang dinilai dalam kaitannya dengan mutu pelayanan adalah angka/jumlah kematian, waktu asesmen medis, biaya pelayanan dan kepuasan pelanggan. Di dapatkan hasil, kehadiran di tempat DPJP spesialis Anestesi di label merah IGD berpengaruh terhadap jumlah kematian kurang dari 24 jam sebanyak 12 kematian dari 24 kematian, berpengaruh terhadap lamanya waktu asesmen medis awal rata-rata 21 menit dibanding 45 menit dengan p<0,05 dan berpengaruh terhadap biaya pelayanan. Untuk kasus CKB rata-rata biaya pelayanan 1,8 juta dibanding 2,7 juta dengan p<0,05. Didapatkan pula tingginya kasus stroke dan infark myokard pada kelompok non trauma. Untuk kepuasan pelanggan tidak dapat ukur pengaruhnya karena responden tidak dapat membedakan pelayanan oleh DPJP dan asisten DPJP tapi mereka menilai bahwa pelayanan cepat dan teliti dan akan merekomendasikan pelayanan untuk kerabat. Pendapat dokter penanggung jawab pelayanan terhadap implementasi kebijakan jaga di tempat baik tetapi mereka menilai sebagai lini depan pelayanan adalah seorang residen atau asisten DPJP karena dianggap memiliki kompetensi untuk memberikan pelayanan life saving. Kebijakan ini diteruskan dan dikembangkan untuk bidang spesialis jantung dan neurologi untuk pelayanan IGD level IV.

The Objective of this study is to achieve the influence of doctor on duty anaesthesiologist according to the service quality in red label area. Both quantitative and qualitative study are designed to observed prospectively to analyzed the presence of anaesthesiologist in red label area on death number, time to initial assasment, cost per case and customer satisfaction. This study also want to know the perception of anaesthesiologist on the implementation of doctor on duty onsite. Result of this study, influence of doctor on duty anaesthesiologist onsite will impact on death number, 12 compare to 24 death cases, time to initial assasment 21 minutes compare to 45 minutes with p<0,05 and more lower cost 1,8 billion rupiah compare to 2,7 billion rupiah for Severe Head Injury case. The customer satisfaction not reflected to the influence of anaesthesiologist because they do not know the position of the examiner. But they will recommend this service to the family or friend. All the anaesthesist said that the implementation of doctor on duty onsite is good but they still suggested that the resident as a front line. We suggested that implementation of doctor on duty onsite for five specialities can be continued and widened for cardiologist and neurologist because stroke and myocardial infarction became the most death cause for non trauma patient."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tina Esadiarti
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kondisi perekonomian yang sulit saat ini dimana laju infasi mencapai 8,7% yang mengakibatkan meningkatnya jumlah pengangguran dan menurunnya daya beli masyarakat. Disisi lain pertambahan jumlah penduduk dan pertumbuhan rumah sakit di Indonesia berdasarkan Profil Indonesia Sehat tahun 2003 semakin meningkat, berdasarkan hal ini dapat dikatakan bahwa peluang dan persaingan bisnis perumahsakitan juga akan semakin meningkat.
Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dibutuhkan biaya yang tidak sedikit, terlebih pada layanan rawat inap. Sehingga pembiayaan kesehatan menjadi suatu pertimbangan bagi masyarakat dalam pemanfaatan suatu layanan kesehatan. Berdasarkan Gani,2005 sumber pembiayaan kesehatan masih didominasi oleh out of pocket, perusahaan dan asuransi. Maka startegi pemasaran yang dapat diupayakan pada kondisi ini yaitu ditujukan kepada segmen pasar dengan pembiayaan kesehatan yang ditanggung oleh perusahaan atau asuransi.
Rumah Sakit Tebet adalah rumah sakit swasta, tipe C} yang terletak dibilangan Jakarta Selatan, jika ditinjau dari segi pemanfaatan layanan rawat inap oleh pengguna jasa rumah sakit yang ditanggung perusahaan pelanggannya berkisar antara 37%-46% dari total pendapatan rawat inap, pencapaian ini masih dibawah harapan pihak manajemen yang sebesar 50%. Sehingga diperlukan suatu telaahan yang lebih lanjut untuk memperoleh gambaran tentang persepsinya pemanfaatan layanan rawat inap yang dikaitkan dengan karakteristik pengguna jasa rumah sakit yang ditanggung oleh perusahaan pelanggannya. Hasil analisis ini diharapkan dapat menjadi masukkan bagi Rumah Sakit Tebet dalam upaya meningkatkan pemanfaatan layanan rawat inapnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterkaitan dan analisis faktor yang memberikan probabilitas tertinggi antara karakteristik pengguna jasa rumah sakit yang ditanggung oleh perusahaan pelanggan meliputi faktor predisposisi, enabling, need terhadap persepsinya dalam pemanfaatan layanan rawat inap di Rumah Sakit Tebet pada tahun 2006. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional.
Pada hasil penelitian didapatkan 4 variabel yang memiliki keterkaitan antara karakteristik pengguna jasa rumah sakit yang ditanggung oieh perusahaan pelanggan terhadap persepsinya dalam pemanfaatan layanan rawat inap yaitu variabel status pekerjaan, lama kerja (faktor predisposisi) dan variabel penjamin kesehatan, pemberi keputusan (faktor enabling). Variabel yang mempunyai probabilitas tertinggi terhadap persepsi pemanfaatan layanan rawat inap adalah penjamin kesehatan, setelah dikontrol oleh variabel pemberi keputusan, status pekerjaan dan adanya interaksi dengan variabel lama kerja.
Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel status pekerjaan, lama kerja (faktor predisposisi) dan variabel penjamin kesehatan, pemberi keputusan (faktor enabling) adalah karakteristik pengguna jasa rumah sakit yang mempunyai hubungan terhadap tingginya persepsi pemanfaatan layanan rawat inap. Variabel Penjamin Kesehatan adalah karakteristik pengguna jasa rumah sakit yang ditanggung oieh perusahaan pelanggan yang mempunyai probabilitas tertinggi terhadap persepsi pemanfaatan layanan rawat inap, setelah mendapat pengaruh dart variabel Iainnya (pemberi keputusan, status pekerjaan dan lama kerja).
Upaya peningkatan pemanfaatan layanan rawat inap yang dapat disarankan berdasarkan penelitian ini adalah memberikan layanan yang baik dan kenyamanan kepada para pengguna jasa rumah sakit beserta keluarganya, melakukan penetrasi pasar melalui pendekatan serta meningkatkan program promosi yang ditujukan kepada perusahaan-perusahaan yang bernaung dibawah asuransi, para pensiunan yang dijamin oleh perusahaan serta para pejabat perusahaan dan memperluas pasar dengan cara menambah jaringan kerjasama sebagai provider kesehatan asuransi. Dan saran bagi peneliti lain apabila akan melakukan penelitian yang sama, ada baiknya variabel pen beri keputusan, status pekerjaan dan lama kerja dipertimbangkan sebagai variable confounding.

This research is based on present difficult economic condition, signified by inflation growth of 8.7% that causing an increase of the unemployment level and a decline of people's purchasing power. On the contrary, the growth of population and also the number of hospital in Indonesia are increasing (based on "Profit Indonesia Se/tat Ia/mn 2003"). According to this fact, it could be said that the business opportunity and also the competition between hospitals are increasing.
To obtain health services, people need to pay relatively high amount of money, especially for hospitalization services. Therefore health services costs become primary consideration for people in order to utilize such services. Based on Gani (2005), the payment sources for health service are still dominated by "out of pocket" from respective customer's companies and insurances. Thus, proper marketing strategy in this condition should be targeted to certain market segment, that is people in which cost are paid by their respective companies or insurances.
Tebet hospital is a private hospital type "C" which is located in South Jakarta. Viewed from the utilization of hospitalization services, the ratios of hospital service user, in which costs are paid by their respective companies, reached between 37-46% from hospitalization total revenue. This accomplishment, however, is still below management expectation which hope that the number should have reached 50%. Therefore, it needs a comprehensive study to get the overall picture on the characteristic of hospital service user (in which costs are paid by the respective customer's companies). The result of this analysis is expected to provide valuable inputs for Tebet hospital in order to improve the hospitalization service utilization.
This research aims to identify correlation and analysis on the factors that give highest probability between the characteristic of hospital service user (in which costs are paid by the respective customer's companies) and perception the utilization of hospitalization services in Tebet Hospital in 2006. These factors include predisposition, enabling, and needs. This research use quantitative method using cross sectional approach.
From the result of the research, there are 4 variables that have correlation between the characteristic of hospital service user (in which costs are paid by the respective customer's companies) and perception the utilization of hospitalization services. These variables are: employment status, length of work (predisposition factor), and health insurer, decision maker (enabling factor). Variable with the highest probability to perception the utilization of hospitalization service is found in health insurer, after controlled by decision maker variable, length of work, as well as the interaction with length of work variable.
From the research, it could be concluded that the factor of employment status, Iength of work (predisposition factor), and health insurer, decision maker (enabling factor) are characteristic of hospital service user influencing the level of perception the utilization of hospitalization services. While health insurer variable is hospital service user insured by customer's companies that have the highest probability to perception the utilization of hospitalization service, after influenced by other variables (decision maker, employment status, and length of work).
Based on this research, we suggest to improve hospitalization service utilization by broadening the market by adding cooperation network as provider for insurance health, performing market penetration through approach and by intensifying promotional programs aim for companies under insurance program, retiree with health benefit paid by the companies, and companies' management, and also by providing decent services and comfort to hospital services user and their families. We also suggest that further research should also consider decision maker, length of work, and employment status variable as variable confounding.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T20074
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Djatiningsih
"Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh rumah sakit adalah salah satu jenis pelayanan sosial yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga peran rumah sakit sebagai organisasi sosial merupakan wujud nyata pembangunan kesehatan RSUD dr. Rubini Mempawah sebagai satu-satunya rumah sakit di wilayah Kabupaten Pontianak diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan sebaikbaiknya, sehingga sebagai rumah sakit pemerintah yang selama ini dianggap memberikan pelayanan kurang baik dapat dihilangkan.
Banyaknya keluhan terutama dari masyarakat golongan ekonomi lemah, ketidakpuasan terhadap buruknya pelayanan kesehatan, baik yang mereka terima dari dokter maupun rumah sakit sering diterima dengan pasrah. Sementara itu bagi orang kaya, ketidakpuasan atas pelayanan demikian, sudah cukup memberi alasan bagi mereka untuk berobat ke dokter atau rumah sakit Iuar negeri meski harus dengan biaya yang jauh Iebih tinggi.
Tesis ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai pendapat pasien tentang pelayanan di rumah sakit dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pelayanan di rumah sakit dilihat dari kacamata pasien, pimpinan, dokter dan staf rumah sakit.
Metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan memadukan pendekatan kuantitatif dan kualdatif, hal ini dimaksudkan untuk memperoleh hasil yang maksimal selain juga didukung oleh hasil pengamatan dan dokumen serta daftar pustaka. Penelitian dengan menggunakan kuesioner ditujukan pada pasien rawat inap, sedangkan pengumpulan data untuk mendukung hasil kuesioner menggunakan wawancara pada pasien, pimpinan, dokter dan staf di rumah sakit. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, wawancara dan observasi.
Pendapat pasien tentang pelayanan yang dilakukan oleh dokter, perawat dan tenaga administrasi di RSUD dr. Rubini Mempawah sudah cukup baik. Begitu pula dengan alat dan sarana yang tersedia di rumah sakit menurut pasien sudah cukup baik meskipun belum cukup memadai apabila dihadapkan dengan jenis pelayanan yang harus diberikan, mengenai prosedur pelayanan yang diberlakukan masih betum jelas dan belum cukup baik terutama dalam penentuan tarif pelayanan, penyediaan obat dan pelaksanaan jaminan kepada pasien KM (Kartu Miskin) dan pasien ASKES.
Berdasarkan hasil penelitian terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pelayanan di rumah sakit yang mengacu pada teori sebab akibat Martin diantaranya jumlah dokter yang masih kurang terutama dokter spesialis, ketrampilan penanganan pasien yang belum memadai yang dimiliki perawat dan tenaga administrasi, sarana yang masih belum memadai terutama kebersihan dan kenyamanan kamar mandi, ketidakjelasan prosedur dan informasi tentang pelayanan yang disediakan rumah sakit dan obat yang tersedia kurang bervariasi serta kebijakan masih bertumpu pada Direktur terutama dalam penanganan pasien, ketentuan tentang tarif pelayanan, harga obat dan pelaksanaan pemberian jaminan kepada pasien KM (Kartu Miskin).
Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan pelayanan di rumah sakit dengan merekrut dokter baru dan dokter spesialis, mengadakan diktat (pendidikan dan latihan) bagi perawat dan tenaga administrasi sesuai bidang tugasnya serta memberi kesempatan untuk metanjutkan pendidikan dalam program tugas belajar. Melakukan sosialisasi tentang pelayanan yang ada di rumah sakit melalul pamflet dan brosur serta membuat papan petunjuk. Untuk menjaga kebersihan dan kenyamanan kamar mandi agar tidak terjadi penyakit yang timbal karena perawatan di rumah sakit dengan menggunakan jasa cleaning service yang bisa dlandalkan dan bertanggung jawab. Sedangkan dalam penetapan kebijakan mengenai tarif dan harga obat sebaiknya tetap mengacu pada kepentingan masyarakat."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T22167
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Artha Rani
"Waktu tunggu di Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 129 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Waktu tunggu merupakan salah satu komponen yang menyebabkan ketidakpuasan pasien dan berdampak pada loyalitas pasien. Lama waktu tunggu pasien mencerminkan bagaimana rumah sakit mengelola komponen pelayanan yang disesuaikan dengan situasi dan harapan pasien (Menteri Kesehatan RI, 2008). Oleh sebab itu, perlu dilakukan analisa waktu tunggu pelayanan resep non racikan di RSUI untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit.

The waiting time at the University of Indonesia Hospital (RSUI) refers to the Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia Number 129 of 2008 concerning Minimum Hospital Service Standards. Waiting time is one component that causes patient dissatisfaction and has an impact on patient loyalty. The patient's waiting time reflects how the hospital manages the service component according to the patient's situation and expectations (Ministry of Health, 2008). Therefore, it is necessary to analyze the waiting time for non- concoction prescription services at RSUI to improve the quality of health services at the hospital."
Depok: 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Putri
"Latar belakang penelitian ini adalah banyaknya pasien batal yang berobat di rawat jalan Rumah Sakit Awal Bros Batam yang kemungkinan disebabkan oleh lamanya waktu tunggu,angkanya berkisar 4% bulan dari total kunjungan .Hal ini dapat menyebabkan berkurangnya mutu pelayanan dan rusaknya performance Rumah Sakit.Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mencari informasi dan mengetahui penyebab pasien lama menunggu dengan melakukan penelitian di sub unit yang terkait di unit Rawat Jalan yaitu observasi langsung,wawancara mendalam dan telaah dokumen.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sub unit yang berperan besar terhadap lamanya pasien menunggu adalah di sub unit Rekam Medis pada saat proses persiapan berkas file Rekam Medis dan pada penelitian ini didapatkan juga lama waktu masing-masing proses yang dilalui pasien sehingga dapat dijadikan pedoman standar waktu pelayanan rawat jalan Rumah Sakit Awal Bros Batam.
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sebagai unit Rawat Jalan yang terdiri dari sub unit-sub unit,maka diperlukan SOP yang mengatur secara keseluruhan sebagai satu kesatuan pelayanan yang ada di Rumah Sakit sehingga memudahkan untuk kordinasi dan evaluasi pelyanannya.

The background of this research is the number of patients who canceled outpatient in Awal Bros Hospital Batam which may be caused by long waiting periods, the figure ranges from 4% months of total visits. This can lead to reduced quality of service and destruction of hospital performance.The study was a qualitative study that aims to seek information and find out the causes of long wait patients with conducting research in the relevant sub-units in the outpatient unit of direct observation, depth interviews and document review.
Based on the results, sub-units that contribute greatly to the length of patient waiting is the Medical Record subunits during the process of file preparation file Medical Records and in this study, too much time each process through which the patient so that it can be used as guidelines for standards of patient care time Initial Awal Bros Hospital Batam.
In this study it was found that as the Outpatient unit consisting of sub-unit of sub units, the necessary standard operating procedures that set a whole as a single unit to service at the Hospital, making it easier for coordination and evaluation of services.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yessi Oktafianti
"ABSTRAK
WHO menetapkan jaminan kesehatan semesta/Universal Health Coverage UHC untuk memastikan semua orang mendapatkan pelayanan kesehatan. Dalam rangka meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan tanpa melihat status sosial masyarakat, pemerintah menetapkan program Jaminan Kesehatan Nasional. Penelitian ini bertujuan mengetahui ekuitas/inekuitas utilisasi pelayanan kesehatan pada peserta JKN dan mengetahui karakteristik yang menjadi dasar terjadinya ketimpangan utilisasi pelayanan kesehatan di Indonesia. Studi ini mengunakan data sekunder dari Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2014. Hasil menunjukkan bahwa penduduk kaya di Indonesia lebih banyak memanfaatkan pelayanan rumah sakit dibandingkan dengan penduduk miskin. Rata-rata jumlah kunjungan rawat jalan peserta JKN khususnya pada kuintil 1 dan kuintil 2 lebih besar daripada bukan peserta JKN pada kelompok yang sama. Tingkat ketimpangan pelayanan rawat inap pada responden peserta JKN lebih kecil daripada peserta non JKN. Ketidakmerataan utilisasi rawat jalan dan rawat inap yang pro-kaya disebabkan oleh ketidaksetaraan umur, jenis kelamin, geografis, pernikahan, pendidikan dan pengeluaran. Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan perlu monitoring dan evaluasi secara rutin terhadap pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional.

ABSTRACT
WHO establishes universal health insurance Universal Health Coverage UHC to ensure all people get health care. In order to improve the utilization of health services regardless of social status, the government established the National Health Insurance program. This study aims to determine the equity inequity of health care utilization in participants JKN and non JKN and the characteristics on which the imbalance utilization of health services in Indonesia. This study uses secondary data from the National Socioeconomic Survey 2014. The results showed that the rich in Indonesia use hospital services more than the poor. The average number of outpatient visits participants JKN especially in quintile 1 and quintile 2 is larger than the non participants JKN in the same group. The degree of inequality of inpatient services at respondents participants JKN smaller than non JKN participants. Inequality utilization of outpatient and inpatient pro rich inequalities caused by age, gender, geographic, marriage, education and income. Therefore, the Ministry of Health needs regular monitoring and evaluation of the implementation of the National Health Insurance program."
2017
T47447
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sandra Febrianti
"Waktu tunggu pelayanan obat racikan ≤ 30 menit dan non racikan ≤ 60 menit merupakan salah satu indikator yang terdapat didalam standar pelayanan minimal rumah sakit. Hal tersebut sangat penting untuk mengukur kinerja pelayanan kefarmasian di rumah sakit. Indikator tersebut untuk mempengaruhi ekspetasi pasien terhadap pelayanan rumah sakit dan mempengaruhi kepuasan pasien terhadap pelayanan rumah sakit. Penyusunan tugas khusus ini adalah untuk menganalisis waktu tunggu pelayanan resep racikan di instalasi rawat jalan rumah sakit universitas indonesia menggunakan 30 sampel, dengan menggunakan metode observasional dan membandingkan dengan standar pelayanan minimal farmasi menurut Permenkes 129/Menkes/SK/II/2008. Sehingga didapatkan kesimpulan bahwa Dari 30 sampel waktu tunggu pelayanan resep racikan terdapat 15 sampel racikan atau (50%) yang tidak sesuai dan 15 sampel racikan atau (50%) yang sudah sesuai. Dari 30 sampel waktu tunggu pasien terdapat 20 sampel atau (67%) yang tidak sesuai dan 10 sampel atau (13%) yang sudah sesuai.

Waiting time for concocted drug service ≤ 30 minutes and non-concocted ≤ 60 minutes is one of the indicators contained in the minimum hospital service standards. This is very important to measure the performance of pharmaceutical services in hospitals. These indicators affect patient expectations of hospital services and affect patient satisfaction with hospital services. The preparation of this special task is to analyze the waiting time for concoction prescription services at the outpatient installation at the University of Indonesia Hospital using 30 samples, using the observational method and comparing them with the minimum standard of pharmaceutical services according to Permenkes 129/Menkes/SK/II/2008. So it can be concluded that of the 30 samples of waiting time for concoction prescription services, there were 15 concoction samples or (50%) that were inappropriate and 15 concoction samples or (50%) that were appropriate. Of the 30 patient waiting time samples, there were 20 samples or (67%) that were inappropriate and 10 samples or (13%) that were appropriate."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>