Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 195554 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yessi Haryanti
"Latar belakang penelitian: Perawatan pasien dengan penyakit kritis, kompleks dan membutuhkan perawatan intensifcare unit (ICU), untuk mendapatkan perawatan yang baik dan meminimalkan kesalahan dalam tindakan medis. Perlu strategi untuk melihat perkembangan pasien setiap hari.Kemajuan untuk mendiagnosis, perawatan dan pengobatan penyakit yang berat atau dalam kondisi kritis meningkatkan. Kebutuhan ICU di rumah sakit berbagai negara seringkali melebihi fasilitas yang ada, khususnya perawatan yang ventilasi mekanis. Panduan, protokol atau standar dalam menseleksi pasien sangat dibutuhkan di ruang ICU dan harus memperhatikan etika kedokteran. Skor APACHE II dapat menilaioutcomepasien dari lepas ventilasi mekanis sampai kematian. Tujuan penelitian ini untuk melihat kelangsungan hidup serta faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti karakteristik pada awal pemakaian ventilasi mekanis serta pengaturan sampai outcome pasien.
Metode penelitian: Desain penelitian ini uji potong lintang dengan populasi pasien dewasa yang menggunakan ventilasi mekanis. Pengambilan sampel mengambil data di rekam medis dengan membuka status dan followupsheet. Data yang didapat dinilai karakteristik berdasarkan demografi, kasus dan indikasi perawatan IPI, risiko medis dan pemakaian ventilasi mekanis (VM) serta menilai outcome pasien di IPI.
Hasil: Seratus enam puluh tujuh subjek dalam penelitian, terbanyak umur ≤ 44 tahun 70(41,9%), laki-laki101(60,5%), Jaminan sosial kesehatan 86 (51,5%), skor APACHE II untuk menilai mortalitas pasien dengan median 46,03(5,80-95,49). Kasus bukan bedah86(51,5%), kasuspenyakit paru hanya 68(40,7%) sedangkan gabungan kedua kasus terbanyak kasus bedah bukan penyakit paru 56(33,5%), pasca bedah indikasi pemasangan VM terbanyak 81(48,5%). Sepsis penyebab kematian terbanyak 66(62,9%).Outcome pasienlepas VM 68(40,7%), tindakan trakeostomi8(3,8%), keluar IPI dalam kondisi hidup 61 orang (36,5%).
Kesimpulan: Karakteristik dari pasien sangat mempengaruhi outcome pasien seperti umur, diagnosis dan jaminan kesehatan dan pentingnya suatu penilaian seperti skor APACHE II untuk melihat mortalitas.

Background research: Treatment of patients with critical illness, complex and require intensive care ( ICU ), to get good care and minimize errors in medical treatment. Strategies need to see the patient's progress every day. Progress to diagnose, care and treatment of severe disease or in critical condition improves. Needs of the hospital ICU in various countries often exceed existing facilities, particularly mechanical ventilation treatment. Guidelines, protocols or standards for the selection of patients is needed in the ICU and had to pay attention to medical ethics. APACHE II scores to assess the outcomes of patients off mechanical ventilation until death. The purpose of this study to look at the viability and the factors that influence such characteristics at the beginning of the use of mechanical ventilation as well as setting up patient outcomes.
Methods: Design A cross-sectional study with a test population of adult patients using mechanical ventilation. Sampling took the data in the medical record by opening the status and folllow sheet. Data obtained assessed based on demographic characteristics, cases and indications IPI care, medical risks and the use of the VM as well as assess the outcomes of patients in the IPI.
Results: One hundred sixty- seven subjects in the study, most aged ≤ 44 years 70 ( 41.9 % ), 101 men ( 60.5 % ), Social Security Health 86 ( 51.5 % ), APACHE II score to assess the mortality of patients with a median of 46.03( 5.80 to 95.49 ). Instead of 86 surgical cases ( 51.5 % ), only 68 cases of lung disease ( 40.7 % ) while the second combined surgical cases instead of cases of lung disease 56 ( 33.5 % ), post- surgical indications VM pemasanan most 81 ( 48, 5 % ). Sepsis causes the most deaths 66 ( 62.9 % ). Outcome off VM 68 patients ( 40.7 % ), tracheostomy measures 8 ( 3.8 % ), out of IPI in living conditions 61 ( 36.5 % ).
Conclusion: Characteristics of patients greatly affects patient outcomes such as age, diagnosis and health insurance and the importance of an assessment such as APACHE II score to see mortality.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudhy Kurniawan
"Saat ini penggunaan ventilasi berdampak pada kesehatan dan kenyamanan hidup. Perannya dalam menjaga udara segar dan bersih sangat diperlukan. Kurangnya ventilasi yang baik akan berdampak buruk pada kesehatan. Disamping itu permasalahan konsumsi energi juga tidak bisa dibiarkan begitu saja. perubahan udara yang kadang-kadang terlalu rendah atau terlalu tinggi, aliran udara yang tidak merata, memerlukan banyak konsumsi energi. Untuk itu pada perkembangan teknologi ventilasi, perbaikan kinerjanya terus lakukan.
Dalam penelitian ini akan dilakukan percobaan untuk mengetahui karakterisasi ventilasi mekanik insuflasi (VMI) yang dilakukan pada rumah di perkotaan. Karakterisasi ini meliputi kualitas udara dalam ruangan, dan kenyamanan. Yang sudah dilakukan saat ini adalah mencoba melakukannya dengan simulasi menggunakan perangkat lunak (software) CONTAM dengan tujuan untuk memprediksi perubahan aliran udara dan perpindahan contaminan polutan dalam bangunan.
Metode penelitiannya adalah mendesain model yang kemudian dimasukkan parameter-parameter yang diperlukan, dan setelah itu dilakukan simulasi untuk melihat hasilnya berjalan baik atau tidak. Jika hasil yang diperoleh sesuai dengan yang diinginkan, maka selanjutnya dilanjutkan dengan variasi obyek. Dalam hal ini akan diketahui untuk obyek pengujian pada bangunan yang menggunakan ventilasi model lain, dan dicoba dengan menerapkan untuk daerah tropis. Sehingga diharapkan dari penelitian ini akan dapat dijadikan referensi untuk dilakukan penelitian lebih lanjut.

Today, the use of ventilation affect the health and comfort of living. His role in keeping the air fresh and clean is necessary. Insufficient ventilation will adversely affect. Besides that, the problems of energy consumption can?t go unpunished. Air changes sometimes too low or too high, the air flow is uneven, it requiring a lot of energy consumption. For that, the ventilation technology development, performance improvement continues to do.
In this research, experiments will be conducted to determine the characterization of mechanical ventilation by insufflation (VMI) is performed at home in urban areas. This characterization includes indoor air quality, and comfort. That has to do now is try to do the simulation using the software CONTAM in order to predict changes in air flow and contaminant movement of pollutants in the building.
The method of research is to design a model which included the required parameters, and after that is done the simulation to see the results running well or not. If the results are as expected, and then proceeding with a variety of objects. In this case the object will be known for testing in buildings that use other models of ventilation, and tried to apply for the tropics. It is expected that from this study will be used as a reference for further research.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T31341
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haloho, Agustina Br
"Latar Belakang: Ventilasi mekanik diperlukan pasien kritis di unit perawatan intensif dengan tujuan menormalkan kadar gas darah arteri dan menyeimbangkan kadar asam basa, namun penggunaan ventilasi mekanik yang berkepanjangan dapat menyebabkan terjadinya Ventilator Associated Pneumonia, cedera paru, infeksi nosokomial, dan sepsis. Ketebalan diafragma memiliki korelasi signifikan dengan lama penggunaan ventilasi mekanik. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan faktor-faktor risiko dengan ketebalan diafragma pasien kritis di ICU, sehingga dapat membantu untuk memprediksi lamanya penggunaan ventilasi mekanik.
Metode: Penelitian ini merupakan studi analitik observasional terhadap 30 subjek penelitian yang memenuhi kriteria penerimaan selama periode September 2018- Desember 2018 di Ruang Perawatan Intensif RSUP Dr. Mohammad Hoesin. Ketebalan diafragma pasien kritis yang menggunakan ventilasi mekanik diukur pada hari ke-0, ke-3, ke-5 dan kemudian dibandingkan.
Hasil: Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan ventilasi mekanik didominasi oleh laki-laki (63,33 %), usia 40-70 tahun (63,33%), dengan status nutrisi kategori tidak obes (90%). Penurunan ketebalan diafragma signifikan terjadi pada hari ke-3 (nilai P = 0,026). Penurunan ketebalan diafragma memiliki hubungan yang bermakna dengan RNL (nilai P = 0,003), kadar prealbumin (nilai P = 0,025), IMT (nilai P = 0,015), sepsis (nilai P = 0,010), dan pemberian albumin artifisial (nilai P = 0,013). Sedangkan usia (nilai P = 0,603), jenis kelamin (nilai P = 0,906), opioid (nilai P = 0,315), dan kadar glukosa (nilai P = 0,303) menunjukkan hubungan yang tidak bermakna secara statistik.
Simpulan: Penurunan ketebalan diafragma terjadi pada subjek yang menggunakan ventilasi mekanik dipengaruhi oleh RNL, kadar prealbumin serum, IMT, sepsis, dan penggunaan albumin intravena, namun tidak dipengaruhi usia, jenis kelamin, penggunaan opioid, dan pemberian infus albumin intravena.

Background: Mechanical ventilation required by critical patients in intensive care unit to normalizing arterial blood gas and balancing acid-base levels, but prolonged use of mechanical ventilation can cause ventilator associated pneumonia, lung injury, nosocomial infections, and sepsis. Diaphragm thickness has a significant correlation with the duration of mechanical ventilation uses. This study aims to analyze the relations of risk factors with the thickness of the diaphragm of critical patients in the ICU. Hopefully it can help to predict the length of the mechanical ventilation uses.
Methods: This study was an observational analytic study of 30 research subjects who met the acceptance criteria during the period September 2018-January 2019 in the Intensive Care Unit of Dr. Mohammad Hoesin Hospital. The diaphragm thickness of critical patients using mechanical ventilation was measured on the 0th, 3rd, 5th and then compared by days.
Results: The study showed that the use of mechanical ventilation was dominated by men (63.33%), ages 40-70 years (63.33%), with nutritional status in the category of not obese (90%). A significant decrease in the thickness of the diaphragm occurred on the 3rd day (p-value = 0.026). The decrease in diaphragm thickness has a significant relations with RNL (p-value = 0.003), prealbumin level (p-value = 0.025), BMI (p-value = 0.015), sepsis (p-value = 0.010), and artificial albumin (p-value = 0.013). Whereas age (p-value = 0.603), gender (p-value = 0.906), opioid (p-value = 0.315), and glucose level (p-value = 0.303) showed a relations that did not reach statistical significance.
Conclusion: The decrease in diaphragm thickness occurred in subjects using mechanical ventilation affected by RNL, serum prealbumin levels, BMI, sepsis, and intravenous albumin uses, but were not affected by age, sex, opioid use, and intravenous albumin infusion.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58910
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Dwi Bralianti
"Latar Belakang : Penggunaan ventilator berkepanjangan pasien pascabedah pintas koroner dapat meningkatkan risiko morbiditas, mortalitas dan biaya perawatan pascabedah. Skor Spivack yang meliputi riwayat diabetes, unstable angina, gagal jantung kronik, merokok dan fraksi ejeksi merupakan skor sederhana untuk memprediksi penggunaan ventilator berkepanjangan pasien pascabedah pintas koroner.
Tujuan : Menilai performa kalibrasi dan diskriminasi skor Spivack dalam memprediksi penggunaan ventilator berkepanjangan pasien pascabedah jantung di RSCM.
Metode : Sebanyak 317 subjek diikuti secara retrospektif untuk dinilai skor Spivack dan diikuti selama 2 hari untuk dilihat penggunaan ventilator berkepanjangan. Performa kalibrasi dan diskriminasi dinilai dengan uji Hosmer-Lemeshow dan area under the curve AUC dengan Spesifitas, sensitifitas, NPV dan PPV.
Hasil Penelitian : Penggunaan ventilator berkepanjangan terdapat sebanyak 51 subjek 16,1 . Performa kalibrasi skor Spivack dengan uji Hosmer-Lemeshow menunjukkan p=0,695 dan plot kalibrasi menunjukkan koefisien korelasi r= 0,792. Performa diskriminasi skor Spivack ditunjukkan dengan nilai AUC sebesar 0,646 IK95 0,564; 0,728 dengan spesifitas 42, sensitifitas 74, NPV 0,90 dan PPV 0,20.
Simpulan : Skor Spivack memiliki kalibrasi yang baik dan diskriminasi yang lemah dalam memprediksi penggunaan ventilator berkepanjangan pasien bedah jantung pintas koroner.

Background : PMV after CABG surgery increases the risk of morbidity, mortality and hospital cost. Spivack score that includes history of diabetes, unstable angina, smoking, congestive heart failure and ejection fraction is a simple score to predict PMV following CABG surgery.
Objective : To assess the performance of calibration and discrimination of Spivack score in predicting PMV following CABG surgery in Cipto Mangunkusumo Hospital.
Methods : A total of 317 patients undergoing CABG surgery were reviewd retrospectively and evaluated for Spivack score. The subjects were followed up for up to 2 days postoperatively to predict PMV. Calibration properties were assessed by Hosmer Lemeshow test and Discrimination properties were assessed by the area under the curve AUC with sensitivity, specifity, positive predictive value PPV, and negative predictive value NPV.
Results : PMV following CABG surgery was observed in 51 subjects 16,1. Hosmer Lemeshow test of Spivack score showed p 0.695 and calibration plot showed r 0.792. Discrimination of Spivack score was shown by the AUC value of 0.646 95 CI 0.564 0.728. The sensitivity, specifity, positive predictive value PPV, and negative predictive value NPV are 74, 42, 0.20, and 0.90 respectively.
Conclusion : Spivack score has been shown to have a good callibration but weak discrimination in predicting PMV following CABG surgery.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sahabuddin Latif, auhtor
"Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi kondisi eksisting dan strategi perbaikan sistem ventilasi kamar kos yang mempunyai bukaan ventilasi hanya pada satu sisi dinding untuk mendapatkan distribusi aliran udara optimum dalam ruangan. Penelitian menggunakan metode survei dan eksperimen, analisis dengan metode simulasi komputer. Parameter input dalam simulasi diperoleh melalui pengukuran di lapangan berupa dimensi geometri kamar kos, letak dan luas bukaan ventilasi, serta parameter iklim mikro. Simulasi dilakukan pada kondisi eksisting dan strategi terhadap letak serta rasio bukaan. Perlakuan terhadap kecepatan angin untuk input adalah 0,25 m/det, 0,5 m/det, 0,75 m/det dan 1,00 m/det. Hasil riset menunjukkan bahwa sistem ventilasi eksisting kamar kos berkinerja buruk karena temperatur dalam ruangan dapat mencapai 7 °C diatas temperatur luar. Peningkatan rasio bukaan menjadi 20,26% dari luas lantai, dengan rincian 11,77% bukaan ventilasi atas, dan 8,45% bukaan ventilasi bawah, mengakibatkan distribusi aliran udara meningkat, ventilasi silang terjadi dengan inlet pada bukaan bawah dan outlet pada bukaan atas, efeknya temperatur ruangan dapat diturunkan terutama pada kecepatan angin inlet diatas 0,25 m/det."
Bandung: Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2020
728 JUPKIM 15:2 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Elsa Philiani
"Pertukaran udara dan kenyamanan termis pada kamar tidur penting untuk diketahui mengingat pentingnya peranan kamar tidur sebagai tempat beristirahat dan teritori bagi manusia. Untuk mengetahui pertukaran dan kenyamanan termis, dapat dilakukan simulasi aliran udara pada kamar tidur dengan software Computational Dynamics Fluid (CFD). Kamar tidur dengan pertukaran udara yang memenuhi standar, belum tentu memenuhi standar kenyamanan termis. Letak bukaan, luas bukaan, kecepatan angin, suhu udara, aktivitas manusia, luas permukaan tubuh manusia serta pakaian yang dikenakan pada kamar tidur sangat berpengaruh pada pertukaran udara dan kenyamanan termis.

Air exchange and thermal comfort in bedroom is important, as bedroom is a territory and resting place for people. To determine the exchange and thermal comfort, air flow simulation can be performed using Computational Fluid Dynamics (CFD) software. Bedroom which has standard air exchange, is not always meet thermal comfort standard condition. Location of the opening, wide of the opening, wind speed, air temperature, human activities, human body surface area and clothing worn in the bedroom is very influential on the thermal comfort and air exchange."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56864
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Julianti Norva Nemba
"Kadar kalium merupakan salah satu biomarker prognostik yang banyak digunakan untuk memprediksi luaran klinis berbagai penyakit. Kadar kalium yang rendah atau hipokalemia berhubungan dengan perlunya pemasangan ventilasi mekanik pada pasien sakit kritis. Berbagai kondisi seperti status nutrisi dan komorbid dapat menyebabkan hipokalemia. Hipokalemia dapat memengaruhi fungsi otot respirasi dan memengaruhi durasi penggunaan ventilasi mekanik. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara status kalium terhadap kejadian sulit weaning ventilasi mekanik pada pasien sakit kritis di ICU RSCM dan RSUI. Penelitian ini menggunakan desain kohort retrospektif pada subjek berusia ≥18 tahun yang dirawat di ICU RSCM dan RSUI. Diperoleh 52 subjek dengan kelompok yang hipokalemia sebanyak 26 subjek dan kelompok yang normokalemia sebanyak 26 subjek. Rerata usia subjek 49,3±15,1 tahun, jenis kelamin laki-laki 65,4%, status nutrisi berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) berat badan normal 34,6%, dan komorbid penyakit keganasan 36,5%. Tidak terdapat hubungan bermakna antara status kalium dengan kejadian sulit weaning ventilasi mekanik selama perawatan di ICU. Sebagian besar subjek yang mengalami hipokalemia tidak mengalami sulit weaning ventilasi mekanik. Penelitian lanjutan diperlukan dengan menggunakan subjek yang lebih banyak dan menganalisis faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi kejadian sulit weaning ventilasi mekanik dan status kalium pada pasien sakit kritis yang dirawat di ICU.

Potassium levels are one of the prognostic biomarkers that are widely used to predict clinical outcomes of various diseases. Low potassium levels or hypokalemia are associated with the need for mechanical ventilation in critically ill patients. Various conditions such as nutritional status and comorbidities can cause hypokalemia. Hypokalemia can affect respiratory muscle function and influence the duration of mechanical ventilation. This study aims to examine the relationship between potassium status and the incidence of mechanical ventilation weaning difficulty in critically ill patients in the ICU at RSCM and RSUI. This study used a retrospective cohort design on subjects aged ≥18 years who were treated in the ICU at RSCM and RSUI. Total 52 subjects obtained, with 26 subjects in the hypokalemia group and 26 subjects in the normokalemia group. The mean age of the subjects was 49.3±15.1 years old, male gender 65.4%, nutritional status based on body mass index (BMI) of normal weight 34.6%, and comorbid of malignant disease 36.5%. There was no significant relationship between potassium status and the incidence of mechanical ventilation weaning difficulty during treatment in the ICU. Most subjects who experienced hypokalemia did not experience mechanical ventilation weaning difficulty. Further research is needed using more subjects and analyzing other factors that may influence the incidence of mechanical ventilation weaning difficulty and potassium status in critically ill patients treated in the ICU."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nieniek Ritianingsih
"ABSTRAK
PPOK merupakan penyakit yang mengarah kepada adanya beberapa gangguan yang
mempengaruhi keluar masuknya udara paru-paru. Pemenuhan kebutuhan dasar manusia
terutama kebutuhan oksigen dapat terganggu dengan adanya PPOK, sehingga untuk
mengoptimalkan kesehatan pasien kembali diperlukan tindakan keperawatan yang tepat.
Salah satu tindakan mandiri keperawatan guna mempertahankan fungsi ventilasi paru
adalah mengatur posisi pasien PPOK. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan
perbedaan pengaruh posisi duduk high fowler dan orthopneic terhadap fungsi ventilasi
paru pada asuhan keperawatan pasien PPOK di RS Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo
Bogor. Desain penelitian menggunakan metoda kuasi eksperimental dengan pendekatan
pre test post test group design. Sampel berjumlah 36 orang yang diambil secara
purposive sampling. Pasien diberikan tindakan pengaturan posisi high fowler dan
orthopneic. Hasil penelitian menunjukkan posisi high fowler dan orthopneic dapat
meningkatakan fungsi ventilasi paru (p=0,0005), tetapi posisi orthopneic dapat
meningkatkan fungsi ventilasi paru lebih baik dibandingkan high fowler (p=0,0005).
Usia berhubungan terhadap peningkatan fungsi ventilasi paru pasien PPOK baik pada
posisi high fowler (p=0,0048) maupun pada orthopneic (p=0,0005). Tinggi badan
(p=0,453 dan p=0,456), berat badan (p=0,385 dan p=0,411), dan jenis kelamin (p=0,240
dan 0,164) tidak mempengaruhi peningkatan fungsi ventilasi paru baik pada posisi high
fowler maupun orthopneic. Rekomendasi hasil penelitian adalah perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan pasien PPOK dengan dispnea sebaiknya memberikan
posisi orthopneic sehingga fungsi ventilasi paru pasien dapat ditingkatkan

ABSTRACT
Fungsi ventilasi paru dapat terganggu dengan adanya penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK). Salah satu tindakan mandiri keperawatan guna mempertahankan fungsi
ventilasi paru adalah mengatur posisi pasien PPOK. Penelitian ini bertujuan untuk
menjelaskan perbedaan pengaruh posisi duduk high fowler dan orthopneic terhadap
fungsi ventilasi paru pada asuhan keperawatan pasien PPOK di RS Paru Dr. M.
Goenawan Partowidigdo Bogor. Desain penelitian menggunakan metoda kuasi
eksperimental dengan pendekatan pre test post test group design. Sampel berjumlah 36
orang yang diambil secara purposive sampling. Pasien diberikan pengaturan posisi high
fowler dan orthopneic. Hasil penelitian frekuensi nafas memiliki nilai yang sama. Posisi
high fowler dan orthopneic dapat meningkatkan nilai APE (p=0,0005), tetapi posisi
orthopneic dapat meningkatkan nilai APE lebih baik dibandingkan high fowler
(p=0,0005). Usia berhubungan terhadap peningkatan nilai APE pasien PPOK baik pada
posisi high fowler (p=0,0048) maupun pada orthopneic (p=0,0005). Tinggi badan, berat
badan, dan jenis kelamin tidak mempengaruhi fungsi ventilasi paru baik pada posisi high
fowler maupun orthopneic. Rekomendasi hasil penelitian adalah perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan pasien PPOK dengan dispnea sebaiknya memberikan
posisi orthopneic sehingga fungsi ventilasi paru pasien dapat ditingkatkan
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T24772
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Faris
"Besmen merupakan bangunan berlapis yang dibangun secara vertikal kebawah tanah. Besmen umumnya digunakan untuk aktifitas yang menunjang penggunaaan bangunan seperti untuk fungsi parkir, instalasi alat-alat mekanikal dan banyak digunakan sebagai tempat pertokoan, hiburan, kantor dan lain-lain. Pada penelitian ini dilakukan pemodelan sistem ventilasi asap dengan metode paksa dan alamiah untuk kompartemen besmen. Fokus penelitian ini adalah pemodelan tingkat visibilitas dan konsentrasi asap ketika sebuah lantai besmen mengalami kebakaran. Untuk menekan tingkat bahaya akumulasi asap, maka dilakukan beberapa upaya antara lain pemasangan ventilasi alamiah atau paksa. Ventilasi alamiah merupakan sebuah ventilasi natural yang memanfaatkan perbedaan tekanan antara zona dengan temperature tinggi dan yang lebih rendah (efek cerobong). Efek cerobong akan memungkinkan terjadinya fenomena pergerakan udara yang masuk dan keluar, sehingga dapat menurunkan konsentrasi asap di lantai besmen. Ventilasi Mekanikal merupakan ventilasi paksa yang menggunakan media fan untuk menyedot dan membuang udara serta asap hasil proses pembakaran. Pada penelitian ini juga dilakukan eksplorasi pemanfaatan gas burner. Gas burner diharapkan dapat menghasilkan gas dengan temperature tinggi/densitas rendah sehingga dapat menghasilkan efek buoyancy yang akan mengdorong produk pembakaran keluar dari kompartemen besmen.

Besmen merupakan bangunan berlapis yang dibangun secara vertikal kebawah tanah. Besmen umumnya digunakan untuk aktifitas yang menunjang penggunaaan bangunan seperti untuk fungsi parkir, instalasi alat-alat mekanikal dan banyak digunakan sebagai tempat pertokoan, hiburan, kantor dan lain-lain. Pada penelitian ini dilakukan pemodelan sistem ventilasi asap dengan metode paksa dan alamiah untuk kompartemen besmen. Fokus penelitian ini adalah pemodelan tingkat visibilitas dan konsentrasi asap ketika sebuah lantai besmen mengalami kebakaran. Untuk menekan tingkat bahaya akumulasi asap, maka dilakukan beberapa upaya antara lain pemasangan ventilasi alamiah atau paksa. Ventilasi alamiah merupakan sebuah ventilasi natural yang memanfaatkan perbedaan tekanan antara zona dengan temperature tinggi dan yang lebih rendah (efek cerobong). Efek cerobong akan memungkinkan terjadinya fenomena pergerakan udara yang masuk dan keluar, sehingga dapat menurunkan konsentrasi asap di lantai besmen. Ventilasi Mekanikal merupakan ventilasi paksa yang menggunakan media fan untuk menyedot dan membuang udara serta asap hasil proses pembakaran. Pada penelitian ini juga dilakukan eksplorasi pemanfaatan gas burner. Gas burner diharapkan dapat menghasilkan gas dengan temperature tinggi/densitas rendah sehingga dapat menghasilkan efek buoyancy yang akan mengdorong produk pembakaran keluar dari kompartemen besmen."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S55957
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sangkertadi
Manado: Waja Utama , 2012
697.92 SAN p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>