Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 153093 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rini Hapsari Santosa
"ABSTRAK
Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir, angka kriminalitas yang
dilakukan oleh remaja laki-laki mengalami tren peningkatan. Setengah dari pelaku
kriminalitas tersebut merupakan pelaku kekerasan. Dalam hal ini remaja laki-laki
pelaku kekerasan di dalam Lembaga Pemasyarakatan merupakan kelompok
individu yang paling membutuhkan intervensi. Intervensi berbasis cognitivebehavioral
merupakan salah satu intervensi yang dinilai efektif untuk mengatasi
hal ini. Sejalan dengan perkembangan third-wave-therapies, Young dan rekanrekannya
mengembangkan Terapi Skema. Terapi Skema bertujuan untuk
menurunkan aktivasi skema, meningkatkan kesadaran psikologis, sehingga
partisipan secara sadar melakukan kontrol atas skema tersebut. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana TS efektif untuk menurunkan
sikap terhadap kekerasan pada remaja pelaku kekerasan nonseksual. Metode
Penelitian ini menggunakan one group before-and-after study design dan
accidental sampling di dalam LP Anak Tangerang. Hasil Kedua partisipan
menunjukkan penurunan sikap terhadap kekerasan. Hal ini diketahui dari
perubahan skor Skala Sikap Terhadap Kekerasan dan evaluasi kualitatif.
Kesimpulan Terapi Skema efektif dalam menurunkan sikap terhadap kekerasan
pada remaja pelaku kekerasan nonseksual.

ABSTRACT
Background In recent years, crime committed by teenage boys showed an
increasing trend. Half of the crime perpetrators are violent offenders. In this case
teenage boys violent offenders in prison is a group of individuals who are most in
need of intervention. Interventions based on cognitive-behavioral therapy is one
that is considered effective to overcome this problem. In line with the
development of third-wave-therapies, Young and his colleagues developed
Schema Therapy. Schema Therapy aims to reduce the activation of schemas,
increasing psychological awareness, so that participants consciously exert control
over the schema. The purpose of this study was to determine the extent to which
Schema Therapy is effective to reduce attitude towards violence in juvenile
nonsexual offenders. Methods This study used a one-group before-and-after study
design and accidental sampling in the LP Anak Pria Tangerang. Results Both
participants showed a decrease in attitudes towards violence. It is known from the
Attitudes Toward Violence Scale scores and qualitative evaluation. Conclusions
Schema Therapy is effective in reducing attitude towards violence in juvenile
nonsexual offenders."
2014
T42047
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Munqidz Zahrawaani
"Kekerasan yang dilakukan remaja merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius, Lebih dari sepuluh persen pelaku kekerasan remaja menyatakan telah melakukan lebih dari lima puluh persen penyerangan dan kekerasan yang serius. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain studi fenomenologi dimana dilakukan wawancara semiterstruktur pada partisipan yang pernah menjadi pelaku kekerasaan dan sekarang ditahan di LPKA Kelas II Jakarta. Tujuan penelitian: mengeksplorasi motivasi remaja menjadi pelaku kekerasan. Hasil: Penelitian ini mengidentifikasi empat tema besar yaitu 1) kondisi lingkungan yang tiidak aman, 2) pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan 3) trauma masa kecil serta 4) solidaritas antar teman sebaya atau pergaulan. Adanya identifikasi motivasi remaja menjadi pelaku kekerasan diharapkan dapat menjadi pembelajaran bagi perawat di Indonesia untuk ikut berperan aktif dalam menangani anak yang beresiko menjadi pelaku kekerasan atau turut membina pelaku remaja agar tidak meregenerasi lagi pelaku kekerasan dimasa yang akan datang.

Violence committed by adolescents is a serious public health problem. More than ten percent of youth violence has been carried out by more than fifty percent of attacks and serious violence. This research is a qualitative study with a phenomenological study design in which semitructured interviews were conducted on participants who were once challenged by violence and are now kept in LPKA Class II Jakarta. Research purpose: this qualitative study has explore adolescent motivation become violence perpetrator. This study discusses four major themes, namely 1) unsafe environmental conditions, 2) unpleasant past experiences 3) childhood trauma, 4) Peer group solidarity or friendship. Adolescent motivational advice provides protection for students in Indonesia to participate in discussions about children related to challenges or assistance that can be given to adolescents so as not to regenerate again."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuris Putri Pertiwi
"Kurangnya pemahaman remaja mengenai kesehatan reproduksi membuat remaja berperilaku seksual berisiko. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan kondom pada remaja pria pelaku hubungan seksual pra-nikah di 5 Provinsi di Indonesia (Maluku, Sulawesi Utara, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua) tahun 2012. Desain penelitian adalah cross-sectional dengan menggunakan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2012. Sampel dalam penelitian ini adalah remaja pria usia 15 - 24 pelaku hubungan seksual pranikah di 5 Provinsi di Indonesia yang memenuhi kriteria. Dari hasil penelitian didapatkan persentase penggunaan kondom 14,2%. Adapun variabel yang berhubungan secara statistik dari faktor predisposisi adalah usia, dengan peluang penggunaan kondom lebih besar pada usia 20 - 24 tahun (PR : 1,764, 95% CI : 1,004 - 3,096), faktor enabling adalah keikutsertaan dalam forum edukasi kesehatan reproduksi (PR : 2,332, 95% CI : 1,289 - 4,217), sedangkan faktor reinforcing adalah peran sekolah (PR : 1,715, 95% CI : 1,015 - 2,897). Oleh karena itu disarankan untuk melaksanakan optimalisasi program PIK Remaja, integrasi pelajaran kesehatan reproduksi di sekolah, dan memanfaatkan media informasi lebih massive lagi.

Lack of understanding about reproductive health in adolescents make them have risky sexual behavior. This study aims to determine the factros related with condom use among male adolescent who had sexual intercourse before marriage in 5 provinces in Indonesia (Maluku, North Sulawesi, North Maluku, West Papua and Papua) in 2012. The study design was cross-sectional using data Indonesia Demographic and Health Survey 2012. The sample in this study were male adolescent aged 15 - 24 who had sexual intercourse before marriage in the 5 provinces in Indonesia that meet the criteria. From the results, the percentage of condom use is 14.2%. The variables associated statistically of predisposing factors is age, with the chance of condom use is greater in the age of 20 - 24 years (PR : 1.764, 95% CI: 1.004 to 3.096), the factors enabling is participation in the forums education of reproductive health (PR: 2.332, 95% CI: 1.289 to 4.217), while reinforcing factor is the role of the school (PR: 1.715, 95% CI: 1.015 to 2.897). It is therefore advisable to carry out optimization of PIK youth program, the integration of reproductive health education in schools, and utilize information more massive media again.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S65556
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silitonga, Martin Hotlas
"ABSTRAK
Penelitian ini berawal dari gejala semakin meningkatnya jumlah perokok di kalangan remaja menjadi permasalahan dalam penelitian ini. Perilaku merokok merupakan perilaku berisiko yang dapat memicu munculnya perilaku berisiko lain yang lebih berbahaya (Lestary & Sugiharti, 2011). Baumeister & Bushman (2011) melihat bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pengendalian diri ialah religiusitas. Penelitian ini ingin melihat hubungan antara pengendalian diri terhadap perilaku merokok dengan religiusitas pada remaja laki-laki yang beragama Kristen. Penelitian ini berbentuk korelasi dan tergolong penelitian kuantitatif. Data diperoleh melalui penyebaran kuesioner secara langsung kepada 30 orang partisipan remaja laki-laki yang tergabung dalam komunitas remaja di HKBP Ressort Pasar Minggu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan di antara variabel pengendalian diri dan religiusitas dengan nilai r = .481 dan pada l.o.s .01 (p = .007), yang berarti bahwa Ha diterima dan Ho ditolak. Diskusi dalam penelitian ini membahas mengenai alasan pengendalian diri berhubungan secara signifikan dengan religiusitas. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah jumlah partisipan dan menyusun penelitian yang berbentuk perbandingan skor pengendalian diri antara remaja yang tergabung dalam komunitas religius dengan remaja yang tergabung dalam komunitas lainnya.

ABSTRACT
The increasing number of smokers among teenagers become the problems in this study. Smoking behavior is risky behavior that could trigger another more dangerous risky behaviors (Lestary & Sugiharti, 2011). The emergence of risky behavior can be prevented by increasing self-control (Gerrard et al., 2008). Baumeister & Bushman (2011) saw that one of the factors that affect self-control is religiosity. This study wanted to see the correlation between self-control for smoking behavior and religiosity in Christian male adolescents. This study is correlational and quantitative method. Data obtained through questionnaires that circulated directly to 30 participants who are members of Christian youth community in HKBP Ressort Pasar Minggu. The results of this study indicate that there is a significant positive relationship between the variables, self-control and religiosity, with r = .481 and l.o.s .01 (p = .007), which means that Ha was accepted and Ho was rejected. The discussions of this study are about the explanations of self-control significantly correlated with religiosity. Future studies are recommended to increase the number of participants and develop comparison research about self-control and religiosity between adolescents who are members of religious community and adolescents who are members of nonreligious commu"
2016
S63361
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nova Ananda
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara paparan terhadap kekerasan dan sikap terhadap kekerasan pada remaja laki-laki. Partisipan penelitian ini berjumlah 301 orang yang terdiri dari remaja laki-laki di komunitas umum dan remaja laki-laki di lembaga pemasyarakatan. Pengukuran paparan terhadap kekerasan menggunakan alat ukur KID-Screen for Adolescent Violence Exposure (KID-SAVE) (Flowers et al., 2000) dan pengukuran sikap terhadap kekerasan menggunakan alat ukur Attitudes Towards Violence Scale (ATVS) (Funk et al., 1999).
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara paparan terhadap kekerasan dan sikap terhadap kekerasan pada remaja laki-laki (r = 0.442; p = 0.000, signifikan pada L.o.S 0.05). Artinya, semakin tinggi paparan terhadap kekerasan yang dialami seseorang, maka semakin positif sikapnya terhadap kekerasan. Analisis tambahan menemukan perbedaan paparan terhadap kekerasan dan sikap terhadap kekerasan yang siginifikan antara partisipan yang berada di komunitas umum dan di lembaga pemasyarakatan.

This research was conducted to find the correlation between exposure to violence and attitude toward violence among adolescent boys. The participants of this research are 301 adolescent boys who lived in general community and correctional institution. Exposure to violence was measured using an adaptation of KID-Screen for Adolescent Violence Exposure (KID-SAVE) scale (Flowers et al., 2000) and attitudes toward violence was measured using an adaptation of Attitudes Towards Violence Scale (ATVS) (Funk et al., 1999).
The results showed that there is a significant correlation between exposure to violence and attitude toward violence (r = 0.448; p = 0.000, significant at L.o.S 0.01). That is, the higher the exposure to violence experienced, the more positive one’s attitude toward violence. Additional analysis also find significant differences in exposure to violence and attitude toward violence between participants who lived in general community and correctional institution.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46803
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Singh, Jay P.
"As the worlds prison population continues to grow and with the number of inpatient beds in forensic mental health units on the rise, establishing valid and reliable methods of identifying individuals who will commit violent acts is an important public safety issue. One approach to identifying future offenders is through the use of risk assessment-unstructured and structured methods of predicting the likelihood of antisocial behavior. Although much has been written on the performance of risk assessment methods in research settings, little is known about current standards of practice and relevant public policy across the globe. With chapters contributed by leading scholars in more than 15 countries, this volume explores the topic of violence risk assessment from an international perspective. Using findings from the seminal International Risk Survey, the largest qualitative study in the history of the field, current assessment, management, and monitoring practices on six continents are discussed. The most commonly used risk assessment tools are identified and described, risk communication preferences are examined, and recommendations for mental health practitioners, criminal justice professionals, and policymakers are shared. Finally, seminal research studies, current practice guidelines, and relevant legal statutes of individual countries are reviewed.
"
Oxford: Oxford University Press, 2016
e20470489
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Damayanti Athiah Wardana
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembinaan anak yang melakukan tindak pidana kekerasan seksual di dalam Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas I Tangerang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemidanaan terhadap anak yang melakukan tindak pidana kekerasan seksual harus mengacu kepada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Lembaga yang melakukan pembinaan bagi anak yang terpidana melakukan tindak pidana kekerasan seksual ialah Lembaga Pembinaan Khusus Anak dan dibantu oleh Pembimbing Kemasyarakatan.
Pembinaan anak di LPKA Kelas I Tangerang tidak sepenuhnya dibantu oleh Pembimbing Kemasyarakatan dari Balai Pemasyarakatan (BAPAS) Serang dikarenakan keterbatasan sumber daya manusia (SDM) dan kebijakan internal LPKA Kelas I Tangerang. Pembinaan bagi anak yang melakukan tindak pidana kekerasan seksual juga tidak dibedakan dari anak yang melakukan tindak pidana lain, dan pembinaan khusus hanya akan diadakan ketika muncul hal yang sifatnya darurat.

This study aims to determine the rehabilitation development of juvenile sex offenders in the Youth Correctional Center (LPKA) Tangerang. The results showed that the criminal prosecution of juvenile sex offenders should be referred to the Law No. 11 Year 2012 on Children Criminal Justice System. Institutions which are providing supervision for children who are convicted of a criminal act of sexual violence is the Agency is assisted by the Special Child and Community Advisors.
Rehabilitation development of children in LPKA Tangerang is not fully accompanied along by Social Counsellor (Pembimbing Kemasyarakatan) from The Central Penitentiary (Bapas) Serang due to limitation of human resources and internal policies of LPKA Tangerang. Guidance for juvenile sex offenders inside LPKA Tangerang is no different from children who commit other crimes, and special guidance will only be held when it appeared the nature of the issue a child has is an emergency.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2016
S64515
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
New York : Guilford Press, 2006
354.153 JUV
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Budi Cahyono
"Kekerasan seksual di Indonesia merupakan salah satu permasalahan hukum yang dianggap serius, Dalam menanggapi hal tersebut Indonesia mengatur hukuman pidana tambahan yakni kebiri kimia dan tercantum pada Undang-undang No.17 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Menjadi Undang-undang. Ditengah polemic pro dan kontra Presiden Joko Widodo secara Resmi Menanda tangani Peraturan Pemerintah No.70 Tahun 2020 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tindakan Kebiri Kimia, Pemasangan Alat Pendeteksi Elektronik, Rehabilitasi, dan Pengumuman Identitas Pelaku kekerasan Seksual Terhadap Anak. Dengan timbul banyaknya polemik terkait keberadaan hukuman ini, maka penulis akan melakukan penelitian terkait penerapan hukuman kebiri kimia dengan menggunakan metode penelitian bersifat yuridis normatif dengan metode analisis kualitatif. Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan pendekatan analisis perbandingan hukum, pendekatan analisis peraturan perundang-undangan. Hasil dari penelitian ini penulis mendapatkan bahwa hukuman kebiri kimia di beberapa negara sangat memerlukan peran dari ahli medis untuk dapat melakukan penjatuhan hukuman kebiri kimia, dan hukuman kebiri kimia merupakan suatu bentuk hukuman terhadap pelaku kejahatan seksual terhadap anak karena dianggap memiliki gangguan kelainan mental yakni pedofilia. Pada saat ini para dokter masih menolak akan keberadaan hukuman kebiri kimia dikarenakan bertentangan akan kode etik profesinya, akan tetapi penulis menemukan bahwa seharusnya dokter dapat mengambil peran penuh dalam penerapan hukuman ini sebagai bentuk menjaga kondisi Kesehatan baik secara mental maupun fisik sehingga hukuman ini dapat menjadi bentuk rehabilitasi atau pengobatan atas perbuatan menyimpang dari pelaku.

In Indonesia sexual violence is one of the legal issues that considered as serious crime. For the response of this issue, Indonesia regulates additional criminal penalties called chemical castration and Written in UU No. 17/2016 about the Second Amendment to UU No. 23/2002 Child Protection Becomes Law. In between of the pro and cons of this sentence, President of Indonesia Joko Widodo Officially Signed Government Regulation No. 70 of 2020 concerning Procedures for Carrying Out Chemical Castration, Installation of Electronic Detection Devices, Rehabilitation, and Announcement of the Identity of Perpetrators of Sexual Violence Against Children. With the emergence of many polemics related to the existence of this punishment, the authors will conduct research related to the application of chemical castration using normative juridical research methods with qualitative analysis methods. This research is using comparative legal analysis approach, an analysis approach to statutory regulations. The results of this study the authors found that chemical castration in several countries fully depends on the role of medical experts to give chemical castration sentences, and chemical castration punishment is for perpetrators of sexual crimes against that are considered to have a mental disorder, namely pedophilia. At this time doctors still reject the existence of chemical castration punishment because it conflicts with the professional code of ethics, but the authors found that doctors should be able to take a full role in implementing this punishment as a form of maintaining health conditions both mentally and physically so that this punishment can be a form of punishment. rehabilitation or treatment of the perpetrator's deviant acts."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghea Annisa Niftia
"Artikel ini membahas mengenai peran keluarga dan kelompok pertemanan dalam perilaku kekerasan remaja. Terdapat dua kelompok studi sebelumnya yang telah membahas ini. Kelompok studi pertama melihat faktor utama remaja menjadi pelaku kekerasan dikarenakan struktur dan fungsi keluarga yang tidak berjalan dengan baik. Sedangkan, pada kelompok studi kedua memandang bahwa kelompok pertemanan menjadi faktor utama remaja sebagai pelaku. Kelemahan dari kedua kelompok studi sebelumnya adalah studi tersebut hanya menjelaskan pada satu aspek saja dan tidak melihat bahwa terdapat relasi antara kedua faktor tersebut.
Berdasarkan pendekatan ekologi, argumen pada penelitian ini adalah terdapat relasi keluarga dan kelompok pertemanan dalam perilaku kekerasan remaja. Studi ini dilakukan di Rumah Perlindungan Sosial Anak dan menggunakan pendekatan kualitatif. Informan penelitian ini adalah pelaku kekerasan berusia 10-18 tahun dan tinggal di RPSA. Selain itu, peneliti juga menggunakan data sekunder dari penelitian sebelumnya.
Penelitian ini menemukan bahwa relasi sendiri terlihat dengan adanya pandangan nilai kekerasan yang sama dari keluarga dan kelompok pertemanan yang mendorong remaja melakukan kekerasan. Selain itu, relasi keluarga dan kelompok pertemanan juga dilanggengkan dengan kondisi lingkungan tempat tinggal, hubungan keluarga dengan lingkungan sekitarnya dan pekerjaan orangtua. Budaya kekerasan di tempat tinggal dan kebijakan pemerintah juga mempunyai implikasi pada perilaku kekerasan remaja.

This article discusses about role of family and peer groups in adolescent as perpetrators of violence. There are two previous study groups that discussed adolescents as perpetrators of violence. The first group discussed that the main factor of adolescent become perpetrators of violence is because the instability stucture and family didn't do function of the family well. Meanwhile, the second group found that deviant peer is the main reason of adolescent become perpetrators of violence. The weakness from both previous studies are they're only explains from one point of view and didn't see that the two factors are essentially related.
Based on ecological approach, the argument in this study that there is a relations between family and peer groups in adolescents as perpetrators of violence. The study was conducted at the Rumah Perlindungan Sosial Anak and used a qualitative approach. The informants are adolescent between 10 18 years old who lives in RPSA. This research also used secondary data from previous studies.
This research found that the relation is seen from both family and peer groups point of view of violence that ecourage adolescent become prepetrator of violence. Neighborhood community context, family social networks, and parent's occupation context also effect adolescent as perpetrators of violence. Neighborhood's culture of violence and overnment policy also have contribution in adolescent as prepatrators of violence.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>