Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 102278 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Situmorang, Junita Irianti
"Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain Cross Sectional yang menganalisis lanjut data sekunder Survei Nasional Perkembangan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba Pada Kelompok Pelajar dan Mahasiswa di Indonesia tahun 2011. Lokasi penelitian di Kota Sorong dengan populasi penelitian seluruh siswa SMA/Sederajat di Kota Sorong pada tahun 2011 dan menggunakan total sampel pada survei yang berjumlah 403 orang. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran perilaku seksual berisiko remaja pada siswa SMA/Sederajat di Kota Sorong, Papua Barat tahun 2011dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 40% remaja siswa SMU/Sederajat di Kota Sorong, Papua Barat tahun 2011 yang melakukan perilaku seksual berisiko tinggi, dimana 16.6% telah melakukan hubungan seksual melalui vagina. Pada analisis bivariat diperoleh variabel yang berhubungan dengan perilaku seksual berisiko remaja di Kota Sorong tahun 2011 adalah jenis kelamin, umur dan konsumsi minumal beralkohol. Variabel yang paling dominan yang berhubungan dengan perilaku seksual berisiko remaja adalah konsumsi minuman beralkohol dengan OR 6.141 (95% CI : 3.396-11.105) setelah dikontrol oleh jenis kelamin.

This study is a descriptive analytic study used a quantitative approach with crosssectional design. The analysis was performed on the secondary data obtained from the National Survey of Developments Abuse and Illicit Drugs in Senior High School Students and College Students in Indonesia in 2011. Research location in Sorong in 2011 using total sample size amounting to 403 respondents senior high school/equivalent student. The purpose of the study is to get a description of adolescent sexual behavior at risk in Sorong, West Papua in 2011 and it's affecting factors.
The results showed that 40% of respondents have high-risk sexual behavior, where 16.6% vaginal intercourse. In bivariate analyzes, derived variables related to adolescent sexual behavior at risk in Sorong in 2011 are gender, age and alcohol consumption. The most dominant factor is the consumption of alcohol beverages with OR 6, 141 (95% CI: 3, 396-11, 105) after controlled by gender.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fenny Etrawati
"Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan hubungan antara faktor psikososial dengan perilaku seksual berisiko pada siswa SMA/sederajat di Kabupaten Merauke (1364 responden). Hasil uji multivariabel menunjukkan perilaku seksual berisiko dipengaruhi oleh perilaku negatif peer group, self efficacy, kontrol orang tua dan keterpaparan program DAKU! sedangkan faktor yang paling dominan mempengaruhi perilaku seksual berisiko adalah perilaku negatif peer group. Oleh karena itu, disarankan untuk mengaktifkan Usaha Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) guna memberikan keterampilan hidup (life skill), meningkatkan self efficacy remaja serta partisipasi aktif orang tua dalam memberikan informasi kesehatan reproduksi remaja sejak dini sebagai bentuk pengontrolan/langkah protektif terhadap perilaku seksual berisiko remaja.

The aim of this study is to prove the relationship between psychosocial determinant with sexual risk behavior among 1364 senior high school student in district of Merauke. The result of multivariable analysis indicated that sexual risk behavior was affected by negatif peer influence, self efficacy, parental controls and exposed by the DAKU! program then the most dominant factor affected to sexual risk behavior was negatif peer influence. Thus, it was suggested to activate UKBM in giving life skill, improving adolescent self efficacy and having parents participation in giving health reproductive information earlier to prevent sexual risk behavior among adolescent.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T36038
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Kusumawati
"Remaja di dunia maupun di Indonesia yang jumlahnya sekitar seperlima dari jumlah penduduk sering mendapat hambatan didalam tumbuh kembangnya. Sifat rasa ingin tahu remaja yang besar serta keberanian untuk mencoba hal baru tanpa mempertimbangkan dampaknya sering membuat remaja terjerumus kedalam berbagai bentuk perilaku bersiko, salah satunya perilaku seksual beresiko. Penelitian dengan disain potong lintang untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja. Penelitian dilakukan pada 187 orang responden siswa kelas XI SMA sederajat di Kota Jambi dilaksanakan pada bulan April 2014.
Hasil penelitian ini menemukan sebanyak 89,8% siswa memiliki perilaku seksual resiko rendah dan 10,2% siswa memiliki perilaku seksual resiko tinggi. Usia termuda responden yang telah melakukan hubungan seks adalah 14 tahun dan tertua 17 tahun; bentuk hubungan seksual yang dilakukan adalah seks oral (4,81%), seks anal (1,60%) dan seks vaginal (3,74%). Hasil analisis mutivariat menunjukkan bahwa faktor dominan yang paling berhubungan dengan perilaku seksual remaja adalah jenis kelamin (laki-laki) dan umur pubertas (dini) dengan Odss Ratio 4,01 (95% CI :1.059 ? 15.212) untuk jenis kelamin dan 3,98 (95% CI :1.130 ? 14.056) untuk umur pubertas. Oleh karena itu, disarankan agar para pemangku kepentingan utama serta para orang tua untuk dapat segera mengambil tindakan sesuai dengan porsi masing-masing. Hal ini demi menyelamatkan generasi muda dari kehancuran moral dan masa depan bangsa ini.

Adolescents of Indonesia and even the whole world constitute one fifth of total number of human. They often face various problems during their growth. Their curiousity and courage to try new things whilst ignoring the effects lead them entangled into many risky behaviour, sexual risky behavior. This cross-sectional is intended to find out factors related to adolescent sexual behavior. This research has 187 respondents who are students of 11thGrade of Senior High School in Kota Jambi for April 2014.
The results are 89,8% for low risk sexual behaviour while 10,2% for high risk sexual behaviour. It is also surprisingly found that youngest respondent had sexual intercourse is 14 years of age while the oldest is 17 years; sexual activities among respondents are 4,81% for oral sex, 1,60% for anal sex and 3,74% for vaginal. Multivariate analysis results in gender (male) and age of puberty (earlier) as dominant factors with each Odss Ratio 4,01 (95% CI :1.059 - 15.212) and 3,98 (95% CI :1.130 ? 14.056), repectively. Therefore, it is highly envisaged that primary stake holders, including Dinas Kesehatan Kota Jambi, Dinas Pendidikan Kota Jambi, Kemenag Kota Jambi, Kementerian Kesehatan RI, schools and parents shall take proper actions and policies. This objective is to save our adolescents from moral failure and our nation?s future.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruth Dorthea Henny Ramba
"Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang ditandai oleh berbagai perubahan fisik, emosi dan psikis. Perubahan fisik dan psikis yang tidak seimbang menyebabkan remaja remaja memerlukan pengertian, bimbingan dan dukungan lingkungan disekitarnya. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian cross sectional. Lokasi penelitian di Kabupaten Mimika pada bulan Maret 2008 dengan subjek penelitian remaja 4 Sekolah Menengah Atas dengan sampel 200 responden. Penentuan sampel menggunakan metode klaster dengan jumlah sampel sebanyak 200 siswa. Pengolahan data dilakukan dengan uji regresi logistik.
Hasil analisis ditemukan sebanyak 35% remaja SMA di Kabupaten Mimika memiliki perilaku seksual berisiko, dimana 14% diantaranya sudah pernah berhubungan seksual. Hasil analisis selanjutnya ditemui melalui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja setelah dikontrol yaitu komunikasi dengan teman tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas„ peran adapt/tradisi terhadap berbagai perilaku seksual, pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas, sikap terhadap berbagai perilaku seksual, dan keterpaparan dengan media tentang seksualitas. Diantara berbagai faktor tersebut, komunikasi dengan teman merupakan faktor paling dominant berhubungan dengan perilaku seksual remaja pada siswa SMA di Kabupaten Mimika tahun 2008, dimana remaja yang berkomunikasi aktif dengan teman tentang kesehatan reproduksi tentang seksualitas berpeluang 5 kali untuk berperilaku seksual berisiko dibandingkan dengan remaja yang tidak aktif berkomunikasi dengan teman.
Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan untuk sekolah membentuk peer educator di lingkungan sekolah sedangkan dinas kesehatan (puskesmas) dapat mengaktifkan program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja. Kepada para tokoh agama dan adat diharapkan dapat meningkatkan penyuluhan dan pembelajaran sehingga adapt/tradisi yang permisif secara perlahan akan hilang.

Adolescent period is known as transition period from childhood to adult which indicated by identified with the changes of physical, emotion and psychology of the individual. Adolescent need congeniality support and tuition about him/her because the changes of phychical and psychical uneven. This research was quantitative research that using cross sectional research design. Research location in Mimika in the month of march 2008 with adolescent population at 4 Senior High School and the sample as 200 respondents. Variable studied are consisting of demographic factors (sex), thoughts and feelings factors (knowledge and attitudes), reinforcing factors (communication with the parent, peer and teacher), resources factors (exposure on media) and culture factors (local tradition). Data processing performed by logistics regression examination.
The result of the research showed from 200 Senior High School adolescent in Mimika, 35% have sexual behavior at risk even 14% among others have sexual intercourse. Result of the research analysis, variable that having significantly related to adolescent sexual behavior are: communication with peers about reproduction health, local tradition on a variety sexual behavior, knowledge reproduction health, attitude to a variety sexual behavior and media information exposure. Among those factors, communication with the peers is the dominant factor related with the adolescent sexual behavior at senior high school in Mimika, 2008, where aldolescent communication actively with the peer, were more than five times as high risky sexual behavior.
Based on result this research, it is suggested peers educator at surrounding school, activate Service Health Program for Adolescent Care and counseling and learning increases so that permissive tradition slowly will be decreased.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34351
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Amelia
"Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian cross sectional. Lokasi penelitian di SMA Kecamatan Jatiasih Kota Bekasi dengan sampel 180 responden yang dipilih melalui simple random sampling. Tujuan penelitian adalah mengetahui determinan yang berpengaruh dan paling dominan terhadap perilaku seksual pranikah remaja. Hasil penelitian menunjukkan adanya 34,4 remaja memiliki perilaku seksual pranikah dengan risiko tinggi yang diantaranya sekitar 33,9 telah melakukan cium bibir, 16,1 cium leher sampai dada, 13,3 meraba area sensitif, 7,2 menempelkan alat kelamin, dan 5,6 melakukan hubungan seksual. Variabel yang paling dominan adalah peran teman sebaya, dimana remaja yang memiliki peran teman sebaya tinggi memiliki peluang 4,6 kali lebih tinggi untuk melakukan perilaku sekspranikah berisiko tinggi dibandingkan dengan responden yang memiliki peran teman sebaya rendah setelah dikontrol variabel pengetahuan, sikap, dan keterpaparan media pornografi.

This research was conducted by using quantitative method and data analysis was based on cross sectional design. The location of this research was is Senior High School in Jatiasih Bekasi with 180 samples that was selected through simple random sampling. Theo bjectives of this study were to find out the relationship between the determinants with the premarital sexual behavior of adolescents and to find out the dominant variable of premarital sexual behavior of adolescents. The results showed that 34,4 of adolescents had high risk premarital sexual behavior, of which about 33,9 had kissed the lips,16,1 kissed the neck to the chest, 13,3 touched sensitive area, 7,2 had petting, and 5,6 had sexual intercourse. The most dominant variable is the role of peer group, where adolescents with high role of peer group have 4.6 times higher for having high risk premarital sexual behavior than adolescents who have low role of peer group after controlled by variables of knowledge, attitude, and exposure of pornographic media."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50617
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Rimawati
"Masa remaja diwarnai oleh pertumbuhan, perubahan, munculnya berbagai kesempatan dan seringkali menghadapi risiko kesehatan reproduksi. Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran perilaku seksual berisiko remaja dan faktorfaktor apa saja yang mempengaruhinya di Tiga Sekolah Menengah Atas Negeri Kelas X dan XI di Kota Bengkulu Tahun 2013. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional dengan besar sampel sebanyak 693 orang siswa dari Tiga Sekolah Menengah Atas Negeri yang terpilih sebagai sampel penelitian ini. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner terstruktur dan dilaksanakan pada bulan Mei 2013. Gambaran perilaku seksual remaja ditemukan sebanyak 5,3% remaja mengatakan sudah pernah melakukan hubungan seksual.
Hasil analisis menunjukkan bahwa niat remaja untuk melakukan hubungan seksual sebelum menikah, teman sebaya dan sikap remaja terhadap seksualitas memiliki hubungan dengan perilaku seksual berisiko yang dilakukan remaja (p value < α). Disarankan adanya kerjasama antara instansi pemerintah, sekolah, dan masyarakat untuk meningkatkan layanan kesehatan reproduksi, khususnya layanan informasi, edukasi dan konseling yang turut melibatkan remaja secara langsung dalam program yang ramah remaja.

Adolescence is characterized by growth, change, the emergence of a variety of opportunities and often run the risk of reproductive health. This study was conducted to see the picture of adolescent risky sexual behavior and the factors that associated with in Three Public High School Grade X and XI in Bengkulu City in 2013. This study uses cross-sectional design with a sample size of 693 students from Three Public Senior High Schools that were selected as the study sample. Collecting data in this study using a structured questionnaire and was conducted in May 2013.
The result show that adolescents that engage with risky sexual behavior found as many as 5.3%. The results showed that adolescents intention to have sexual intercourse before marriage, peers and adolescent attitudes toward sexuality have relationships with adolescent risk sexual behavior (p value <α). The suggestion that could be given by this study is the collaboration between government agencies, schools, and communities to improve reproductive health services, especially information services, education and counseling that also directly involve youth in youth-friendly programs.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muksonah
"Remaja (usia 10-19 tahun) yang pemah/aktif melakukan hubungan seksual pranikah dapat berisiko tenular HIV dan AIDS atau penyakit menular seksual lainnya. Bagi Remaja puteri selain penyakit menular seksual, dapat terjadi kehamilan tidak diingikan. Remga dapat berkemungldnan melakukan upaya aborsi ilegal. Akibat buruk aborsi teljadi perdarahan, kerusakan alat reproduksi remaja dan infeksi yang dapat rnemnyebabkan kematian atau infeksi menahun dan iruertililas.
Tujuan pcnelitian ini adalah dikdzhuinya faktor-faktor yang bcrhubungan dengan perilaku seksual siswa SMA Negeri di kota Prabumulih tahun 2008. Manfaat penelitian merupakan bahan infomnasi tcntang perilaku seksual remaja bagi dinas pendidikan, dinas kesehatan dan instansi tcrkait Iainnya unruk bekerjasama dalam Pelayanan Kcschatan Peduli Remaja (PKPR).
Menggunakan variabel independen yaitu: faktor intemal (jenis kclamin, pengetalmuan, sikap, kepatuhan beragama) dan faktor ekstemal (peran orang tua, peran guru, peran tenaga kesehatan, keterpaparan dengan teman sebaya, dan ketepaparan dengan media massa) dengan variabel dependen yaitur perilaku scksual remaja. Penelitian ini dilakukan di SMA Ncgcri yang berada di kota Prabumulih, dilaksanakan pada buian April-Mei 2008, sampcl siswa/siswi kcias XI. Besaran sampel mengunakan estimasi proporsi, metode pengambilan sampcl dengan cara multi stage sampling, desain penelitian deskriptif dengan rancangan Cross Sectional (potong lintang).
Hasil penelitian dari 326 siswa kelas XI di SMA Negeri Kota Prabumulih tahun 2008 dapat disimpulkan gambaran perilaku seksual berisiko berai 14,l%. Remaja yang pemah melakukan hubungan seksual ada 2,5 %, semuanya dari remaja laki-laki. Faktor yang berhubzmgan dengan perilaku seksual yaitu jenis kelamin, sikap remaja, kepatuhan bemgama, keterpaparan dengan teman sebaya terhadap pexilaku scksual. Sehingga penelitian ini menyatakan bahwa 1) Remaja laki-laki mempunyai peluang 6 kali belperilaku seksual berisiko berat dibanding perempuan. 2) Remaja yang bersikap negatif berpeluang 3 kali memplmyai perilaku seksual beresiko berat dibanding remaja yang bcrsikap positif. 3) Remaja yang tidak taat agama rnempunyai peluang 3 kali berpcrilaku seksual berisiko berat dibanding ciengan remaja yang taat agama. 4) Remaja yang terpapar dengan teman sebaya berpeluang 6 kali berperilaku seksual berisiko berat dibanding yang tidak terpapar dengan teman sebaya, keterpapaxan dengan tcman sebaya merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan perilaku scksual SMA Negeri Kota Prabumulih tahun 2008, serelah dikontrcl jenis kelamin dan kcpatuhan beragama. Dalam penelitian ini faktor yang tidak signifikan berhubungan dengan perilaku seksual yaitu pengetahuan tentang keschatan reproduksi, peran orang tua, peran guru, peran tenaga kesehatan, dan keterpaparan dengan media massa.
Dari hasil Penelitian ini, disarankan untuk melaksankan Pelatihan Peer Education dan Peer Educator di lingklmgan sekolah melalui Pclayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) yang bekerjasama dengan lintas scktoral dan lintas program. Topik-topik daiam pelatihan misalnya kesehatan rcmaja, pomograti, NAFZA, HIV dan AIDS akan penyakit menular seksual lainnya

Adolescent (10-19 years old) who have ever or active committed sexual intercourse intercourse before married have high risk of HIV and AIDS infected and other contagious diseases. For young girls, in addition to have sexual contagious diseases, unwanted pregnancy could also lead to illegal abortion. The had conflicts of abortion are bleeding, damage of reproductive organs, and infection that could lead to death or chronic infection and infertility.
The objective of this research is to know the related factors with sexual behavior of senior high school students at Kota Prabumuli in 2008. The benefits or the results of this research can become an important information about adolescent sexual behavior for educational institution, health institution, and other related institutions to cooperate in Health Service for Younger Care (Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja or PKPR).
This research uses independent variables: internal factors (sex, knowledge, attitude, faithful to religion) and external factors ( parent?s roles, teachers? roles, medical roles, association with the same age and with mass media) and dependent variables: adolescent Sexual behavior. This research is done in SMA Negeri at Kota Prabumuli, in April - May 2008, and the samples are the students of XI grade. The size of samples uses proportional estimates, and the wmpling method is multi-stage sampling, research design is descriptive with cross sectional design.
The research results of 326 students of XI grade in SMA Negeri at Kota Prabumuli, in zoos can be concluded mat the high risk of sexual behavior is l4.1%, adolescent who have ever committed sexual intercourse is 25%, all of them are males. Related factors with sexual behavior are sex, attitude, faithful to religion, association with the same age. That?s why, this research concludes that 1) young males have six times probabilities of having high risk of sexual behavior compared with young females. 2) Adolescent with negative attitude have three times probabilities of having high risk of sexual behavior compared with those who have positive attitude. 3) Adolescent who are not faithful to religion have three times probabilities of having high risk of sexual behavior compared with those faithful to religion. 4) Adolescent who associate with the same age have six times probabilities of having high risk of sexual behavior compared with those who don?t associate with the same age. Association factor with the same age are the dominant factor in relation to sexual behavior toward the students of SMA Negeri at Kota Prabumulih in 2008, controlled by sex and faithful. to religion. Knowledge about reproductive health, parent?s roles, teachers? roles, medical roles, and association with mass media toward behavior are not significant factors.
Based on this research results, it is recommended to exected training peer education and peer educator from the same age group at schools through Health Service for Younger Care (PKPR). It is Working along passed by cross sectorally and by cross sectional program. Topics in training for example adolescent health, pornographic, NAPZA, HIV and AIDS, and other sexual diseases.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T29199
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Ayu Nurhidayah Oktaria
"Latar Belakang: Remaja memiliki risiko terhadap perilaku kesehatan reproduksinya termasuk perilaku seksual.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja.
Metode: penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. populasi yang diteliti adalah remaja di SMA Negeri "X" Kota Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2012. Analisis bivariat dengan menggunakan uji Chi square.
Hasil: Penelitian menunjukkan bahwa 34% melakukan perilaku seksual berisiko. Berdasarkan uji bivariat menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara jenis kelamin, pengetahuan, sikap, pola asuh, dan paparan media pornografi dengan perilaku seksual remaja.

Background: Adolescent have an increasing risk of reproductive health behavior including sexual behavior.
Objective: This study aims to determine the factors associated with adolescent sexual behavior.
Methods: This study uses analytical research method with cross sectional approach. Population studied was in high school adolescent state "X" Sekayu City Distric of Musi Banyuasin 2012. Bivariate analysis was using Chi square test.
Result: The study showed that 34% to risky sexual behavior. Bivariate test showed a significant relationship between gender, knowledge, attitude, parenting, and exposure to pornographic media with adolescent sexual behavior.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kusuma Dewi Pujianti
"Di Indonesia tahun 2010, remaja yang melakukan hubungan seksual mencapai 32%. Di Kota Semarang 7,6% (2003) remaja melakukan hubungan seksual pranikah . Di Puskesmas Halmahera, lima dari tujuh remaja (71,4%) melakukan seks pra nikah. Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran faktor-faktor risiko perilaku seksual remaja SMA di wilayah kerja Puskesmas Halmahera Kota Semarang tahun 2012. Dengan metode deskriptif, penelitian ini mendapatkan 72,5% remaja berperilaku baik, 41,2% memiliki pengetahuan kurang tentang kesehatan reproduksi, 86,3% memiliki sikap yang baik terhadap perilaku seksual. Untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas perlu menggalakkan program penyuluhan dan konseling remaja dengan mengikutsertakan orang tua, guru dan masyarakat.

In Indonesia in 2010, teenagers who had sexual intercourse up to 32%. In the city of Semarang is 7.6% (2003) teenagers who had done premarital sexual relationship. On Halmahera health center, five of the seven teenagers (71.4%) had pre-marital sex. This study aims to know the description of risk factors for teenagers? sexual behavior of high school in health center in the region of Halmahera Semarang in 2012. With descriptive methods, this study got 72.5% of teenagers who had good behavior, 41.2% had less knowledge about reproductive health, 86.3% had a good attitude toward sexual behavior. To increase the knowledge of teenagers on reproductive health and sexuality need to promote counseling and teenagers counseling program including parents, teachers and the society."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Munirah Bulqini
"Meskipun penelitian mengenai perilaku seksual remaja telah banyak dilakukan, namun gambaran perilaku seksual remaja di Kota Tasikmalaya belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku seksual remaja dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada siswa SMA di Kota Tasikmalaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional (n = 373). Sebagian besar siswa berperilaku seksual risiko rendah (83,6%) sementara 16,4% siswa berperilaku seksual risiko tinggi. Variabel yang memiliki hubungan bermakna adalah sikap, relijiusitas, komunikasi teman sebaya, jenis kelamin. Sedangkan variabel paling dominan adalah Sikap. Diperlukan kerjasama dari berbagai pihak untuk meningkatkan program kesehatan reproduksi remaja sedini mungkin secara sinergi dan berkelanjutan.

Despite extensive research, little is known about the sexual behavior of adolescent high school students in 2013 Kota Tasikmalaya. The aim of this research is to establish a coherent understanding of sexual behavior among the adolescent. This research used a quantitative method with cross sectional design (n = 373). There were 83,6% students have low sexual behavior risk, while 16,4% students have high sexual behavior risk, in relation with variables such as: attitude,peer communication, gender and religious obedience.The most significant variable is attitude. It is imperative to encourage good partnership among stakeholders to initiate an adolescent reproductive health program synergically, sustainably and as imminent as possible."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35965
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>