Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 122785 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amaliyah
"Particulate Matter 2,5 (PM 2,5) adalah partikel halus memiliki diameter aerodinamis kurang dari 2,5 μm, partikel ini terbentuk dari gas dan kondensasi uap suhu tinggi selama pembakaran. Sumber partikel berasal dari alam dan antropogenik. Beberapa partikel bebas dapat juga masuk ke dalam saluran limfa. Partikel-partikel yang dapat larut mungkin diserap lewat epitel ke dalam darah. Testosteron adalah hormon steroid yang diproduksi di testis pada pria dan di ovarium pada wanita (dalam jumlah yang terbatas testosteron pada wanita juga diproduksi dalam kelenjar adrenal). Pengukuran partikel PM 2,5 dilakukan di dalam dan di luar gardu tol menggunakan pompa leland legacy. subyek penelitian ini adalah para pekerja gerbang tol dengan pengambilan sampel darah. Jumlah sampel 45 orang pekerja dan 15 orang bukan pekerja gerbang tol.
Hasil pengukuran PM 2,5 dihitung menggunakan rumus dari leland legacy. Berdasarkan hasil penelitian nilai rata-rata konsentrasi PM 2,5 di dalam gardu 316,35 μg/m3 dan di luar gardu sebesar 152,11 μg/m3. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan antara konsentrasi PM 2,5 baik di dalam maupun di luar gardu dengan nilai P value > 0,05 Rata-rata kadar plasma testosteron pekerja gerbang tol adalah 604,67 ng.dl, sedangkan untuk bukan pekerja gerbang tol adalah 750,30 ng/dl. Hasil uji statistik menunjukkan nilai P value > 0,05 berarti tidak ada perbedaan antara kadar plasma testosteron pekerja gerbang tol dan bukan pekerja gerbang tol. Tidak ada hubungan yang signifikan antara testosteron dengan faktor usia, perilaku merokok, dan status gizi baik pekerja gerbang tol maupun bukan pekerja gerbang tol. Walaupun demikian perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin untuk mencegah pajanan.

Particulate Matter (PM 2.5) are fine particles having an aerodynamic diameter of less than 2.5 lm, these particles are formed from gas and high temperature steam condensation during combustion. Particles derived from natural sources and anthropogenic. Some free particles can also enter into the lymph channels. The particles may be absorbed through soluble epithelium into the blood. Testosterone is a steroid hormone produced in the testes in men and ovaries in women (a limited amount of testosterone in women is also produced in the adrenal glands). Measurement of PM 2.5 particles carried inside and outside the toll booth using a pump leland legacy. This research is the subject of the toll gate workers with blood sampling. Number of samples 45 and 15 workers not tollgate workers.
The results of measurements of PM 2.5 was calculated using the formula of leland legacy. Based on the results of the study the average value of the concentration of PM 2.5 in the substation 316.35 μg/m3 and outside the substation was 152.11 μg/m3. Statistical test results showed no difference between PM 2.5 concentrations both within and outside the substation with P value> 0.05 Average plasma levels of testosterone tollgate workers are ng.dl 604.67, while not working toll booths is 750.30 ng / dl. Statistical test results show the value of the P value> 0.05 means that there is no difference between plasma testosterone levels toll gate workers and not the toll gate workers. There is no significant relationship between testosterone with age, smoking behavior, and nutritional status of both workers and non-workers tollgate tollgate. Nevertheless, health checks need to be done regularly to prevent exposure
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41560
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitio, Natalina Br.
"Jumlah kendaraan di Jakarta bertambah setiap tahunnya. Hal ini mengakibatkan polusi udara dan kemacetan lalu lintas. Masyarakat di Jakarta biasanya akan menggunakan jalan tol untuk menghindari kemacetan sehingga jumlah kendaraan yang memenuhi jalan tol semakin bertambah setiap tahunnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi konsentrasi pajanan PM2 di Gerbang Tol Cililitan Tahun 2014, dengan menggunakan desain studi deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi PM2,5 di dalam gardu lebih tinggi dibandingkan konsentrasi PM2.5 di luar. Konsentrasi PM2.5 di dalam dan di luar gardu sudah melebihi NAB (Nilai Ambang Batas) yang ditetapkan pemerintah Indonesia yaitu 65 µg/m3 selama 24 jam dengan rata-rata jumlah 9812 kendaraan per hari.

The number of vehicles at Jakarta increase every year. This results air pollution and traffic jam. People at Jakarta usually use highway to avoid traffic jam until a number of vechicles which use highway increasingly every year. The purpose of this study to identify the concentration of PM2.5 exposure in Cililitan Toll Gate in 2014, with using descriptive design study. This study showed PM2,5 exposure at inside tollbooth has higher than outside tollbooth. PM2.5 concentration inside and outside tollbooth has already got beyond NAB (Nilai Ambang Batas) which prescript by Indonesia government, that is 65 µg/m3 during 24 hours with mean of vechicles 9812 vechicles per day.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55576
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Kusumawardhani
"Penelitian ini bertujuan untuk mengukur dan menganalisis konsentrasi pajanan personal debu PM2.5 dan kadar testosteron dalam darah pada petugas uji mekanik di Pusat Pengujian Kendaraan Bermotor Unit Pulo Gadung tahun 2015. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan mengukur konsentrasi pajanan debu PM2,5 yang dilakukan melalui pengukuran personal sampling dengan menggunakan alat Leland Legacy Pump dan Sioutas Cascade Impactor kepada 12 petugas uji mekanik, serta kadar testosteron dalam darah petugas didapatkan dari hasil analisis sampel darah petugas dengan menggunakan metode electrochemiluminescent immunoassay (ECLIA). Hasil penelitian menunjukkan rata-rata konsentrasi pajanan personal PM2.5 selama pekerja pada periode penelitian yang diterima oleh petugas uji mekanik PKB unit Pulo Gadung adalah sebesar 354,123 μg/m3 dan rata-rata kadar testoteron pada petugas uji mekanik PKB unit Pulo Gadung adalah 445,04 ng/dl.

This study aimed to measure and analyze personal exposure concentrations of PM2,5 and testosteron level in blood on mechanic in Pusat Pengujian Kendaraan Bermotor (PKB) unit Pulo Gadung in 2015. This research is using quantitive descriptive study by measuring the concentration of PM2,5 through personal sampling measurement by using Leland Legacy Pump and Sioutas Cascade Impactor to 12 mechanics and levels of testosteron in blood obtained from analyze mechanics's blood samples using electrochemiluminescent immunoassay (ECLIA). The result showed the average personal exposure concentrations of PM2.5 in the study period received by the clerk of mechanical testing amounted to 354,123 μg/m3 and the average levels of testosteron in blood on mechanics is 445,04 ng/dl."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S62919
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Haerul
"Menilai risiko pajanan partikulat PM2.5 dilakukan pada pekerja di industri pengolahan batu kapur di Kecamatan Ciampea, Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk memperkirakan besar risiko pajanan yang diterima oleh pekerja. Konsentrasi PM2.5 diukur secara langsung pada 12 titik tungku pembakaran di area pembakran dan data pola aktifitas pekerja dikumpulkan dengan kuesioner pada 50 pekerja. Konsentrasi PM2.5 tertinggi tercatat sebesar 1,141 mg/m3 dan terendah 0,065 mg/m3 dari 12 titik lokasi pembakaran. Perhitungan risiko memperlihatkan adanya kelompok berisiko pada kelompok pekerja di area tungku 1-7 (RQ > 1) sedangkan kelompok tidak berisiko lebih dominan pada area tungku 8-12 (RQ < 1). Meskipun konsentrasi PM2.5 masih dibawah nilai NAB Permenakertrans, lamanya aktifitas kerja meningkatkan risiko pada pekerja. Adanya perbedaan risiko disebabkan karena adanya perbedaan jenis bahan bakar yang digunakan pada setiap tungku. Minimalisasi risiko dilakukan dengan mengurangi waktu kontak dengan pemajan bisa dilakukan dengan menggunakan pengendalian administratif dengan cara mengatur lama pekerja per hari (tE) dan per minggu (fE).

Risk analysis of exposure to particulate matter PM2.5 was conducted on a group of workers at a limestone processing industry in the Ciampea District, West Java. This research was aimed to estimate the risk of PM2.5 exposure received by workers. PM2.5 was measured directly on 12 furnace burning point. Meanwhile workers activity pattern was collected using questionnaire to 50 workers. Highest concentration of PM2.5 was recorded at 1,141 mg/m3 and 0,065 lowest among 12 monitoring points. Risk calculation showed that there was risk group in furnace burning point 1-7 (RQ > 1), while the no-risk group was more dominant in the furnace burning point 8-12 (RQ <1). Although recorded PM2.5 concentration was lower than Permenakertrans threshold limit value, duration of working will increase the risk to workers health. Difference of risk value between each furnace area is caused kind of fuel used and type of fuel. Minimization of risk can be conducted by decreasing time of contact, administrative control by setting time of working per day or per week."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S54002
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danny Satrya Nugroho
"ABSTRAK
Latar Belakang: Berdasarkan obervasi di lapangan, banyaknya kendaraan dan emisi yang dihasilkan dari kendaraan bermotor yang melintas di jalan bebas hambatan, dapat menyebabkan masalah kesehatan terutama adanya gangguan metabolisme profil lipid.

Tujuan: Mengetahui perbedaan kadar profil lipid terhadap pekerja PT X yang terpajan dan yang tidak terpajan PM2.5 tahun 2014.

Metode: Studi cross sectional yang di lakukan pada area PT X. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Didapatkan sebanyak 45 responden yang terpajan dan 14 responden yang tidak terpajan PM2.5. Peneliti melakukan pengukuran PM2.5 di dalam dan di luar ruangan area kerja PT X selama 7 hari di 5 lokasi dan pengambilan sampel darah para responden pada satu waktu. Uji statistik dilakukan dengan T-Test dan Chi-square.

Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pekerja yang terpajan PM2.5 mempunyai peluang 5,74 kali lebih besar memiliki kadar kolesterol tidak normal dibanding pekerja yang tidak terpajan dan peluang 4,58 kali lebih tinggi untuk memiliki kadar trigliserida tidak normal dari pada yang tidak terpajan. Adanya hubungan antara umur pekerja dan masa kerja dengan kadar trigliserida yang dimilikinya dengan masing-masing p-value 0,0001 dan 0,001.


ABSTRACT
Background: Based on the field observation, the number of vehicles and the emissions resulting from motor vehicles passing on the highway, can cause health problems, especially metabolic disturbances in lipid profile.
Objective: Knowing the differences in the levels of lipid profile of workers who exposed and non-exposed to PM2.5 in 2014.

Method: Cross-sectional study undertaken in the area of PT X. Sampling was done by purposive sampling technique. Obtained by 45 respondents 14 respondents exposed and non-exposed to PM2.5. Researchers conducted PM2.5 measurements inside and outside the work area room PT X for 7 days at 5 locations and sampling blood of the respondents collected at one time. Statistical test performed by T-test and Chi-square.

Result: The results of this study indicate that workers who exposed to PM2.5 had a 5.74 times greater chance of having abnormal cholesterol levels than non-exposed workers and 4.58 times higher odds of having abnormal triglyceride levels than those not exposed. There is relationship between the worker's age and years of service with its triglyceride levels with respective p-values of 0.0001 and 0.001.

Conclusion: There are difference in the proportion of cholesterol levels among workers exposed to PM2.5 non-exposed workers.

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas indonesia, 2014
T41579
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ashila Diza Rahmadini
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai dampak dari pajanan PM2,5 yang dihubungkan dengangejala Penyakit Paru Obstruktif Kronis PPOK Eksaserbasi Akut pada pekerja diPelabuhan Tanjung Priok tahun 2018. Penelitian ini adalah penelitian observasi denganpendekatan cross-sectional dan dilakukan pada titik-titik kemungkinan pencemarantinggi terjadi yang melibatkan 75 responden. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwapajanan PM2,5 pada pelabuhan sudah melebihi kadar diberikan WHO yaitu 35 m/m3 danjumlah responden yang mengalami gejala PPOK Eksaserbasi Akut sudah berada di atasprevalensi PPOK DKI Jakarta, yaitu 1,6. Secara statistic, data menunjukkan tidak adakaitan antara PM2,5 dengan kejadian gejala PPOK Eksaserbasi Akut. Temuan inimenyarankan bahwa adanya perbaikan dari perilaku hidup pekerja dan pemberian APD yang tepat.

ABSTRACT
Pollution of Particulate Matter2,5 or PM2,5 happens one of them caused by emission.According to studies, one of the places with highest activity that caused the release of thisemission in in ports. Port activities such as delivering goods to and from the port causedhigh amount of PM2,5 to be released to the air and it can affect field worker, one of themis Acute Exacerbation Chronic Obstructive Pulmonary Disease or AECOPD. The studyused observational design study with cross sectional approach to 75 field workers whomhad worked more than 1 year. The statistic showed that the PM2,5 level has exceededWHO limit of 35 m/m3 while showed that there is no significance between PM2,5 andAECOPD Symtomps. The study suggested that health behavior of the workers should bechanged, including using appropriate safety equipment."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mona Lestari
"Salah satu penyebab terjadinya gangguan fungsi paru yaitu pajanan debu batubara. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan pajanan debu batubara dan gangguan fungsi paru pada pekerja. Metode yang digunakan desain Cross Sectional dengan sampel 72 pekerja. Gangguan fungsi paru diperoleh dari data kesehatan perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gangguan fungsi paru restriksi 8,3%, obstruksi 2,8%, dan kombinasi 2,8%. Analisis bivariat menunjukkan gangguan fungsi paru berhubungan dengan masa kerja (p = 0,46). Namun pajanan debu batubara, umur, dan penggunaan alat pelindung pernapasan, ada kecenderungan untuk menjadi faktor risiko terjadinya gangguan fungsi paru.

One of the causes of lung function disorder in health problems is coal dust exposure. This study aims to describe the relationship of coal dust exposure and lung function disorder in workers. The method used cross-sectional design with a sample of 72 workers. Lung function disorder data is obtained from the company health data. The results of this research showed that the restriction of pulmonary function disorder 8.3%, obstruction 2,8%, and a combination of restriction and obstruction 2.8%. Bivariate analysis showed lung function disorder associated with year of work experience (p=0,46). However, coal dust exposure, age, and the using of respiratory protective equipment showed there is a tendency to get risk for lung fungtion disorders.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Kurniati
"Particulate matter merupakan salah satu kontaminan udara yang dihasilkan oleh industri semen. Pajanan jangka panjang ataupun jangka pendek PM2,5 mengakibatkan efek kesehatan, salah satunya gangguan fungsi pernapasan. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan konsentrasi pajanan personal PM2,5 dan efek akut pernapasan subyektif pada pekerja patrol bagian produksi di industri semen PT X, tahun 2016. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif . Pengukuran konsentrasi PM2,5 menggunakan Leland Legacy Pump dan Sioutas Cascade Impactor selama 8 jam kerja pada patroler area reklamer, raw mill, firing, finish mill, dan packhouse. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata konsentrasi pajanan personal PM2,5 pada patroler industri semen PT X adalah 1495,651 µg/m3 dan konsentrasi pajanan PM2,5 tertinggi terdapat pada area packhouse. Seluruh patroler mengalami efek akut pernapasan subyektif, dengan keluhan tertinggi sakit tenggorokan dan bersin (64,7%).

Particulate matter is one of the air contaminant produced by cement industry. Health effect that caused by long term or short term of PM2,5 exposure lead to respiratory diseases. This study purposes to describe personal exposure concentrations of particulate matter (PM2,5) and percentage subjective acute respiratory effects on production patrol workers at PT X cement industry 2016. This research is a quantitative descriptive study by measuring the concentration of PM2,5 using personal sampling equipment such as Leland Legacy Pump and Sioutas Cascade Impactor during work hours on patrol reklamer, raw mill, firing, finish mill, and pack house work area. The result shown that the average personal exposure concentration of PM2,5 on patrol workers in PT X cement industry amounted to 1495,651 µg/m3 with the highest area of exposure in the pack house work area. All of patrol workers experienced the subjective acute respiratory effects with the highest effect are sore throat and sneezing (64,7%)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S65317
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ela Laelasari
"Pendahuluan: Etiopatologi aterosklerosis terkait dengan pencemaran lingkungan dan telah menjadi bukti yang mendasar dari studi epidemiologi. Zat karsinogenik Benzo[ a] pyrene (B[a]P), satu dari kontaminan lingkungan merupakan faktor risiko untuk aterosklerosis dan kerusakan DNA. Kemampuan dari polutan tersebut mendasari perkembangan penyakit dengan cara mengubah pola ekspresi gen seperti CYP1A1*2A dan GSTM1. Penelitian cross- sectional ini bertujuan untuk mengevaluasi efek hubungan antara genetika dan lingkungan yang secara bersamasama (interaksi) berperan pada munculnya risiko aterosklerosis dan kerusakan DNA.
Metodologi: Pemetaan gen menggunakan metoda PCR - RFLP dan multipleks digunakan untuk mengamati gen yang berperan dalam biotransformasi B[a]P serta hubungannya dengan aterosklerosis dan kerusakan DNA. Metoda ELISA menganalisis variabel dependen yaitu oksidasi - LDL (Ox-LDL ) sebagai biomarker status plak aterosklerosis sementara 8 - hidroksi - '2 - deoxyguanosine (8-OHdG) sebagai biomarker kerusakan DNA dan metabolit B[a]P menggunakan Ultralight Performance Chromatography Mass - Spektrofotometri (UPLC-MS/MS) untuk mengevaluasi dampak pada 151 petugas penjaga pintu gerbang tol di Jakarta. Analisa Cox Regresi yang terkondisikan (conditional Cox resression) multivariat menganalisis hubungan antara faktor genetik,pajanan lingkungan B[a]P, demografi , gaya hidup dan latar belakang pekerjaan dengan aterosklerosis dan kerusakan DNA. Besaran Interaksi (ICR) digunakan untuk mengukur efek yang dihasilkan dari faktor genetik dan pajanan lingkungan dalam skala aditif, yang secara bersama-sama memunculkan risiko aterosklerosis dan kerusakan DNA.
Hasil: Ditemukan interaksi CYP1A1-B[a]P berhubungan positif terhadap ateroskelrosis (Ox-LDL) (ICRPR= 0,09) dalam skala aditif dibawah model multiplikatif. Diperoleh efek interaksi positif (ICR>0) dalam skala aditif dibawah bentuk multiplikatif antara GSTM1? B[a]P (ICR-PR=0,09) pada risiko kerusakan DNA. Pengukuran interaksi genetik dan lingkungan dalam skala aditif lebih mendekati kepentingan kesehatan masyarakat.

Introduction: The etiopathology of atherosclerosis is linked in part to environmental pollution has become a substantial evidence from epidemiological studies. Benzo[a]pyrene (B[a]P), as one of carcinogenic substances from environmental contaminants is risk factors for atherosclerosis and DNA damage due to it?s mechanism may exacerbate an underlying disease by altering gene expression such as CYP1A1*2A and GSTM1. This cross-sectional study aimed to observe the interaction between genetics and environmental jointly risk factors that play in role in causation of atherosclerosis and DNA damage.
Methodology: PCR-RFLP and multiplex genotyping used to observed genes that play inrole of biotransformation of B[a]P induced in disseases association with atherosclerosis while the ELISA analyse for oxidized-LDL (Ox-LDL) observed plaque status in atherosclerosis among 151 respondents of tol gate workers in Jakarta. Ultralight Performance Chromatography-Mass Spectrophotometry (UPLC-MS) determine both 8-hydroxy-?2-deoxyguanosine (8-OHdG) observed DNA damage and 1-Hydroxypyrene (1-OHP) was performed to observe impact of BaP. Multivariate conditional Cox? regression was analyzed the association between genetics patern, demographic , life style and occupational background with atherosclerosis and DNA damage. The Interaction Contrasts Ratio (ICR) evaluated the efect risen from interaction.
Result: The estimated interaction contrast ratio (ICR) was 0,09 in additive scale under multiplicative model (ICR > 0) between CYP1A1 and B[a]P on the risk of atherosclerosis. Additive interaction under multiplicative model between GSTM1 and B[a]P, with ICR 0,09 on the risk of DNA Damage.Interaction between gene-environment in additive scale is more appropriate for public health interest.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
D1461
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siagian, Delfina
"Kebisingan merupakan salah satu permasalahan di dunia industri. Kebisingan dapat menyebabkan gangguan kesehatan dan gangguan pendengaran. PT.X merupakan perusahaan yang bergerak di bidang perbaikan dan distribusi alat berat. Beberapa proses kerja di PT.X memiliki tingkat kebisingan yang cukup tinggi. Selain itu, hasil tes audiometri menunjukan bahwa beberapa pekerja di PT. X mengalami gangguan pendengaran.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis korelasi antara pajanan bising dan faktor risiko yang ada dengan kejadian gangguan pendengaran pada pekerja di PT.X tahun 2014. Penelitian ini dilakukan dengan metode cross sectional dengan cara menyebarkan kuesioner, observasi, pengukuran kebisingan dengan sound level meter (SLM), serta menganalisis hasil audiometri pekerja tahun 2013. Pekerja yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 46 orang.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat 5 pekerja (10.9%) yang mengalami gangguan pendengaran ringan. Hasil pengukuran kebisingan lingkungan berkisar antara 73-103.6 dBA. Selain itu, pajanan bising efektif (L equivalent efektif) yang diterima pekerja masih dibawah NAB berkisar antara 71 - 83.2 dBA. Dari 5 pekerja yang mengalami gangguan pendengaran, seluruhnya memiliki masa kerja lebih dari 5 tahun. Terdapat 30.4% pekerja yang mengalami NIHL.Tidak ada hubungan yang signifikan pada setiap variabel, namun alat pelindung telinga mempengaruhi kejadian gangguan pendengaran dan NIHL.

Noise is one of the problems in the industrial world. Noise can cause health problems and impaired hearing. PT.X is a company which business engaged in the reconditioning and distribution of heavy equipment. There are several work processes in PT.X which have high noise level. Besides, the result of audiometric test indicates that some of the workers in PT. X suffer hearing loss.
The purpose of this study is to analyze the correlation between noise exposure and the existing risk factors with the incidence of hearing loss in workers PT.X in year 2014. This study uses cross sectional study design by filling out questionnaires by the workers, observation, measuring the noise level with a sound level meter (SLM ), and analyzing the results of audiometric test in 2013. There are 46 workers taken as samples in this study.
The results of this study shows there are 5 workers (10.9%) who suffered a mild hearing loss. The results of environmental noise measurements between 73-103.6 dBA. Besides that, effective noise exposure (Effective L equivalent) received by workers is still below the TWA between 71 - 83.2 dBA. 5 workers with hearing loss have a working period of more than 5 years. There are 30.4% of workers who suffered NIHL (Noise Induced Hearing Loss). There are no correlation at all the variables, but ear protection devices influencing the occurrence of hearing loss and NIHL.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55251
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>