Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 100624 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ginanjar Satria Putra
"Interpretasi merupakan proses yang penting dalam penentuan posisi dan geometri reservoar. Akan tetapi proses interpretasi dalam PSTM masih memiliki keterbatasan imaging dan mengakibatkan kesalahan dalam interpretasi. Terlebih untuk lapangan yang memiliki variasi kecepatan secara lateral. Variasi kecepatan secara lateral akan mengakibatkan pembelokan sinar gelombang yang mengakibatkan perekaman gelombang tidak hiperbola. Pencitraan bawah permukaan ketika terd apat adanya variasi kecepatan lateral yang besar sehingga menyebabkan terjadinya pembelokan sinar pada batas lapisan, nonhyperbolic moveout, dan struktur lapisan yang kompleks harus dilakukan dengan prestack depth migration (PSDM). PSDM merupakan teknik migrasi sebelum stacking dalam kawasan kedalaman. Dibandingkan PSTM, PSDM lebih memperhatikan travel time. Untuk melakukan PSDM dibutuhkan geometri reflektor dan model kecepatan interval yang mendekati model bumi sebenarnya. Model kecepatan interval yang digunakan masih diasumsikan isotropi sehingga hasil seismik yang dihasilkan belum akurat secara posisi ataupun image. Oleh karena itu dibutuhkan parameter anisotropi untuk memperbaiki masalah tersebut. Jenis anisotropi yang akan digunakan adalah Vertical Transverse Isotropy(VTI) dimana sumbu simetri anisotopi berarah verikal. Parameter anisotopi yang digunakan adalah ε dan δ. Delta (δ) adalah parameter anisotropi gelombang P pada near vertical sedangkan epsilon merupakan parameter anisotropi gelombang P pada near horizontal. Secara praktis, delta (δ) berhubungan dengan level posisi reflekktor sedangkan epsilon lebih berhubungan dengan koreksi far offset yaitu efek hockeystick Dengan melakukan PSDM anisotropi, pemodelan secara vertical dan horizontal akan lebih akurat sehingga diharapkan dapat mengurangi kesalahan dalam interpretasi.

Seismic interpretation is a crusial step in reservoar position and geometri determining. But then interpretation process in PSTM data which has limited on imaging will appear interpretation pitfalls. Moreover for field wich has strong lateral velocity variation. Strong lateral velocity variation will bend the ray which will create unhiperbolic moveout. Imaging subsurface in existence with strong lateral velocity variation causes ray bending at layer boundary, non-hyperbolic moveout, and complex overburden structures needs prestack depth migration (PSDM). PSDM is before stacking migration technique in depth domain. As compared to PSTM, PSDM more does honour to travel time. PSDM needs reflector geometry and interval velocity model which resemble to the sub surface model. The interval velocity model which is used still assumes isotropy condition. It makes imaging is not precise both in position and imaging. Therefore, anisotrophy media assuming is required to solve those issues. Vertical Tranverse Isotropy (VTI) is anisptrophicallly medium approximation with vertical symmetry axis. ε and δ are anisotropic Thomsen parameter which will be applied in this research. Delta (δ) is near vertical P wave anisotropy parameter whereas epsilon (ε) is near horizontal P wave anisotropy parameter. Practically, delta (δ) related with reflector position (well seismic tie) whereas epsilon related with far offset correction called hockeystick effect. Application of anisotropic PSDM with the real data shows significant improvement in lateral and vertical positioning that approaches true model, if compare to isotropic PSDM. The image itself is better than the isotropic PSDM that shows strong and continue reflectors amplitudes
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T42247
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simarmata, Kristin Octoria Evalina
"Implementasi nilai anisotropi dalam pengolahan data seismik sangat mempengaruhi citra penampang seismik. Selain untuk perbaikan citra seismik, anisotropi dapat digunakan untuk identifikasi hidrokarbon. Metode untuk estimasi parameter anisotropi dengan menggunakan variasi kecepatan terhadap offset VVO dari informasi kecepatan telah diperkenalkan untuk pendeteksian hidrokarbon. Besarnya nilai kecepatan terhadap offset/sudut disebabkan pertambahan kecepatan semakin besar dengan sudut datang yang besar menjadi dasar metode VVO untuk memperlihatkan efek anisotropi. Pada penelitian ini telah dilakukan estimasi parameter anisotropi Vertical Transverse Isotropy VTI dengan metode VVO. Penurunan hasil sisa koreksi moveout dari perbedaan waktu yang disebabkan perbedaan pertambahan kecepatan tersebut akan digunakan sebagai data masukan. Penerapan dari metode VVO diuji dengan menggunakan pemodelan kedepan sintetis untuk memperoleh parameter anisotropi yang menggambarkan kondisi medium yang dirambati gelombang yang selanjutnya diterapkan pada data yang sebenarnya. Hasil dari penelitian mendapatkan nilai residual yang terus meningkat karena pengaruh anisotropi dan terdapat setelah sudut 30 derajat dengan nilai = 0.14 dan =0.049.

Implementation of anisotropy value in seismic data processing greatly affect seismic cross section image. In addition to enhanced seismic imagery, anisotropy can be used for identification of hidrocarbons. New Estimating anisotropy parameters method using velocity variation with offset VVO from velocity information have been introduced to detect hydrocarbons. The magnitude of the velocity value of the offset angle is due to the ever greater velocity with a large incidence angle being the basis of the VVO method to demonstrate the anisotropy effect. In this study, the vertical transverse isotropy VTI anisotropy parameter estimation by the VVO method has been done. The residual moveout result of the time transfer correction caused by the velocity increase will be used as input data. The application of the VVO method is tested using a synthetic forward modelling to obtain anisotropy parameters that describe the subsurface conditions of the target area which are then applied to the actual data. The results found that residual values continued to increase due to the anisotropy effect and there after the angle of 30 degrees with the value of 0.14 and 0.049.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
T50716
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siska Agustiningsih
"Pencitraan bawah permukaan dengan metode Pre Stack Depth Migration (PSDM) mampu mencitrakan struktur kompleks dengan variasi kecepatan lateral. Akan tetapi, PSDM masih mengasumsikan bumi adalah medium isotropi, maka citra yang dihasilkan menjadi tidak akurat. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya meminimalkan ketidakakuratan hasil pencitraan dengan melibatkan parameter anisotropi dalam pembuatan model kecepatan dalam metode PSDM. Dalam penelitian ini, data seismik yang digunakan merupakan data seismik laut (offset 8234,5 meter) dengan VTI (Vertical Transverse Isotropy) sebagai asumsi medium anisotropinya. Secara teoritis, digunakan dua parameter untuk mengkarakterisasi medium ini, yaitu δ dan ε. Dimana, δ merupakan parameter anisotropi yang mendeskripsikan variasi kecepatan terhadap arah near vertical sedangkan ε mendeskripsikan variasi kecepatan terhadap arah near horizontal. Kedua parameter ini digunakan dalam proses transformasi dari kecepatan interval isotropi ke kecepatan interval anisotropi dan dalam proses PSDM anisotropi Kirchhoff. Secara umum, PSDM anisotropi memberikan hasil image yang lebih baik dibandingkan PSDM isotropi dalam kualitas reflektor yang lebih kuat dan kontinuitas yang lebih menerus. Selain itu, depth migrated gather hasil PSDM anisotropi juga lebih lurus pada far offset dibandingkan dengan hasil dari PSDM isotropi. Hal ini menunjukan bahwa efek hockey sticks pada far offset mampu terkoreksi oleh asumsi anisotropi.

Subsurface imaging using Pre Stack Depth Migration (PSDM) methods can resolves compleks structure image with lateral velocity variations. However, Pre Stack Depth Migration still performs with isotropic assumption, when the medium is anisotropic, then the seismic image yielded from the process will stay less accurate. So, Pre Stack Depth Migration process needs to take anisotropic parameters into account of velocity model buiding. In this research, seismic data is used from a marine survey (offset 8234,5 meters) with VTI (Vertical Transverse Isotropy) assumption of anisotropic media. Theoretically, this form requires two parameter to describe the media, that is δ and ε. Which, δ is an anisotropy parameter that describe velocity variation near vertical while ε is an anisotropy parameter that describe velocity variation near horizontal. These parameters are used in isotropic interval velocity transformation into anisotropic one and also in Kirchhoff anisotropic PSDM process. Generally, anisotropic PSDM give strong reflector and better continuity. Furthermore, depth migrated gathers from anisotropic PSDM give flatter for far offset, compared with ones from isotropic PSDM. It shows that hockey sticks is being corrected with anisotropy assumptions."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S47701
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Rulia
"Pencitraan bawah permukaan menggunakan metode pre-stack time migration (PSTM) biasanya menghasilkan kualitas data seismik yang rendah jika diaplikasikan pada struktur geologi yang kompleks. Hal ini dapat terjadi karena metode PSTM menggunakan kecepatan rms yang merupakan kecepatan rata-rata dari beberapa lapisan, dan tidak seperti metode pre stack depth migration (PSDM) yang menggunakan kecepatan interval sebagai kecepatan sebenarnya dari tiap lapisan. Selain itu, metode PSTM juga tidak mampu mengoreksi efek hockey stick yang terdapat pada data gather di far offset akibat dari lapisan anisotropi. Untuk mengatasi kekurangan kualitas citra bawah permukaan dari metode PSTM, maka dilakukan penilitan menggunakan metode PSDM anisotropi dengan asumsi medium vertical transverse isotropy (VTI) yang melibatkan parameter anisotropi, yaitu parameter delta (d) dan epsilon (e). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data seismik dari Lapangan CR yang memiliki struktur geologi yang kompleks. Metode PSDM ansiotropi ini berhasil mengoreksi efek hockey stick di far offset pada Lapangan CR dengan nilai epsilon berkisar 0 hingga 0.27. Sehingga, kualitas citra bawah permukaan pada penampang seismik mengalami banyak peningkatan yang ditunjukkan oleh reflektor yang lebih kuat dan kemenerusan yang lebih konsisten.

Subsurface imaging using pre-stack time migration (PSTM) usually produces low quality in seismic data when it is applied to complex geology structures. This is because PSTM method uses rms velocity which is the average velocity of several subsurface layers, and unlike pre stack depth migration (PSDM) method that uses interval velocity which is the actual velocity of each subsurface layer. Moreover, PSTM method also cannot be used to correct hockey stick effect at far offset because of anisotropy layer. To enhance the subsurface images quality produced by PSTM method, then a study was has been performed using anisotropy PSDM method with vertical transverse isotropy (VTI) medium assumption. This anisotropy PSDM method involved the anisotropy parameters such as delta (d) and epsilon (e) parameters. Seismic data taken from geological complex area in CR field has been used to test the anisotropy PSDM method. The result of this study shows that the anisotropy PSDM method succeeds in correcting the hockey stick effect at far offset with epsilon parameter value ranges from 0 to 0.27. Therefore, the subsurface image quality at seismic section is increasing indicated by strong seismic reflectors and more consistent in reflector continuity."
2015
T44485
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Luh Gede Hari Setiawati
"ABSTRAK
Hasil Prestack time migration (PSTM) kurang akurat untuk digunakan dalam menginterpretasi zona target hidrokarbon. Kekurangan PSTM terletak pada hal positioning dan image quality. Tidak hanya itu, PSTM juga tidak mampu mengatasi adanya variasi kecepatan lateral dikarenakan PSTM menggunakan kecepatan RMS yang tidak mampu mengatasi pembelokan sinar ketika menemui batas lapisan. Prestack depth migration (PSDM) mampu mengatasi keterbatasan dari PSTM.
PSDM menggunakan kecepatan interval dalam pencitraan bawah permukaan yang mengikuti prinsip Snellius yang membelokkan sinar ketika menemui 2 lapisan yang berbeda sehingga memberikan informasi yang lebih detail mengenai struktur bawah permukaan dibandingkan kecepatan RMS yang digunakan dalam PSTM. PSDM dengan asumsi isotropi kurang menghasilkan pencitraan dan posisi
yang akurat dikarenakan PSDM asumsi isotropi tidak mampu menyelesaikan nonhyperbolic moveout yang dikenal dengan efek hockey stick yang muncul pada far offset. Nonhyperbolic moveout tersebut bisa diselesaikan dengan asumsi anisotropi dengan memperhitungkan parameter anisotropi Thomsen yaitu delta
dan epsilon. Dalam penelitian ini menggunakan asumsi jenis anisotropi Vertical Transverse Isotropy (VTI). Dalam penelitian ini mengasumsikan parameter anisotropi delta sama dengan epsilon dikarenakan tidak menggunakan data sumur. Nilai merupakan pendekatan elliptical anisotropy yang jarang ditemukan di alam. Parameter delta
(mendeskripsikan penjalaran gelombang P pada sudut sekitar arah vertikal. Parameter epsilon (mendeskripsikan perbedaan fraksi kecepatan gelombang P pada arah vertikal dan horizontal. Dengan melakukan perbaikan pada parameter epsilon maka menghasilkan pencitraan bawah permukaan yang lebih jelas. Nilai
parameter epsilon yang diperoleh pada penelitian ini berkisar antara 0-0,28, kisaran nilai tersebut termasuk dalam parameter weak elastic anisotropy Thomsen.

ABSTRACT
Result of Prestack time migration (PSTM) less accurate to use in interpretation of
target zone. Limitation of PSTM are in positioning, image quality and can not
solve lateral velocity variations because PSTM uses RMS velocity which can not
solve ray deflection when meets boundary layer. Prestack depth migration
(PSDM) can solves the limitation of PSTM.
PSDM uses interval velocity in subsurface imaging obeys Snellius’s principle
which deflection the ray when meets boundary layer so that give detail
information about subsurface structure than RMS velocity. Isotropy assumption in
PSDM less acurrate in imaging and positioning because isotropy PSDM can not
solve nonhyperbolic moveout known as hockey stick effect appears in far offset.
Nonhyperbolic moveout can be solved uses anisotropy assumption which
calculates Thomsen’s anisotropy parameters, delta and epsilon. In this research
uses type of anisotropy VTI (Vertical Transverse Isotropy).
In this research , assumed that anisotropy parameter of delta is equal with epsilon
because well data is absence. Value of is elliptical anisotropy approach
which rare found in nature. Delta parameter describes propagation of P-wave in
angle around vertical direction. Epsilon parameter describes fractional difference
between vertical and horizontal P velocities. To get the accurate result, epsilon
refinement is the way to get image of subsurface clearly. In this reseach, writer get
value of epsilon between 0-0.28, which it refers to Thomsen’s weak elastic
anisotropy."
2015
S60438
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pandhu Prakoso
"Telah dilakukan studi Pre-Stack Depth Migration (PSDM) pada data lapangan Nirmala yang memiliki struktur kompleks dan variasi kecepatan lateral yang kuat. Ketidakmenerusan reflektor pada zona sesar yang sering terdapat pada data hasil Pre-Stack Time Migration (PSTM) dapat diatasi dengan pembuatan model kecepatan yang akurat. Model kecepatan yang dibuat dengan konsep tomografi menghasilkan model yang mencerminkan keadaan geologi sebenarnya. Selanjutnya model kecepatan yang dihasilkan digunakan untuk melakukan proses Kirchhoff PSDM. Data seismik yang dihasilkan menunjukkan peningkatan kualitas yang cukup siginifikan, mampu mempertegas pola refleksi pada zona sesar dan memberikan resolusi yang lebih koheren dibandingkan dengan data seismik PSTM. Studi ini sangat membantu dalam membuat konsep eksplorasi dan pengembangan suatu daerah, khususnya untuk daerah dengan struktur kompleks.

Analysis on Pre-Satck Depth Migration (PSDM) has been applied to Nirmala field seismic data which has complex structure and strong lateral velocity variation. The unconformity, which is commonly occur in Pre-Stack Time Migration (PSTM) section, can be removed by providing an accurate velocity model. In order to produce proper velocity model, we perform tomography technique. The result of accurate velocity model is then used for Kirchhoff PSDM. The result shows a significant image enhancement, able to assure the reflection pattern at the fault zone and give the more coherence resolution compared with PSTM seismic data. This study is very valuable in building exploration concept and development of the area, especially in a complex structure."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S28686
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Omar Hamdan
"Permasalahan yang diangkat dari Formasi Geologi di Bakken Shale yang diindikasikan memiliki potensi Hidrokarbon ialah adanya zona yang menarik untuk diteliti berkaitan dengan medium Anisotropi. Permasalahan lain ialah memprediksi event amplitudo terhadap kehadiran Kerogen di medium shale, dengan cara membandingkan AVO isotropi dan AVO anisotropi VTI pada formasi yang berbeda terhadap sebaran litologi dan hidrokarbonnya.
Untuk memprediksi adanya indikasi zona sweetspot dan menentukan target lokasi perekahan, penelitian ini dilakukan dengan memodelkan AVO anisotropi VTI yang diturunkan dari persamaan Thomsen dan Sifat Mekanis batuan menggunakan data publikasi Vernick. Alur penelitian yang dilakukan ialah : Mengumpulkan data koefisien stiffness Bakken shale terhadap peningkatan Kerogen, pengolahan data mineralogi, menghitung persamaan Thomsen dan sifat mekanika batuan, serta memodelkan AVO isotropi dan anisotropi VTI.
Adapun hasil yang didapat pada penelitian ini ialah Sifat mekanis batuan berhubungan dengan Modulus Young (Eh) dan Poisson Ratio (νh) terhadap orientasi bidang yang mudah direkahkan, ialah pada arah horizontal dari perlapisan medium shale. Pada analisis AVO, model AVO Shuey-VTI Ruger memberikan hasil yang lebih baik dalam memprediksi kehadiran kerogen pada lapisan shale anisotropi dibanding model AVO Wiggins-VTI Ruger.

Problem raised from Geologic Formations in the Bakken Shale has indicated the potential presence of hydrocarbons, is an attractive zone for research related to the medium Anisotropy. Another problem is to predict the amplitude of the event to the presence of shale kerogen in the medium, by comparing the AVO isotropy and anisotropy VTI in different formations lithology and hydrocarbon distribution.
To predict the sweetspot zone indication and determine the target location of cracking, the research is done by modeling the anisotropy AVO-VTI derived from equations Thomsen and rock mechanical properties using the data publication Vernick. The workflow of research is: Gathering data stiffness coefficient of the Bakken shale kerogen enhancement, data processing mineralogy, calculate equations Thomsen and rock mechanics properties and AVO modeling between models isotropy and anisotropy VTI.
The results obtained in this study, the mechanical properties of rocks related to Young's modulus (Eh) and Poisson Ratio (νh) are correlation with the zone that easier to make a fracture, in this case on horizontal direction. On AVO analysis, Shuey AVO-VTI models Ruger gives better results in predicting the presence of kerogen in the shale layer anisotropy than model-VTI AVO Wiggins Ruger.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T31334
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heru Dwi Purnomo
"Tujuan perendaman desinfektan dala.m kasus gigi tiruan, adalah mematikan mlkroorganisme patogenik yang terdapat dalarn gigi tiruan dan basisnya dan secara tidak langsung mencegah terjadinya penularan penyakit, Perendaman tersebut mengakibatkan perubahan sifat fisik, kimia dan mekanis bahan gigi timan dan basisnya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perendaman dalam de:sinfektan terhadap sifat resin akrilik yang digunakan sebagai basis gigi tiruan, dengan menitikberatkan pada sifat Transverse Strength yang merupakan sifat kelahanan basis gigi tiruan menahari beban sejam proses pengunyahan. Penelitian dilakukan dengan melakukan perendaman akrilik jenis Polymethyl Methacrylate (PMMA) dalam desinfelctan Chlarhexidine dan Glutaraldehyde, selama 6 jam, lO jam dan 72 jam (3 hari). Pada hasil perendaman dilakukan pengujian Transverse Strength, serta pengujian kekerasan dan besar penyerapan cairan sebagai penunjang. Pengujian juga dilakukan pada PMMA yang tidak direndam sebagai pembanding Hasil pengujian menunjukkan bahwa perbedaan jenis deslnfektan yang digunakan tidak berpengaruh nyata terhadap Transverse Strength PMMA Hal yang sama ditunjukkan terhadap hasH pengujian kekerasan dan penyerapan cairlin. Pengujian juga menunjukkan bahwa Transverse Strength PMMA lebih dipengaruru oleh lamanya perendaman saja. Transverse Sirength PM:MA cenderung menurun dengan bertambahnya lama perendaman, yaitu sebesar 14 % untuk PMMA yang direndam dalam Ch!orhexidine dan 11 % untuk yang direndam dalam Glutaraldehyde setelah perendaman 3 harL Adapun sedikit perbedaan hasii antara yang direndam dalam Chlorhexidine dan Glutaraldehyde lebih karena perbedaan konsentras1 desinfek:tan yang digunakan. Dari penelitian terlihat bahwa desinfektan yang lebih baik digunakan untuk merendarn akrilik atau Pl\1MA adala.h Glutaraldehyde. mengingat nilai Transverse Strength PMMA yang direndam dalam Glutaraldehyde tidak lebih rendah dan yang d irendam dalam Chlorhexidim:, dan Glutaraldehyde lebih ampuh serta harganya lebih murah."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S47844
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ganjar Satria Putra
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T46012
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
S36006
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>