Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 154430 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Qolby Sabrina
"Electro Capacitive Cancer Therapy (ECCT) telah dikembangkan untuk terapi kanker payudara dengan medan elektrostatik dari gelombang sinyal yang berasal dari elektroda kapasitif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perubahan nilai beda potensial dan output gelombang sinyal yang dihsilkan ECCT terhadap pertumbuhan sel kanker dan cidera sel yang menyebabkan kematian sel. Dilakukan eksperimen in vitro menggunakan cell line MCF-7 (kanker payudara manusia) selama 24, 48 dan 72 jam perlakuan. Kemudian dilakukan perhitungan jumlah sel dengan hemocytometer dan pengukuran kapasitansi sel sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa ECCT standar sinyal kotak 18 Volt dan ECCT non standar sinyal kotak 31.2 Volt dapat menghambat pertumbuhan sel dan hasil morfologi sel tampak cidera yang mengindikasi adanya kematian, sedangkan ECCT standar sinyal sinusoidal 18 Volt mampu menginduksi pertumbuhan sel sehingga jumlahnya semakin banyak jika dilihat dari koefisien pertumbuhan yang tinggi. Pengukuran nilai kapasitansi sel menunjukkan korelasi antara banyaknya jumlah sel dengan besarnya nilai kapasitansi yang terukur. Peningkatan nilai kapasitansi dapat menunjukkan penambahan aktifitas kelistrikan sel dan tingkat keganasan dari sel kanker.

Electro Capacitive Cancer Therapy (ECCT) has been developed for breast cancer therapy that generated electrostatic field from electrical wave in capacitive electrode. The purpose of this research is to find out the effect of potential difference and signal wave output ECCT to cancer cell growth and cell injury that leads to lethal cell. In this study, in vitro experiment use MCF-7 cell line (human breast cancer) during 24, 48 and 72 hours treatment and than measured the number of cell with hemocytometer and value of capacitance after and before treatment. The results showed that potential ECCT square signal wave standard 18 Volt and square signal non-standard 31.2 Volt can inhibit cancer cell growth and cell morphology results seem to indicate the existence of injury deaths. While, from growth coefficient, ECCT sinusoidal signal wave standard 18 Volt can increase of cancer cell growth. Measurement of cell capacitance values showed correlation between the number of cells with the value of the measured capacitance. Increase of capacitance indicate of high activity of cancer cell and showed the malignancy of cancer cell levels.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T41568
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ikrimah
"Terapi kanker mennggunakan medan listrik telah dikembangkan sebelumnya. Terapi ini bekerja berdasarkan prinsip polarisasi sel kanker yang sedang membelah ketika diberi medan listrik dalam waktu tertentu. Dalam penelitian ini telah dilakukan uji in-vitro pada sel kanker raji dan sel normal limfosit. Sel ditanam pada 96 microplate kemudian diberi perlakuan input medan listrik dengan variasi frekuensi (250 Hz & 100 kHz), tegangan (20V, 30V, 50V), jenis sinyal (kotak dan sinusoidal) dana lama perlakuan (0 jam, 48 jam, 96 jam dan 144 jam). Setelah sel diberi perlakuan, jumlah sel dihitung menggunakan Hemocytometer untuk morfologi sel dan MTT untuk pewarnaan sel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa medan listrik berpengaruh pada pertumbuhan sel (menginduksi). Pada sel limfosit pengaruh medan listrik dapat terlihat secara signifikan pada jam ke-48. Akan tetapi, pada sel raji pengaruh medan listrik baru dapat terlihat setelah perlakuan 96 jam. Input medan listrik optimal untuk dapat memberi efek letal (cidera) pada sel raji tanpa berpangaruh toxic pada sel normal yaitu medan listrik sinyal kotak 20 volt dengan frekuensi 100 kHz.

Cancer therapy using electric fields have been developed previously. It works based on polarized division cancer cells when exposed by electric field in a certain time. In this study, raji and lymphocyte cells in-vitro exposed to an external electrical field has been done. Cultured cells on 96 microplate then given electric field treatment with variety input of frequency (250 Hz and 100 kHz), voltage (20 V, 30 V, and 50 V), the signal type (square and sine), and time treatment (0 hours, 48 hours, 96 hours, and 144 hours). Calculation of number cells method using Hemocytometer and MTT for cell morphology and cell staining absorption, respectively. The results show that electric field can induce cells. The influence of an electric field in lymphocyte cells show significant effect after 48-hours treatment, yet raji cells can only be seen after 96-hours treatment. The optimal treatment of the electric field to be able provide lethal effects in raji cells without toxic effect in normal cells is input square signal 20 Volt and 100 kHz.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T41410
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Prihatni Sabarina
"Latar belakang: Kanker payudara adalah kanker yang paling banyak diderita wanita. Terbatasnya akses kemoterapi serta efek sampingnya yang signifikan, mendorong terus ditemukannya obat baru. Penelitian ini mengidentifikasi kandungan metabolit sekunder dari Orange cup coral (Tubastraea coccinea) dan menilai potensi anti kankernya melalui daya hambatnya terhadap pertumbuhan lini sel kanker payudara MCF-7. Metode: Identifikasi metabolit yang terkandung pada ekstrak etanol, etil asetat dan n- heksana Tubastraea coccinea yang diperoleh dari perairan laut pulau Kalimantan dilakukan dengan menggunakan Gas Chromatography Mass Spectrometry (GCMS). Uji daya hambat dari ketiga ekstrak T. coccinea terhadap pertumbuhan sel kanker payudara MCF-7 dilakukan dengan metoda MTT pada berbagai variasi konsentrasi (3,125 μg/mL- 200 μg/mL), hasil pengujian dibandingkan dengan doxorubicin sebagai kontrol positif. Hasil: Hasil GCMS menunjukkan adanya kandungan 21 metabolit sekunder dalam ekstrak ethanol T. coccinea dengan persentase tertinggi adalah senyawa 1,2- Benzendicarboxylic acid (13.89 %). Ekstrak etil asetat T. coccinea mengandung 23 metabolit dengan konsentrasi tertinggi adalah senyawa 1,2-Benzenedicarboxylic acid (18.3 %). Ekstrak n-heksana T. coccinea memiliki 28 metabolit, senyawa Cholest-5-en- 3-ol dengan persentase tertinggi (9,06 %). Benzenedicarboxylic acid merupakan metabolit yang teridentifikasi pada ketiga ekstrak. Daya hambat ketiga ekstrak terhadap pertumbuhan sel kanker payudara MCF-7 meningkat sesuai dengan peningkatan konsentrasi. Nilai IC50 dari ekstrak etanol, etil asetat dan n-heksana masing-masing adalah 12,08 μg/mL, 18,02 μg/mL, 30,66 μg/mL. Nilai IC50 untuk doxorubicin adalah 5,99E-4 μg/mL, lebih rendah secara sangat signifikan dibanding ketiga ekstrak T. coccinea (p<0.01).

Introduction: Breast cancer is the most prominent cancer affects women in the world. This research is aimed to explore the potency of Orange cup coral (Tubastraea coccinea) as a new nature derived cancer drug, through the identification of secondary metabolites from its extract, and explore its potency in inhibiting breast cancer cell line MCF-7 growth. Method: Identification and analysis of metabolites from ethanol, acetic ethyl, and n- hexane extracts of Tubastraea coccinea, obtained from Kalimantan island, was done using Gas Chromatography Mass Spectrometry (GCMS). MTT assay using various concentration (3,125 μg/mL-200 μg/mL) was done to analyse the cytotoxicity of all the extracts to MCF-7 cell line compare to doxorubicin. Result: Ethanol extract of Tubastraea coccinea was identified to contain 21 metabolites, with the highest concentration was 1,2-Benzendicarboxylic acid (13.89 %). 23 metabolites was identified from acetic ethyl extract, with 1,2-Benzenedicarboxylic acid, mono (2-ethylhexyl) ester as the highest concentration (18.3 %), whereas from n-hexane extracts was found to have 28 metabolites, and Cholest-5-en-3-ol was the most prominent (9.06 %). Benzenedicarboxylic acid is identified in all extracts. MTT assay showed that the cytotoxicity of all extracts is concentration dependent, with IC50 12.08 μg/mL, 18.02 μg/mL, 30.66 μg/mL, for extracts of ethanol, acetic ethyl and n-hexane respectively. Compared to all the extracts of T. coccinea, doxorubicin showed significantly stronger effect in the inhibition of growth of MCF-7 cell line (p<0.01) , with IC50 5.99E-4 μg/mL. Conclusion: Extracts of Tubastraea coccinea contain metabolites that give it potency to be used as breast cancer chemotherapy."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Clarissa Agatha Debora
"Kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh sel abnormal yang berkembang secara tidak terkontrol. Dua jenis penyakit kanker dengan insidensi yang cukup tinggi di Indonesia adalah kanker payudara dan kanker kolon. Beberapa tata laksana yang dilakukan untuk penyakit kanker adalah terapi radiasi, kemoterapi, terapi hormon dan juga pembedahan. Patah tulang (Euphorbia tirucalli) merupakan spesies tanaman yang memiliki berbagai efek baik terhadap Kesehatan. Patah tulang terbukti memiliki efek anti inflamasi, antivirus dan juga keperluan analgesik. Selain itu, beberapa penelitian menunjukkan bahwa daun patah tulang juga bermanfaat sebagai antikanker. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas sitotoksisitas daun patah tulang (Euphorbia tirucalli) terhadap sel kanker kolon HT-29 dan kanker payudara MCF-7.Euphorbia tirucalli yang sudah di ekstraksi menggunakan metode maserasi aktivitas sitotoksiknya sebagai inhibitor pertumbuhan sel kanker kolorektal HT-29 dan payudara MCF-7 secara in vitro dengan metode MTT assay. Ekstrak etanol Euphorbia tirucalli memiliki aktivitas sitotoksik moderat terhadap sel kanker payudara MCF-7 dan sel kanker kolorektal HT-29 dengan nilai IC50 masing-masing sebesar 33,88 μg/mL dan 34,86 μg/mL. Ekstrak heksana Euphorbia tirucalli juga menunjukkan aktivitas sitotoksik yang lemah terhadap sel kanker payudara MCF-7 dan sel kanker kolorektal HT-29 dengan nilai IC50 masing-masing sebesar 631,5 μg/mL dan 919,13 μg/mL. Euphorbia tirucalli menunjukkan aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker kolon HT-29 dan sel kanker payudara MCF-7
Cancer is a type of disease involving uncontrolled growth of abnormal cells. Two types of cancer that have a high incidence rate are colon cancer and breast cancer. There are various treatment options such as radiation therapy, chemotherapy, hormone therapy, and surgery. Despite that, an exploration on finding new treatment options has been done such as using substances that are found in plants. Pencil cactus (Euphorbia tirucalli) is known as a medicinal plant that has anti inflammation effect, antivirus, used for analgesic, and also anticancer. Based on previous research, Euphorbia tirucalli has an anticancer activity.This study aims to determine cytotoxicity of the Euphorbia tirucalli against HT-29 colon cancer cells and MCF-7 breast cancer cells.Euphorbia tirucalli has been extracted by maceration method using ethyl acetate, n-hexane and ethanol solvent. Each extract was evaluated in vitro its cytotoxic activity against colon HT-29 and breast MCF-7 cancer cells using MTT assay method.Ethanol extract of Euphorbia tirucalli showed moderate cytotoxic effect against breast MCF-7 and colon HT-29 cancer cells with IC50 of 33.88 μg/mL and 34.86 μg/mL, respectively. N-hexane extract of Euphorbia tirucalli showed weak cytotoxic effect against breast cancer and colon cancer with IC50 value respectively at 631.5 μg/mL dan 919.13 μg/mL. Euphorbia tirucalli shows cytotoxic activity towards and colon cancer cell line HT-29 and breast cancer cell line MCF-7"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shadira Anindieta Irdianto
"Indonesia merupakan negara biodiversitas tinggi yang memiliki 7.000 dari 30.000 jenis tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat tradisional. Salah satunya tanaman bajakah tampala (Spatholobus littoralis Hassk.) yang mengandung berbagai senyawa antioksidan sehingga diperkirakan dapat mengakibatkan kematian pada sel kanker. Beberapa studi menunjukkan bahwa ekstrak bajakah tampala dapat mengakibatkan apoptosis pada sel T47D kanker payudara selama 24 jam. Namun, penelitian terkait uji sitotoksisitas ekstrak bajakah tampala terhadap sel kanker payudara MCF-7 belum ditemukan sehingga penelitian ini perlu dilakukan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menemukan konsentrasi optimal ekstrak bajakah tampala yang dapat menghambat 50% proliferasi sel. serta mengetahui efek sitotoksisitas ekstrak bajakah tampala. Metode penelitian ini menggunakan sel MCF-7 dan batang bajakah tampala yang diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan etanol 96%. Selanjutnya, dilakukan uji MTT dan flow cytometry. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak etanol bajakah tampala memiliki nilai IC50 sebesar 104 ppm dan menghasilkan efek sitotoksisitas yang dapat menyebabkan apoptosis pada sel MCF-7. Maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak bajakah tampala dengan pelarut etanol 96% tergolong dalam kelompok senyawa yang bersifat kurang aktif sebagai antikanker.

Indonesia is a high biodiversity country with 7,000 of 30,000 plant species that can be used as traditional medicine. One of them is the bajakah tampala plant (Spatholobus littoralis Hassk.) which contains various antioxidant compounds that are assumed can cure cancer. Further studies revealed that bajakah tampala extract can induce apoptosis in T47D breast cancer cell lines. However, studies related to the cytotoxicity test of bajakah tampala extract on MCF-7 breast cancer cells have not been discovered. Hence, it is necessary to analyze the cytotoxicity effect of bajakah tampala extract on MCF-7 breast cancer cells. This study aimed to find the optimal concentration of bajakah tampala extracts that can inhibit 50% of cell proliferation and to know the cytotoxicity effect of bajakah tampala extract. This research used MCF-7 breast cancer cell lines and bajakah tampala stems. The stems were extracted by maceration method using 96% ethanol. These research methods are viability tests with MTT reagents and anti-cancer activity tests using flow cytometry. The results showed that the ethanol extract of bajakah tampala has an IC50 value of 104 ppm and can induce an apoptosis effect in MCF-7 cells. This study concludes that the anti-cancer activity of bajakah tampala extract is weak against MCF-7 breast cancer cell lines."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lowilius Wiyono
"Pendahuluan. Kanker payudara merupakan jenis kanker terbanyak ke-3 di dunia dan menjadi kanker yang paling sering menyerang wanita. Terapi farmakologis kanker payudara saat ini masih sangat minim dan dibutuhkan temuan baru untuk menjadi alternatif dalam terapi kanker payudara. Tanaman temu kunci (Kaempferia pandurata) adalah tanaman endemis di Asia yang diketahui memiliki berbagai aktivitas biologis, salah satunya sebagai antikanker dengan komponen bioaktif terbesarnya, yaitu pinostrobin. Hal ini mendorong peneliti untuk menguji aktivitas antikanker pinostrobin beserta sediaan nanopartikelnya terhadap sel kanker payudara.
Hasil. Uji TEM dan UV-Vis pada nanopartikel pinostrobin menunjukkan ukuran nanopartikel dibawah 200 nm dengan nilai yield sebesar 99,43% sehingga kualitas nanopartikel pinostrobin cukup ideal untuk digunakan sebagai obat. Uji MTT menunjukkan isolat pinostrobin dan sediaan nanopartikelnya memiliki aktivitas antikanker yang baik. Hasil uji sediaan nanopartikel menunjukkan aktivitas antikanker yang lebih baik dibandingkan dengan isolatnya, sementara kedua sediaan menunjukkan aktivitas antikanker yang lebih baik pada sel MDAMB-231 dibandingkan sel MCF-7. Seluruh hasil uji memperlihatkan aktivitas antikanker yang cukup baik dengan nilai IC50 < 100 μg/mL.
Kesimpulan. Sediaan nanopartikel pinostrobin berhasil dibuat dengan ukuran dan nilai yield yang baik. Aktivitas antikanker nanopartikel pinostrobin lebih baik dibandingkan isolat pinostrobin, sementara aktivitas antikanker pada sel MDAMB-231 lebih baik dibanding MCF-7 pada kedua sediaan. Pinostrobin dan sediaan nanopartikelnya dapat digunakan sebagai obat yang potensial terhadap kanker payudaraPendahuluan. Kanker payudara merupakan jenis kanker terbanyak ke-3 di dunia dan menjadi kanker yang paling sering menyerang wanita. Terapi farmakologis kanker payudara saat ini masih sangat minim dan dibutuhkan temuan baru untuk menjadi alternatif dalam terapi kanker payudara. Tanaman temu kunci (Kaempferia pandurata) adalah tanaman endemis di Asia yang diketahui memiliki berbagai aktivitas biologis, salah satunya sebagai antikanker dengan komponen bioaktif terbesarnya, yaitu pinostrobin. Hal ini mendorong peneliti untuk menguji aktivitas antikanker pinostrobin beserta sediaan nanopartikelnya terhadap sel kanker payudara.

Introduction. Breast cancer has become a major issue across the world, being the 3rd most common cancer in the world and the most common cancer on women. Pharmacological therapies of breast cancer are still minimal, therefore, a need for new alternative drug for breast cancer is needed. Kaempferia pandurata is an endemic plant in Asia which is known for its biological activity, of which is anticancer activity with its most abundant bioactive compound, pinostrobin. This research is conducted to analyze the anticancer activity of pinostrobin and its nanoparticle to breast cancer cell.
Method. The rhizome of Kaempferia pandurata is dried and extracted using maseration with n-Hexane solvent. The extract then isolated using the recristalization method in methanol solvent to produce pinostrobin crystal. Pinostrobin is manufactured into nanoparticle using chitosan and sodium alginate polymer, which then analyzed using TEM and UV-Vis test. The pinostrobin and its nanoparticle counterpart is tested in MTT assay to show its inhibitory activity. The test is expressed with inhibition percentage and IC50 value.
Results. TEM and UV-Vis test to nanoparticle of pinostrobin showed the nanoparticle’s dimension of <200 nm with yield of 99.43%, an ideal quality as a drug delivery carrier. MTT assay showed good anticancer activity from both pinostrobin and its nanoparticle. Better activity is shown by MDAMB-231 cell line, while nanoparticle of pinostrobin showed better IC50 value. The test showed good anticancer activity with IC50 value of <100 μg/mL.
Conclusion. Nanoparticle of pinostrobin has been manufactured with decent yield and dimension. Better anticancer activity is shown in pinostrobin nanoparticle while anticancer activity of MDAMB-231 cell is superior than MCF-7 cell for both samples. Pinostrobin can be considered as potential drug for breast cancer.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofa Fajriah
"ABSTRAK
Kanker payudara merupakan salah satu penyebab utama kematian pada wanita. Besarnya jumlah penderita kanker dan ketergantungan terhadap obat impor mendorong adanya upaya untuk mencari sumber obat baru baik secara alami yang diperoleh dari mengisolasi senyawa aktif dari bahan alam maupun secara sintesis. Salah satu dari keanekaragaman hayati yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai obat adalah tanaman obat yang berasal dari hutan Mekongga, Sulawesi Tenggara, yaitu tumbuhan Myristica fatua Houtt, mempunyai aktivitas antikanker terhadap sel kanker payudara MCF-7 dengan IC50 90,9 g/mL. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa aktif antikanker payudara dari daun M. fatua Houtt. Metode penelitian yang digunakan meliputi ekstraksi, fraksinasi, isolasi, teknik kromatografi dan spektroskopi UV/Vis, FTIR, MS, dan FT-NMR, serta uji bioaktivitas menggunakan sel kanker payudara MCF7. Hasil pada penelitian ini diperoleh sembilan isolat, yaitu 7S, 8R, 8 rsquo;S, 7 rsquo;S 7,7 rsquo;-bis 3-hidroksi-5-metoksifenil -8,8 rsquo;-dimetil butana-7,7 rsquo;-diol 1 , 3 rdquo;-hidroksi demetildaktiloidin 2 , metil 3,4-dihidroksibenzoat 3 , furoguaiaoxidin 4 , fatuasya demetildaktiloidin 5 , 2 rdquo;,3 rdquo;-dihidroksi-4 rdquo;-dehidroksi demetildaktiloidin 6 , b-sitosterol 7 , sigmast-5-ene-3b,4b-diol 8 , dan asam 20-epibrionolat 9 . Berdasarkan penelusuran Scifinder , senyawa 1, 2, 5, dan 6 merupakan senyawa baru dan aktif sebagai antikanker secara in vitro terhadap sel kanker payudara MCF-7 dengan IC50 masing-masing sebesar 9,48, 2,97, 3,50, dan 5,20 mg/mL. Dilain sisi, senyawa 3, 4, 7 dan 9 mempunyai IC50 > 100 mg/mL tidak aktif dan senyawa 7 merupakan senyawa yang paling aktif dengan IC50 sebesar 1,51 mg/mL. Gugus farmakofor untuk senyawa 1 diduga adanya gugus hidroksil pada posisi 3, 3 rsquo; dan 7 rsquo;, senyawa 2, 5, dan 6 diduga adanya gugus hidroksil pada posisi 3 pada cincin aromatik A dan posisi 4 pada cincin aromatik B dan untuk senyawa 9 diduga adanya gugus hidroksi pada posisi 4.

ABSTRACT
Breast cancer is one of the leading causes of death in women. The large number of cancer patients and dependence on imported drugs encourage efforts to find a source of new drugs naturally obtained from isolating the active compounds from natural materials as well as synthesis. One of the biodiversity that has potential to be developed as medicine is medicinal plant originating from Mekongga forest, Southeast Sulawesi is Myristica fatua Houtt plant, which has anticancer activity against MCF 7 breast cancer cell line with IC50 90,9 mg mL. Therefore, this study aims to isolate and identify the breast cancer active compounds from the leaves of M. fatua Houtt. The research methods used include extraction, fractionation, isolation, chromatography techniques, UV Vis, FTIR, MS, and FT NMR spectroscopy, and bioactivity assay using MCF 7 cell line. The result of this study obtained nine isolates, namely 7S, 8R, 8 rsquo S, 7 rsquo S 6,6 rsquo bis 3 hydroxy 5 methoxyphenyl 8,8 rsquo dimethyl butane 7,7 rsquo diol 1 , 3 rdquo hydroxy demethyldactyloidin 2 , methyl 3,4 dihydroxy benzoate 3 , furoguaiaoxidine 4 , fatuasya demethyldactyloidin 5 , 2 rdquo ,3 rdquo dihydroxy 4 rdquo dehydroxy demethyldactyloidin 6 , b sitosterol 7 , sigmast 5 ene 3b,4b diol 8 and 20 epibryonolic acid 9 . Based on Scifinder database, compounds 1, 2, 5, and 6 are new and active compounds as anticancer in vitro against MCF 7 breast cancer cell line with IC50 9.48, 2.97, 3.50, and 5.20 mg mL. On the other hand, the compounds 3, 4, 7, 9 have IC50 100 mg mL inactive and compound 8 is the most active compound with IC50 1.51 mg mL. The pharmacophore groups for compound 1 is suspected hydroxyl groups at positions 3 3 rsquo and 7 7 rsquo , compounds 2, 5, and 6 suspected presence of hydroxyl group at position 3 on aromatic ring A and position 4 on aromatic ring B and for compound 9 is suspected presence of hydroxyl group at position 2. "
2017
D2277
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isma Zahira Suhaima
"Latar belakang: Kanker payudara merupakan kanker yang paling umum terjadi pada wanita dengan tingkat mortalitas yang tinggi. Tata laksana yang dapat dilakukan antara lain pembedahan, kemoterapi, dan radioterapi, meskipun metode tersebut tidak jarang menimbulkan berbagai efek samping serta biaya yang mahal. Pengobatan alternatif juga kerap dilakukan untuk membantu penanganan kanker, salah satunya dengan obat-obatan herbal. Hibiscus rosa-sinensis diketahui memiliki berbagai senyawa fitokimia yang berpotensi dikembangkan sebagai antikanker.
Metode: Hibiscus rosa-sinensis kering digiling menjadi serbuk, lalu dibuat menjadi ekstrak dengan metode maserasi bertingkat menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat, dan etanol. Analisis kandungan fitokimia ekstrak Hibiscus rosa-sinensis dilakukan melalui uji fitokimia dan kromatografi lapis tipis (KLT). Pengujian aktivitas antioksidan ekstrak Hibiscus rosa-sinensis dilakukan menggunakan metode DPPH, sedangkan aktivitas sitotoksik ekstrak Hibiscus rosa-sinensis terhadap sel kanker payudara MCF-7 dilakukan dengan metode MTT.
Hasil: Hibiscus rosa-sinensis memiliki kandungan fitokimia triterpenoid, alkaloid, flavonoid, tanin, dan steroid. Ekstrak Hibiscus rosa-sinensis menunjukkan aktivitas antioksidan terhadap radikal bebas DPPH dengan nilai IC50 sebesar 1,56 µg/mL untuk ekstrak etil asetat dan 42,30 µg/mL untuk ekstrak etanol. Aktivitas sitotoksik ekstrak etil asetat H. rosa-sinensis terhadap sel kanker payudara MCF-7 dikategorikan moderat dengan nilai IC50 sebesar 79,37 µg/m, sedangkan ekstrak n-heksana dan ekstrak etanol H. rosa-sinensis yang masing-masing memiliki nilai IC50 sebesar 125,23 µg/mL dan 210,77 µg/mL, dikategorikan aktivitas sitotoksik lemah.
Simpulan: Hibiscus rosa-sinensis mengandung beberapa senyawa fitokimia yang memiliki aktivitas antioksidan terhadap radikal bebas DPPH dan menunjukkan aktivitas Metode: Hibiscus rosa-sinensis kering digiling menjadi serbuk, lalu dibuat menjadi ekstrak dengan metode maserasi bertingkat menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat, dan etanol. Analisis kandungan fitokimia ekstrak Hibiscus rosa-sinensis dilakukan melalui uji fitokimia dan kromatografi lapis tipis (KLT). Pengujian aktivitas antioksidan ekstrak Hibiscus rosa-sinensis dilakukan menggunakan metode DPPH, sedangkan aktivitas sitotoksik ekstrak Hibiscus rosa-sinensis terhadap sel kanker payudara MCF-7 dilakukan dengan metode MTT.
Hasil: Hibiscus rosa-sinensis memiliki kandungan fitokimia triterpenoid, alkaloid, flavonoid, tanin, dan steroid. Ekstrak Hibiscus rosa-sinensis menunjukkan aktivitas antioksidan terhadap radikal bebas DPPH dengan nilai IC50 sebesar 1,56 µg/mL untuk ekstrak etil asetat dan 42,30 µg/mL untuk ekstrak etanol. Aktivitas sitotoksik ekstrak etil asetat H. rosa-sinensis terhadap sel kanker payudara MCF-7 dikategorikan moderat dengan nilai IC50 sebesar 79,37 µg/m, sedangkan ekstrak n-heksana dan ekstrak etanol H. rosa-sinensis yang masing-masing memiliki nilai IC50 sebesar 125,23 µg/mL dan 210,77 µg/mL, dikategorikan aktivitas sitotoksik lemah.
Simpulan: Hibiscus rosa-sinensis mengandung beberapa senyawa fitokimia yang memiliki aktivitas antioksidan terhadap radikal bebas DPPH dan menunjukkan aktivitas sit

Background: Breast cancer is the most common type of cancer in women with a very high mortality rate. Treatments for this malignancy are surgery, chemotherapy, and radiotherapy, however those methods can cause adverse effects and quite expensive. Complementary and alternative medicines (CAMs) are also used to support those treatments, one of them is herbal medicine. Hibiscus rosa-sinensis is known to have various phytochemical components which have the potential to be developed as anticancer.
Method: Dry Hibiscus rosa-sinensis was milled to a powder, then extracted by multilevel maceration method using n-hexane, ethyl acetate and ethanol as solvents. Phytochemical components of Hibiscus rosa-sinensis extracts was analyzed using phytochemical tests and thin layer chromatography (TLC). Its antioxidant activity was determined using DPPH method, meanwhile its cytotoxic activity towards MCF-7 breast cancer cells was evaluated using MTT assay.
Result: Hibiscus rosa-sinensis were proved to contain triterpenoids, alkaloids, flavonoids, tannins and steroids. Hibiscus rosa-sinensis extracts showed antioxidant activity towards DPPH free radicals with IC50 value of 1.56 µg/mL for ethyl acetate extract and 42.30 µg/mL for ethanol extract. Cytotoxicity of Hibiscus rosa-sinensis ethyl acetate extract towards MCF-7 cells was moderately active with the IC50 value of 79.37 µg/mL. Meanwhile, Hibiscus rosa-sinensis n-hexane extract and ethanol extract which had IC50 for 125.23 µg/mL and 210.77 µg/mL, are categorized into weakly active cytotoxicity.
Conclusion: Hibiscus rosa-sinensis contains several phytochemical compounds which showed antioxidant activiy towards DPPH free radicals and cytotoxic activity towards MCF-7 breast cancer cells, thus it can be developed further to be anti-breast cancer agents.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Huda Rahman
"ABSTRAK
Breast cancer is the second leading cause of cancer death and the most common form of cancer affecting women worldwide. The search for natural products for cancer therapy is an area of great interest. The main aim of this study was to determine the cytotoxic effects and the mechanisms of cell death of the crude extracts from mangrove plant, Avecennia alba on human breast carcinoma cell line, MCF-7. Diethyl ether, butanol and methanol extracts were prepared from the leaves of Avecennia alba. cytotoxicity study using MTS assay demonstrated that all the three extracts produced dose-dependent inhibition on MCF-7 cell growth, albeit at different levels. Diethyl ether extracts produced the most potent cytotoxicity, followed by butanol and methanol extracts with IC50 values of 25.1, 27.1 and 28.9 µg/mL, respectively, after 72 h incubation. The DeadEndTM Colorimetric Apoptosis Detection System suggested that all the three extracts exerted cytotoxicity on MCF-7 cells via apoptosis. TLC proling demonstrated the presence of phenolic and alkaloid compounds in methanol, diethyl ether and butanol extracts which may be responsible for mediating the cytototoxicity. the methanol, diethyl ether and butanol extracts of Avecennia alba may contain potential compounds to be developed as anti-cancer agents against breast cancer."
Trengganu: UMT, 2017
500 JSSM 12:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fatimah
"ABSTRAK
Emas (Au) merupakan logam transisi yang telah banyak dikembangkan sebagai
agen terapi dan diagnosis kanker. Au valensi +3 memiliki aktivitas toksik
terhadap sel kanker dan valensi 0 dapat digunakan untuk deteksi kanker. Au
valensi +3 dan 0 diformulasikan menjadi bentuk nanopartikel dengan pembawa
dendrimer Poliamidoamin (PAMAM) generasi 4. Nanopartikel Au0 dan Au3+
dalam dendrimer PAMAM G4 dikarakterisasi meliputi spektrum serapan, ukuran
partikel, pH serta sitotoksisitasnya secara in vitro terhadap sel kanker payudara
MCF-7 menggunakan metode MTS. Spektrum nanopartikel Au?dendrimer
PAMAM G4 sebelum dan setelah penyimpanan selama 6 minggu memberikan
serapan yang sama. Nanopartikel Au?dendrimer PAMAM G4 yang dihasilkan
berukuran 2-30 nm. Nilai IC50 nanopartikel Au?dendrimer PAMAM G4 valensi
+3 dan 0 serta dendrimer PAMAM G4 berturut-turut adalah 73,79, 131,86 dan
114,82 μM menunjukkan bahwa nanopartikel Au3+-dendrimer PAMAM bersifat
sitotoksik sedangkan nanopartikel Au0?dendrimer PAMAM G4 dan dendrimer
PAMAM G4 tidak bersifat sitotoksik terhadap sel MCF-7. Dendrimer PAMAM
G4 merupakan sistem pembawa nanopartikel dengan toksisitas yang sangat
rendah, nanopartikel Au3+-dendrimer PAMAM G4 berpotensi sebagai agen
antikanker dan nanopartikel Au0?dendrimer PAMAM G4 bersifat nonsitotoksik
sehingga dapat dikembangkan untuk diagnosis kanker.

ABSTRACT
Gold (Au) is a metal transition element which has been widely used as therapeutic
and cancer diagnostic agent. Au3+ cation is known having toxic activity against
cancer cells, while Au0 element can be used as cancer diagnostic agent. Au3+ and
Au0 nanoparticles were prepared using Polyamidoamine (PAMAM) dendrimer
generation 4. Au3+ and Au0 were characterized by UV-Vis spectra, particle size,
pH and its cytotoxicity were analyzed against MCF-7 breast cancer cells by MTS
assay. The UV-Vis spectra of Au?PAMAM dendrimer G4 before and after 6
months storage had similarity absorbances. The sizes for Au-PAMAM dendrimer
G4 nanoparticles measured by TEM and DLS methods were 2-30 nm. For its
cytotoxicity assay, the IC50 value of Au3+-PAMAM dendrimer G4, Au0-PAMAM
dendrimer G4, and PAMAM dendrimer G4 were 73.79; 131.86 and 114.82 μM,
which showed that Au3+?PAMAM dendrimer G4 was toxic while Au0?PAMAM
dendrimer G4 and PAMAM dendrimer G4 were nontoxic in MCF-7 cells.
PAMAM dendrimer G4 is a low toxicity nanoparticles template, Au3+-PAMAM
dendrimer G4 can be potential anticancer agent and Au0?PAMAM dendrimer G4
is nontoxic that can be used for cancer detection.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43844
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>