Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 168921 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dhani Syahputra Bukit
"Tingginya jumlah kasus HIV-AIDS di Sumatera Utara khususnya di Kota Medan yaitu sebanyak 3.780 kasus dan telah terjadi penurunan angka penggunaan kondom dari 86% menjadi 51,5% pada tahun 2011. Guna mengetahui penyebab kondisi tersebut maka perlu diketahui gambaran perilaku wanita pekerja seks dalam menawarkan kondom bagi pelanggan saat melakukan hubungan seksual.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi secara mendalam tentang perilaku wanita pekerja seks dalam menawarkan kondom pada pelanggan saat berhubungan seks di Kota Medan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan desain RAP. Data penelitian didapatkan dengan melakukan Indepth Interview (wawancara mendalam) kepada 12 informan yaitu para WPS di Kota Medan dan 8 informan kunci yang terdiri dari KPA, Dinas Kesehatan, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan LSM Kota Medan, mucikari serta pelanggan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan WPS tentang HIV-AIDS dan kondom sudah baik, ketersediaan kondom sudah optimal, peran teman sebaya mendukung sesama WPS untuk menawarkan kondom ke pelanggan cukup tinggi dan peran mucikari mendukung WPS untuk menawarkan kondom pada pelanggan sangat rendah. Perilaku WPS dalam menawarkan kondom ke pelanggan sudah baik akan tetapi daya tawar serta kemampuan negosiasi WPS dalam menawarkan kondom belum optimal, sehingga penggunaan kondom masih tidak konsisten dan rendah, sehingga perlu dilakukan peningkatan upaya promosi kondom secara komprehensif baik pada WPS, pelanggan dan pihak-pihak yang terkait.

The high prevalence of HIV-AIDS in Medan North Sumatra as many as 3,780 cases and there has been a decrease in condom use (86%) to (51.5%) in 2011. Order to determine the cause of the condition needs to be known picture of female Perilaku wanita pekerja seks (WPS) dalam menawarkan kondom pada pelanggan saat hubungan seks di Kota Medan tahun 2014 = Behavior of female sex workers in offering condoms to sex customers in Medan 2014 behavior in offer condom for customers during sexual intercourse.
The aim of this study was to obtain in depth information about the behavior of female sex workers in offering a condom for customers during sex in Medan. Qualitative methods had been used in this study. The research data obtained by conducting indepth interviews to 12 of sex workers and 8 key informants consisting of National AIDS Commission, Department of Health, Office of Women's Empowerment and NGO in Medan, pimps and customers of sex.
The results showed that female sex workers knowledge about HIV-AIDS and condoms is high, the availability of condoms is optimal, the role of peer support fellow sex workers to offer condoms to customers is high enough, the role of pimps supports for sex workers to offer condoms is very low. Female sex workers behavior in offering condoms to customers is good but the bargaining power of female sex workers as well as the ability to negotiate in offering condom is non optimal, therefore condom use still inconsistent and required to increase condom promotion efforts comprehensively both the WPS, customers and related parties.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liana Rica Mon Via
"HIV masih menjadi masalah kesehatan global. Pelanggan WPS merupakan salah satu populasi kunci penyebaran HIV. Penggunaan kondom secara konsisten menjadi cara efektif pencegahan HIV dan IMS pada kelompok ini. Angka konsistensi penggunaan kondom kelompok ini masih rendah, yaitu: 35,82% pada konsistensi kategori 1 (selalu atau sering menggunakan kondom), dan 21,10% pada konsistensi kategori 2 (selalu menggunakan kondom). Konsistensi penggunaan kondom dipengaruhi beberapa faktor salah satunya adalah persepsi berisiko tertular HIV. Pada kelompok pelanggan diketahui yang mempunyai persepsi merasa berisiko tertular HIV adalah 45,37%. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif desain cross sectional untuk mengetahui hubungan persepsi berisiko tertular HIV dengan konsistensi penggunaan kondom pada pelanggan WPS yang menggunakan data STBP 2018-2019, dilaksanakan di 24 kabupaten/kota di 16 provinsi di Indonesia pada tahun 2018 sampai 2019 dengan jumlah sampel sebanyak 4743 orang. Hasil penelitian menunjukkan: pada konsistensi penggunaan kondom kategori 1, terdapat hubungan signifikan antara persepsi berisiko tertular HIV dengan konsistensi penggunaan kondom dimana pelanggan WPS yang memiliki persepsi merasa berisiko tertular HIV memiliki kecenderungan 1,60 kali lebih tinggi untuk konsisten menggunakan kondom saat berhubungan seks dibandingkan yang memiliki persepsi merasa tidak berisiko setelah dikontrol oleh variabel umur pertama kali berhubungan seks dan pengetahuan tentang efektivitas kondom (PR=1,60, 95% CI=1,28-1,99). Sedangkan pada konsistensi penggunaan kondom kategori 2, terdapat hubungan signifikan antara persepsi berisiko tertular HIV dengan konsistensi penggunaan kondom dimana pelanggan WPS yang memiliki persepsi merasa berisiko tertular HIV memiliki kecenderungan 1,46 kali lebih tinggi untuk konsisten menggunakan kondom saat berhubungan seks dibandingkan yang memiliki persepsi merasa tidak berisiko setelah dikontrol oleh variabel umur pertama kali berhubungan seks dan pengetahuan tentang efektivitas kondom (PR=1,46, 95% CI=1,10-1,94). Pemberlakuan perda kewajiban kondom di lokalisasi dengan sanksi yang tegas disertai kerjasama sinergis antar lintas sektor, updating pemetaan berkala lokalisasi yang belum terjangkau disertai penyuluhan tentang HIV/ AIDS dan efektivitas kondom, diseminasi informasi untuk membentuk persepsi berisiko dan perilaku konsisten menggunakan kondom, penerapan manajemen penyediaan kondom di lokalisasi perlu dipertimbangkan untuk mengurangi kejadian HIV terutama di kelompok pelanggan WPS.

HIV is still a global health problem. FSW customers are one of the key populations spreading HIV. Consistent condom use is an effective way of preventing HIV and STI in this group. The consistency rate of condom use in this group is still low, namely: 35.82% in category 1 consistency (always or often using condoms), and 21.10% in category 2 consistency (always using condoms). The consistency of condom use is influenced by several factors, one of which is the perception of risk of contracting HIV. In the group of known customers who have a perception of feeling at risk of contracting HIV is 45.37%. This study is a quantitative cross-sectional design study to determine the relationship between perception of risk of contracting HIV with consistency of condom use in FSW customers using IBBS data 2018-2019, carried out in 24 regencies/cities in 16 provinces in Indonesia from 2018 to 2019 with a total sample of 4743 people. The results showed: in the consistency of category 1 condom use, there was a significant relationship between the perception of risk of contracting HIV and the consistency of condom use where FSW customers who had a perception of feeling at risk of contracting HIV had a 1.60 times higher tendency to consistently use condoms during sex than those who had a perception of feeling no risk after being controlled by the age variable of first intercourse sex and knowledge of condom effectiveness (PR=1.60, 95% CI=1.28-1.99). Meanwhile, in the consistency of category 2 condom use, there was a significant relationship between the perception of risk of contracting HIV and the consistency of condom use where FSW customers who had a perception of feeling at risk of contracting HIV had a 1.46 times higher tendency to consistently use condoms during sex than those who had a perception of feeling no risk after being controlled by age variables for the first time having sex and knowledge of condom effectiveness (PR=1.46, 95% CI=1.10-1.94). The implementation of mandatory condom localization bylaws with strict sanctions accompanied by synergistic cooperation between cross-sectors, updating the periodic mapping of unreached localizations accompanied by counseling on HIV/AIDS and condom effectiveness, dissemination of information to form risk perceptions and consistent behavior using condoms, the implementation of condom provision management in localization needs to be considered to reduce the incidence of HIV especially in FSW customer groups."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rika Yuanita Pratama
"Salah satu faktor risiko penularan penyakit HIV/AIDS di Indonesia adalah melaluihubungan seks tidak aman. Untuk memutus mata rantai penularan dapat dilakukan denganpemakaian kondom secara konsisten dan benar pada saat melakukan hubungan seksual.Rendahnya konsistensi penggunaan kondom disebabkan oleh penawaran penggunaankondom yang dilakukan juga masih rendah. Wanita Pekerja Seks WPS merupakan bagianyang berkontribusi didalamnya. Wanita Pekerja Seks Langsung adalah wanita yang memberikan layanan seksual yang tujuan utama transaksinya mempertukarkan pelayananseksual dengan uang.
Wanita Pekerja Seks Tidak Langsung adalah wanita yang memberikanlayanan seksual tapi bukan merupakan sumber utama pendapatan, pelayanan yang diberikandapat memberikan penghasilan tambahan. Penelitian ini menggunakan data Survey Terpadu Biologis dan Perilaku STBP tahun2015 dengan memilih 2.898 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan faktor individual, interpesonal dan lingkunganstruktural dengan menawarkan penggunaan kondom kepada pelanggan pada WPSL danWPSTL. Penelitian menggunakan desain cross sectional.Hasil penelitian ditemukan bahwa WPSTL yang selalu menawarkan penggunaankondom sebesar 51,6 dan WPSL sebesar 40,3.
Analisis multivariat didapat variabel yangberhubungan dengan menawarkan penggunaan kondom pada WPSL adalah pekerjaanpelanggan, jumlah pelanggan, konsumsi alkohol/NAPZA sebelum berhubungan seks,ketersediaan kondom dan media/sumber infromasi mengenai kondom. Sedangkan padaWPSTL antara lain jumlah pelanggan, pengetahuan mengenai HIV/AIDS danpencegahannya, kontak dengan petugas penjangkauan dan ketersediaan kondomDisarankan untuk meningkatkan tersedianya kondom di lokasi transaksi seksual danupaya promotif dan preventif pada WPS dengan pendekatan yang disesuaikan dengankarakteristik WPS.

One of the risk factors of HIV AIDS transmission in Indonesia is unsafe sex. Todisconnect of transmission can be done with the use of condoms consistently and correctly atthe time of sexual intercourse. The low consistency of condom use is caused by the condomuse offer is also low. Women Sex Workers WPS are the contributing parts. Women LiveSex Workers are women who provide sexual services whose main purpose of transactions areto exchange sexual services with money.
Indirect Sex Workers Women are women whoprovide sexual services but are not the main source of income, the services provided canprovide additional income. This study uses data of Biological and Behavior Integrated Survey STBP in 2015 byselecting 2,898 respondents who meet inclusion and exclusion criteria.
The purpose of thisstudy was to compare individual, interpesonal and structural factors related to offeringcondom use to customers between WPSL and WPSTL. The study used cross sectionaldesign.The result of the research shows that WPSTL always offer condom usage 51,6 andWPSL 40,3.
Multivariate analysis found that variables associated with offering condom useon WPSL are work of customer, number of customer, consuming alcohol drug before sex,condom availability, and information media about condom. While on WPSTL, among others,number of customer, knowledge of HIV AIDS and prevention, contact with outreachworkers and the availability of condoms.It is recommended to increase the availability of condoms in the location of sexualtransactions and promotive and preventive efforts on WPS with approaches adapted to thecharacteristics of WPS.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T51529
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Eri
"ABSTRAK
Saat ini transmisi seksual merupakan faktor utama penyebaran penyakit HIV-AIDS di Indonesia. Wanita Pekerja Seks (WPS) merupakan bagian yang berkontribusi didalamnya. Wanita Pekerja Seks Langsung adalah wanita yang memberikan layanan seksual yang tujuan utama transaksinya mempertukarkan pelayanan seksual dengan uang. Wanita Pekerja Seks Tidak Langsung adalah wanita yang memberikan layanan seksual tapi bukan merupakan sumber utama pendapatan, pelayanan yang diberikan dapat memberikan penghasilan tambahan.
Program promosi pemakaian kondom pada hubungan seksual berisiko telah dilakukan oleh pemerintah untuk memutus mata rantai penularan. Namun hingga saat ini konsistensi pemakaian kondom pada WPS masih rendah.
Penelitian ini menggunakan data hasil Survey Terpadu Biologi dan Perilaku (STBP) 2013 dengan memilih 2714 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Tujuan penelitian ini untuk membandingkan karakteristik, perilaku pemakaian kondom dan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemakaian kondom. Penelitian menggunakan desain cross sectional.
Hasil penelitian ditemukan bahwa konsistensi pemakaian kondom pada WPSL 37,7% dan WPSTL sebesar 35.6%, konsistensi untuk semua WPS sebesar 36.9%. WPSL cenderung lebih tua, pendidikan lebih rendah, lebih banyak yang berstatus cerai, lebih lama menjadi WPS, lebih dini memulai hubungan seks, lebih banyak memiliki riwayat IMS, lebih merasa berisiko, lebih terpapar program, lebh banyak yang punya kondom dan jumlah pelanggan yang lebih banyak dibandingkan WPSTL.
Faktor yang berhubungan dengan konsistensi pemakaian kondom pada WPSL adalah status perkawinan, riwayat IMS, keterpaparan program, dan kepemilikan kondom. Faktor yang berhubungan dengan konsistensi pemakaian kondom pada WPSTL adalah status perkawinan, riwayat IMS, pengetahuan HIV, keterpaparan program, kepemilikan kondom dan jumlah pelanggan. Disarankan untuk meningkatkan upaya promotif dan preventif pada WPS dengan pendekatan yang disesuaikan dengan karakteristik WPS.

ABSTRACT
Sexual transmission is currently a major factor spread of HIV-AIDS in Indonesia. Female Sex Workers (FSW) is a contributing part in it. Direct female sex workers are women who provide sexual services whose main purpose transaction exchange sexual services for money. Indirect female sex workers are women who provide sexual services but is not a major source of income, the service to provide additional income. Program promotion of condom use in risky sexual intercourse has been done by the government to break the chain of transmission. But until now the consistency of condom use in the FWS is still low.
This study uses data from the Integrated Biological and Behavioural Survey (IBBS) 2013 by choosing the 2714 respondents who meet the inclusion and exclusion criteria. The purpose of this study was to compare the characteristics, behavior condom use and determine the factors associated with condom use. The study used cross sectional design.
Results of the study found that consistent condom use in direct FSW and indirect FSW amounted to 37.7% and 35.6%, for all WPS consistency of 36.9%. WPSL tend to be older, lower education, more are divorced, longer be WPS, more had a history of STIs, it was risky, more exposed to the program, more who had condoms and the number of customers more compared indirect FSW.
Factors associated of condom use on direct FWS is the marital status, history of STDs, exposure program, and possession of condoms. Factors associated of condom on indirect FWS is marital status, history of STIs, HIV knowledge, exposure program, have condoms and number of customers. We suggested to increase promotive and preventive efforts on FWS with the approach adapted to the characteristics of the FSW.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T44790
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Dona
"Salah satu tujuan Millennium Developments Goals adalah memerangi HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya.Pengetahuan tentang HIV AIDS merupakan salah upaya untuk mencegah penularan HIV di kalangan WPS dan mempengaruhi perilaku pemakaian kondom. Selain itu faktor sosial demografi dikalangan WPS juga mempengaruhi dalam pemakaian kondom.Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan karakteristik dan pengetahuan tentang HIV/AIDS pada Wanita Penjaja Seks Langsung (WPSL) terhadap perilaku mewajibkan pemakaian kondom pada pelanggan. Desain penelitian adalah cross sectional dengan jumlah sampel 120 WPSL diambil secara simpel random sampling.
Hasil analisis statistik diperoleh WPSL yang konsisten mewajibkan pemakaian kondom pada pelanggan sebesar 35%.Analisis bivariat diperoleh variabel status kawin (OR=3,7 95% CI = 1,6-8,8) dan pengetahuan tentang HIV/AIDS (OR=2,6 95% CI= 1,2-5,6) mempunyai hubungan bermakna secara statistik dengan perilaku mewajibkan pemakaian kondom pada pelanggan. Berdasarkan hasil temuan, maka di sarankan untuk meningkatkan kegiatan penyuluhan kesehatan dilokalisasi dalam rangka mencegah penularan HIV/AIDS.

One of the goals of Millennium Developments Goals is to combat HIV/AIDS and other infectious diseases. Knowledge about HIV AIDS can prevent HIV transmission among FSWs and influence condom use behavior. In addition, the social demographic factors among Female Sex Workers (FSWs) also affect the use of condoms. This research to knowRelationship Characteristic and Knowledge About HIV/AIDS in Direct FSWs behavior in have to used condom to clients.The study design was cross sectional with 120 sample of Direct FSWs with simple random sampling.
Result by statistical analysis find that Direct FSWs requires consistent use of condoms to clients that 35%. Bivariat analysis find that variable marital status (OR=3,7 95% CI = 1,6-8,8) and knowledge about HIV/AIDS (OR=2,6 95% CI= 1,2-5,6) had statistically significant between behavior in have to the use of condoms to clients.Based on this finding, it is recommended to increase the health promotion activities to increase condom used in localization to prevent HIV/AIDS transmision.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hubaybah
"Tesis ini membahas tentang PMTS (Program Pencegahan HIV-AIDS melalui Transmisi Seksual), merupakan program pencegahan HIV-AIDS yang dicetuskan oleh Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN), bertujuan untuk melakukan pencegahan HIV secara komprehensif, integratif dan efektif pada populasi kunci yang salah satunya adalah WPS. Untuk mencapai tujuan tersebut kegiatan yang dilakukan adalah peningkatan peran positif pemangku kepentingan (pembentukan Pokja Lokasi, pembuatan peraturan lokal lokasi, penyusunan program kerja), komunikasi perubahan perilaku (pengelolaan pendidik sebaya, kader lokasi, pengadaan dan pendistribusian media KIE, penyuluhan, VCT mobile), manajemen pasokan kondom dan pelicin (perumusan rantai pasok kondom dan pelicin, pembentukan outlet kondom dan pelicin), penatalaksanaan IMS dan HIV-AIDS. Koordinasi yang belum maksimal, kurangnya dana, sarana dan prasarana menjadi penyebab utama belum tercapainya tujuan program PMTS ini, ditandai dengan tidak berjalannya Pokja Lokasi yang telah dibentuk. Pokja Lokasi merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam menjalankan seluruh kegiatan, sehingga saran dari peneltian ini adalah meningkatkan koordinasi dari KPAK dengan LSM, SKPD, Pokja Lokasi dalam bentuk pertemuan rutin, mengalokasikan dana rutin untuk Pokja Lokasi dan keseluruhan kegiatan, serta menyediakan sarana dana prasarana untuk menunjang kegiatan ini

The focus of this study is PMTS (HIV-AIDS Prevention Program through Sexual Transmission) is a program of HIV-AIDS prevention which was initiated by the National AIDS Commission (KPAN), its aim is to do HIV prevention comprehensively, interactively and effectively on the key population which is female sex workers. The activity that is being done to achieve these objectives is to increase the positive role of thepeople in charge (establishment of Location Working Unit, location rule making, preparation of working programs), behavior changes communication (management of peer educators, location cadres, procurement and distribution of KIE media, counseling, mobile VCT), management of the supply of condoms and lubricants (formulation of condoms and lubricants supply, formulation of condoms and lubricants outlets), treatment of STIs and HIV-AIDS. Lack of coordination, lack of funds, facilities and infrastructure have become the reason whythe goal PMTS program cannot be achieved yet, marked with dysfunctional Location Working Unit. Location Working Unit is one key to success that can run the entire activities, so the suggestions of this research are to improve the coordination of KPAK with LSM/NGO, SKPD, Location Working in a form of routine meetings, to allocate the routine funds for Location Working Unit and the entire activities, as well as providing facilities and infrastructure to support the activities"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A. An Haryono
"ABSTRAK
Perilaku seksual beresiko merupakan perilaku yang dapat menyebabkan penularan penyakit melalui hubungan seksual seperti HIV. Lelaki Seks Lelaki LSL merupakan satu kelompok yang beresiko penularan HIV. Faktor dukungan sebaya atau kelompok yang didapatkan oleh LSL mempengaruhi hidup dari LSL tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa antara dukungan sebaya dan perilaku seksual beresiko pada LSL di Kota Medan. Pada penelitian ini menggunakan metode crossectional dengan metode pengumpulan data purposive sampling dengan jumlah responden penelitian 180. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner perilaku seksual dan peer group caring interaction scele PGCIS. Uji Analisa untuk mencari hubungan antara dukungan sebaya dan perilaku seksual beresiko digunakan metode Chi Square. Hasil dari penelitian ini yang dilakukan Analisa dengan perhitungan chi square didapatka nilai P value adalah 0,000007. Nilai P value 0,000007 yang lebih kecil dari nilai alpha 0.05 dapat diartikan bahwa terdapat hubungan antara dukungan sebaya terhadap perilaku beresiko.

ABSTRACT
Risk sexual behavior is a behavior that can lead to the transmission of sexually transmitted diseases such as HIV. Men Sex Male MSM is a group that is at risk of HIV transmission. Peer support factors or groups obtained by MSM affect the life of the MSM. The purpose of this study was to analyze between peer support and risky sexual behavior in MSM in Medan City. In this study using crossectional method with data collection method purposive sampling with the number of respondents research 180. Questionnaire used is the questionnaire sexual behavior and peer group caring interaction scele PGCIS. Test Analysis to find the relationship between peer support and sexual behavior at risk used Chi Square method. The result of this research is Analyze with chi square calculation got P value value is 0,000007. P value value 0,000007 which is smaller than alpha value 0.05 can be interpreted that there is relationship between peer support to behavior at risk."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Sibuea
"Buku Harian Penggunaan Kondom merupakan media Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) dengan sasaran WPS, berupa catatan harian penggunaan kondom dalam bentuk penempelan stiker, bertujuan mengevaluasi perilaku penggunaan kondom dan memotivasi WPS untuk menggunakan kondom secara konsisten. Pengembangan model buku harian di Jakarta Selatan menunjukan belum semua WPS memanfaatkan buku harian secara berkelanjutan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data wawancara mendalam dan observasi, ditujukan untuk memperoleh informasi yang mendalam tentang karakteristik sosiodemografi, personal dan eksternal yang melatarbelakangi perilaku WPS dalam pemanfaatan buku harian. Ketergantungan WPS terhadap dukungan rekan seprofesi dan pengawasan dari LSM menggambarkan swa efikasi (self- efficacy) yang rendah terhadap pemanfaatan buku harian. Buku harian lebih optimal jika diterapkan dengan menggunakan strategi promosi kesehatan secara simultan yang meliputi: advokasi, bina suasana, pemberdayaan masyarakat dan kemitraan dan ditindaklanjuti dengan pengawasan.

"Buku Harian Penggunaan Kondom" is a daily record of condom ue targeting to the Female Sex Workers (FSW). The purpose of this Information, Education and Communication (IEC) Media is to evaluate and motivate the FSW to use condom consistently by sticking sticker in the diary. The objective of this study was to obtain data on socio demography, personal and external factors underlying the use of the "Buku Harian Penggunaan Kondom? by the FSW. This study This study used qualitative methods by using in-depth interview and observation techniques. The result showed that low self-efficacy on the use of the "Buku Harian Penggunaan Kondom" among FSW depended on peer support and NGO's supervision. The recomendation was made to the Center of Health Promotion, Ministry of Health to strengthen the implementation of Buku Harian Penggunaan Kondom by full range of Health Promotion stragegies such as advocacy, community development, community empowerment and partnership simultaneously and also accompanied by supervision.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T42479
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khumaidi
"

Abstrak

Latar Belakang: Wanita pekerja seks merupakan salah satu populasi kunci penularan human immunodeficiency virus (HIV)  melalui jalur hubungan seksual. Salah satu faktor yang menjadikan  pekerja seks sebagai populasi kunci penularan HIV adalah perilaku seksual berisiko. Perilaku seksual berisiko pada wanita pekerja seks dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah negosiasi penggunaan kondom dan konsumsi alkohol.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan antara negosiasi penggunaan kondom dan konsusmis alkohol terhadap perilaku seksual berisiko HIV pada wanita pekerja di Kupang.

Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan teknik purposive sampling dengan melibatkan 125 wanita pekerja seks. Penelitian ini menggunakan tiga instrumen yakni : safe sexual behavior questionaire (SSBQ), condom influence strategy questionaire (CISQ) dan the alcohol use disorders identification test (AUDIT).

Hasil: Terdapat hubungan yang signifikan antara negosiasi penggunaan kondom dan perilaku seksual berisiko (p-value : 0,003) dan konsumsi alkohol dengan perilaku seksual berisiko (p value : 0,037).

Kesimpulan: Negosiasi penggunaan kondom dan konsumsi alkohol  berdampak  pada perilaku seksual berisiko HIV.  Upaya untuk meningkatkan  kemampuan negosiasi penggunaan kondom melalui pelatihan komunikasi efektif  dengan melibatkan teman sebaya perlu ditingkatkan. Intervensi untuk menurunkan konsumsi alkohol juga diperlukan.

Kata kunci: konsumsi alkohol, negosiasi penggunaan kondom, perilaku seksual berisiko, wanita pekerja seks


Abstract

Background : Female sex worker is one of the key populations of transmission human immunodeficiency virus (HIV) through sexual intercourse. One of the factors that make sex workers as the key population of HIV transmission is risky sexual behavior. Risky sexual behavior in female sex workers is influenced by several factors including negotiation of condom use and alcohol consumption.

Objective : The study aimed to determine the relationship between condom negotiation, alcohol comsumption and HIV risk sexual behavior among female sex worker in Kupang .

Method : Cross-sectional was used in this study. Purposive sampling technique involving 125 female sex workers. This study utilized theree instruments: safe sexual behavior questionaire (SSBQ), condom influence strategy questionaire (CISQ) and the alcohol use disorders identification test (AUDIT).

Results : There was a significant relationship between condom negotiation and risky sexual behavior (p-value : 0,003) and alcohol use and risky sexual behavior (p-value : 0,037).

Conclusion : Negotiation of condom use and alcohol consumption affect to HIV risk sexual behavior. Efforts to improve the ability to negotiate condom use through effective communication training involving peers need to be improved. Interventions to reduce alcohol consumption are also needed

Keywords: alcohol consumption, condom negotiation, female sex worker, risky sexual behavior

"
2019
T53070
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Febri Lestari
"Gonore masih menjadi salah satu Infeksi Menular Seksual (IMS) terbanyak di seluruh dunia. Pada tahun 2020 diperkirakan terjadi 82 juta infeksi baru gonore .Prevalensi Gonore dan IMS lainnya tinggi pada populasi berisiko seperti pada Wanita Pekerja Seks (WPS). Menurut hasil Survei Terpadu Biologis dan Perilaku tahun 2018-2019 diketahui sebanyak 11,4% WPS terinfeksi gonore. Penggunaan kondom secara konsisten terbukti mengurangi risiko IMS, namun demikian prevalensi penggunaan kondom pada kelompok WPS masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konsistensi penggunaan kondom oleh semua pasangan WPS dengan status infeksi gonore pada WPS di 6 Kabupaten/Kota. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional yang dilakukan pada bulai Mei-Juni 2023 dengan menggunakan data STBP 2018/2019. Sampel penelitian ini sebanyak 1.026 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Peneliti melakukan analisis univariat, analisis bivariat dengan uji chi square dan analisis multivariat dengan uji cox regression. Hasil penelitian didapatkan bahwa responden yang semua pasangannya tidak konsisten menggunakan kondom berisiko 1,42 kali untuk terinfeksi gonore dibandingkan responden yang pasangannya konsisten menggunakan kondom setelah dikontrol umur, status perkawinan, tingkat pendidikan, lokasi menjual seks, ketersediaan kondom dan konsumsi alkohol (PR=1,42;95%CI=0,98-2,08;p value=0,07). Disarankan agar pemberlakuan peraturan daerah terkait kewajiban penggunaan kondom di tempat hiburan dan lokalisasi ditegakkan dengan melibatkan tokoh masyarakat setempat dalam pelaksanaannya.

Gonorrhea is still one of the most sexually transmitted infections (STIs) worldwide. WHO estimate 82 million new infections of gonorrhea occured in 2020. According to the results of the Integrated Biological and Behavioral Survei (STBP) 2018/2019, it was found that 11.4% of FSW were infected with gonorrhea. Consistency of condom use has been shown to reduce the risk of STIs, however, the prevalence of condom use in the FSW group is still low. This study aims to determine the relationship between the consistency of condom use by FSW’s partners and the status of gonorrhea infection in FSW in 6 districts/cities. This study used a cross-sectional study design which was conducted from May to June 2023 using STBP 2018/2019 data. The sample for this study was 1,026 respondents who met the inclusion and exclusion criteria. This study conducted univariate analysis, bivariate analysis with the chi square test and multivariate analysis with the Cox regression test. The results showed that respondents whose partners did not consistently used condoms had a 1.42 times risk of getting infected with gonorrhea compared to respondents whose partners consistently use condoms after adjusted by age, marital status, education level, location of selling sex, availability of condoms and alcohol consumption (PR:1.42, 95%CI:0.98-2.08, p value:0.07). It is suggested that regional regulations related to the obligation to use condoms in entertainment venues and localization be enforced by involving community leaders in their implementation."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>