Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 173980 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dinda Derdameisya
"ABSTRAKk
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi terjadinya dismenorea pada remaja perempuan usia sekolah menengah umum (SMU) di indonesia serta hubungannya dengan karakteristik menstruasi dan pengaruhnya terhadap proses belajar.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang, dilaksanakan pada bulan November 2013, bertempat di tiga sekolah menengah atas di Jakarta, yaitu SMU 6, SMU 68, dan SMU 70. Remaja perempuan di ketiga sekolah tersebut diminta mengisi kuesioner yang dibagikan terkait dengan nyeri haid. Data dari kuesioner tersebut kemudian dianalisis dengan uji statistik.
Hasil: Dari ketiga sekolah tersebut didapatkan 110 kuesioner yang terisi dengan lengkap. Subjek memiliki median usia 15 tahun dan sebagian besar berada di kelas 1 SMA. Proporsi dismenorea didapatkan sebesar 65,5%. Usia menarche didapatkan lebih tinggi pada subjek yang tidak menderita dismenorea (p = 0,039).
Dismenorea tampak mengganggu proses belajar secara bermakna, terutama terkait kehadiran (p = 0,026), aktivitas (p = 0,049), dan konsentrasi (p < 0,001). Nilai rapor terakhir sebagai faktor keluaran tidak dipengaruhi oleh kejadian dismenorea primer pada remaja perempuan.
Kesimpulan: Dismenorea mengganggu proses belajar secara bermakna sehingga diperlukan edukasi dan tatalaksana farmakologis sedini mungkin agar tidak
menurunkan kualitas hidup pelajar remaja wanita.

ABSTRAK
Objective: This study was aimed to assess the prevalence of dysmenorrhea in female teenagers of high school age in Indonesia and its relation with menstrual characteristic as well as study process.
Methods: This study used cross sectional design, were conducted on November 2013 in three different high schools: SMU 6, SMU 68, and SMU 70. Female students were asked to answer given questionnaires about menstrual pain. Data
were collected and further analyzed using statistical analysis.
Results: Out of the three high schools, there were 110 questionnaires which were fully answered. Subjects had median age of 15 years old and most of them were in the first grade. Dismnenorrhea proportion were found 65.5%. Menarche age was found higher in subjects who didn’t suffer from dysmenorrheae (p = 0.039). Study process was disturbed by dysmenorrheae significantly, especially associated with
absence (p = 0.026), activity (p = 0,049), and concentration (p < 0.001). Final report score was not affected by primary dismenorrehae in the female students.
Conclusion: Dysmenorrheae disturbed study process significantly so that education and pharmacology treatment are to be given as soon as possible in order to prevent decreased quality of life of female students"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Derdameisya Soedibjo
"Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi terjadinya dismenorea pada remaja perempuan usia sekolah menengah umum (SMU) di indonesia serta hubungannya dengan karakteristik menstruasi dan pengaruhnya terhadap proses belajar.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang, dilaksanakan pada bulan November 2013, bertempat di tiga sekolah menengah atas di Jakarta, yaitu SMU 6, SMU 68, dan SMU 70. Remaja perempuan di ketiga sekolah tersebut diminta mengisi kuesioner yang dibagikan terkait dengan nyeri haid. Data dari kuesioner tersebut kemudian dianalisis dengan uji statistik.
Hasil: Dari ketiga sekolah tersebut didapatkan 110 kuesioner yang terisi dengan lengkap. Subjek memiliki median usia 15 tahun dan sebagian besar berada di kelas 1 SMA. Proporsi dismenorea didapatkan sebesar 65,5%. Usia menarche didapatkan lebih tinggi pada subjek yang tidak menderita dismenorea (p = 0,039). Dismenorea tampak mengganggu proses belajar secara bermakna, terutama terkait kehadiran (p = 0,026), aktivitas (p = 0,049), dan konsentrasi (p < 0,001). Nilai rapor terakhir sebagai faktor keluaran tidak dipengaruhi oleh kejadian dismenorea primer pada remaja perempuan.
Kesimpulan: Dismenorea mengganggu proses belajar secara bermakna sehingga diperlukan edukasi dan tatalaksana farmakologis sedini mungkin agar tidak menurunkan kualitas hidup pelajar remaja wanita.

Objective: This study was aimed to assess the prevalence of dysmenorrhea in female teenagers of high school age in Indonesia and its relation with menstrual characteristic as well as study process.
Methods: This study used cross sectional design, were conducted on November 2013 in three different high schools: SMU 6, SMU 68, and SMU 70. Female students were asked to answer given questionnaires about menstrual pain. Data were collected and further analyzed using statistical analysis.
Results: Out of the three high schools, there were 110 questionnaires which were fully answered. Subjects had median age of 15 years old and most of them were in the first grade. Dismnenorrhea proportion were found 65.5%. Menarche age was found higher in subjects who didn’t suffer from dysmenorrheae (p = 0.039). Study process was disturbed by dysmenorrheae significantly, especially associated with absence (p = 0.026), activity (p = 0,049), and concentration (p < 0.001). Final report score was not affected by primary dismenorrehae in the female students.
Conclusion: Dysmenorrheae disturbed study process significantly so that education and pharmacology treatment are to be given as soon as possible in order to prevent decreased quality of life of female students.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Islah Akhlaqunnissa Jihadi
"Masa pubertas dialami oleh semua remaja. Pengetahuan dan sikap remaja memengaruhi perilaku remaja menghadapi masa pubertas. Penelitian ini dibuat dengan tujuan memberikan gambaran tingkat pengetahuan dan sikap remaja mengenai perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas di SMP Taruna Bhakti Depok. Desain penelitian ini menggunakan desain deskriptif sederhana dengan metode penelitian analisis univariat. Jumlah sampel 96 orang dengan teknik pengambilan sampel secara Cluster. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden memiliki pengetahuan dan sikap baik terhadap perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas. Peneliti merekomendasikan untuk memfasilitasi remaja melakukan aktifitas yang dapat membantu remaja berperilaku sesuai dengan pengetahuan dan sikap baik yang telah dimiliki.

Puberty is experienced by all adolescents. Knowledge and attitudes affect the behavior of adolescent facing puberty. This research aimed to provide an overview of the level of knowledge and attitudes of adolescents regarding physical and psychosocial changes at puberty in Taruna Bhakti Middle School. This research design used simple descriptive with univariate analysis research methods. The total sample was 96 chosen by Cluster sampling. The results showed that majority of the respondents have good knowledge and attitudes towards physical and psychosocial changes at puberty. Researcher recommended to facilitate adolescents perform activities that help teens behave in line with good knowledge and attitudes that have been owned."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S46527
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Purbani Widya Mahati
"Masa remaja suatu tahap dalam perkembangan manusia, merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yang diawali dengan pubertas. Pubertas ditandai dengan perubahan besar pada biologis yang menjadikan remaja makhluk seksual dan mampu bereproduksi. Pada remaja pria, perubahan yang terjadi adalah peristiwa ejakulasi pertama (spermarche) dan juga perubahan seks sekunder, seperti kumis, suara yang menjadi lebih besar dan dalam, rambut di kemaluan, wajah, dan ketiak, kulit berminyak, dan sebagainya.
Pubertas merupakan periode yang singkat, namun bagi sebagian orang dianggap sebagai periode yang sulit bagi remaja dan mempengaruhi keadaan fisik dan psikologis remaja di masa selanjutnya. Sehingga membutuhkan penyesuaian diri yang baik. Di Indonesia, pentingnya pemberian pendidikan seks pada remaja masih dipengaruhi mitos tradisional yaitu dapat meningkatkan perilaku seksual. Sedangkan Kuther (2000), menyatakan persiapan secara psikologis yang diberikan pada remaja sebelum mereka memasuki masa pubertas menentukan sikap dan perasaan mereka terhadap peristiwa yang teijadi pada masa tersebut. Selain itu, ketika kita membicarakan pubertas, anak perempuan cenderung untuk memperoleh perhatian yang lebih besar. Ini terlihat dari penelitian ataupun pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan pubertas remaja pria yang hampir tidak ada tidak ada.
Oleh karena itu, agar dapat memberikan informasi sebagai persiapan memasuki pubertas yang tepat dan sesuai kebutuhan remaja, perlu diketahui perasaan dan harapan yang timbul pada mereka saat memasuki pubertas. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai perasaan dan harapan remaja pria yang timbul saat mereka memasuki pubertas. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan menggunakan metode wawancara. Subyek penelitian adalah remaja pria yang telah memasuki usia pubertas dalam kurun waktu hingga dua tahun, sehingga diharapkan mereka telah mengalami spermarche dan perubahan seks sekunder. Selain itu subyek mendapat pendidikan seks, sebelum ataupun setelah memasuki pubertas. Pada umumnya, selain terjadi perubahan biologis dan fisik, terjadi juga perubahan psikologis, yaitu sikap dan perilaku yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar mereka (Sprinthall, 1995). Selain itu perubahan tersebut juga dipengaruhi oleh perasaan yang timbul dalam diri mereka mengenai peristiwa yang dialami saat memasuki pubertas, seperti perasaan yang positif, negatif, ataupun gabungan dari kedua perasaan tersebut. Setelah memasuki pubertas, dalam diri mereka juga timbul harapan, yang merupakan keinginan untuk mencapai tujuan atau keadaan tertentu.
Hasil penelitian ini secara umum, meskipun subyek telah mendapat pendidikan seks, pengetahuan mereka tentang seksualitas remaja kurang. Subyek juga merasa kurang dipersiapkan sebelum memasuki pubertas. Perasaan yang timbul terhadap spermarche pada setengah jumlah subyek adalah perasaan negatif berupa perasaan takut, bingung, dan cemas. Sedangkan pada sebagian subyek lainnya adalah perasaan positif, karena tanda mulai dewasa. Subyek merasakan adanya perubahan sikap dan perilaku setelah memasuki pubertas. Pada umumnya perubahan sikap dan perilaku yang terjadi timbul karena dipengaruhi oleh perubahan perlakuan yang diterima subyek dari lingkungan sekitar mereka. Subyek juga tidak merasa terganggu dengan keadaan mereka yang early atau late maturers, seperti yang dikemukakan dalam beberapa literatur, berdasarkan penelitian yang dilakukan pada remaja pria di luar Indonesia. Harapan yang dikemukakan oleh sebagian besar subyek lebih berorientasi pada diri sendiri dan lingkungan terdekat mereka seperti keluarga, teman dan sekolah.
Dari penelitian yang dilakukan, penulis menyarankan untuk memberikan pendidikan seks pada remaja pria, sebelum mereka memasuki pubertas sesuai dengan tingkat perkembangannya. Pemberian penyuluhan pada orangtua dan pendidik dalam memberikan pendidikan seks pada remaja pria juga disarankan agar mereka mengetahui pentingnya pendidikan seks dan dapat memberikan informasi sesuai yang dibutuhkan remaja. Untuk penelitian lebih lanjut disarankan untuk melihat perasaan dan harapan orangtua saat anak memasuki pubertas dan persiapan mereka menghadapi pubertas anak. Penelitian juga dapat diperluas dengan membandingkan remaja pria dari tingkat sosial ekonomi yang berbeda, serta meneliti cara remaja pria mengatasi dorongan seks yang timbul dan perilaku seksnya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S3071
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sianturi, Yenny
"Dewasa ini anak perempuan cenderung mendapat menstruasi pada usia yang lebih muda. Dengan semakin dininya mendapat menstruasi akan memberi konsekuensi menyiapkan mereka tentang pengetahuan yang adekuat terkait dengan menstruasi dan implikasinya juga harus lebih dini.
Banyak faktor yang dianggap berhubungan dengan pengetahuan tentang menstruasi pada siswi kelas IV, V dan VI SD yang pada umumnya usianya antara 9 - 13 tahun dan sedang berada pada tahap usia sekolah dan masa remaja awal yang memiliki tahap berpikir operasional konkrit dan operasional formal. Faktor tersebut diantaranya adalah dari dirinya yaitu usia dan paparan informasi dari keluarga dan lingkungan.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai faktor apa saja yang berhubungan secara bermakna dan faktor yang paling bermakna terhadap pengetahuan tentang menstruasi pada siswi kelas IV, V dan VI SDN di Keeamatan Cakung Kotamadya Jakarta Timur.
Disain penelitian ini adalah potong lintang (cross sectional) dengan populasi adalah siswi kelas IV, V dan VI dari 88 SDN. Sampel diambil dengan metoda gugus bertahap dan acak sederhana dengan besar sampel 441, dihitung menggunakan rumus estimasi proporsi. Pengumpulan data dengan cara survey dengan menggunakan kuesioner. Analisis statistik menggunakan Chi-Square dan Multiple Regressi Logistic.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa pengetahuan tentang menstruasi masih rendah yakni hanya 45,1% responden yang memiliki pengetahuan baik (di atas atau sama dengan nilai rata-rata). Faktor yang berhubungan secara signifikan pada a = 0,05 adalah usia anak, pendidikan ibu dan keterpaparan informasi dan faktor yang paling dominan adalah pendidikan ibu dengan Odd Ratio : 3,847.
Berdasarkan hasil penelitian ini perlu adanya pendidikan seksualitas terutama menyangkut menstruasi dengan segala implikasinya dilakukan secara tepat dan komprehensif baik oleh orang tua maupun oleh pendidik.

The Relation Factors with Menstruation Concerning at 4,5,and 6`h Class Female Student Country Elementary School in Cakung District, Municipality of East Jakarta, 2000-2001's Academic Year At the present time, girls usually get menstruation at the age of early teenage. The earlier menstruation they have the early preparation of adequate information about menstruation and implication of it should be delivered.
There are many factors that assumed having relation in menstruation knowledge to the 4, 5,and 6th class female student of elementary school generally in age ranch between 9-13 years old where they were in the school and in first adolescent era whom which have the concrete and formal thinking phase. One of factors upon mentioned is their-own-self, namely age and explanation of the information from their family and environment.
This research purposed to obtain the information concerning what the related significant factors, and what the most significant factors can be used in menstruation knowledge for the 4,5, and 6th class female student of Country Elementary School in Cakung District, East Jakarta Municipality.
This research design is cross sectional by the sample are 4,5,61 female student population from 88 Country Elementary Schools. The sample has taken through cluster in stage and simply random methods with used the 441 samples, and has accounted by the proportion estimate formula in used. Data collection did in survey manner with use the questioner. Whereas, for the Statistic analyzing has been accounted by the formula of Chi-Square and Multiple Regression Logistic.
The study results is to expression that the menstruation knowledge is still lower than expected, where only 45,1 % of the respondents who having good knowledge in this context (upper and or equal than average point). The factor which related significantly on cx = 0,05 are daughter years old, mother educational, transparency of the information, and the most dominant variable, is the mother educational which is shown on Odd Ratio = 3,847.
Based on this study feels needed an sexuality education primarily concerning in menstruation included all of its implication, which have to in accurate and comprehensive handling, both by the parents and the educators.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T8265
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meinarisa
"ABSTRAK
Angka kematian dan kecacatan pada wanita karena gangguan sistem reproduksi semakin meningkat. Penyakit infeksi disistem reproduksi dapat disebabkan karena kebersihan yang kurang dari wanita saat menstruasi. Tujuan penelitian ini adalah melihat pengaruh Pendidikan kesehatan Menstrual Hygiene PMH terhadap sikap remaja putri dalam menjaga kebersihan selama menstruasi. Penelitian ini adalah penelitian quasi-experiment dengan pre-test and post-test with control group. Sejumlah 98 remaja putri di Sekolah Menengah Pertama SMP berpartisipasi dalam penelitian, 48 orang pada kelompok intervensi diberikan PMH melalui ceramah, demostrasi langsung menggunakan phantom dan pemberian booklet serta pengisian self-report selama menstruasi. Kuesioner yang digunakan adalah Adolescent Menstrual Attitude Questionnaire untuk mengukur sikap remaja putri. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh PMH terhadap sikap remaja putri dalam menjaga kebersihan diri selama menstruasi p=0,001 95 CI 223,38 ndash; 234,17 . PMH meningkatkan sikap remaja putri dan membantu remaja untuk memahami kebersihan diri selama menstruasi. Penelitian ini merekomendasikan PMH digunakan oleh perawat dalam penyuluhan kesehatan di Unit Kesehatan Sekolah UKS.

ABSTRACT
WHO reported that the women mortality and morbidity due to reproductive system disorders increased in last decade. One of the cause the reproductive tract infection is unhygiene during menstruation. The research rsquo s goal is to measure the effectiveness Menstrual Hygiene Education MHE toward the adolescent girls rsquo attitude during menstrual period. This research design is a quasi experiment with pre test and post test with control group. 98 adolescent girls from junior high school has participated in this research, 48 respondents in intervention group have been given the MHE packages including lectures, direct demonstration using phantom, booklet and self report during menstruation. The questionnaire that used is Adolescent Menstrual Attitude Questionnaire. The results showed that MHE there was influence of adolescent girls rsquo attitude in monitoring personal hygiene during menstruation p 0,001 95 CI 223,38 ndash 234,17 . MHE improved the attitude and helps the adolescents girls to understand personal hygiene during menstruation. This research recommend MHE can to be used by nurses for health education in schools."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T49093
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Mulyanti
"Kesehatan reproduksi mencakup area yang luas, tcrmasuk diantaranya pemeliharaan kesehatan seseorang dimasa remaja. Keiompok remaja mcnjadii perhatian, karena kelompok ini merupakan kelompok yang bcsar jumlahnya dan rentan serta mempunyai resiko gangguan tcrhadap kesehatan rcproduksi. Pada pubertas, khususnya pada wanita terdapat perubahan yang ditandai dengan datangnya menstruasi. Perisliwa haid sclaiu berpengaruh terhadap psikologis, yang perlu diperhatikan adalah yang terkait dengan pemeliharaan kebersihan pada saat menstruasi, karena bila hal ini Iidak diperhatikan akan berakibat tumbuhnya mikroorganismc sehingga menyebabkan gangguan pada alat reproduksi, yang pada akhirnya akan mengurangi kualitas hidup seseorang.
Tujuan penelilian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara faktor perdisposisi (umur, pengetahuan, sikap dan kepercayaan) faklor pemungkin (keterpaparan terhadap media massa dan pendidikan ibu) dan faktor penguat (informasi dari lingkungan sosial dengan praktek pemeliharaan kebersihan pada saat menstruasi). Penelitian ini menggunakan rancangan non eksoerimental, dimana data diperoleh secata potong lintang (cross sectional) target populasi pada penelitian ini adalah siswi kelas 1 SLTP N l Kabupaten Purwakana yang telah mengalami menstruasi. Jumlah responden pada pdnelitian ini 64 orang, dan pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Data kemudian diolah dengan bantuan komputer, dianalisa secara slatistik dengan teknik analisis bivariat Chi Square dam multivariat regresi logistik.
Dari hasil analisis diketahui bahwa praklek pemeliharaan kebersihan yang baik pada responden SLTP N I sangat rendah (25%) Dengan menggunakan anaiisis bivariat, variabel yang terbukli mempunyai hubungan bermakna secara statistik terhadap praktek pemeliharaan kebersihan menstruasi yaitu variabel pengelahuan, sikap, dan umur, sedangkan variabel lain diketahui secara statistik tidak ada hubungan yang bermakna dengan praktek pemeliharaan kebersihan menstruasi adalah keterpaparan terhadap media masa pendidikan ibu dan keecrcayaan. Dari model regresi logislik diketahui tenyaia variabel yang paling berhubungan adalah sikap yang dinyatakan dengan nilai Odds Rasio lerbesar yailu 4,9342 dengan 95% CI.
Sebagai saran untuk tindak lanjut, maka upaya yang sebaiknya dilakukan adalah pengembangan program penyuluhan kesehatan, terutama program pembinaan kesehatan keluarga yang terkait dengan kesehatan reproduksi, khususnya dalam praktek pemeliharaan kebersihan pada saat menstruasi baik meialui media massa maupun lingkungan sosial seperli orang ma, guru sena pemgas kesehatan dan untuk menghasilkan penelilian yang Iebih representatif periu pcnelitian lebih lanjut dengan sampel yang mewakili popuiasi, desain yang berbeda dan variabel lain seperli status ekonomi dan kelompok usia yang berbeda dan lain-lain.

Reproductive health covers such large an area, where one of the components is the adolescent reproductive health. The adolescence had became a main issue because of its magnitude and risk towards reproductive health problems. During the puberty, especially to the adolescent girl, menstruation is a remarkable change, and it needs attention. The practice of the menstrual hygiene is important, because if it may cause problem in the reproductive organnand may end the decrease ofthe quality of life.
The purpose of this research is to find out whether there is relationship between some variables named as predisposing factors (age, knowledge and attitude), enabling factors (exposure with mass media and education of motherand exposure to social environment) with practice of menstrual hygiene among the junior high school students. The research was carried out in one junior high school of Purwakarta, a district in west Java, 2001. This research was non-experimental, using cross sectional method in collecting data. Population target were first year female student in a public junior high school of Purwakarta a distric in west Java. The numbers of respondents in this study were 64 people, and data were by using questionnaires collected. The data was then processed by the help of computer and statically analyzed using the Chi square technique (bivariat : 95 % Cl), and finally double logistic regression multivariat).
The result showed that most of the respondent did not have a good's practice of menstrual hygiene (25%), Using hivnriut analysis mentioning 2 variables, were related the menstrual hygiene practice were l-cnovvlctlge and attitude. Other variables such as age, exposure with mass medians. mother's education. exposure to social environment did not provide significant relation with the practice of menstrual hygiene. Further analysis using double logistic regression simultaneously showed that attitude (P=0.0l78) and exposure to social environment (l?=-'0.036l) were statically significance. Also statically approved that from those two variables, attitude was the most dominant variable related with the practice of menstrual hygiene, because it had the biggest odds ratio (OR 4,9342 ; 95 % C.l). compared with other variables. Interaction test canied out for there three variables did not eoniimt the existence of interaction resulting the model as the last accepted definitive model.
Recognizing the factors related with the practice of menstrual hygiene, this research suggested that the authority who is responsible for improving reproductive health of women to develop health education programmed, especially that related with practice of menstrual hygiene of adolescent girls. For parents and teachers to be able and to provide information as early as possible to the adolescent girl's when they were in their puberty about menstruation, and especially about the practice of menstrual hygiene. To attain more representative conclusion it is recommended to carry out further studies using samples that represent the whole population, different designs and involving many other relevant variables, such as socio economic, cultural and varies age group.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T4586
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Purnamawati
"Pengetahuan kesehatan reproduksi termasuk pengetahuan tentang pubertas dan menstruasi pada siswi sekolah dasar masih rendah. Pengetahuan tentang menstruasi merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi perilaku personal higiene saat menstruasi. Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yag berhubungan dengan pengetahuan tentang menstruasi. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dan pengambilan sampel dengan teknik Total Sa~11pling, yaitu 276 siswi kelas IV, V, dan VI. Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang menstruasi rendah dengan faktor intrinsik (siswi berumur <11 tahun memiliki peluang 2.195 kali lebih besar dibandingkan dengan siswi berumur ~ 11 tahun, siswi kelas IV berpeluang 4.870 kali lebih besar daripada siswi kelas VI) serta faktor ekstrinsik (siswi yang kurang terpapar informasi berpeluang 1,966 kali lebih besar dibandingkan dengan siswi yang cukup terpapar informasi, siswi yang menyatakan bahwa guru tidak berperan berpeluang 2,069 kali lebih besar dibandingkan dengan siswi yang menyatakan bahwa guru berperan dan siswi yang menyatakan bahwa ternan sebaya tidak berperan berpeluang 3,097 kali lebih besar dibandingkan dengan siswi yang menyatakan bahwa ternan sebaya berperan). Penelitian ini menyarankan bahwa pihak sekolah bekerja sama dengan Puskesmas Mustika Jaya yaitu melalui kegiatan UKS untuk melakukan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi secara optimal.

Reproductive health knowledge, including knowledge about puberty and menstruation in elementary school students is low. Knowledge of menstruation is one of the elements that influence the behavior of personal hygiene during menstruation. The study aims to determine the factors associated with knowledge yag about menstruation. This study used a cross-sectional design and sampling with total sampline; technique, namely 276 grade IV, V, and VI. The results of chi-square test showed that there was a significant relationship between knowledge about menstruation low with intrinsic factors (girls aged < 11 years had chances 2,195 times larger than the female students aged ?: 11 years and fourth-grade student 4,870 times greater chance than grader VI) and ekstrinsic factors (students who are less exposed to information likely to 1,966 times greater than the student who is quite exposed to information, student stating that the teacher is not likely to play a role 2,069 times greater than the student who stated that the role of teachers and students who stated that peers play a role not likely to 3,097 times greater than the student who stated that peers play a role). This study suggests that the school in collaboration with Puskesmas Mustika Jaya namely through UKS to do counseling about reproductive health optimally."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S58037
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irmatri Ariyani
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran aspek biologi, psikologi, dan sosial yang mempengaruhi hgiene menstruasi pada remaja di pesantren putri Asyafi?iyah Bekasi. Dengan menggunakan desain potong lintang dengan total sampel sebanyak 86 responden, hasilnya menunjukkan usia menarche rata-rata 12 tahun, dengan lama menstruasi rata-rata 7 hari dan siklusnya kadang tidak teratur. Sebanyak 47,7% responden pengetahuannya masih rendah sehingga tidak mengherankan jika hanya 37,2% berperilaku higiene menstruasi baik. Secara psikologis, hampir setengah responden bereaksi negatif saat menarche (53,3%) dan sikap terhadap higiene menstruasinya pun negatif (58,1%), walaupun sumber informasi utama adalah ibu. Kondisi lingkungan di pesantren menunjukkan masih minimnya fasilitas pendidikan, sarana kebersihan dan kesehatan, sehingga akses informasi kurang dapat dimanfaatkan dengan baik. Kepercayaan dan ketentuan Islam tidak berdampak negatif pada perilaku higiene menstruasi mereka. Disarankan agar pemberian informasi mengenai higiene menstruasi sebaiknya dilakukan sedini mungkin dan berkesinambungan, serta didukung oleh ketersediaan sarana kebersihan dan kesehatan yang memadai."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dheta Wiranti Sari
"Perubahan fisik terkait pubertas terutama menstruasi akan menuntut seorang remaja untuk melakukan perawatan diri yang adekuat. Perawatan diri yang tepat saat menstruasi perlu dibiasakan sejak dini, karena perilaku yang tidak tepat dapat meningkatkan risiko terhadap infeksi pada area genital. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku perawatan diri remaja saat menstruasi. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif. Penelitian ini menggunakan pengambilan sampel dengan teknik consecutive sampling pada 90 orang siswi di SMK N 2 Depok. Hasilnya, sebagian besar (43,3%) siswi mengalami menstruasi pertama pada usia 13 tahun. Selain itu, sebagian besar (56,7%) siswi sudah memiliki perawatan diri saat menstruasi yang tepat. Disarankan bagi perawat anak dan komunitas agar dapat meningkatkan sosialisasi kepada siswi dan sekolah mengenai pentingnya perawatan diri yang tepat saat menstruasi.

Physical changes related to puberty especially menstruation will demand an adolescent to do an adequate self care. Adequate self care during menstruation needs to be socialized since early age, because an inappropriate behavior will increase risk of infection in genital area. The purpose of this research is to describe about adolescent self care during menstruation period. Type of this research is quantitatif research with descriptive design. This research use purposive sampling technique to 90 students in SMK N 2 Depok. The result showed that most of (43,3%) students attained menarche at 13 years old. Besides, most of (56,7%) students has appropriate menstrual self care. The recommendation for nurses is to increase the socialitation for students and school about the importances of appropriate self care during menstruation period
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S56474
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>