Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 113301 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Citra Musthafa Arkhi
"ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian arkeologi terhadap kepurbakalaan bangunan klasik di kawasan kepurbakalaan Muarajambi, Jambi yang memiliki latar kegamaan Buddha dan juga berhubungan dengan sejarah perkembangan ajaran Buddha di Nusantara pada abad ke- 7 hingga abad ke- 13 M. Tujuan utama dari penelitian ini adalah menemukan hubungan bentuk bangunan dan penataan ruang dari kepurbakalaan Bangunan Gedong I Muarajambi. Berdasarkan temuan penelitian diketahui bahwa terjadi pembagian hirarkis dalam penataan bangunan dan ruang area dalam kompleks.

ABSTRACT
This study is an Archaeology study on Indonesia Ancient Building in Muarajambi Archaeological Site, Jambi. The Site itself has been being identified containing many Buddhist remaining artifact which has lead the late study to development of Buddha religion in Sumatra on 7th – 13th Century. The Focus of this study is about identification of form and space of Gedong I Archaeological Building Complex. The Study discover there are Hirearchy on Buildings and areas inside the complex which comes from existence of separating wall in the inner hall"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S56998
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosy Putri Dwi Jayanti
"Kawasan Percandian Muarajambi merupakan situs arkeologi tinggalan dari masa Kerajaan Melayu Kuno dan Sriwijaya yang terluas dan terlama masa berfungsinya, tidak hanya di Sumatera tetapi juga di Indonesia. Di Kawasan ini, selain bangunan monumental juga banyak ditemukan fragmen keramik baik yang berbahan tembikar, stoneware, maupun porselen. Keberadaan fragmen keramik terutama tembikar masih tidak terlalu diperhatikan baik dalam survei dan ekskavasi arkeologi, padahal fragmen tembikar dapat digunakan untuk memberikan informasi mengenai teknologi masyarakat pembuatnya, serta kegiatan dan kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat yang menggunakannya. Daerah antara Candi Astano dan Candi Kembarbatu di Kawasan Percandian Muarajambi merupakan daerah yang diindikasikan sebagai bekas hunian oleh beberapa peneliti. Di daerah ini ditemukan fragmen tembikar dalam berbagai ukuran, baik di permukaan maupun di bawah tanah. Berdasarkan identifikasi dan analisis khusus terhadap bentuk, teknologi pembuatan dan ornamen yang ada, diketahui bahwa fragmen tembikar tersebut merupakan wadah-wadah perkakas yang diperuntukkan untuk menunjang kebutuhan sehari-hari. Hal ini memperkuat pendapat bahwa daerah diantara Candi Astano dan Kembarbatu merupakan daerah bekas hunian di masa lalu.

Muarajambi Temple Compound is an archaeological site remnants of the era of Ancient Melayu Kingdom and Sriwijaya which were the widest and longest period of functioning, not only in Sumatra but also in Indonesia. In this area, besides monumental buildings, there are also many ceramic fragments found such as pottery, stoneware, and porcelain. The existence of ceramic fragments, especially pottery, is still not given much attention both in surveys and archeological excavations, even though pottery fragments can be used to provide information about technology of the community that made it, as well as the activities and habits of the people who used it. The area between Astano Temple and Kembarbatu Temple in Muarajambi Temple Compound were an area indicated as a former residence by several researchers. In this area pottery fragments were found in various sizes, both on the surface and underground. Based on the identification and special analysis of the existing forms, manufacturing technology and ornaments, it is known that the pottery fragments are household vessels intended to support daily needs. This reinforces the opinion that the area between Astano and Kembarbatu Temples were a former residential area in the past."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Anto Sudharyanto
"Masjid merupakan salah satu bukti peninggalan arkeologi Islam yang menandakan suatu tempat memeluk agama Islam. Masjid Kaliwulu terletak di Desa Kaliwulu, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon. Masjid Kaliwulu memiliki keunikan yaitu terdapat bangunan pawestren sendiri dan memiliki tiang yang bercabang tiga pada ruang utama. Bedasarkan nilai arkeologi bangunan Masjid Kaliwulu merupakan masjid kuno sesuai dengan ciri-ciri masjid kuno yang telah disampaikan oleh Pijper. Kekunoan ini terlihat pada denah masjid, pondasi, mihrab, atap, dan tembok keliling pada Masjid Kaliwulu. Berdasarkan hasil perbandingan dengan Masjid Agung Sang Cipta Rasa dan Masjid Panjunan, Masjid Kaliwulu memiliki gaya bangunan yang hampir sama dengan Masjid Panjunan dan bisa jadi Masjid Kaliwulu dibangun pada periode yang sama dengan Masjid Panjunan.

A mosque is one of the evidence of the Islamic archaeology artifact that indicates some people in an area are Moslems. Kaliwulu Mosque is located in Kaliwulu village, Weru subdistrict, Cirebon district. This mosque has a uniquness, it is the pawestren room and three-branched pillars in the main room. Kaliwulu Mosque is an ancient mosque based on Pijper?s characteristics. The antiquites are proved in groun paln, foundation, mihrab, roof, and wall that surround the Kaliwulu mosque. Based on the comparation with The Great Mosque of Sang Cipta Rasa and Panjunan mosque, Kaliwulu mosque has similar architectural style with Panjunan mosque and it can be a verdict that Kaliwulu mosque was built in the same era with Panjunan mosque."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S53349
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Esykha Wulan Pertiwi
"ABSTRAK
“Benteng Sembilan” merupakan salah satu bangunan militer tinggalan Belanda dari
periode abad ke-20 yang belum diidentifikasi lebih lanjut mengenai bentuk dan
fungsinya dalam aktivitas militer masa lalu. Identifikasi bentuk dan fungsi diperlukan
guna mengetahui peranan bangunan ini terutama dalam peristiwa Agresi Militer
Belanda di wilayah Jakarta Timur serta menjadi satu pembuktian bagi peristiwa
bersejarah tersebut. Penelitian ini diawali dengan pendeskripsian yang kemudian
dilanjutkan analisis khusus dan analisis perbandingan dengan dua bangunan
pertahanan lain yang serupa. Penelitian ini menghasilkan interpretasi bahwa bangunan
ini merupakan bangunan gudang amunisi dan senjata serta diduga dahulu digunakan
dalam peristiwa Agresi Militer Belanda di sekitar daerah Cakung, Jakarta Timur.

ABSTRACT
“Benteng Sembilan” is one of Dutch’s military defense building which it form and
function in past military activities has not been identified yet. Form and function
identification is needed to recognize the building’s role in Dutch Military Agression
in North Jakarta and also to prove the building as features of the historical event. The
research was began with description method and continued by specific analysis and
comparative analysis with another two similar defense building. This research
produced an interpretation that the building was an ammunition and weapon storage
and probably used in Dutch Military Agression in Cakung, North Jakarta."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S54265
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shintya Chairunnisa
"[Skripsi ini untuk melakukan upaya rekonstruksi bentuk Candi Gunungsari berdasarkan komponen bangunan yang masih tersisa, serta menelisik lebih jauh tentang batu silinder sebagai keistimewaan Candi Gunungsari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan bentuk awal Candi Gunungsari, serta mengungkapkan kehadiran batu silinder berdasarkan konsep keagamaan. Metode penelitian yang digunakan menggunakan metode yang ditawarkan oleh Sharer & Ashmore, meliputi tujuh tahap penelitian, yaitu formulasi, implementasi, pengumpulan data, pemrosesan data, analisis, interpretasi dan publikasi. Pada tahap analisis menggunakan analisis khusus dan analisis kontekstual. Sedangkan pada tahap interpretasi, dilakukan analogi dengan candi atau tinggalan arkeologis lain yang berasal dari periode sejaman. Hasil dari penelitian ini adalah Candi Gunungsari memiliki bentuk seperti candi-candi periode klasik tua, yang berdasarkan paleografi pada inskripsi berasal dari sekitar paruh pertama abad ke-8. Lebih lanjut terungkapkan bahwa kehadiran batu silinder memiliki peranan penting karena berdasarkan penataannya memiliki dua model, yaitu model terpusat yang terinspirasi dari penataan vastupurusamandala, dan model menyebar yang terinspirasi dari penataan Candi Prambanan halaman kesatu. Penataan seperti Candi Prambanan ini menghasilkan kesimpulan bahwa Candi Gunungsari diduga merupakan konsep awal pembangunan Candi Prambanan atau disebut dengan ?Proto Penataan Candi Prambanan?.;This study is to reconstructing effort for the form of Candi Gunungsari based building components remaining, and probe further about as distinctive cylindrical stone of Candi Gunungsari. The purpose of this study was to reveal the initial form of Candi Gunungsari, as well as revealing the presence of cylindrical stone based on religious concepts. This study uses Sharer & Ashmore's research method that consists of seven stages, which are formulation, implementation, data gathering, data processing, analysis, interpretation and publication. On the analysis stage, specialized analysis, contextual analysis, and paleography analysis are used to the inscription. While on the interpretation stage, comparison with other candi or archaeological remains, which are from the same period of time as Candi Gunungsari, is used. Results from this study is that Candi Gunungsari has a shape like the temples of old classic period, which is based on inscriptions paleography from around the first half of the 8th century. Furthermore is revealed that the presence of the stone cylinder has an important role since it is based on the arrangement has two models that are centralized model of structuring vastupurusamandala inspired and spread model that inspired the arrangement first yard of Prambanan. This arrangement like Candi Prambanan lead to the conclusion that possibility Candi Gunungsari is the initial concept development of Candi Prambanan or is called 'Proto Prambanan Arrangement'., This study is to reconstructing effort for the form of Candi Gunungsari based building components remaining, and probe further about as distinctive cylindrical stone of Candi Gunungsari. The purpose of this study was to reveal the initial form of Candi Gunungsari, as well as revealing the presence of cylindrical stone based on religious concepts. This study uses Sharer & Ashmore's research method that consists of seven stages, which are formulation, implementation, data gathering, data processing, analysis, interpretation and publication. On the analysis stage, specialized analysis, contextual analysis, and paleography analysis are used to the inscription. While on the interpretation stage, comparison with other candi or archaeological remains, which are from the same period of time as Candi Gunungsari, is used. Results from this study is that Candi Gunungsari has a shape like the temples of old classic period, which is based on inscriptions paleography from around the first half of the 8th century. Furthermore is revealed that the presence of the stone cylinder has an important role since it is based on the arrangement has two models that are centralized model of structuring vastupurusamandala inspired and spread model that inspired the arrangement first yard of Prambanan. This arrangement like Candi Prambanan lead to the conclusion that possibility Candi Gunungsari is the initial concept development of Candi Prambanan or is called 'Proto Prambanan Arrangement'.]"
[, ], 2015
S62260
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nainunis Aulia Izza
"ABSTRAK
Tesis ini membahas mengenai konsepsi religi yang melatari perbedaan bentuk kepurbakalaan di kaki, lereng, dan puncak Gunung Wajak. Kepurbakalaan utama yang dibahas pada tesis ini antara lain adalah candi-candi di kaki Gunung Wajak, yaitu Candi Gayatri, Candi Sanggrahan, Candi Mirigambar, dan Candi Ampel. Selanjutnya adalah gua-gua di lereng Gunung Wajak, yaitu Gua Tritis, Gua Selomangleng Tulungagung, dan Gua Pasir serta Candi Dadi yang ada di Puncak Gunung Wajak. Selain 8 kepurbakalaan yang telah disebutkan, guna melakukan analisis konteks dan memertajam analisis, maka pembahasan juga dilakukan pada kepurbakalaan lain di sekitar Gunung Wajak. Kepurbakalan di kaki, lereng, dan puncak Gunung Wajak seluruhnya adalah bangunan suci yang digunakan pada masa Kerajaan Majapahit abad ke-14 dan 15 dan sebagian dibangun pada kronologi yang panjang, yaitu sejak masa Kerajaan Ka?iri Abad ke-12 dan 13 sampai Kerajaan Majapahit. Untuk itu dalam tesis ini turut dibahas mengenai keadaan politik dan keagamaan pada masa Kerajaan Ka?iri dan Majapahit serta menyinggung mengenai keadaan politik dan keagamaan masa Kerajaan Singhas?ri. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori religi dari Spiro, khususnya yang berkaitan dengan praktek religi Spiro, 1977: 85-120 . Kepurbakalan di kaki, lereng, dan puncak Gunung Wajak memiliki kemiripan dengan kepurbakalaan sejenis di gunung-gunung lain. Untuk memecahkan masalah konsepsi religi, maka dalam penelitian ini turut dibahas kepurbakalaan di Gunung Arjuno dan Ringgit, Gunung Lawu,Gunung Penanggungan,Gunung Wilis, Gunung Klothok, Gunung Pegat, dan Gunung Kelud serta kepurbakalaan di gunung peninggalan masa klasik tua. Kepurbakalaan yang ada di gunung lain ini digunakan sebagai pembanding karakteristik bentuk dan peletakkan kepurbakalaan di Gunung Wajak. Pembahasan mengenai konsep religi yang melatari perbedaan bentuk bangunan di Gunung Wajak menghasilkan 3 poin. Pertama, kepurbakalaan di kaki gunung wajak berbentuk candi didasari oleh aspek kebutuhan dan fungsinya sebagai bangunan suci yang bersifat publik. Kedua, kepurbakalaan di lereng Gunung Wajak seluruhnya berbentuk gua karena sesuai dengan kebutuhan dan fungsinya sebagai bangunan pendukung praktek religi yang bersifat semi publik. Ketiga, Candi Dadi di puncak Gunung Wajak memiliki bentuk sedemikian rupa didasarkan pada kebutuhan masyarakat penggunanya dan fungsinya sebagai tempat pelaksanaan puncak praktek religi yang bersifat eksklusif. Kata kunci:Candi, Gua, Gunung Wajak, Ka?iri, Majapahit.

ABSTRACT
This thesis discusses the religious conception that became a backdrop to the different shapes of archaeological remains on the foot, slope, and peak of Wajak Mountain. The main archaeological remains looked closely in this theses include such temples located on the foot of Wajak Mountain as Gayatri, Sanggrahan, Mirigambar, and Ampel Temples, caves situated on the slope of the mountain that consist of Tritis, Selomangleng Tulungagung, and Pasir caves, and a temple on the crest of the mountain, Dadi Temple. In order to do some contextual analysis and deepen it, the thesis attempts to discuss other archaeological remains discovered around Wajak Mountain.The archaeological remains on the foot, slope, and peak of Wajak Mountain are sacred structures that were in operation during the era of Majapahit Kingdom 14th to 15th centuries CE some of which were built before Majapahit era, dating back to Ka iri Kingdom 12th to 13th centures CE up to the brink of Majapahit rule. Therefore, this thesis incorporates the discussion on the state of political and religious affairs during the periods of Ka iri and Majapahit Kingdoms and touches upon some aspect of the politico religious affairs during the reign of Singhas ri Kingdom. The theory employed in this research is the theory of religion mdash especially the part that scrutinizes religious practices put forward by Spiro Spiro, 1977 85 120 .The archaeological remains on the foot, slope, and peak of Wajak Mountain share some similarities with those discovered on other mountains. To make sense of the said religious conception, this thesis also discusses the archaeological remains on the mountains of Arjuno and Ringgit, Lawu, Penanggungan, Wilis, Klothok, Pegat, and Kelud, as well as archaeological remains on the mountains of classical period. The archaeological remains on other mountains are juxtaposed with those on Wajak Mountain in order to understand the religious conception that influenced the shaping and positioning of the remains on Wajak Mountain.The analysis of religious conception that formed the backbone of such various shapes of sacred structures on Wajak Mountain tells three important points. First of all, the archaeological remains in the forms of temples on the foot of the mountain were once built on the basis of the people rsquo s needs and functioned as sacred structures that were meant for public use. Second, the archaeological remains in the forms of caves on the slope of the mountain were built to function as complementary structures to accommodate religious practices. These caves were set to be semi public. Third, located on the peak of the mountain, Dadi Temple took its form to accommodate the religious practices and function as the place where the highest and exclusive religious practices were held. Keywords Cave, Ka iri, Majapahit, Temple, Wajak Mountain."
2017
T48905
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elsan Muhammad
"ABSTRAK
Situs kepurbakalaan Ratu Boko memiliki kondisi lingkungan yang terbatas, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, masyarakat pada masa lalu yang tinggal di atasnya harus mengupayakan sesuatu. Dengan pendekatan environmental possibilism, penelitian ini menjelaskan bahwa dengan kondisi lingkungan yang terbatas, kebudayaan manusia dapat mengatasi lingkungan dan memanfaatkan sumber daya alam yang ada dengan baik. Berdasarkan materi kebudayaan yang ditinggalkan, pemanfaatan sumber daya alam yang dilakukan di antaranya adalah meratakan bukit, mendirikan bangunan sesuai karakter satuan batuan, menampung air hujan, memanfaatkan air rekahan, memanfaatkan air sungai, memanfaatkan batu andesit Kali Opak, memanfaatkan batu putih dan batuan induk, dan membuat sawah di wilayah subur sekitar bukit Boko.

ABSTRACT
Environmental conditions of Ratu Boko is limited that the people who lived there in the past must have done something to fulfill their needs. With environmental possibilism approach, this research shows that even though environmental conditions are limited, human culture can cope with that and utilizing the resources wisely as well as intelligently. Regarding the material culture remains, it is obvious that the natural resources being utilized were in the form of flattening the hill land surface with cut-and-fill technique, so people could live on it, using of rocks that are available around, rain water collecting by making water ponds as reservoirs, utilizing andesite rocks from Opak River, and making the fertile area around Boko hill as rice fields. "
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S57010
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bell Arminus Tyas Mardiko
"This study is determine the story engraved on Candi Kesiman Tengah?s relief and explain the style of depiction and position of the reliefs. The repeated Relief depictions in each side associated with the concept of Vastupurusamandala that often used in the construction of a temple. The purpose of this research is find out religiousity and religious concepts which is existing within the Majapahit. Results of this study is to know the myths or stories in relief that is connected with its
positioning, and some other relief function which shows the position the gods at the temple which is used by the religionist as a medium in carrying out their religious activities.

Penelitian ini untuk mengetahui cerita yang dipahatkan pada relief Candi Kesiman Tengah serta menjelaskan gaya penggambaran dan keletakan relief. Penggambaran relief yang berulang di setiap sisinya dikaitkan dengan konsep vastupurusamandala yang sering digunakan dalam pembangunan sebuah candi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengungkapkan nafas keagamaan serta konsep keagamaan yang
berkembang di lingkungan Majapahit. Hasil dari penelitian ini adalah dengan mengetahui mitos atau cerita pada relief dan dihubungkan dengan keletakannya maka terdapat fungsi relief lainnya yaitu menunjukkan keletakan para dewa pada sebuah candi yang digunakan sebagai media kaum agamawan dalam melaksanakan kegiatan keagamaan."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S60577
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nita Lestari
"Skripsi ini membahas mengenai mata uang emas yang dikeluarkan oleh Kesultanan Samudra Pasai dan Aceh Darusalam. Data utama berupa mata uang emas didapatkan dari koleksi milik Museum Bank Indonesia yang dikaji menggunakan kajian Numismatik dan Arkeologis. Penelitian ini memfokuskan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada mata uang tersebut, baik hiasan, ukuran, bentuk, mutu, berat, dan isi tulisan. Dalam melakukan penelitian ini dilakukan beberapa tahapan sebagai metode penelitian, yakni meliputi pengumpulan data, deskripsi, analisis, dan diakhiri dengan kesimpulan.

The gold currency of Samudra Pasai and Aceh Darusalam Sultanate is the base of this research. The gold currency as the main data of this research are taken from Bank Indonesia Museum‟s collection and studied by numismatic and archaeological study. This research are focusing on the transformation of the gold currency itself, particularly the ornament, size, shape, quality, weight and the inscription. Some stages as the research‟s method are done to make this research, which are collecting data, description, analyzing the data, and ended with a conclusion.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S56567
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
London: Seminar Press, 1973
913.031 02 ARC
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>