Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 133013 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siregar, Shahwardhana Iskandar
"Eksperimen flame lift-up dilakukan pada Bunsen burner berdiameter luar 30 mm dengan modifikasi tambahan nozzle 12 mm, rotating swirl fan, dan bluff body yang berbentuk ring dari stainless steel. Diameter ring yang dipakai dalam eksperimen adalah 12 mm. Posisi ring ke Bunsen burner divariasikan dalam tiga posisi, yaitu 10, 15, dan 20 mm. Bahan bakar yang digunakan adalah gas LPG dengan komposisi propana 50 % dan butana 50%. Eksperimen ini dilakukan pada tiga variasi flowrate fuel dengan range 0.0033 – 0.0050 L/s. Pengambilan data dilakukan dengan merekam fenomena dalam ruangan gelap menggunakan kamera digital Panasonic Lumix DMC-F2 dengan spesifikasi video 30 fps dan kualitas gambar 848 x 480 pixel. Parameter yang diukur adalah stabilitas api dan panjang nyala api lift-up (Lf). Hasil Eksperimen menunjukkan bahwa luasan kurva kestabilan lift-up pada Fuidge diagram sedikit menurun dengan bertambahnya nilai swirl number. Panjang nyala api lift-up bertambah seiring dengan penambahan burning load dan berkurang ketika jarak ring semakin menjauh dari nozzle. Nyala api pun semakin sulit untuk lift-up dan nyala stabil di atas ring ketika nilai swirl number ditingkatkan.

Flame lift-up experiments is performed on the Bunsen burner with outer diameter of 30 mm with addition modification of a 12 mm nozzle, a rotating swirl fan, and a ring-shaped bluff body of stainless steel. The diameter of the ring used in the experiment is 12 mm. The distance of the ring to the Bunsen burner is varied in three positions, namely 10, 15, and 20 mm. LPG gas is used as fuel, with a composition of 50% propane and 50% butane. The experiments are done on three variations of the fuel flowrate with range 0.0033 - 0.0050 L/s. Data are collected by recording the phenomenon in a dark room using a digital camera Panasonic Lumix DMC-F2 with 30 fps video specification and picture quality of 848 x 480 pixels. Parameters measured are flame stability and lift-up flame height. Experimental results show that the area of the lift-up stability curve on the diagram Fuidge value slightly decreases with the increasing of swirl number. The length of the flame lift-up increases with the addition of burning load and decreases as the distance further away from the nozzle ring. Flame become more difficult to lift-up and stable on the ring when the value of swirl number is increased.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57162
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridho Ernandi
"Stabilitas nyala api merupakan salah satu aspek penting dari teknik pembakaran yang memiliki aplikasi yang sangat luas, baik dari segi kebermanfaatan energi maupun keselamatan dari kebakaran. Penggunaan dari daerah stabilitas nyala api terlihat dari kemampuan untuk mengatur letak pembakaran, tinggi nyala sesuai dengan konsumsi udara yang dibutuhkan. Upaya kajian teoritis untuk meningkatkan luas stabilitas nyala api terus ditingkatkan. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan luas stabilitas nyala api pada penggunaan bahan bakar LPG dengan cara penambahan “swirl flow” (aliran pusar) saat pencampuran udara dan bahan bakar pada nyala api premix. Swirl flow dihasilkan oleh rotating fan mixer dan dikuantifikasikan dengan bilangan tak berdimensi swirl number sesuia dengan peningkatan putaran. Variasi swirl number yang digunakan adalah 0, 0.44, 0.86, 1.28, 1.69, 2.06, 2.17. Laju aliran LPG divariasikan pada 300 cc, 350 cc,400 cc, 450 cc, 500 cc, 550cc, 600 cc. Pada penelitian ini, menganalisis pengaruh swilr number terhadap peningkatan luas stabilitas nyala api berdasarkan grafik fuidge (AFR vs BL). Grafik fuidge dianalisis kontur dari nyala api yellow tip dan blow off untuk menentukkan daerah stabilitas nyala api. Ternyata pengaruh peningkatan swirl number juga meningkatkan homogenitas campuran udara dan bahan bakar semakin baik dengan bukti penurunan ketinggain panjang api. Hasil penelitian ini menunjukkan luas stabilitas nyala api meningkat seiring dengan peningkatan Swirl Number. Hasil penelitian menunjukkan dengan peningkatan swirl number, luasan stabilitas nyala api meningkat sebesar 7.09 %, 16.67 %, 27%.50 %, 29.41 %, 41,43 % dan 57.65 % seiring dengan peningkatan swirl number.
Flame stability is one important aspect of the combustion technique has a very wide application, both in terms of usefulness and safety of fire energy. The use of a visible flame stability regions of the ability to adjust the combustion, flame height in accordance with the required air consumption. Efforts to improve the broad theoretical study flame stability improved. This study was conducted to improve flame stability in wide use LPG fuel by adding "swirl flow" (flow navel) when mixing air and fuel in premix flame. Swirl flow generated by the fan rotating mixer and quantified with a dimensionless number swirl number matching with increase in rotation. Variations number of swirl used is 0, 0.44, 0.86, 1.28, 1.69, 2.06, 2.17. LPG flow rate was varied at 300 cc, 350 cc, 400 cc, 450 cc, 500 cc, 550cc, 600 cc. In this study, to analyze the effect of the increase in number swilr wider flame stability based on graph fuidge (AFR vs. BL). Graph fuidge analyzed contours of yellow flame tip and blow off the area to menentukkan flame stability. It turns out that the effect of the increase in swirl number also increases the homogeneity of the mixture of air and fuel is getting better with the evidence of a decrease in length of fire taller. The results of this study showed extensive flame stability increases with increasing Swirl Number. The results showed with the increase in swirl number, size flame stability increased by 7:09%, 16.67%, 27%, 50%, 29.41%, 41.43% and 57.65% with increasing swirl number."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54613
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asryan Abrar Ramadhian
"Penelitian berikut ini bertujuan untuk mengamati fenomena flashback flame yang terjadi pada pembakaran rendah bahan bakar. Bahan bakar yang digunakan berupa LPG produk swasta, dan proses pembakaran yang terjadi pada Bunsen burner yang telah dilengkapi rotating fan. Tabung burner dibuat dari bahan pyrex untuk mengamati kecepatan nyala flashback. Penelitian difokuskan terhadap variasi rasio udara-bahan bakar dan variasi putaran rotating fan serta variasi diameter burner. Hasil penelitian menunjukan bahwa laju rambat nyala flashback akan cepat terjadi pada diameter burner 15 mm dibandingkan dengan diameter 20 mm dan 25 mm. Adanya putaran rotating fan memperlambat kecepatan nyala flashback dan memperbesar nilai rasio udara bahan bakar pada setiap diameter barrel.

This research intent to observe flame-flashback phenomenon on lean-fuel combustion. As primary fuel was used LPG and Bunsen burner who completed with rotating fan mixer. Burner tube was made from pyrex to observe and analyze flame-flashback velocity. Else, this experiment was conduct on variation of burner diameter and variation of rotation from rotating fan mixer. As the result, speed of flame flashback would be occurred on burner diameter of 15 mm than burner diameter 20 mm and 15 mm. Rotation of rotating fan mixer would be reduce flashback speed and also increasing the value of Air Fuel Ratio at each barrel.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T42220
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hari Rahmat Hidayat
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S37513
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noris Subekti
"Pengaruh variasi putaran terhadap stabilitas nyala api premix campuran udara dengan gas Hycool HCR 22 diteliti menggunakan bunsen bumer dengan menggunakan Roraling Fan Mixer (RPM). Dengan variabel bebas adalah laju aliran udara., fenomena yang diambil adalah fenomcna Yellow Tip, Flashback dan LQ? Off Perhitungan AFR, luas daera stabilitas nyala (AT), burning load, serta burning velocity juga didapatkan dengan perhitungan tempeatur campuran belum terbakar (Tu), temperatur ignition (Ti) dan Temperatur nyala api (Tr). Dari grafik luas daerah stabilitas nyala diperoleh untuk A BL konstan didapat nilai luas stabilitas optimum pada BL; = 6 MW/m2 dan BL; = 8 MW/m2 yajtu sebesar 20.958 m2 pada putaran 1400 rpm. Dengan meningkatkan putaran RFM secara signifikan didapatkan bahwa kencepatan nyala api cenderung naik. Hal ini disebabkan kecepatan putar dari RFM tersebut ikut memperbesar kecepatan campuran udara-bahan bakar yang keluar tabung pembakar (Vu). Dengan semakin besamya Vu otomatis akan ikut memperbesar SL.

The influence of rotation of variation to air mixture premix flame stability with Hycool HCR 22 gas is investigated with Bunsen Burner by using Rotating Fan Maker (RFM). With free variable is air flow, the phenomenon taken are Yellow Tar, Flashback and LM Off The calculation of AFR, flame stability area (Ay, burning load and burning velocity are obtained with the calculation from unburned mixture Temperature (Tu), ignition temperature (Tig) and flame temperature (Tj. From the flame stability area, it is obtained that for A BL constant, the optimum stability area value is achieved for BL; = 6 MW/m2 and BL; == 8 MW/rn? that is equal to 20. 958 m2 at rotation of 1400 rpm. By increasing the rotation of RFM significantly, it is obtained that burning velocity tends to go up. This is caused that rotation of RFM also increasing air-fuel mixtured that leave the tube (Vu). The increasing of V., will also enlarge SL automatically."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S37524
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggariawan Adi Prabowo
"Gas burner merupakan salah satu proses akhir dari tahapan gasifikasi yang berfungsi untuk mencampur bahan bakar dengan udara atau oksidator yang digunakan untuk membentuk nyala api pembakaran. Bahan bakar yang digunakan adalah gas dari pembakaran tidak sempurna bahan-bahan seperti sekam padi, batok kelapa, batu bara dll yang disebut syngas. Belum banyak yang meneliti mengenai karaktersitik api yang dihasilkan. Selain itu, api yang dihasilkan dari burner yang ada juga belum merata ke seluruh bagian dari ruang bakar.
Salah satu cara untuk membantu penyebaran api adalah dengan memperkecil diameter dari inlet bahan bakar dengan beberapa variasi nilai swirl vane mulai dari 6, 8, dan 10. Nantinya akan dilihat karakteristik dari nyala api apabila kita mengecilkan diameter inlet bahan bakarnya dengan variasi jumlah swirlnya, apakah nantinya akan lebih baik atau tidak. Ada beberapa parameter yang perlu diasumsikan agar simulasi berjalan lancar, antara lain adalah fraksi massa dari syngas, bahan bakar yang digunakan adalah batok kelapa, fraksi massanya adalah N2 57,97%. CO 15,19%, H2 5,45%, dan CH4 3,09%. Dengan kecepatan syngas adalah 1,5 m/s dan kecepatan udara tangensialnya adalah 3 m/s. Temperatur syngas sendiri adalah 473,15 K dan temperatur udara tangensialnya 300,15 K.
Metodologi penelitian yang dilakukan antara lain memodelkan gas burner menggunakan persamaan pengatur dalam mensimulasikan aliran fluida gas dan pembakaran, dilakukan optimasi meshing dan penentuan kondisi batas. Di simulasi ini menggunakan metoda Computational Fluid Dynamics.
Hasil simulasi menunjukan bahwa dengan semakin kecilnya jumlah vane pada swirl maka akan semakin besar nilai turbulen kinetic energy pada masing-masing burner tersebut, hal ini akan mempengaruhi besarnya zona resirkulasi internal dari aliran yang ada. Zona resirkulasi internal ini akan mempengaruhi kualitas pembakaran yang ada. Sementara variasi jumlah swirl vane tidak banyak mempengaruhi temperatur yang dihasilkan dari ketiga jenis gas burner yang dihasilkan.

Gas burner is the end of process of gassification phase that its purpose is to mix fuel with air and other ocsidator to form burning flame. Fuel which used in this simulation comes from uncomplete burned reaction from material such as coal, farm waste, garbage, wheat waste and other material to form a synthetic gas which use as a fuel for this process. There are no many research to see flame characteristic that produce in gas burner, meanwhile flame that produce in this gas burner not spreadly well all over the burner.
One method to overcome this problem is using variation of the swirl vane number between 6, 8, and 10 and decrease the diameter of fuel inlet diameter. With simulation, we shall see the effect of using variation of swirl blade number and decreasing of gas burner inlet fuel diameter, is it good enough or not. In order to complete the simulation, there are a little assumption to make. First, fuel taht used in this simulation comes from coconut waste with mass fraction is N2 57,97%. CO 15,19%, H2 5,45%, dan CH4 3,09%. The velocity of synthetic gas throug the inlet fuel is 1,5 m/s otherwise the velocity of secondary air through gas burner is 3 m/s. Temperature synthetic gas is 473,15 K and temperatur of secondary air is 300,15 K.
Methodology of research include modeling of the gas burner using it,s governing equations to simulate fluid flow and combustion gases, afterwards do the meshing optimizing and defining the boundary conditions. In this simulation using Computational Fluid Dynamics method.
The simulation result shows that decreasing the amount of the swirl vane will effect to the greater value of the turbulent kinetic energy of the flow in each burner, this will affect in the internal recirculation zone of the flow and the quality of mixing between fuel and air in gas burner. Meanwhile by varying amount of the swirl vane doesn't affect to temperature generated from the three type of gas burners produced.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S50912
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T38829
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Baiqunni Mohammad Irvan
"Gas burner merupakan salah satu proses akhir dari tahapan gasifikasi yang berfungsi untuk mencampur bahan bakar dengan udara atau oksidator yang digunakan untuk membentuk nyala api pembakaran. Belum banyak yang meneliti mengenai karaktersitik api yang dihasilkan. Selain itu, api yang dihasilkan dari burner yang ada juga belum merata ke seluruh bagian dari ruang bakar. Salah satu cara untuk membantu penyebaran api adalah dengan beberapa variasi jumlah swirl vane mulai dari 6, 8, dan 10.
Pada skripsi ini akan dilakukan simulasi gas burner dengan variasi jumlah swirl vane yang menggunakan bahan bakar dari gasifikasi batubara untuk mengetahui pengaruh dari jumlah swirl vane tersebut terhadap penyebaran api yang dihasilkan. Ada beberapa parameter yang perlu diasumsikan agar simulasi berjalan lancar, antara lain adalah fraksi massa dari syngas tetap, bahan bakar yang digunakan adalah batubara, fraksi massanya adalah N2 62,3274%. CO 15,2763%, H2 6,7618%, CO2 6,9544%, CH4 1,7352% dan O2 0.9845%. Dengan kecepatan syngas adalah 5 m/s dan kecepatan udara tangensialnya adalah 9,7 m/s. Temperatur syngas sendiri adalah 473,15 K dan temperatur udara tangensialnya 300,15 K.
Hasil simulasi menunjukan bahwa dengan semakin kecilnya jumlah vane pada swirl akan semakin besar nilai turbulen kinetic energy pada masing-masing burner tersebut, hal ini akan mempengaruhi besarnya zona resirkulasi internal dari aliran yang ada. Zona resirkulasi internal ini akan mempengaruhi kualitas pembakaran yang ada. Sementara variasi jumlah swirl vane tidak banyak mempengaruhi temperatur yang dihasilkan dari ketiga jenis gas burner yang dihasilkan.

Gas burner is the end of process of gasification phase that its purpose is to mix fuel with air and other ocsidator to form burning flame. There are no many research to see flame characteristic that produce in gas burner. meanwhile flame that produce in this gas burner not spreadly well all over the burner. One method to overcome this problem is using variation of the swirl vane number between 6, 8, and 10.
In this thesis will be simulate gas burner with variation of Swirl Vane Number that using fuel from coal gasification. To make simulation done, we need to make some assuption. First, including composition of the gas mass fraction in the syngas remain, namely, N2 62,3274%. CO 15,2763%, H2 6,7618%, CO2 6,9544%, CH4 1,7352% dan O2 0,9845%. The velocity of synthetic gas (syngas) is remain constant at 5 m/s otherwise the velocity of secondary air through gas burner is 9,7 m/s. Temperature syngas is 473,15 K and temperatur of secondary air is 300,15 K.
The simulation results showed that with the small number of swirl vane on the greater value of turbulent kinetic energy at each of these burners, this will affect the internal recirculation zone from the existing flow. This internal recirculation zone will affect the quality of the existing combustion. While varying the amount of swirl vane not much affect the temperature generated from the three types of gas burners produced.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S59926
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
R. Danardono Agus Sumarsono
"ABSTRAK
Pengujian awal untuk peningkatan angka setana pada solar yang dicampur dengan aditif dari bahan baku kelapa sawit telah berhasil dilakukan sebelumnya. Dalam penelitian ini akan dilakukan pengujian unjuk kerja dan gas buang dari 3 jenis komposisi campuran solar-aditif tersebut (0,5 %, 1,0% dan 1,5% dari volume) dibandingkan dengan bahan bakar solar murni. Peningkatan konsumsi bahan bakar untuk semua komposisi campuran terjadi pada saat kondisi mesin tanpa beban. Sebaliknya pada saat pembebanan dilakukan, penurunan konsumsi terbesar terjadi sekitar 10,47% untuk komposisi aditif O,l%. Emisi CO dan C02 terendah dihasilkan dari komposisi aditif 0,1 %, untuk HC terendah pada komposisi aditif 0,5%. Sedangkan emisi 02 terjadi peningkatan untuk semua komposisi aditif. Kebisingan menurun sekitar maks 2,3% untuk seluruh komposisi aditif."
Fakultas Teknik , 2003
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Borevich, Z.I.
New York: Academic Press, 1966
512.7 BOR n
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>