Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 73800 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rodax Jimmy Wibawa
"ABSTRAK
Laju korosi dari inhibitor dengan bahan dasar Imidazoline pada baja API 5-L Grade B dalam lingkungan NaCl 3,5% diinvestigasi dengan menggunakan metode polarisasi Tafel. Senyawa Imidazoline yang berhasil teradsorpsi ke permukaan logam diselidiki dengan menggunakan pengujian FTIR. Efisiensi inhibisi inhibitor Imidazoline bergantung pada konsentrasi inhibitor yang diberikan. Efisiensi optimum yang diperoleh 64,80 % dengan konsentrasi optimum 150 ppm. Inhibitor Imidazolin yang diselidiki merupakan jenis inhibitor campuran. Inhibitor Imidazoline juga dikatakan sebagai inhibitor korosi karena terbukti dapat menurnkan laju korosi.

ABSTRACT
The corrosion rate from Imidazoline-based inhibitors on API 5-L Grade B steel at NaCl 3,5% environtment were investigated using the Tafel Polarization method. The Imidazoline compounds that successfully absorbed onto steel surface were investigated using the Fourier Transform Infra Red (FTIR). Imidazolin’s efficiency depends on the concentration that given onto environtment. The highest efficiency of Imidazoline inhibitor is 64,80% with the optimize concentration 150 ppm. The investigated Imidazoline inhibitors were proven as the corrosion inhibitors because it can reduces the corrosion rate. Imidazoline inhibitors are also mixed type inhibitors."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55454
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Setyawan
"Korosi yang disebabkan oleh karbondioksida (CO2) pada pipa baja karbon dan peralatan di pengolahan minyak dan gas sangat umum terjadi. CO2 larut dalam air menghasilkan asam karbonat (H2CO3) yang mempunyai sifat yang lebih korosif dibanding asam klorida (HCL) pada pH yang sama. Electrochemical impedance spectroscopy dan linear polarization resistance digunakan untuk mengetahui fenomena proses yang terjadi selama proses adsorbsi inhibitor di permukaan logam. Variasi temperature dan konsentrasi dari inhibitor dilakukan untuk mengetahui kemampuan inhibisi inhibitor dan mekanisme inhibisi. Penelitian ini dilakukan pada baja karbon A106 grB di dalam lingkungan 3% NaCl. Konsentrasi inhibitor bervariasi dari 0,5,15, dan 40 ppm dan dengan variasi temperature di 40 0C dan 90 0C. Pada temperature 40 0C laju korosi menunjukan 213,9 MPY pada lingkungan tanpa penambahan inhibitor , dan akan turun drastis ke 22,4 MPY ketika 5 ppm inhibitor ditambahkan ke lingkungan, dengan effisiensi inhibisi 90%. Penambahan konsentrasi inhibitor sampai 40 ppm meningkatkan effisiensi inhibisi sampai 98%. Penambahan konsentrasi inhibitor berbasis Imidazoline dari dari 0 ppm sampai 5 ppm pada temperature 90 0C dapat menghasilkan penurunan laju korosi yang signifikan yaitu dari 173,3 MPY menjadi 31,67 MPY, dengan effisiensi inhibisi 82%. Dengan penambahan konsentrasi inhibitor sebanyak 40 ppm akan menaikan effisiensi inhibisi sampai 99,99 %. Mekanisme penghambatan laju korosi terjadi sebagai akibat terbentuknya ikatan polar (O-H dan N-H) yang berikatan dengan permukaan logam melalui proses chemisorption.

Corrosion caused by carbon dioxide (CO2) in carbon steel pipes and equipment in oil and gas processing is very common. Water soluble CO2 produces carbonic acid (H2CO3) which has more corrosive properties than hydrochloric acid (HCL) at the same pH. Electrochemical impedance spectroscopy and linear polarization resistance are used to determine the processes that occur during the adsorbs inhibitor process on the metal surface. Variation of concentration of the inhibitor is conducted to determine the ability of inhibitor inhibition and inhibition mechanism. This research was conducted on A106 gr. B carbon steel in an environment of 3% NaCl. The inhibitor concentration varies from 0,5,15, and 40 ppm at 40 0C. At temperatures of 400C the corrosion rate shows 213.9 MPY in the environment without the addition of inhibitors, and will drop dramatically to 22.4 MPY when 5 ppm inhibitors are added to the environment. Electrochemical Impedance Spectroscopy is used to study inhibition mechanism. Increasing the concentration of Imidazoline based inhibitors from 0 ppm to 5 ppm at 90 0C can produce a significant decrease in corrosion rate from 173.3 MPY to 31.67 MPY, with 82% inhibition efficiency. With the addition of inhibitor concentrations up to 40 ppm will increase inhibition efficiency to 99,99 %. The mechanism of inhibition of corrosion rate occurs as a result of the formation of polar bonds (O-H and N-H) that bind to the metal surface through a chemisorption process."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T55268
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Rayhan Ramadano
"Pencegahan kerusakan infrastruktur merupakan hal yang penting dalam meningkatkan factor keselamatan selama pemakaian, salah satunya pencegahan dari fenomena reaksi korosi pada struktur baja. Fenomena korosi merupakan reaksi reduksi-oksidasi yang mengakibatkan degradasi pada material sehingga dapat menimbulkan kegagalan. Oleh karena itu, berbagai penelitian dilakukan untuk mencegah korosi pada struktur baja, salah satunya yaitu pengurangan laju korosi menggunakan inhibitor organic berbasis senyawa phenyl phthalimide. Namun, terdapat berbagai jenis senyawa turunan phenyl phthalimide sehingga dibutuhkan waktu yang lama untuk melakukan pengujian secara langsung di laboratorium. Salah satu solusi yang dapat digunakan yaitu menggunakan metode DFT dan dinamika molekuler untuk menghitung sifat elektronik yang berhubungan dengan efisiensi kerja senyawa inhibitor, yaitu EHOMO, ELUMO, band gap, transfer elektron, dan energi adsorpsi molekul. Namun, proses simulasi dengan metode DFT dan dinamika molekuler juga masih membutuhkan waktu yang cukup lama. Oleh karena itu, dilakukan prediksi sifat elektronik menggunakan metode deep learning. Dikembangkan salah satu model deep learning, yaitu Artificial Neural Network. Agar model dapat menjelaskan sifat elektronik senyawa inhibitor organic, digunakan deskriptor SMILES dan Alvadesc. Dari model yang dikembangkan, didapatkan hasil berupa akurasi serta tingkat kestabilan dalam pelatihan model. Kemudian, dilakukan perbandingan model berdasarkan jenis deskriptor dan target sifat elektronik yang digunakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa deskriptor Alvadesc memiliki akurasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan deskriptor SMILES. Model Artificial Neural Network dengan deskriptor Alvadesc dan target sifat energi adsorpsi molekul memiliki performa terbaik dengan akurasi 94,49% dan tingkat kestabilan model terbaik (standar deviasi akurasi setelah loop run 10 kali sebesar 0,97%.

Infrastructure damage preventions is crucial to enhance safety factor during service, one of them is preventing corrosion reaction phenomenon on steel structure. Corrosion phenomenon itself is a reduction-oxidation reaction that cause material degradation, hence promotes material failure. Therefore, many researches discuss to prevent corrosion on steel structure, one of them is using phenyl phthalimide-based organic inhibitor to decrease corrosion rate. However, there are many phenyl phthalimide derivatives to be tested inside laboratory that require a lot of time. One of the solutions that can be conducted is using DFT and molecular dynamics to calculate electronic properties that correlate with inhibitor efficiency, such as EHOMO, ELUMO, band gap, electron transfers, and molecular adsorption energy. Yet, DFT and molecular dynamics still require quite a long time. According to it, electronic properties prediction is conducted using deep learning method. One of the deep learning models, Artificial Neural Network, is developed. In order to enable the model to describe the molecular electronic properties, SMILES and Alvadesc descriptors are used. Model’s accuracy and stability are obtained from model training. After that, each models are compared based on descriptor types and each electronic properties as a target. Reseach result shown that Alvadesc descriptors provide better accuracy that SMILES descriptors. Also, the Artificial Neural Network model with Alvadesc descriptors and molecular adsorption energy as target achieve the highest performance with 94,49% accuracy and best model stability (standard deviation value of model accuracy after 10 times loop run was only 0,97%)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Ardiles Jeremia
"Indonesia memiliki potensi cengkeh yang melimpah,daunnya dapat gugur setiap minggunya 0.96 kg/pohon. Inhibitor yang digunakan adalah ekstrak daun cengkeh dengan konsentrasi 1ml,2ml,3ml,4ml,5ml dan minyak cengkeh dengan konsentrasi 2ml,4ml,6ml,8ml,10ml. Pengujian dilakukan dengan metode linear polarisasi, Fourier Transform Infrared Spectroscopy ( FTIR ), Gas Chromatography Mass Spectroscopy ( GCMS ), dan Eletrochemical Impedance Spectroscopy ( EIS ). Konsentrasi optimum pada ekstrak daun cengkeh berada pada konsentrasi 4 ml dengan laju korosi 0.042 mm/year dan efisiensi 46.6 % sedangkan minyak cengkeh konsentrasi optimumnya berada pada konsentrasi 8 ml dengan laju korosi 0.001 mm/year dengan efisiensi 98.6 %. FTIR menunjukkan gugus - gugus fungsi yang berada di dalam inhibitor dan diperkuat dengan hasil GCMS untuk mengetahui senyawa aktif yang berada dalam inhibitor. Pengujian FTIR juga menunjukkan bahwa gugus - gugus fungsi pada inhibitor menempel pada permukaan sampel ketika sampel di rendam. Mekanisme adsorpsi dari kedua inhibitor adalah physical adsorption dengan nilai ΔGads pada inhibitor ekstrak daun cengkeh sebesar -7.575 kJ/mol, dan - 12.142 kJ/mol untuk inhibitor minyak cengkeh. EIS menunjukkan adanya peningkatan nilai tahanan charge transfer pada setiap kenaikan konsentrasi inhibitor dan nilai dari Cdl menurun yang menunjukkan bahwa terjadi pembentukan lapisan protektif. Nilai charge transfer dari inhibitor minyak cengkeh lebih besar yang berarti minyak cengkeh memiliki kemampuan inhibisi lebih baik dan ini diperkuat dari hasil polarisasi. Kedua jenis inhibitor ini termasuk dalam jenis inhibitor campuran (mix type inhibitor).

Indonesia has abundant potential clove, leaves can fall every week 0.96 kg/tree. Inhibitor which used on this research are clove leave extract with concentration 1ml,2ml,3ml,4ml,5ml and clove oil with concentration 2ml,4ml,6ml,8ml,10ml. Inhibitor are examined by linear polarization, Fourier Transform Infrared Spectroscopy ( FTIR ), Gas Chromatography Mass Spectroscopy ( GCMS ), and Electrochemical Impedance Spectroscopy ( EIS ). The result show that optimum concentration of clove leave extract is at 4 ml with corrosion rate 0.042 mm/year and efficiency 46.6% where as optimum concentration of clove oil is at 8 ml with corrosion rate 0.001 mm/year and efficiency 98.6 %. FTIR obtain functional group which contained in inhibitor and GCMS result also show active compound in inhibitor. FTIR show that functional group in inhibitor adsorp on the metal surface when sample is soaked in inhibitor. Adsorption mechanism of these inhibitor is physical adsorption with ΔGads of clove leave extract inhibitor is -7.575 kJ/mol, and - 12.142 kJ/mol for clove oil inhibitor. EIS show increasing charge transfer resistance with increasing inhibitor concentration and decreasing Cdl also show there are protective film forming. The charge transfer resistance of clove oil inhibitor higher, means clove oil has better inhibition than clove leaves extract. Both of these inhibitor are included in mix type inhibitor."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35717
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Aria Wibowo
"Pada umumnya kerak pada sistem cairan terbentuk pada kondisi basa sehingga salah satu metoda pencegahannya adalah dengan menambahkan suatu zat kimia yang bersifat asam secara kontinyu sehingga dapat melarutkan kembali kerak yang terbentuk, yang disebut juga sebagai inhibitor kerak. Monel merupakan salah satu material logam yang digunakan sebagai material pipa injeksi inhibitor kerak. Karena sifat dari inhibitor kerak yang asam, maka perlu diadakan penelitian mengenai laju korosi monel terhadap suatu jenis inhibitor kerak, yaitu Scale treat 5843, agar dapat diketahui apakah monel tersebut dapat digunakan sebagai material pipa injeksi inhibitor kerak jenis tersebut.
Dalam melakukan penelitian untuk mengetahui laju korosi logam monel tersebut dilakukan beberapa pengujian yaitu pengujian komposisi material logam untuk mengetahui unsur-unsur yang terkandung dalam logam monel sebagai material uji, pengukuran pH larutan inhibitor dan pengujian polarisasi dengan menggunakan perangkat CMS-100 tintuk mendapatkan kurva polarisasi Tafel dan mengetahui laju korosi monel.
Dari penelitian didapatkan bahwa material sampel adalah jenis Monel K-500 yang memiliki kandungan Ni sekitar 62% dan Cu sekitar 33%, sementara larutan inhibitor kerak yang di gunakan termasuk jenis larutan asam yang pH-nya berkisar antara 4-5. Dengan kandungan Ni dan Cu yang cukup tinggi, logam monel tersebut memiliki ketahanan korosi yang tinggi terhadap larutan inhibitor kerak Scale Treat 5843. Dari pengujian polarisasi yang dilakukan didapat bahwa nilai laju korosi logam monel relatif sangat rendah dimana pada konsentrasi inhibitor kerak 100% volume, 25% volume, dan 14,3% volume laju korosinya secara berurutan adalah 1,747 mpy, 0,763 mpy dan 0,695 mpy sehingga logam monel tersebut dapat digunakan sebagai material pipa injeksi untuk inhibitor kerak Scale Treat 5843."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S41607
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadli
"Aniline-4-sulfonate merupakan senyawa dengan gugus utama berupa cincin benzen, nitrogen dan sulfonat. Pada penelitian ini, senyawa aniline-4-sulfonate digunakan sebagai inhibitor untuk menekan laju korosi baja API 5L GRB N di dalam larutan asam sulfat 1 M. Potensiostat, alat uji kekerasan, alat uji kekasaran, mikroskop optik dan SEM digunakan untuk analisa jenis korosi, efisiensi inhibisi, mekanisme inhibisi, perubahan kekerasan dan kekasaran permukaan.
Hasil pengujian menggunakan potensiostat memperlihatkan bahwa korosi yang terjadi pada baja API 5L GRB N adalah jenis korosi merata. Penggunaan inhibitor aniline-4-sulfonate dapat menekan laju korosi dengan efisiensi sebesar 60,29% pada konsentrasi 24,06 x 10-3M dan dapat mengurangi kerusakan terhadap kekerasan dan kekasaran melalui suatu mekanisme inhibisi mengikuti isoterm adsorpsi Langmuir dengan akurasi kelinieran (R2) mendekati 1 (satu).

Aniline-4-sulfonate is compound with main groups are benzen ring, ammine, and sulfonate. On this research, aniline-4-sulfonate was used as corrosion inhibitor to reduced corrosion rate on API 5L GRB N steel in 1M sulphuric acid solution. Potensiostat, surface hardness tester, surface roughness terster, optical microscope, and SEM was used for corrosion type analysis, inhibition efficiency, inhibition mechanism, hardness and roughness damage.
Examination using potensiostat showed that corrosion on API 5L GRB N steel was general corrosion type. Aplication aniline-4-sulfonate as inhibitor can pressed corrosion rate with efficiency 60,29 % at concentration 24,06 x 10 -3M, reduced hardness and roughness damage with adsorption mechanism followed Langmuir's adsorption isotherm with linearity accuration (R2) was 0,998.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2011
T30006
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lamria Mora Dhea Friskila
"Korosi yang diakibatkan oleh karbon dioksida masih menjadi tantangan terbesar di dunia industri, terutama pada industri minyak dan gas. Jenis korosi ini memiliki perilaku yang tidak dapat diprediksi. Dalam penelitian ini akan diuji senyawa berbahan dasar quaternary ammonium salts (QASs) sebagai inhibitor pada logam ASTM A 106 Grade B pada larutan 3.0 wt% NaCl dan injeksi gas CO2. Investigasi ini dilakukan dengan menggunakan teknik polarisasi potensiodinamik dan Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS). Data yang diperoleh akan menjadi acuan dalam menentukan jenis isoterm adsorpsi dari inhibitor ini. Pada pengujian ini juga dilakukan karakterisasi permukaan guna mengetahui mekanisme penghambatan yang terjadi. Karakterisasi permukaan yang dilakukan adalah Scanning Electron Microscope (SEM) dan Energi Dispersive X-Ray Spectroscopy (EDS). Hasil yang didapat menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu kerja, semakin baik penghambat bekerja. Selanjutnya, inhibitor ini mengikuti tipe Langmuir dalam proses adsorpsi isotermnya dan nilai energi bebas Gibbs yang didapat menunjukkan bahwa proses inhibisi berlangsung secara kimia dan fisik. Hasil karakterisasi permukaan menunjukkan bahwa inhibitor bekerja dengan baik dalam menurunkan tidak ada oksigen, yang merupakan faktor utama terjadinya korosi karbon dioksida.

Corrosion caused by carbon dioxide is still the biggest challenge in the industrial world, especially in the oil and gas industry. This type of corrosion has unpredictable behavior. In this study, compounds based on quaternary ammonium salts (QASs) will be tested as inhibitors on ASTM A 106 Grade B metal in a 3.0 wt% NaCl solution and CO2 gas injection. This investigation was carried out using potentiodynamic polarization techniques and Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS). The data obtained will be a reference in determining the type of adsorption isotherm of this inhibitor. In this test, surface characterization was also carried out to determine the inhibition mechanism that occurred. The surface characterizations were Scanning Electron Microscope (SEM) and Energy Dispersive X-Ray Spectroscopy (EDS). The results obtained indicate that the higher the working temperature, the better the inhibitor works. Furthermore, this inhibitor follows the Langmuir type in the adsorption isotherm process and the obtained Gibbs free energy values ​​indicate that the inhibition process takes place chemically and physically. The surface characterization results showed that the inhibitor worked well in reducing the absence of oxygen, which is the main factor of carbon dioxide corrosion."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Texas: National Associates of Corrosion Engineers, 1979
620.112 COR
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Indah Lestari
"ABSTRACT
Dewasa ini, kebutuhan inhibitor korosi di Indonesia semakin meningkat seiring dengan banyaknya industri minyak dan gas bumi. Oleh karena itu, diperlukan suatu penelitian mengenai sintesis inhibitor korosi khususnya yang berbasis senyawa organik untuk menangani permasalahan tersebut. Senyawa turunan imidazolin merupakan salah satu senyawa organik yang sering digunakan sebagai inhibitor korosi pada baja karbon. Pada penelitian ini, telah berhasil disintesis senyawa turunan imidazolin yaitu EDA-AS, DETA-AS, TETA-AS, dan AEEA-AS dengan mereaksikan asam stearat (AS) dan variasi poliamina dengan menggunakan metode MAOS (Microwave Assisted Organic Synthesis). Persen yield optimum senyawa EDA-AS diperoleh pada waktu sintesis 5 menit (94,28%), DETA-AS 7 menit (89,81%), TETA-AS 9 menit (89,18%), dan AEEA-AS 3 menit (96,21%). Sintesis senyawa TETA-AS menggunakan metode Dean Stark dan refluks juga dilakukan sebagai pembanding untuk mengetahui metode yang lebih efektif dan efisien, dimana diperoleh % yield tertinggi yaitu menggunakan metode Dean Stark (97,27%), diikuti oleh metode refluks (96,83%) dan MAOS (89,81%). Seluruh senyawa hasil sintesis telah dikonfirmasi strukturnya menggunakan instrumen UV-Vis, FT-IR, 1H-NMR, dan LC-MS/MS dimana terlebih dahulu diuji kemurniannya menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT) dan alat pengukur titik leleh. Hasil sintesis kemudian diuji aktivitasnya sebagai inhibitor korosi terhadap baja karbon dalam larutan 1% NaCl dengan memvariasikan konsentrasi imidazolin (100, 200, 300, 400, dan 500 ppm) yang kemudian diolah dengan menggunakan metode polarisasi Tafel. Nilai %EI tertinggi diperoleh pada penambahan 500 ppm senyawa EDA-AS, DETA-AS, TETA-AS, dan AEEA-AS berturut-turut sebesar 74,21%; 75,90%; 85,52%; dan 89,70%. Penelitian ini telah membuktikan bahwa dengan memvariasikan poliamina akan sangat mempengaruhi aktivitas inhibisi dimana pada senyawa AEEA-AS memiliki aktivitas inhibisi paling besar karena memiliki kelektronegatifan yang lebih besar dibandingkan senyawa lainnya. Berdasarkan data yang diperoleh pada penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa senyawa turunan imidazolin dapat memiliki kemampuan sebagai inhibitor korosi pada baja karbon.

ABSTRACT
Nowadays, the need of corrosion inhibitors in Indonesia is increasing because many oil and gas industries use equipment and instruments made of metal on their operational activities. Therefore, a study is needed on corrosion inhibitor synthesis, especially those derived from organic coumpunds to solve these problem. Imidazoline derivatives are one of the organic compounds that are often used as corrosion inhibitors in carbon steel. In this study, four imidazoline derivatives, i.e. (EDA-SA), (DETA-SA), (TETA-SA), dan (AEEA-SA) had been successfully synthesized by reacting Stearic Acid (SA) and various polyamine with variation of reaction time by using MAOS (Microwave Assisted Organic Synthesis) method. The optimum yield of imidazoline derivative compounds were obtained from EDA-SA at 5` (94,28%), DETA-SA at 7` (89,81%), TETA-SA at 9` (89,18%) and AEEA-SA at 3` (96,21%). The synthesis of TETA-SA compounds using the Dean Stark method and reflux was also carried out as a comparison to find out more effective and efficient methods, which obtained the highest% yield using Dean Stark method (97,27%), followed by the reflux method (96,83%) and MAOS (89,81%)). All of the synthesized compounds were identified by using thin layer chromatography (TLC) and examined their melting point. The structure of all synthesized compounds had been confirmed by using UV-Vis, FT-IR, 1H-NMR, and Liquid Chromatography-Mass Spectrometer (LC-MS). All of synthesized was tested for its activity as a corrosion inhibitor of carbon steel in 1% NaCl solution with variation of the imidazoline concentration (100, 200, 300, 400 and 500) ppm which is then processed using the Tafel polarization method. The highest %EI was obtained at 500 ppm of EDA-SA, DETA-SA, TETA-SA, and AEEA-SA with 74,21%; 75,90%; 85,52%; and 89,70%. This study has proven that varying polyamines will greatly influence inhibitory activity where the AEEA-SA compounds have the greatest inhibitory activity due to this compound having greater electronegativity than other compounds. Based on the data obtained in this study, it can be concluded that imidazoline derivative compounds can have the ability as corrosion inhibitors on carbon steel."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Yuniastuti
"Corrosion is a degradation process of metal quality due to chemical reaction between metal and their environment. One of the methods widely used to control corrosion is using corrosion inhibitor. Imidazoline is used as an organic corrosion inhibitor because it has good adsorption characteristic, can make a protector film on carbon steel surface, and has hydrophobic sites. In this research, imidazoline derivatives from triethylenetetramine (TETA) were successfully synthesized with various fatty acid i.e. stearic (SA), oleic (OA), and linoleic acid (LNA), yielded TETA-SA, TETA-OA, TETA-LNA, respectively, using MAOS (Microwave Assisted Organic Synthesis) method with variation of reaction times. The optimum yield of TETA-SA was obtained at 9 minutes reaction time (89.12%), TETA-OA at 13 minutes (98.79%), and the optimum mass for TETA-LNA was obtained at 9 minutes (1.7023 g).
The as-synthesis of TETA-SA from MAOS method had been compared with reflux and Dean Stark methods with xylene as solvent and it was obtained that the highest percentage yield came at 13 hours reaction time for both reflux (96.83%) and Dean-Stark (97.27%) methods. The as-synthesis imidazolines then were identified using thin layer chromatography (TLC), melting point test, and further characterized using UV-Vis, FTIR, 1H-NMR, and LC-MS/MS instruments. Corrosion inhibition activity was measured by varying the concentration of all as-synthesis compounds (100, 200, 300, 400, and 500 ppm) in various concentration of NaCl (1%, 3%, and 5%) by cyclic voltammetry method using potentiostat then processed using Tafel polarization method to obtain percentage of inhibition efficiency (%IE).
The results from corrosion inhibition activities, showed the highest %IE were obtained at 500 ppm of TETA-SA, TETA-OA, and TETA-LNA with %IE of 84.54%, 85.63%, and 89.26% (1% NaCl); 66.82%, 70.98%, and 75.23% (3% NaCl); and 52.30%, 54.18%, and 60.19% (5% NaCl), respectively. These results revealed that the more double bonds in hydrocarbon chain of imidazoline, the higher %IE will be produced. In line with increasing NaCl concentration in the environment, %IE will be decreased; but imidazoline derivatives still had their activities as corrosion inhibitor towards carbon steel.  Therefor, it can be suggested that imidazoline derivatives can be used as corrosion inhibitor on carbon steel in high salinity of sea water.

Korosi adalah suatu proses penurunan kualitas logam karena adanya reaksi kimia antara logam dengan lingkungannya. Salah satu metode untuk mengendalikan korosi yaitu dengan menggunakan inhibitor korosi. Imidazolin digunakan sebagai inhibitor korosi organik karena memiliki karakter adsorpsi yang baik, dapat membentuk lapisan pelindung pada permukaan logam, dan memiliki lapisan hidrofobik. Pada penelitian ini telah berhasil disintesis tiga senyawa turunan imidazolin dari reaksi antara TETA (trietilentetramina) dengan variasi asam lemak, yaitu asam stearat (AS), oleat (AO), dan linoleat (ALN), berturut-turut yaitu TETA-AS, TETA-AO, dan TETA-ALN menggunakan metode MAOS (Microwave Assisted Organic Synthesis) dengan variasi waktu reaksi. Persen yield optimum dari senyawa TETA-AS didapatkan pada waktu reaksi 9 menit (89,12%), TETA-AO 13 menit (98,79%), dan massa opimum untuk TETA-ALN diperoleh pada menit ke 9 (1,7023 g).
Hasil sintesis senyawa TETA-AS dengan metode MAOS telah dibandingkan dengan metode refluks dan Dean Stark dalam pelarut xylena dan diperoleh % yield tertinggi pada waktu reaksi 13 jam untuk refluks (96,83%) dan Dean-Stark (97,27%). Terhadap hasil reaksi dilakukan identifikasi dengan menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT) dan uji titik leleh, selanjutnya dilakukan karakterisasi menggunakan instrumen UV-Vis, FTIR, 1H-NMR, dan LC-MS/MS. Uji aktivitas inhibisi korosi dilakukan dengan memvariasikan konsentrasi seluruh senyawa hasil sintesis (100, 200, 300, 400, dan 500 ppm) serta variasi konsentrasi NaCl (1%, 3%, dan 5%) dengan metode siklik voltametri menggunakan potensiostat yang kemudian diolah menggunakan metode polarisasi Tafel untuk memperoleh nilai persen efisiensi inhibisi (%EI).
Dari hasil pengukuran, diperoleh bahwa nilai %EI tertinggi berada pada konsentrasi 500 ppm dari senyawa TETA-AS, TETA-AO, dan TETA-ALN dengan nilai %EI berturut-turut 84,54%; 85,63%; dan 89,26% (NaCl 1%); 66,82%; 70,98%; dan 75,23% (NaCl 3%); serta 52,30%; 54,18%; dan 60,19% (NaCl 5%). Hasil uji aktivitas dalam menginhibisi korosi menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah ikatan rangkap pada rantai hidrokarbon senyawa turunan imidazolin, semakin tinggi pula nilai %EI yang dihasilkan. Seiring dengan bertambahnya konsentrasi larutan NaCl dalam lingkungan akan menurunkan nilai %EI, namun senyawa turunan imidazolin masih memiliki aktivitas sebagai inhibitor korosi pada baja karbon. Sehingga diharapkan senyawa turunan imidazolin dapat digunakan sebagai inhibitor korosi pada baja karbon dalam perairan laut dengan kadar garam yang tinggi."
Depok: Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>