Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 139890 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dini Dwi Kusumaningrum
"ABSTRAK
Penelitian ini melihat bagaimana legitimasi sosial komunitas terhadap
industri geothermal di wilayah kerja pertambangan (WKP) Wayang Windu. Fokus
penelitian ada di Desa Margamukti dan Banjarsari. Hasilnya, masing – masing
wilayah mempunyai kekhasan tersendiri, sehingga keadaanya tidak dapat
digeneralisasikan ke tingkat yang lebih tinggi. Kondisi sosial, ekonomi, politik dan
keadaan sosiodemografis dilihat sebagai karakteristik komunitas yang juga ikut
berpengaruh. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan wawancara
mendalam sebagai instrumen. Data hasil wawancara mendalam kemudian dibangun
menjadi indikator untuk menentukan tingkat legitimasi. Pengelolaan legitimasi oleh
perusahaan bergantung pada fase pembangunan. Untuk WKP eksisting seperti
Wayang Windu, tujuan dari perusahaan adalah mengelola dan mempertahankan
legitimasi sosial yang sudah ada.

ABSTRACT
The research looked at how the social legitimacy of the geothermal industry
in Wayang Windu geothermal field (WKP) being obtained or managed by the
company. The research held in the Margamukti and Banjarsari village. As a result,
each area has its own characteristic, so the situation can not be generalize into a
higher level. Social, economic, political and sociodemographic circumstances seen as
community characteristics that may have contributed. Using qualitative research
methods with in-depth interviews as an instrument. In-Depth interview data is then
built into the indicators to determine the level of social legitimacy. Management of
legitimacy by the company relies on the construction phase. For existing WKP like
Wayang Windu, the goal of the company is to manage and maintain the existing
social legitimacy."
[Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, ], 2014
S56266
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyuddin Diningrat
"Pemahaman mengenai sebaran permeabilitas reservoir sangatlah penting dalam penentuan strategi dan pengembangan lapangan panas bumi Wayang Windu. Sebaran permeabilitas ini salah satunya dapat didekati dengan menganalisis gempa mikro yang biasa terdeteksi di lapangan panas bumi yang sedang berkembang. Gelombang-S gempa mikro yang merambat melalui suatu media anisotropi akan mengalami splitting menjadi Sfast yang memiliki kecepatan lebih besar dengan polarisasi sejajar rekahan dan Sslow yang tegak lurus rekahan. Dengan menganalisis kedua gelombang tersebut maka akan didapatkan informasi permeabilitas rekahan media yang dilewatinya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai arah orientasi rekahan dan distribusi intensitas rekahan di lapangan panas bumi Wayang Windu. Arah orientasi rekahan akan sejajar dengan arah polarisasi Sfast, sedangkan intensitas rekahan proporsional dengan waktu tunda antara Sfast dan Sslow-nya. Metode rotation correlation digunakan untuk mendapatkan arah polarisasi Sfast () dan waktu tunda (dt) antara gelombang Sfast dan Sslow. Hasil dari metode ini kemudian diintegrasikan dengan data pendukung lainnya untuk mendapatkan interpretasi yang komprehensif mengenai distribusi permeabilitas di lapangan ini, sehingga dapat berkontribusi dalam proses conceptual model update dan mengurangi uncertainty pada saat well targeting. Arah dominan orientasi rekahan yang dihasilkan dari penelitian kali ini adalah WNE-ESE dan NE-SW, sedangkan daerah yang memiliki intensitas rekahan yang paling tinggi berada di bagian utara lapangan ini yang sampai saat ini merupakan daerah pemasok steam terbesar di lapangan panas bumi Wayang Windu.

Understanding permeability distribution of the reservoir is necessary to guide strategic and future development of the Wayang Windu geothermal field. Its distribution can be derived by analyzing microearthquakes wave that used to occur in the development stage of geothermal field. A shear-wave that propagating through the anisotropic medium will split into two waves, i.e. Sfast that has faster velocity and its polarization direction parallels with predominant orientation of crack anisotropy, and Sslow which is orthogonal to Sfast. Analyzing both waves, we can acquire the information of crack permeability of the medium in which both waves passed through. This study aim is to understand dominant cracks orientation and crack density distribution at Wayang Windu geothermal field. The strike of predominant cracks will parallel to polarization direction of Sfast, whilst crack density proportional to the time delay between Sfast and Sslow. Rotation correlation method is used to extract information of polarization direction () and delay time (dt) between the fast and the slow waves. The result was analyzed and discussed together with additional supporting data to have a comprehensive interpretation of permeability distribution of the field, thus it will help during conceptual model update and well targeting process. Dominant cracks orientation derived from the study is WNE-ESE and NE-SW, while most fractured area is located in the northern part of this field, where most of the steam supplied coming from."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T47966
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
H. R. Nuriman Machjudin
"Angka kesakitan di Kotamadya DT II Tangerang sesuai profil tahun 1996, yang tertinggi ternyata masih didominasi oleh penyakit yang diakibatkaon karena faktor lingkungan. Seperti penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Acute 52 %, diare & gastroenteritis 15%, infeksi kulit 9,55%. Bahkan jika dilihat dari pola penyakit yang diderita oleh anak bayi yang berumur kurang dari 1 tahun, penyakit diare merupakan penyakit terbanyak diderita, diikuti oleh ISPA dan penyakit demam yang diketahui sebabnya. Atas dasar pertimbangan itu , kemudian diupayakan suatu kegiatan dalam bentuk penyehatan lingkungan permukiman yang melibatkan antar sektor dan pelaku pembangunan. Salah satu bentuk kerjasama itu adalah kegiatan SANTRI RAKSA DESA ( SARASA ).
Desain penelitian ini adalah cross - sectional , karena pengunaan variabel - variabelnya hanya dilakukan satu kali , pada satu saat saja dan penelitian ini semata. mata bersifat deskriptif.
Hasil penelitan menunjukan adanya peran serta masyarakat di daerah studi atau daerah yang diintervensi kegiatan Sarasa, selama Sarasa berlangsum. Ada perbedaan yang bermakna antara kondisi sanitasi di daerah yang telah diintervensi dengan daerah yang tidak diintervensi kegiatan Sarasa. Juga ada perubaban perilaku masyarakat di daerah studi yang diakibatkan karena program Sarasa.
Dari hasil penelitian ini penulis menyarankan agar program Sarasa dapat dilanjutkan secara kontinue sebagai salah satu alternatif lain dari penurunan angka kesakitan karena faktor lingkungan. Dalam pelaksanaan Sarasa selanjutnya agar direncanakan dengan lebih matang lagi agar masyarakat dapat lebih siap lagi. Diupayakan pula agar unsur penyuluhan dan pergerakan masyarakat dilaksanakan secara lintas sektoral dan melibatkan berbagai unsur - unsur pembina masyarakat.
Program Sarasa yang telah dilaksanakan di wilayah Kotamadya DT II Tangerang telah terbukti dapat berhasil guna dalam meningkatnya sarana sanitasi dasar, khususnya Jamban Keluarga dan Rumah Sehat. Diharapkan dalam tahun - tahun mendatang pola seperti ini dapat digunakan oleh daerah - daerah lain di Indonesia sebagai salah satu upayauntuk meningkatkan cakupan , baik cakupan JAGA, air bersih maupun cakupan rumah sehat dan menurunkanangka kesakitan karena faktor lingkungan. Perlu diupayakan adanya program lain sebagai penunjang seperti dilaksanakannyaprogram P2HBS ( PeningkatanPerilaku Hidup Bersih dan Sehat ).

Statistics of high record disease in Kotamadya DT II Tangerang based on 1996 profit is dominated as the result of environmental factor. Disease like acute infectious respiratory fact account for 52%, Diarrhea & Gastroenteritis 15%, infectious skin 9,55%. On a closer look, disease suffered by babies of age less than 1 year, diarrhea proved to be the most in numbers followed by ISPA & knownethiology high fever.
Based on this consideration & understanding an activity is organized in the form of Residental Environment Improvement which involved, between sectorial & course one form of cooperation is named " SANTRI RAKSA DESA ( SARASA ) Activity.
This research design is a-on sectional because variables are only measured one and at one time. This research is merely descriptive.
Results of research showed an active community participation in the studied district or district intervered by SARASA activity during the Sarasa event. There is significant difference between district which was intervened and not to intervered, by the Sarasa activity there was a change in the attitude of public in the studied district as a result of the Sarasa program.
Based on research result, writer recommends Sarasa program should be carried out as one of the alternatives to reduce the disease number because of environmental factor. In carrying out the next Sarasa, plans have to be deephythought, so that the public can be more prepared. Also, element of information, public movement should be carried out in form of sectoral course & involved sourus of public builder.
Sarasa program conducted in district Kotamadya DT II Tangeraag proved to be nuccesfull in improving sanitation facility especially Jamban Keluarga ( family WC) & healthy house. Hopefully in the following years, this method can be used in other areas in Indonesia ad one of the alternatives ti reach broader aspects : JACIA, clean water or healthy house & to reduce disease numbers as a result of environmental factor. If possible other program like P2HBS (Peningkatan Perilaku Hiccup Bersih & Sehat ) Improving public altitude forwards healthy & Hygiene life should also be carried out to support the program ).
"
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The social economic change that together with Suramadu bridge development could happen as "social economic change" or planned change", but also could happen as the social economics change that was not planned (unplanned change), like the emergence of the community's conflicts, criminality, the anarchist, plundering as resulting from social jealousy, etc...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Like state and market community has a capacity to govern.In a situation that state and market do not have capacity to meet their functions in providing public goods for certain groups communities or public betterment,community is able to substitute therm through social capital of networks...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hanggar Budi Prasetyo
"ABSTRAK
Tesis ini bertujuan untuk memahami proses dan pola penguasaan tanah marga
oleh penduduk pendatang serta implikasinya pada distribusi tanah marga dan
terbentuknya komunitas baru di Desa Rata Agung.
Data diperoleh melalui penelitian lapangan dengan metode partisipasi
observasi selama 4 bulan di Desa Rata Agung, Kecamatan Pesisir Utara, Kabupaten
Lampung Barat. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa tanah marga
di Rata Agung sebenarnya termasuk communally owned resources yang hanya dapat
dimiliki oleh suatu masyarakat tertentu berdasarkan aturan yang telah dibangun dan
dikukuhkan oleh masyarakat yang bersangkutan (Acheson, 1989). Akan tetapi oleh
karena adanya perubahan pranata dan melemahnya pranata adat, tanah marga dapat
dikuasai oleb pendatang dengan mudah.
Pranata lokal memungkinkan terjadinya proses individualisasi tanah marga.
Proses ini dipercepat oleh masuknya perusahaan FIPH dan pembangunan jalan raya.
Tana1itanah marga berubah menj adj milik keluarga dan milik individu. Dan
peispektif rnasyarakat lokal, tanah yang telah meiijadì hak milik individu tersebut
sebagian tergolong hanta bekas tangan yang dapat diwariskan kepada seniua generasi
dan rentan untuk dikuasai oleh para pendatang.
Para pendatang dapat menguasai tanah marga dengan empat cara, yaitu
membuka hutan marga, ganti rugi tenaga, tnembeli tanab atau kebun, dan
penyakapan. Kemudahan penduduk pendatang membuka hutan marga dipercepat oleh
berlakunya kebijakaii petnenintah dengan berlakunya Undangundang Pokok.
nintahan Pesa. ¡(ini 73,53 % bekas tanah manga tersebut telah dikuasal oleb para
pendatang dan Knu, Jawa, Ogan Komering Ulu, dan Sunda.
Laju perubahan kepemilikan dan lahan milik masyarakat lokal ke penduduk
Pendatang dipercepat oleh krisis ekonomi yang berdampak pada naiknya harga
komoditi kopi dan lada, seda program pemerintah dalarn mensukseskan Gema
Palagung.
Sampai sejauh ini, tanda-tanda konflik yang disebabkan oleb ketimpangan
Wasan tanah antara pendatang dan masyarakat lokal belum dijumpai. Ini terjadi
karena penduduk pendatang mampu beradaptasi dengan masyarakat lokal, Selain itu
daya dukung lahan masih memungkinkan
"
2001
T5543
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwiyogarani Malik
"Lapangan panasbumi Wayang Windu (WW) merupakan bagian dari busur gunungapi Kuarter Jawa Barat, terdiri dari komplek gunungapi dan dome Malabar, Bedil, Wayang, dan Windu yang berkontribusi pada pembentukan sistem panasbumi. Tipe fluida terdiri dari dua-fasa di area Selatan dan kecenderungan dominasi uap di Utara dengan kisaran temperatur reservoir 240 hingga 300°C. Segmentasi secara hidrologi dibuat berdasarkan karakterisasi tekanan reservoir dari 40 di Utara hingga 80 bar di Selatan pada kondisi awal. Setelah melewati masa produksi lebih dari 13 tahun, telah terjadi perubahan di reservoir yang terlihat baik pada parameter fisik maupun kimia. Kegiatan monitoring geokimia dan microravity telah diterapkan di WW untuk mencatat setiap perubahan di reservoir dan sebagai mitigasi masalah yang timbul selama eksploitasi ataupun untuk pengenbangan selanjutnya. Respon kimiawi akibat produksi digambarkan dalam perubahan area isokontur dari semua parameter kimia yang terlihat jelas perubahannya di area Utara. Proses di reservoir seperti kondensasi teridentifikasi melalui kenaikan CO2/H2S sebagai respon dari penurunan H2S, serta efek dilusi minor teridentifikasi melalui penurunan klorida. Indikasi kehadiran brine dibawah zona dominasi uap di Utara dicirikan oleh kenaikan boron, klorida, dan silika. Secara singkat, evolusi fluida yang terjadi di WW akibat proses produksi yaitu terjadinya warm recharge atau brine carryover di sumur kering atau zona dominasi uap di Utara, serta perubahan fasa fluida dari dua-fasa menjadi dominasi liquid pada zona dua-fasa di Selatan. Evolusi fisik selama proses produksi juga diamati dengan baik melalui pengukuran perubahan gravity sebagai akibat dari perubahan saturasi liquid pada batuan hasil dari ekstraksi fluida dari reservoir. Integrasi data evolusi fluida di WW selama produksi dan aktivitas monitoring berkelanjutan telah memberikan manfaat terhadap strategi sustainabilitas produksi dan strategi pengembangan.

Wayang Windu (WW) geothermal field is part of Quaternary volcanic arc located in Western of Java Island. It consists of volcanic complex and domes of Malabar, Bedil, Wayang, and Windu which contribute to geothermal system formation. Fluid phase were dominantly of two-phase fluid in the Southern area and likelihood of vapor dominated in the Northern area with temperature ranges of 240 up to 300°C. Hydrological segmentation characterized by pressure ranging from 40 to 85 bar at the North to southern part respectively at initial condition. More than 13 year production, has led the reservoir to change and respond to physical and chemical parameter. Geochemistry and microgravity monitoring has been applied to record reservoir changes and mitigate problems during exploitation or future development. Chemical respond related to production impact decribed by change in isocontour area of all chemistry parameter seen in northern part of the field. Reservoir processes such as condensation identified by increasing CO2//H2S followed by decreased H2S, and minor dilution effect in WW identified by decreased choride. Indication of brine existance beneath the steam cap area in Northern wells, identified by increased boron, chloride, and silica in some of dry steam wells. Fluid evolution due to production in WW summarize as the process of warm recharge or brine carryover in dry steam wells, and changing from two-phase fluid into liquid dominated is one of the evolution happened in two-phase area in Southern area. Physical evolution during production also monitored by well defined gravity change measurement as the rock density change due to fluid extraction from reservoir. Data integration of the fluid evolution in WW during production and continuous monitoring activity give benefit to production sustainability strategy and future development area.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Katri Sulistyowati
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S34010
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marpriansyah
"Lapangan panasbumi Wayang Windu sudah berproduksi dari tahun 2000 dengan memproduksikan uap sebanyak 227 MW. Selama masa produksi yang dilalui, terdapat beberapa masalah muncul dipermukaan terutama yang bekaitan dengan beberapa sumur 1 fasa di bagian utara lapangan Wayang Windu. Adapun permasalah yang ada diantaranya: penurunan produksi yang melebihi kondisi normal, penurunan tekanan reservoir yang mengkhawatirkan setiap tahunnya, dan indikasi peningkatan jumlah sumur superheat. Analisa yang dilakukan terbatas pada analisa produksi, logging sumur dan geokimia fluida geokimia terutama dari beberapa sumurdi bagian utara lapangan Wayang Windu. Selanjutnya semua data yang ada disandingkan dengan data Microearthquake MEQ, dan hasil monitoring data tracer injection yaitu untuk melihat keberadaan reservoir brine terhadap kinerja reservoir uap untuk kepentingan sustainability. Semua data yang dianalisa adalah data yang diperoleh dari tahun 2000 sampai 2017.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi secara terintegrasil terhadap permasalahan terkini yang dihadapi, selanjutnya dapat diambil langkah perbaikan dalam upaya melakukan penerapan reservoir managemen yang lebih baik untuk kelangsungan produksi, sekaligus memberikan masukan terhadap bagaimana menerapkan strategi injeksi fluida brine/condensat untuk mempertahankan kinerja produksi dan peforma reservoir lapangan Wayang Windu terutama dalam upaya mempertahankan performa reservoir uap.

Geothermal Wayang Windu Wayang field has been produced since 2000 by producing 227 MW of steam in total. During the production period, there are some problems appearing on the surface especially those associated with 1 phase steam production at some wells in the northern of Wayang Windu field. The problems are decreasing production that exceeds of normal decline condition, decreasing significant reservoir per year, and increasing of number of superheat wells. The analysis are limited to production decline analysis based on steam production data, reservoir performance analysis from well record logging data, and geochemical fluid analysis from several 1 phase steam well at the northern part of Wayang Windu field. Furthermore, all existing data is juxtaposed with information from Micro Earthquake MEQ, and tracer injection data support to see the relationship between wells or reservoir and performance presence of the brine reservoir support for the production sustainability. All data were obtained from the surface record from 2000 but with focussed on mainly data obtained after the existence of Unit 2 in 2009.
This research is expected to provide complete integrated information on the latest problems encountered in the field of Wayang Windu, and furthermore it is expected to give some reccomendation for better good reservoir management improvement as part of maintaining the continuity of production in the future, as well as providing recommendation to how implement good strategy for brine condensate injection in order to maintain reservoir and well production performance at Wayang Windu Field.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T48816
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Makmur Rozi
"ABSTRAK
Relasi sosial dalam bentuk integrasi dengan komunitas lokal merupakan solusi terkait
maraknya konflik sosial sebagai implikasi dari kegiatan operasi perusahaan ekstraktif.
Kedudukan komunitas lokal yang didalamnya melekat bentuk sense of localism atas
rasa memiliki sumber daya alam yang berada di lingkungannya yang kemudian
memicu tumbuhnya kesadaran kolektif atas hak dan kekuasan untuk menuntut keadilan
dalam hal perolehan manfaat. Beberapa studi telah membahas terkait praktik tanggung
jawab sosial perusahaan dapat membentuk integrasi yang kuat melalui pemenuhan
harapan sosial. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh tingkat performa
program tanggung jawab sosial terhadap tingkat relasi antara Star Energy Geothermal
(Wayang Windu) Limited dengan komunitas lokal. Untuk mengukur kinerja
(performance) program CSR/CD SEG WWL, maka dalam penelitian ini menggunakan
enam dimensi, antara lain dimensi manfaat, kesesuaian, keberlanjutan, dampak,
partisipasi serta pengembangan kapasitas masyarakat. Keenam dimensi tersebut
kemudian akan diterapkan pada lima bidang program yang menjadi fokus program
CSR/CD perusahaan, yaitu program ekonomi, kesehatan, pendidikan, infrastruktur dan
lingkungan. Sedangkan pada variabel dependen, untuk mengukur tingkat relasi sosial
menggunakan beberapa indikator, antara lain kontak (interaksi) dan komunikasi,
keterlibatan komunitas, kepercayaan, keinginan untuk kerjasama, dukungan, kesan
terhadap sikap dan proteksi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif
dengan melakukan survey kepada 449 responden yang ditarik secara acak dengan
menggunakan teknik penarikan stratified proportional sampling di enam desa yang
masuk ring 1 di Kec. Pengalengan. Kab. Bandung. Hasil penelitian ini mengungkapkan
hubungan antara tingkat performa CSR/CD sebagai variabel independen dengan
tingkat relasi sosial sebagai variabel dependen memiliki kekuatan hubungan yang
cukup kuat (moderat). Tingkat performa program tanggung jawab sosial
menyumbangkan kontribusi sekitar 47% dalam kaitanya relasi yang terbentuk dengan
komunitas lokal. Sementara, faktor lain yang turut mempengaruhi tingkat relasi antara
perusahaan dengan komunitas salah satunya adalah keadilan prosedural (procedural
fairness).

ABSTRACT
Social relations in the form of integration with local communities is a solution related
to the rise of social conflict as an implication of extractive company operations. The
position of the local community in which the form of sense of localism inherent in the
sense of possessing natural resources in the environment which then trigger the growth
of collective awareness of the right and power to demand justice in terms of the
acquisition of benefits. Several studies have discussed related corporate social
responsibility practices to establish strong integration through the fulfillment of social
expectations. this study was conducted to see the relationship between the level of CSR
performance and the level of social relations which case study Star Energy Geothermal
(Wayang Windu) Limited and local communities. To measure the level of CSR
performance, in this study using six dimensions, including the dimensions of
affectivity, relevance, sustainability, impact, participation and capacity building. The
six dimensions will be applied to the five program areas that are the focus of the
company's CSR / CD program, namely economic, health, education, infrastructure and
environment programs.While on the dependent variable, to measure the level of social
relations use several indicators, such as contact (interaction) and communication,
community involvement, trust, desire for cooperation, support, impression of attitude
and protection (community based security). This study uses quantitative research
methods by conducting a survey to 449 respondents who were drawn randomly by
using the technique of stratified proportional sampling in six villages that entered ring
1 in District Pengalengan. The results of this study reveal the relationship between the
level of CSR / CD performance as an independent variable with the level of social
relations as the dependent variable has a strong enough (moderate) relationship
strength. The level of CSR performance contributes about 47% in establishing
relationships with local communities. Meanwhile, other factors that influence the level
of relationship between the company and the community one of them is procedural
fairness."
2017
T48571
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>