Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 86797 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ramandhany Legawanti
"ABSTRAK
BBLR merupakan bayi dengan berat lahir rendah kurang dari 2.500 gram yang beresiko mengalami berbagai masalah kesehatan sehingga perawat perlu memberikan developmental care dengan pemberian posisi tidur yang sesuai dengan standar operasional prosedur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran posisi tidur bayi berat lahir rendah di ruang perinatologi. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif cross-sectional dengan sampel sebesar 30 BBLR. Instrumen observasi yang digunakan adalah “Infants Position Assessment Tool (IPAT).” Dengan menggunakan analisis univariat, didapatkan kesimpulan mayoritas responden dalam kategori berat bayi lahir rendah (60%) dan berat bayi lahir sangat rendah (33.3%). Jenis kelamin responden mayoritas perempuan (60%) dengan jenis kehamilan mayoritas dengan kehamilan tunggal (93.3%). berat bayi sekarang memiliki tingkat rata-rata 1593.93 gram (95% CI: 1420.33-1767.54) dan rata-rata usia gestasinya 32.57 minggu (95% CI: 31.29-33.85). Secara keseluruhan posisi tidur berada pada posisi tidur yang baik (53.3%). Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pengetahuan perawat terkait pemberian posisi tidur BBLR.

ABSTRACT
Low Birth Weight infant is an infant which has low birth weight less than 2,500 grams that has risk for various health problems. Therefore, nurses need to provide developmental care by giving sleeping position based on procedural operational standards. This study aimed to describe the sleeping position of low birth weight babies in perinatalogy. This study used cross-sectional descriptive designs included 30 low birth weight infants that were selected to be sample. It was used "Infants Position Assessment Tool” as an observation instrument. By using univariate analysis, it was concluded that most of respondents were low birth weight (60%) and very low weight infants (33.3%). Most of them were female (60%) and kind of pregnancy with single pregnancy (93.3%). Infants’ average weight rate was 1593.93 grams (95% CI: 1420.33-1767.54) with average age of 32.57 weeks gestation (95% CI: 31.29-33.85). Overall, infants were in a good sleeping position (53.3%). This results were expected to provide an overview of nursing knowledge related to the provision of LBW sleeping position.
Keywords: LBW, LBW sleeping position"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S55280
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rose Nirwana Handayani
"Bayi berat lahir rendah (BBLR) memiliki ukuran vena yang sangat kecil sehingga memiliki resiko dilakukan pemasangan akses intravena perifer dengan beberapa kali penusukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak dari pemasangan akses intravena perifer berulang pada BBLR. Desain penelitian menggunakan cross sectional melibatkan 211 responden di salah satu rumah sakit rujukan di Jakarta dengan teknik consecutive sampling. Hasil uji korelasi Spearman menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara pemasangan akses intravena perifer berulang pada BBLR dengan peningkatan nyeri, peningkatan frekuensi nadi, peningkatan frekuensi nafas, penurunan saturasi oksigen, penurunan suhu tubuh, durasi menangis bayi, keterlambatan terapi, durasi pemasangan dan tingginya biaya perawatan dengan nilai (p<0,001). Pada penelitian ini, sebagian besar responden memiliki usia gestasi 32-36 minggu, berat lahir 1501-2499 gram, dan berjenis kelamin laki-laki. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan landasan dalam pengembangan tindakan preventif untuk mengurangi dampak pemasangan akses intravena perifer berulang pada bayi berat badan lahir rendah.

Low birth weight babies (LBW) have a very small size of vein so that they have the risk to do peripheral intravenous access by multiple insertion. This research aims to determine the impact of multiple insertion on intravenous access to LBW. The research design uses a cross sectional  involving 211 respondents in a referral hospital in Jakarta with consecutive sampling. The Spearman correlation test results show that there is a significant relation between multiple insertion on intravenous parifer in LBW with increased pain, increased pulse frequency, increased breath frequency, decreased oxygen saturation, decreased body temperature, duration of crying babies, delay in therapy, duration of installation and high cost of treatment with value (p<0,001). In this research, most of respondent have gestational age about 32-36 weeks, 1501-2499 grams of birth weight, and male sex. This research is expected to be used as a basis for developing preventive measures to reduce the impact of the multiple insertion on peripheral intravenous access for low birth weight babies."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risna Yuningsih
"

Pemasangan infus perifer merupakan tindakan yang dapat menimbulkan risiko komplikasi pada bayi berat lahir rendah (BBLR). Angka kejadian flebitis pada BBLR memiliki presentase yang variatif. Penelitian ini untuk menganalisis faktor-faktor risiko terhadap kejadian flebitis pada BBLR diperinatologi.  Desain penelitian ini cross sectional dengan melibatkan 126 BBLR yang memenuhi kriteria inklusi. Pemilihan sampel dengan tekhnik consecutive sampling. Pengambilan data dilakukan sejak BBLR mulai terpasang infus sampai infus dilepas dengan alasan tertentu. Instrumen yang digunakan adalah skala flebitis INS dan skala nyeri neonatus (NIPS). Variabel yang berhubungan dengan kejadian flebitis dengan analisis bivariat adalah pengalaman klinis pemasang infus < 2 tahun (0,01), penggunaan pompa infus (p=0.0198), lokasi pemasangan infus (p=0,019), berat badan lahir neonatus (p=0.025) dan pemberian total parenteral nutrition (p=0.01). Faktor risiko yang paling berhubungan dengan kejadian flebitis berdasarkan analisis multivariat adalah pengalaman petugas pemasang infus < 2 tahun  (OR=26,006). sehingga dapat dijadikan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas perawat pemberi layanan di area perinatologi.

 

Kata Kunci: Infus perifer, BBLR, flebitis

 

 


Installation of peripheral infusion is an action that can cause a risk of complications in low birth weight babies (LBW). The incidence of phlebitis in LBW has a varied percentage. This study was to analyze risk factors for the incidence of phlebitis in LBW in clinical settings. The study design was cross sectional involving 126 LBW who met the inclusion criteria. Selection of samples by consecutive sampling technique. Data collection was carried out since the LBW started to infuse until the infusion was released for certain reasons. The instruments used were the scale of INS phlebitis and neonatal pain scale (NIPS). The variables associated with the incidence of phlebitis with bivariate analysis is clinical infusion installer <2 years (0.01), use of infusion pumps (p = 0.0198), location of infusion (p = 0.019), neonatal birth weight (p = 0.025) and total parenteral nutrition (p = 0.01). The risk factor most associated with the incidence of phlebitis based on multivariate analysis is the experience of infusion supervisors <2 years (OR = 26,006). so that it can be taken into consideration to improve the quality of care providers in the area of perinatology.

 

 

 

 

"
2019
T53277
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arini Fitria Zain
"Di Indonesia proporsi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) <2500 gram pada bayi umur 0-59 bulan masih cukup tinggi, yaitu 6,2% di tahun 2013-2018. Padahal kondisi BBLR memiliki risiko lebih besar untuk mengalami morbiditas dan mortalitas dari pada bayi dengan berat badan normal. Salah satu masalah terbesar yang sering dialami BBLR adalah peningkatan risiko untuk terserang infeksi maupun sepsis, sehingga obat yang paling banyak digunakan di unit perawatan intensif neonatus adalah dari golongan antibiotik. Oleh sebab itu, diperlukannya peran Apoteker dalam melakukan praktik profesi berupa Pemantauan Terapi Obat (PTO) dalam proses pengobatan agar dapat membantu dalam mengoptimalkan efek terapi dan meminimalkan efek yang tidak dikehendaki sehingga prognosisnya dapat menjadi lebih baik. Pelaksanaan PTO dilakukan pada tanggal 15-24 September 2020 bertempat di ruang perinatologi 2B di gedung bougenville RSUP Fatmawati berdasarkan laporan kasus yang bersifat kualitatif dengan melakukan pengamatan langsung atau observasi. Data yang diperoleh kemudian diidentifikasi terkait Drug Related Problems (DRPs) menurut Cipolle dan dianalisis rasionalitasnya pada domain antibiotik dengan metode Gyssens. Dari analisa yang dilakukan ditemukan beberapa masalah DRP menurut Cipolle yaitu terkait lama pemberian obat meropenem yang terlalu panjang; pemberian dosis yang terlalu rendah pada obat fluconazole dan ketorolac; pemilihan obat bactesyn yang tidak rasional; adanya interaksi obat fluconazole dengan omeprazole yang bersifat moderat, serta interaksi obat gentamicin dengan bactesyn yang bersifat minor jika digunakan secara bersamaan. Sementara hasil evaluasi menggunakan metode Gyssens pada penggunaan antibiotik menunjukkan obat meropenem termasuk kategori IIIa (penggunaan antibiotik terlalu lama); gentamicin termasuk kategori 0 (penggunaan antibiotika tepat/bijak); bactesyn termasuk katagori IVa (ada antibiotik lain yang lebih efektif) dan katagori IIa (penggunaan antibiotik tidak tepat dosis) apabila tetap dipertahankan penggunaannya.

In Indonesia, the proportion of Low Birth Weight Babies (LBW) <2500 grams in infants aged 0-59 months is still quite high at 6.2% in 2013-2018. In fact, LBW conditions have a greater risk of experiencing morbidity and mortality than babies with normal weight. One of the biggest problems that are often experienced by LBW is the increased risk for infection and sepsis, so the most widely drugs used in neonatal intensive care units are from the antibiotic class. Therefore, a pharmacist's role is needed in carrying out professional practice with Drug Therapy Monitoring (DTM) in order to help optimize the effect of therapy and minimize unwanted effects, so the prognosis can be better. The implementation of DTM was carried out on September 15-24, 2020 at the perinatology room 2B in the bougenville building of RSUP Fatmawati based on qualitative case reports by direct observation. Then the data was identified using the Drug Related Problems (DRPs) classification according to Cipolle and analyzed their rationality in the antibiotic domain using the Gyssens method. From the analysis conducted, it was found that several DRP problems were related to the the long duration of administration of meropenem; too low a dose of fluconazole and ketorolac; irrational choice of bactesyn; There is a moderate drug interaction between fluconazole and omeprazole, as well as a minor drug interaction between gentamicin and bactesyn when used concurrently. Meanwhile, the results of the evaluation using the Gyssens method on antibiotic use showed that meropenem was included in category IIIa (the use of antibiotic is too long); gentamicin was included in category 0 (the use of antibiotics is appropriate/wise); bactesyn was included category IVa (there are other antibiotics that are more effective) and category IIa (the use of antibiotics is not in the right dose) if its use is maintained."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Deisy Sri Hardini
"Kestabilan saturasi oksigen dan peningkatan perilaku tidur-terjaga merupakan outcome dalam asuhan perkembangan bayi berat lahir rendah (BBLR). Rancangan penelitian ini adalah randomized controlled trial dengan cross-over design. Sampel penelitian sebanyak 16 BBLR yang dipilih dengan teknik consecutive sampling. Data dianalisis dengan paired t test dan One Way ANOVA. Hasil analisis paired t test menunjukkan terdapat efek signiflkan dari musik Melayu dan Mozart terhadap stabilnya saturasi oksigen dan meningkatnya perilaku tidur-terjaga BBLR (p<0,05).
Hasil analisis One Way ANOVA menunjukkan pada tahap setelah pemberian musik dan selisih (perbedaan) yang terjadi antar kelompok menunjukkan tidak terdapat efek yang signifikan (p>0,05) terhadap kestabilan saturasi oksigen dan perilaku tidur­ terjaga BBLR. Pemberian musik sebagai terapi komplementer dalam intervensi keperawatan dapat meminimalkan kebisingan lingkungan keperawatan dan mendukung bayi mencapai kestabilan saturasi oksigen dan peningkatan perilaku tidur-terjaga.

The stability of the oxygen saturation and increased sleep-awake behavior is developmental outcomes in the care of LBW infants. The study design was a randomized controlled trial with cross-over design. 16 LBW infants samples are selected by consecutive sampling technique. Data were analyzed by paired t test and One Way ANOVA. Paired t test analysis results showed that there were significant effects of giving Malay music and Mozart to the stable oxygen saturation and increased sleep-awake behavior LBW infants (p <0,05).
One Way ANOVA analysis results showed on stage after the administration of the music and the difference (difference) that occurred between the groups showed no significant effect (p> 0.05) on the stability of oxygen saturation and sleep-awake behavior LBW infants. Giving music as a complementary therapy in the nursing interventions can minimize the noise environment and supportive nursing infants stabilizing oxygen saturation and increased sleep-awake behavior.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T36791
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sabriani Lutfiana Putri
"Bayi berat badan lahir rendah (<2500 gram) merupakan salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia yang belum dapat terselesaikan. Bayi BBLR merupakan bayi yang tidak mendapatkan asupan gizi yang cukup di masa kandungan baik karena lahir prematur atau IUGR (Intra Uterine Growth Retardation). Bayi BBLR rentan dengan mortalitas dan morbiditas. Bayi BBLR mudah terkena penyakit infeksi dalam masa pertumbuhannya sehingga menghambat tumbuh kembang anak serta dapat menyebabkan penyakit degeneratif di usia dewasa. pada Berbagai penelitain menunjukkan terdapat banyak faktor yang mempengaruhi bayi BBLR.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara preeklampsia/eklampsia, kadar Hb pada trimester ke-3, jarak kelahiran anak, paritas dan beberapa faktor lain yaitu usia ibu, aktivitas fisik, tingkat pendidikan ibu dan pemeriksaan antenatal. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain case control menggunakan data rekam medis ibu yang melahirkan di rekam medis RSIA Budi Kemuliaan Jakarta pada tahun 2012 dengan besar sampel 300 responden. Analisis bivariat yang digunakan adalah uji chi square. Sementara itu analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik ganda.
Hasil uji chi square menunjukkan hubungan yang bermakna antara preeklampsia/eklampsia, jarak kelahiran anak dan pemeriksaan antenatal dengan bayi berat badan lahir rendah. Setelah dikontrol oleh berbagai variabel, hasil uji regresi logistik ganda menyatakan bahwa preeklampsia/eklampsia dan pemeriksaan antenatal bayi berat badan lahi rendah merupakan faktor yang mempengaruhi bayi berat badan lahir rendah. Pemeriksaan antenatal merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap bayi berat badan lahir rendah (OR=3,412). Oleh karena itu pentingnya pemeriksaan antenatal bagi ibu hamil perlu disosialisasikan dengan baik agar ibu memeriksakan kehamilannya secara rutin agar ibu dan bayi sehat dan selamat.

Low birt weight infants (<2500 gram) is one of the health problems in Indonesia which can't be resolved. LBW babies are babies who do net get adequate nutrition in the womb either because of prematurebirth or IUGR (Intra Uterine Growth Retardation). LBW infants are vulnerable to mortality and motbidity. LBW infants suspevtible to infectios disease in infancy thus inhibiting their growth and can lead to degenerative disease in adulthood. Various studies determined there are many factors that effect low birth weight infants.
The objective of this studies is to determine the relationship preeclampsia/eclampsia, maternal hemoglobin level in 3rd trimester, children spacing, parity, maternal age, maternal activity, maternal education and antenatal care. This is quantitative researched by design cross sectional and using using secondary data from medical record Budi kemuliaan Hospital Jakarta in 2012 involved 300 respondents. Data analysis using chi square and multivariate analysis using multiple logistic regression.
Result of chi squre test show there is significant relationship between preeclampsia/eclampsia, children spacing and antenatal care to low birth weight infants. After controlled by many variables, multiple logistic regression testresult that preeklampsia/eklampsia and antenatal care are factors that effecting low birth weight infants. Antenatal care is the major factor that effecting low birth weight infants (OR=3,412). Because of the antenatal care for pregnant women is so importance, it’s need to be well socialized, so that mothers and babies healthy and safe.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47351
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwin Winartini
"Health Care-Associated Infection (HAIs) telah menjadi topik besar dari tahun ketahun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan berat lahir dengan ketahanan bayi terhadap infeksi aliran darah (IAD). Variabel lain yang ikut dianalisis hubungannya dengan ketahanan bayi terhadap IAD adalah, jenis kelamin, usia gestasi, APGAR, kelainan kongenital, usia ibu saat melahirkan, penyakit maternal dan penggunaan alat invasif seperti kateter intravena, ETT dan NC-CPAP.
Desain penelitian adalah kohort retrospektif dengan menggunakan metode Kaplan Meier, menggunakan rekam medis pasien perinatologi Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo.tahun 2012. Selama periode pengamatan, dari 298 bayi yang memenuhi kriteria inklusi penelitian, diketahui ketahanan terhadap IAD pada non BBLR 72,4% dibandingkan dengan BBLR 69,3%. Insiden IAD sebesar 8,7 % (5,9/1000) dengan median waktu ketahanan terhadap infeksi adalah 10 hari. Berat lahir memiliki efek protektif terhadap IAD sebesar 0,54 (p > 0,05), sedangkan kateter sentral diketahui memiliki efek resiko yang besar terhadap kejadian IAD (HR= 6,5; 95% CI: 2,4-17,6; p< 0,001).

Health Care-Associated Infection (HAIs) has become a major topic from year to year. The objective of this study was to assess relation of birth weight to Blood Stream Infections (BSI) survival rate in neonates. Other variables were also analyzed related to survival rate were sex, gestational age, APGAR score, congenital abnormality, maternal age, maternal disease and presence of invasive devices such as intravenous catheters, ETT and NC-CPAP.
This was a retrospective cohort study with Kaplan Meier method, using patients? medical record of Unit Perinatology National General Hospital of Dr. Cipto Mangunkusumo in 2012. During study period, among 298 infants who met inclusion criterias, survival rate of BSI in LBW was 72,4% compared with 69,3% in HBW. Total incidence of BSI was 8,7% (5,9 / 1000) with a median survival time was 10 days. Birth weight has a protective effect on BSI of 0,54 (p> 0,05), while central catheters are known to have highly effect on BSI (HR = 6.5, 95% CI: 2,4 to 17,6, p <0,001).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35179
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Cahyaningsih
"ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kelahiran BBLR di
RSUD Kabupaten Bekasi. Hal ini berkaitan erat dengan kematian, kesakitan, dan
dampaknya di kemudian hari. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif
sederhana. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling.
Jumlah sampel dalam penelitian ini 21 responden. Instrumen yang digunakan
untuk mengumpulkan data adalah kuesioner. Analisis univariat menunjukkan hasil
karakteristik bayi meliputi lahir kurang bulan, berat badan rendah, anak pertama,
dan kembar serta karakteristik ibu dengan pendidikan rendah, sosal ekonomi
rendah, terpapar asap rokok, dan inadekuat nutrisi dengan jumlah kelahiran BBLR
21 bayi dalam satu bulan. Untuk meningkatkan kemampuan merawat BBLR
diharapkan sarana dan prasarana dilengkapi, perbaikan sistim rujukan, perawat
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan.

ABSTRACT
The aim of this study was to identify the characteristics of LBW infant and mother
having LBW infant in RSUD Kabupaten Bekasi. It was chosen as it gave effect on
mortality as well as morbidity after giving birth. This study used a simple
descriptive design with total sampling technique. In got the sample, the researcher
took 21 respondents. Moreover, the researcher used questionnaire for getting data.
The univariant analysis of the 21 LBW infant giving births showed that the result
of characteristics were preterm infant, having low weight when she/he was born,
primipara, and twins. Meanwhile, the characteristics of mother having LBW
infant were low educated, low social-economic class, contaminated cigarette on
her pregnancy, and inadequate nutritions. Based on this study, there are some
recommends as follow: 1. Improve the knowledge and the skills of neonate?s
nurse, 2. Simplicity recommendation to management having complete facilities,
and 3. Referral system must be repaired."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S43112
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Muthoharoh
"Metode kanguru telah terbukti mampu meningkatkan berat badan bayi dengan berat lahir rendah dan mempersingkat lama hari rawat, akan tetapi dua hal tersebut juga dipengaruhi oleh pemberian nutrisi yang optimal khususnya ASI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas perawatan metode kanguru terhadap kenaikan berat badan dan lama rawat bayi dengan berat lahir rendah yang disusui langsung dan tidak disusui langsung. Penelitian ini menggunakan crossover design dengan 32 BBLR di ruang Perinatologi pada tiga rumah sakit di Tangerang. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah bayi berat badan < 2500 gram, bayi yang menerima nutrisi ASI maupun susu formula, bayi dapat menghisap walaupun masih lemah, tidak dipuasakan, tidak terdapat masalah pernafasan, dan bayi tidak mendapatkan produk penambah berat badan atau Human Milk Fortifier. Teknik pengambilan sampel dengan random sampling. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan pada berat badan bayi yang diberikan intervensi PMK dengan disusui langsung dan PMK tanpa disusui langsung (p=0,451, α<0,05). Hasil penelitian dari lama hari rawat menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan pada kedua grup (p=0,096). Intervensi ini diharapkan dapat dilanjutkan di ruang rawat Perinatologi dengan durasi lebih dari 60 menit.

The application of the kangaroo method has been shown to be able to weight gain for low birth weight infants and shorten the length of hospitalization, but these two things are also influenced by optimal nutrition, especially breast milk. This study aims to determine the effectiveness of the kangaroo method of care for weight gain and length of stay of infants with low birth weight who are breastfed directly and not directly breastfed. This study used a crossover design with 32 LBW in the Neonatology room at three hospitals in Tangerang. The inclusion criteria in this study were body weight <2500 grams, infants who received both breast milk and formula milk, babies could suck even though they were still weak, not fasted, no respiratory problems, and the baby's mother was willing to take part in the study. Sampling technique with random sampling. The results showed that there was no significant difference in the weight of infants who were given the FMD intervention with direct breastfeeding and FMD without direct breastfeeding (p=0.451, <0.05). The results of the study of length of stay showed that there was no significant difference between the two groups (p=0.096). This intervention is expected to be continued in the Neonatology ward with a duration of more than 60 minutes."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reisy Tane
"Bayi berat lahir rendah yang dirawat di ruang Perinatologi memiliki masalah utama terganggunya status tidur terjaga diikuti oleh ketidakstabilan fungsi fisiologis saturasi oksigen dan frekuensi nadi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh penggunaan nesting dengan fiksasi terhadap fungsi fisiologis dan status tidur tejaga pada bayi berat lahir rendah. Penelitian ini menggunakan rancangan uji klinik acak terkontrol tipe cross over. Sampel penelitian ini berjumlah 19 bayi dengan berat lahir rendah yang dirawat di ruang Perinatologi RSUP Fatmawati Jakarta.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna penggunaan nesting dengan fiksasi terhadap rerata saturasi oksigen dengan posisi prone dan quarterprone p0,05 . Pemberian nesting dengan fiksasi dengan posisi prone status tidur tenang mendominasi sebesar 96,8 p=0,0001 diikuti dengan posisi quarterprone 95,7 p=0,0001 . Penggunaan nesting dengan fiksasi dapat memfasilitasi tidur tenang dan kestabilan fungsi fisiologis pada BBLR. Rekomendasi dari penelitian selanjutnya adalah perbandingan nesting fiksasi dengan nesting yang terbuat dari bahan tradisional terhadap status tidur terjaga.

Low birth weight infant who treated in the Perinatology has a major problem of sleep awake status disturbance followed by instability on the physiological function of oxygen saturation and pulse frequency. This study aims to investigate the effect of applying nest with a fixation on physiological function and sleep awake status on low birth weight infant. This study uses a randomized controlled trial with cross over design. The sample of this study was 19 low birth weight infant in Perinatology Fatmawati Hospital.
The result of this studies indicates that there is a significant relationship between applying of nesting with fixation on oxygen saturation rate with prone and quarterprone position p 0,05. At the time of nesting fixation with prone position, the majority of sleep awake status is quiet sleep 96.8 p 0.0001 followed by the quarterprone position of 95.7 p 0.0001. The use of nesting with fixation may facilitate quiet sleep and the stability of physiological functions in LBW. The recommendation for further research is comparing a nesting fixation with another type of nesting with a fixation on sleep awake status.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T50574
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>