Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165080 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hania Alifa Adzhani
"Memasuki era industri modern, perempuan mulai memiliki kesempatan untuk masuk dunia kerja. Hal tersebut sedikit banyak telah mempengaruhi kondisi keluarga, dimana keluarga akan berubah sejalan dengan perubahan di lingkungan sekitarnya. Saat ini keluarga modern memiliki bentuk yang bervariasi, salah satu contohnya adalah keluarga stay-at-home dad (SAHD) atau dapat pula kita sebut dengan keluarga bapak rumah tangga. Dalam keluarga SAHD, suami dan istri akan mengalami perubahan peran. Suami dapat bertanggungjawab atas tugas domestik serta pengasuhan anak dan istri dapat berperan sebagai pencari nafkah. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, skripsi ini memberikan gambaran tentang fleksibilitas dalam melakukan negosiasi dan pembagian peran antara suami istri pada keluarga SAHD. Ditemukan bahwa di Indonesia, suami yang menjadi SAHD disebabkan karena tersisih dalam pasar kerja. Sehingga belum dapat dikatakan sebagai SAHD yang penuh waktu seperti di negara barat, belum ada komitmen untuk sepenuhnya menjadi SAHD.

Entered the modern industrial era, women have the opportunity to enter the world of work. This has affected family condition in which the family will adapt with the environment changes arround them. Today, there are various types of modern family, one of those is the stay-at-home dad (SAHD), or in other word is a family where the father is the family household. In SAHD family, husband and wife will have to change their roles. Husband is responsible for domestic tasks while wife’s responsibility is to earn fo their family living. By using a qualitative approach, this thesis provides an overview of flexibility in negotiating and division of roles between husband and wife in SAHD family. It found that in Indonesia, a husband who becomes SAHD due eliminated in the labor market. So it can’t be said as a fully SAHD as in the western countries, there’s no commitment to fully become a SAHD.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S55418
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuki Yunansih
"ABSTRAK
Fenomena SHAM (stay at home mothers) merupakan fenomena yang akhir-akhir ini semakin meningkat (Clark, 1997). Setelah pada periode sebelumnya, wanita gencar mencari pekerjaan untuk memperoleh kesetaraan dengan pria, saat ini banyak wanita yang memilih untuk berhenti bekerja dan memprioritas anak dan keluarganya. Kondisi ini terjadi bukan tanpa alasan. Walaupun pekerjaan memberikan berbagai dampak positif seperti kontribusi pada keuangan keluarga, meningkatkan harga diri, menjalin hubungan interpersonal, serta mengembangkan pengalaman dan kompetensi (Donelson, 1999), disisi lain pekerjaan juga menempatkan tekanan yang tinggi pada wanita bekerja yang telah memiliki anak. Pekerjaan seolah-olah tidak memberikan peluang untuk komitmen pribadi. Masyarakat juga menuntut wanita untuk mengkontribusikan seluruh waktu kepada anaknya, Selain itu, menjadi seorang ibu merupakan momentum penting dalam hidup wanita, sehingga cenderung membuatnya lebih mengedepankan anaknya diatas kepentingan lain (Wallis, 2004). Tekanan dari berbagai pihak akhirnya membuat sebagian wanita memutuskan untuk berhenti bekerja guna memprioritaskan keluarganya.
Kondisi setelah berhenti bekerja tidak selalu sesuai dengan harapan yang dimiliki wanita sebelumnya. Mereka mulai merasa kehilangan pekerjaannya dan bosan dengan rutinitas rumah tangga yang monoton (Clark, 1997). Adanya pembahan peran tidak bekerja, justru menuntut wanita untuk menyesuaikan diri dengan kondisi barunya sebagai ibu rumah tangga Menurut Lazarus (1976), penyesuaian diri merupakan suatu proses terus-menerus yang memahami individu untuk bertahan dalam lingkungan fisik dan sosialnya Perbedaan individu yang terdapat dalam proses ini menimbulkan variasi waktu dan karakteristik dari satu individu ke individu lainnya, sehingga membuat fenomena penyesuaian diri menarik untuk diteliti.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat proses penyesuaian diri wanita yang berhenti bekerja, sesuai dengan tahap penyesuaian diri (Dupay, 2000)karakteristik penyesuaian diri yang terkait, serta faktor-faktor yang membantu proses tersebut (Haber & Runyon, 1994; Powell, 1983). Hal ini dilakukan dengan metode penelitian kualitatif terhadap empat wanita dewasa muda, antara 20 sampai 30 tahun, karena dalam tahap perkembangan mereka memiliki tugas untuk menikah, memiliki anak, dan bekerja (Papalia & Olds, 2001). Selain itu, subyek yang dipilih memiliki anak infant (O sampai 3 tahun) karena pada usia tersebut,
anak bergantung pada ibunya untuk perawatan total.
Dari penelitian ini terlihat bahwa proses penyesuaian diri setelah berhenti bekerja merupakan sesuatu yang sulit. Akan tetapi, proses tersebut dapat terlewati secara adekuat bila wanita telah mampu mencapai tahap terakhir dari tahap penyesuaian diri. Pada tahap puncak tersebut pola hidup sebagai ibu rumah tangga sudah menyatu dengan diri mereka, sehingga mereka sulit membayangkan untuk bekerja kembali. Penyesuaian diri justru terhambat bila wanita masih berada pada tahap ketiga (tahap perenungan) dimana mereka masih sering membandingkan kondisi sehari~hari sebagai ibu rumah tangga dengan pekerjaannya dimasa lalu. Hal ini membuat mereka sulit untuk memiliki persepsi yang akurat terhadap kenyataan, yang merupakan salah satu karakteristik penyesuaian diri yang efektif. Dari karakteristik dan sumber penyesuaian diri, hubungan interpersonal dan keyakinan
religius merupakan faktor-faktor yang paling membantu mereka dalam menyesuaikan diri. Disisi lain, kemampuan untuk mengékspresikan emosi dan kondisi fisik yang sehat merupakan karakteristik dan sumber yang kurang dimiliki subyek, sehingga lcurang membantu mereka dalam menyesuaikan diri. Penemuan lain yang menarik adalah lamanya waktu setelah berhenti bekerja tidak menjamin keberhasilan penyesuaian diri. Hal ini terkait dengan adanya perbedaan individual dalam proses tersebut, sehingga terdapat faktor individu yang mempengaruhi penyesuaian diri.
Untuk penelitian selanjutnya pada topik yang sama, disarankan menggali karakteristik dan sumber penyesuaian diri yang paling signifikan pada setiap tahapan penyesuaian diri, guna memperoleh gambaran proses penyesuaian diri yang lebih mendalam. Selain itu, penelitian sebaiknya juga dilakukan terhadap orang-orang terdekat wanita yang berhenti bekerja. Dengan demikian, akan diperoleh informasi dan penghayatan yang lebih kaya tentang fenomena
penyesuaian diri yang terjadi pada mereka. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T38121
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratu Arras Shafara
"Di era modern ini, terbukanya kesempatan bagi perempuan untuk mengembangkan dirinya semakin terbuk. Saat ini banyak perempuan yang memperhatikan tingkat pendidikannya demi memiliki karier yang baik di dalam dunia pekerjaan. Peningkatan karier perempuan diiringi juga dengan peningkatan penghasilan membuat perempuan memiliki peran lebih dalam memenuhi kebutuhan ekonomi di dalam keluarga. Fenomena tersebut kemudian memunculkan istilah alpha wife. Skripsi ini memberikan gambaran mengenai dinamika relasi suami istri dan pengambilan keputusan pada keluarga alpha wife. Di Indonesia, alpha wife tidak hanya memiliki penghasilan lebih besar dari suami, hal tersebut juga mempengaruhi relasi kekuasaan di dalam keluarga. Namun, hubungan di antara keduanya masih tetap dipengaruhi oleh nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.

In this modern era, opening up opportunities for women to develop themselves increasingly exposed. Today women are paying attention to level of education in order to have a good career in the world of work. Career advancement of women followed by an increase in income makes women have a larger role to fulfill the economic needs of the family. The phenomenon then led to the term alpha wife. This thesis provides an overview of the dynamics of husband and wife’s relationship and decision making in alpha wife family. In Indonesia, alpha wife not only who earns more than her husband but it also affects the power relations within family. However, the relationship between husband and wife still influenced by the values and norms in society.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia , 2014
S61293
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marsha Felicidad
"Skripsi ini membahas fungsi pembagian peran suami istri berdasarkan gender dalam rumah tangga pada masa pertumbuhan ekonomi pesat 1955-1973. Penulis memilih masa ini sebagai masalah penelitian karena pada masa itulah pembagian peran dalam rumah tangga menyebar di masyarakat Jepang. Pembagian peran yang dimaksud adalah suami sebagai pencari nafkah dan istri sebagai ibu rumah tangga. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi literatur. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pembagian peran suami istri dalam rumah tangga bersifat fungsional terhadap manajemen ala Jepang yang diterapkan dalam perusahaan Jepang. Manajemen ala Jepang tersebut menopang pertumbuhan ekonomi pada saat itu.

The focus of this study is division of labor by gender in Japanese family between husband and wife during the period of rapid economic growth (1955-1973). One of the factors of rapid economic growth was the Japanese management system. The meaning of division of labor in this mini thesis is husband goes to works as employee and wife works as homemaker. The data were collected by literature study. The purpose of this study is to analyze the function of divison of labor at home to the Japanese management system and how this division of labor correlated with rapid economic growth"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S52987
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Rony Agustino
"Disertasi ini mengeksplorasi praktik digital ibu stay-at-home yang menciptakan performa identitas di media sosial, seperti contohnya dalam praktik sharenting di Instagram, dalam kerangka mengkaji dinamika konstruksi identitas di ruang digital terkait kompleksitas identifikasi perempuan sebagai ibu. Secara historis identitas ibu stay-at-home merujuk kepada peran domestik ibu tradisional dan subjektivitas perempuan kelas menengah urban sebagai ibu kontemporer yang memiliki pergumulan transisi menjadi ibu yang dilematis, konflik identitas diri perempuan, dan ambivalensi pengasuhan. Dengan pendekatan teori performativitas terhadap konstruksi identitas dalam praktik keseharian, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan normativitas peran gender dan keragaman performativitas ibu yang diciptakan oleh praktik komunikatif di ruang digital dalam konteks pengasuhan sebagai praktik budaya dan situasi perempuan di Indonesia. Dalam kerangka teoritis tersebut penelitian ini membangun model konstruksi identitas ibu kontemporer yang memaknai ulang norma konvensional tentang ranah domestik dan mendefinisikan ulang konsep identifikasi dari formasi identitas yang cenderung statis kepada performa identitas yang dinamis. Penelitian ini menggunakan pendekatan etnografi digital tentang subkultur ibu digital di Instagram yang disebut “Instamom” yang terdiri dari subjek ibu milenial kelas menengah urban. Secara metodologis ranah kehidupan personal perempuan dan praktik digital tiap subjek dalam penelitian ini merupakan kasus individual dalam budaya konvergensi di media sosial. Penelitian ini menemukan bahwa praktik digital keseharian ibu milenial tersebut mengakselerasi transisi menjadi ibu yang transformatif dan menciptakan performa subjek femininitas keibuan kontemporer yang menegosiasikan peran ibu tradisional. Subjektivitas perempuan yang mengkomodifikasi identitas ibu melalui konstruksi identitas diri ibu berjejaring pada akun Instagram menghasilkan beragam pencapaian performa ibu digital yang mengkontekstualisasikan peran strategis ibu di era neoliberlisme. Hasil penelitian tersebut mengimplikasikan bahwa identitas ibu secara normatif terkait gender tidak sepenuhnya berlaku di ruang digital, karena pada saat yang sama performa ibu digital mengkonstruksi subjektivitas dalam konfigurasi femininitas keibuan yang baru.

This dissertation explores the digital practices of stay-at-home mothers who create identity performance on social media, for example in the practice of sharenting on Instagram, in order to examine the dynamics of identity construction in the digital space related to the complexity of women's identification as mothers. Historically, the identity of stay-at-home mothers refers to the traditional domestic role of mothers and the subjectivity of urban middle-class women as contemporary mothers who have struggles with the transition to motherhood, contested identities, and ambivalence in parenting. With a performativity theory approach to identity construction in everyday life’s practices, this research aims to analyze the changing normativity of gender roles and the diversity of maternal performativity created by communicative practices in digital spaces in the context of parenting as a cultural practice and women’s situatedness in Indonesia. Within this theoretical framework, this research builds a model of contemporary maternal identity construction that reinterprets conventional norms about the domestic sphere and redefines the concept of identification from identity formation that tends to be static to dynamic identity performance. This research uses a digital ethnography approach on the digital mother subculture on Instagram called "Instamom" which consists of urban middle-class millennial mother subjects. Methodologically, the realm of women's personal lives and digital practices of each subject in this study is an individual case in a convergence culture on social media. This study found that the millennial mothers' everyday digital practices accelerate the transition to transformative motherhood and create a performance of contemporary maternal subject that negotiates traditional motherhood. Women's subjectivities that commodify maternal identities through the construction of networked maternal self-identities on Instagram accounts produce a variety of digital performativity accomplisments that contextualize the strategic role of mothers in the era of neoliberalism. The results of the study imply that normative gender-related maternal identities do not fully apply in the digital space, because at the same time digital mother performance constructs subjectivity in a new configuration of maternal femininity.
"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Javano Sultan Mastoni
"Dalam tulisan ini, saya mendeskripsikan bagaimana laki-laki dewasa di dalam keluarga intinya mengambil keputusan untuk menjadi seorang bapak rumah tangga yang dalam realitanya berlawanan dari peran gender ideal masyarakat Jakarta serta pengaruhnya terhadap maskulinitas hegemoni yang berlaku di Jakarta. Penelitian ini dilakukan dengan wawancara jarak jauh menggunakan gawai terhadap lima bapak rumah tangga, dua pasangannya, dan enam masyarakat umum di Jakarta. Menggunakan konsep doing dan undoing gender saya berusaha menjelaskan bagaimana mereka menjadi seorang bapak rumah tangga dan menggunakan konsep hegemonic masculinity untuk menjelaskan posisi unik mereka yang secara bersamaan menegaskan maskulinitas tradisional dan memunculkan cara baru untuk menjadi laki-laki. Hasil temuan penelitian ini adalah pengaruh signifikan peristiwa pendorong yang sangat berkaitan dengan keadaan ekonomi dalam merasionalisasikan peran bapak rumah tangga yang dijalankan oleh laki-laki. Dari peristiwa pendorong ini muncul praktik-praktik baru untuk menjadi laki-laki yang dimungkinkan oleh pembatalan gender pada praktik tugas domestik. Hal ini tidak sepenuhnya bertentangan dari maskulinitas hegemoni tapi saling berkelindan sehingga menciptakan maskulinitas lokal unik yang tetap mengacu pada maskulinitas hegemoni bapak di tingkatan regional sebagai kerangka budaya. Para bapak rumah tangga menempati posisi yang unik, melakukan gender dengan menegaskan maskulinitasnya dan membatalkan gender dengan membingkai ulang maskulinitasnya

In this paper, I describe how the adult male in his nuclear family decides to become a stay-athome dad, which in reality is contrary to the ideal gender role of the people of Jakarta and its influence on the hegemonic masculinity that prevails in Jakarta. This research was conducted through long-distance interviews using mobile devices with five stay-at-home dads, two spouses, and six extra informants in Jakarta. Using the concepts of doing and undoing gender I try to explain how they become stay-at-home dads and use the concept of hegemonic masculinity to explain their unique position which simultaneously affirms traditional masculinity and gives rise to new ways of being male. The findings of this study are the significant influence of driving events that are closely related to economic conditions in rationalizing the role of housewives carried out by men. From this driving event emerged new practices for being men made possible by the undoing gender in the practice of domestic labor. This is not completely contrary to hegemonic masculinity but is intertwined to create unique local masculinity that still refers to the father hegemonic masculinity at the regional level as a cultural framework. Stay-at-home dads occupy a unique position, doing gender by affirming their masculinity and canceling gender by reframing their masculinity."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tika Anandayu Medasmara
"ABSTRAK
Perjanjian adalah sepakat dari satu atau lebih pihak untuk melakukan perbuatan
atau tidak melakukan perbuatan. Suatu perjanjian yang dibuat oleh para pihak
harus memenuhi ketentuan Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
tentang syarat sahnya perjanjian. Perjanjian haruslah memenuhi kata sepakat dari
para pihak, para pihak tersebut telah cukup dewasa untuk membuat perjanjian,
adanya tujuan yang jelas dari perjanjian dan perjanjian yang dibuat tidak boleh
bertentangan dengan ketentuan undang-undang, kepatutan maupun kesusilaan.
Hal terpenting dari pelaksanaan perjanjian adalah masalah wanprestasi, force
majeure dan penyelesaian sengketa. Menurut pasal 1868 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata ?Suatu akta otentik ialah suatu akta yang dibuat dalam bentuk
yang ditentukan undang-undang oleh atau dihadapan Pejabat Umum yang
berwenang untuk itu di tempat akta itu dibuat". Berdasarkan latar belakang hal
tersebut maka yang menjadi pokok permasalahan dalam tesis ini pertama
bagaimana kekuatan pembuktian secara hukum atas Akta Pernyataan Pembagian
Harta Bersama yang dibuat oleh suami istri Yang kedua Bagaimana akibat hukum
apabila terjadi wanprestasi terhadap isi Akta Pernyataan Pembagian Harta
Bersama oleh pihak suami. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan
yuridis normatif, dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Hasil dari
penelitian ini adalah Akta Pernyataan Pembagian Harta Bersama yang dibuat
secara notariil telah menjamin kekuatan pernbuktiannya secara hukum. Dan pada
saat terjadi wanprestasi oleh salah satu pihak terhadap isi Akta Pernyataan
Pembagian Harta Bersama, maka pihak tersebut dapat dihukum sesuai dengan
hukum yang berlaku.

ABSTRACT
Agreement is agreed on one or more parties to do something or not do something.
An agreement made by the parties shall comply with the provisions of Article
1320 the book of the law of civil law concerning the validity of the terms of the
agreement. Agreements must meet an agreement of the parties, the parties are
mature enough to make an agreement, the clear purpose of the treaties and
agreements made must not conflict with the provisions of law, decency and
morality. The cornerstone of the implementation of the agreement is the problem
of default, force majeure and dispute settlement. Under section 1868 book of the
Law of Civil Law ?An authentic deed is a deed made in the prescribed by law or
before the General Authorities competent for it and the deed was made? Based on
the background of these conditions, which are at issue in this thesis first how the
power of legal evidence of the Joint Property Deed of a statement made by the
husband and wife. Second, how the legal consequences in case of default against
the contents of deed of declaration division of joint property by the husband. This
research using normative juridical approach, using primary data and secondary
data. The results of this study are the Deed of Distribution Joint created treasure
be notarized has guaranteed force legally. And in the case of default by one party
to the contents of the Deed of Distribution of Wealth Together, then that party
shall be punished in accordance with applicable law."
2016
T46460
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fira Yunita Kusuma Wardani
"Skripsi ini membahas tentang dinamika hubungan istri dengan suami dan keluarga luasnya dalam menghadapi infertilitas dari sudut pandang istri. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan mewawancarai tiga orang informan. Kriteria informannya adalah mereka yang telah menjalani masa perkawinan minimal lima belas tahun, ingin mempunyai anak, tetapi belum mendapatkannya, dan tidak sedang mengadopsi anak sampai penelitian dilakukan. Hasil temuan menunjukkan bahwa ketidakhadiran anak dalam perkawinan membawa dinamika pada hubungan istri dengan suaminya, maupun istri dengan keluarga luasnya. Dinamika yang terjadi tidak selalu membawa efek negatif seperti perbedaan pendapat ataupun konflik, namun juga memberi efek postif, seperti sikap saling mendukung.

This study discusses about the dynamics of husband and wife’s relationship and their extended family in facing infertility from wife’s point of view. This study uses qualitative methodology by interviewing three informants. The criteria of the informants are that they have been married at least ten years, they want to have children but they have not had and they are not adopting children when this study is conducting. The finding shows that the absent of children in a marriage causes the dynamic on relation of a wife to her husband and even a wife to her extended family. The dynamic does not always bring negative impact such as: a quarrel or a conflict, but it can also cause positive impact, such as a mutual supporting interaction.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S56420
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Venny Talitha Shirleen Rahma Latief
"Hibah merupakan pemberian yang dilakukan oleh seseorang kepada pihak lain, ketika pemberi hibah masih dalam keadaan hidup. Dengan dilakukannya Hibah, menunjukkan adanya sebuah tindakan hukum. Dalam konteks pemberian Hibah, Hibah tidak dapat diberikan melebihi sepertiga dari total harta yang dimiliki. Dalam kasus yang diteliti, seorang suami memberikan Hibah kepada istri atas seluruh harta kekayaannya dan mendaftarkannya kepada Notaris. Hal tersebut melanggar peraturan Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES) dan bagian mutlak yang didapatkan ahli waris dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI). Permasalahan dalam penelitian ini adalah mengenai pengaturan Hibah yang berlaku di Indonesia dari suami kepada istri atau istri kepada suami pada saat perkawinan berlangsung dan mengenai tangung jawab Notaris selaku pejabat umum atas akta Hibah yang dicatatkannya (waarmerking). Dalam menjawab permasalahan hukum tersebut, digunakan metode penelitian hukum yuridis normatif. Dengan menggunakan tipe penelitian eksplanatoris, untuk menganalisis permasalahan pemberian Hibah suami kepada istri pada saat perkawinan berlangsung. Dikaitkan pada norma hukum serta fakta hukum dalam perspektif hukum yang berlaku di Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukan adanya perbedaan perspektif hukum mengenai pengaturan Hibah di Indonesia. Khususnya pemberian Hibah suami kepada istri atau sebaliknya pada saat perkawinan berlangsung. Hukum Perdata tidak memperbolehkan Hibah suami kepada Istri, sedangkan Hukum Islam memperbolehkan Hibah suami kepada istri. Perbedaan di antara kedua sistem hukum ini menyebabkan dua pemahaman yang berbeda dalam masyarakat, di mana pemahaman mengenai pemberian Hibah suami kepada istri tersebut akan berdampak pada kewarisan. Perikatan Hibah yang didaftarkan kepada Notaris yang tidak sesuai dengan pengaturan hukum di Indonesia dianggap cacat hukum atau batal demi hukum.

Hibah is a grant given from one party to another, in a period where the granter is still living. A The performance of a hibah is considered as a legal act. In the context of hibah, the grant cannot surpass more than 1/3rd of the granter’s total wealth. In a case study, a husband granted hibah to his wife regarding all his wealth and registered it to a notary. Said act violates the laws of KHES (Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, lit. Compilation of Sharia Economic Law) and the ultimate decision of what the grantee is entitled to receive within KHI (Compilation of Islamic Law) The problem in this research is the ruling of Hibah that applies in Indonesia between husband and wife while they are lawfully wed and concerns the responsibility of the notary in their service as a public official over the Hibah that is recorded (waarmerking). In the resolving of said legal issue, the method of jurisdiction normative research.With the use of explanatory type research, to analyze the issue of the hibah grant from husband to wife while they aree wed. Related to the normative and factual laws in the viewpoint of law that applies in Indonesia. The result of the research shows the difference in legal viewpoints regarding Hibah grants in Indonesia. Specifically, civil law forbids a grant from husband to wife, while Islamic Law allows it. The differences between these two legal systems lead to two different comprehension in society, where the comprehension about the giving the grants of a husband to wife will have an impact on inheritance. The Hibah Grant Association that is registered to the notary who that does not correspond with the ruling of law in Indonesia that is considered legally disabled or null and void."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faisa Amira Imani
"Beberapa upaya sudah dilakukan untuk memperlambat penularan COVID-19, dan menetap di rumah sudah terbukti merupakan salah satu tindakan pencegahan yang efektif. Akan tetapi masih banyak masyarakat Indonesia terutama dewasa muda yang tidak melakukan perilaku tersebut. Penelitian ini menggunakan theory of reasoned action untuk melihat bagaimana peran sikap dan norma subjektif terhadap intensi menetap di rumah selama pandemi COVID-19. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional pada mahasiswa dan karyawan berusia 18-25 tahun (M = 21,3, SD = 1,65) yang sedang melakukan pembelajaran jarak jauh atau work from home (N = 308). Mayoritas partisipan dalam penelitian ini adalah perempuan yaitu sebanyak 53,2%. Penelitian ini memilih populasi dewasa muda karena memiliki kepatuhan akan tindakan preventif yang paling rendah dibandingkan kelompok usia lain (Jørgensen & Petersen, 2020). Hasil analisis multiple regression menemukan bahwa sikap (β = 0,49, p < 0,01) dan norma subjektif (β = 0,22, p < 0,01) berkorelasi secara positif dengan intensi menetap di rumah. Edukasi mengenai pentingnya menetap di rumah tidak hanya penting dilakukan kepada dewasa muda saja, tetapi juga kepada tokoh agama, orang tua, serta tokoh berpengaruh lainnya.

Several attempts have been made to slow the transmission of COVID-19, and staying at home has proven to be an effective preventive measure. However, there are still many Indonesian people especially young adults who do not practice this behavior. This study uses the theory of reasoned action to see how the role of attitude and subjective norm on the intention to stay at home during the COVID-19 pandemic. This study is a correlational study on students and employees aged 18-25 years (M = 21,3, SD = 1,65) who are doing distance learning or work from home (N = 308). The majority of participants in this study were women (53,2%). This study selected a population of young adults because they have the lowest obedience to preventive measures compared to other age groups (Jørgensen & Petersen, 2020). The results of multiple regression analysis found that attitude (β = 0,49, p < 0,01) and subjective norms (β = 0,22, p < 0,01) were positively correlated with the intention to stay at home. Education about the importance of staying at home is not only important for young adults, but also for religious leaders, parents, and other influential figures."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>