Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 90078 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Riyadh
"Di daerah Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan terdapat lahan gambut yang luas yang dimanfaatkan sebagai tempat pemukimam warga. Permasalahannya tanah gambut memiliki daya dukung yang kecil apabila terdapat beban diatasnya. Stabilisasi yang digunakan pada penelitian ini ialah penambahan mikroorganisme selulolitik potensial yang berasal dari tanah gambut. Metode pencampuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode injeksi. Waktu fermentasi setelah injeksi dilakukan ialah 30 hari dan 45 hari. Dengan penambahan mikroorganisme maka proses dekomposisi pada tanah gambut dipercepat sehingga merubah properti tanah gambut dan kerapatan kering. Perubahan yang didapatkan pada properti tanah dan kerapatan kering tidak berubah secara signifikan.

In Ogan Komering Ilir region, South Sumatra peat lands used as people dwelling place are wide-spread. The problem is that peat has small bearing capacity while being loaded. Stabilization used in this research is by adding potential cellulytic microorganisms from the peatsoil. The mixing method used in this research is injection method. Fermentation time after doing injection is 30 and 45 days. By adding the microorganisms, then the decomposition process is being quicker so that it change the properties and the dry density of peatsoil. The change obtained on the soil properties and the dry density is not significantly changed."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55718
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marsetya Putra Pradipta
"Pertumbuhan jumlah penduduk yang tidak diikuti dengan penambahan jumlah luas lahan merupakan suatu masalah yang dihadapi pada saat ini. Terbatasnya jumlah lahan yang tersedia menyebabkan lahan gambut yang tergolong ke dalam tanah lunak juga dimanfaatkan untuk lahan pembangunan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa nilai kerapatan kering, California Bearing Ratio (CBR) dalam kondisi unsoked dan soaked tanah gambut OKI Sumatera Selatan terhadap penambahan mikroorganisme selulotik potensial asli. Secara konvensional, penambahan mikroorganisme dilakukan dengan cara diaduk dan dilakukan penambahan volume sebanyak 5% dari berat tanah dan konsentrasi mikroorganisme sebanyak 1010. Setelah dilakukan pencampuran tanah difermentasi selama 60 hari dan diamati peningkatan nilai kerapatan kering dan CBR dari kondisi tanah asli tidak terjadi perubahan yang signifikan.

Population growth which is not followed by the addition of the vast amount of land is a problem faced at the moment. The limited amount of available land led to peatland which categorized to the soft ground is also used for land development. This study aims to analyze the dry density value , CBR in unsoked conditions and soaked to the addition of microorganisms selulotik original potential. Conventionally, the addition of microorganisms is done by stirring and the addition of volume as much as 5% of the weight of the soil and the concentration of microorganisms as many as in 1010. After mixing the ground fermented for 60 days and observed an increase in the value of dry density and CBR of the original soil conditions but not significant changes."
Depok: [Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Fakultas Teknik Universitas Indonesia], 2015
S61937
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pardamean, Albert Wilson
"Kabupaten OKI, Sumatera Selatan memiliki 685.425 hektar lahan gambut saat ini dan 5%-nya direncanakan untuk pembangunan infrastuktur. Pertumbuhan kota yang semakin tinggi memaksa pembangunan harus dapat dilakukan meskipun pada daerah yang sukar seperti lahan gambut. Kendala ditemukan pada sifat mekanis buruk seperti penurunannya yang besar akibat kurangnya pengurai untuk dekomposisi gambut menjadi struktur tanah kuat seperti lempung. Penelitian ini bertujuan menganalisa pengaruh penambahan mikroorganisme selulolitik potensial dengan metode injeksi terhadap perbaikan parameter konsolidasi tanah gambut Kayu Agung. Mikroorganisme berasal dari isolat dari gambut asli yang digunakan untuk mempercepat proses dekomposisi. Perbandingan parameter kompresi dan kimia biologis antara gambut asli dan setelah fermentasi dengan kadar 50% volume secara bertahap dengan pemeraman selama 30 dan 60 hari menunjukkan perbaikan kompresibilitas karena semakin padatnya tanah gambut akibat penguraian serat gandanya. Indeks pemampatan terukur semakin menurun dengan nilai Cc dan Cα 1,96 dan 0,020 setelah 60 hari dari nilai awal 3,68 dan 0,119. Dengan penambahan mikroorganisme selulolitik yang terkontrol, gambut semakin kurang kompresif dan stabilisasi konsolidasi dapat tercapai.

OKI Regency, South Sumatera has 685.425 hectare peatland today and 5% of it planned for infrastructure. Rapidly town development forces construction taking place on difficult areas like peatland. Trouble’s found on poor mechanical property like its big settlement due to lack of decomposer for peat to be strong structurally like clay. This research aims to analyze the benefit of potential cellulolytic microoganisms addition by injection on stabilizing the consolidation parameter of Kayu Agung peat. The microorganisms are isolates from natural peat used for quicker decomposition. Comparison of biochemical and compression parameters between natural peat and microorganisms-fermented peat with content of serial 50% volume, after 30 and 60 days shows compressibility improvement with denser soil particles after decomposition of its multifabric. Indexes of compression are measured decreasing with Cc dan Cα 1.96 and 0.020 after 60 days from its initial 3.68 and 0.119. By adding controlled cellulolytic microorganisms, peat soil becomes less compressive and the consolidation stabilization is able to achieved.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55627
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farid Farlandi Astianto
"Seiring peningkatan kebutuhan infrastruktur yang maju disertai penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berwawasan lingkungan, tidak dapat dihindari pembangunan konstruksi di atas lahan gambut. Penelitian ini bertujuan menganalisa nilai CBR dan nilai DCP tanah gambut daerah Kecamatan Kayu Agung, Sumatera Selatan pada kondisi unsoaked, terhadap penambahan mikroorganisme selulolitik potensial asli.
Pada penelitian ini dilakukan metode pencampuran secara konvensional dengan alat penyemprot dengan volume pencampuran (satuan liter) sebanyak 10% dari berat tanah (satuan kg). Setelah dilakukan fermentasi selama 30 dan 45 hari terjadi peningkatan nilai CBR unsoaked dan penurunan nilai DCP unsoaked dari kondisi asli namun perubahan yang terjadi tidak signifikan.

Along with the increase of advanced infrastructure needs and application of green science and technology, constructions on peatland is undeniable. This research aims to increase CBR value and to decrease DCP value for improving support capability of peat soil. Addition of potential cellulolytic potential microorganisms is a kind of natural solution for faster improvement on mechanical property of peat soil.
In this research, the mixing is conventionally by using sprayer with microorganisms volume as much as 10% of soil mass (in litre unit). After fermentation of 30 and 45 days, it shows increase of CBR value and decrease of DCP value from its initial condition yet the results obtained is still in bad condition.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56605
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laila Fitria
"Sistem pemaparan sangat dipengaruhi oleh agen-agen lingkungan, khususnya agen yang berasal dari udara, dan merupakan sstem pertahanan tubuh yang terdepan dari pemaparan agen-agen lingkungan tersebut. Berdasarkan hasil survey kesehatan masyarakat di Kelurahan Cisalak 2001, gangguan pernapasan dianggap merupakan masalah kesehatan masyarakat di kelurahan tersebut, terutama pada bayi dan balita. Faktor yang diduga mempengaruhi terjadinya gangguan pemapasan pada bayi dan balita adalah kualitas udara di dalam rumah tempat tinggal, mengingat sebagian besar waktu yang dihabiskan oleh bayi dan balita tersebut adalah di dalam rumah.
Studi ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara kualitas udara dalam rumah dan kondisi lingkungan rumah dengan terjadinya gangguan pernapasan pada bayi dan balita. Desain studi yang diterapkan adalah cross-sectional, dengan pengukuran kualitas udara yang meliputi parameter PM 10 dan Total Plate Count (TPC) Mikroorganisme Udara.
Sebanyak 200 anak diteliti, ditemukan 31,5 persen yang mengalami batuk pilek dengan demam dan 51,5 persen yang mengalami batuk pilek dengan atau tanpa demam dalam dua minggu terakhir. Pangukuran kualitas udara ditemukan sebanyak 52,5 persen dari rumah yang diukur temyata telah melewati ambang batas kadar PM10 sebesar 90 μg/m3, dan 77.8 persen dari rumah yang diukur udaranya mengandung lebih dari 750.000 koloni/m3 total plate count mikroorganisme udara. Analisis statistik tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara kualitas udara dengan terjadinya gangguan pernapasan pada bayi dan balita. Namun demikian, terdapat perbedaan proporsi gangguan pernapasan yang cukup besar antara anak yang tinggal di rumah dengan kualitas udara yang buruk dengan anak yang tinggal di rumah dengan kualitas udara yang baik.
Hubungan yang bermakna terdapat antara variabel rasio luas lubang angin/luas kamar dan variabel kebiasaan merokok dengan gangguan pernapasan. Pada anak yang tidur di kamar dengan ventilasi yang kurang. peluangnya untuk mengalami gangguan pernapasan adalah 3 - 3,589 kali lebih besar dari anak yang tidur di kamar dengan ventilasi yang cukup. Anak yang tinggal di rumah dengan perokok berpeluang untuk mengalami gangguan pernapasan 1,997 kali lebih besar daripada anak yang tinggal di rumah tanpa perokok. Variabel-variabel lingkungan rumah yang lain, walaupun tidak menunjukkan hubungan yang bermakna, namun memperlihatkan adanya perbedaan proporsi gangguan pernapasan yang cukup besar antara anak yang tinggal di rumah dengan kondisi lingkungna rumah yang buruk dibandingkan anak yang tinggal di rumah dengan kondisi lingkungan rumah yang baik.
Terdapat hubungan yang bermakna antara jenis obat nyamuk, suhu dan kelembaban relatif udara, jumlah perokok dalam tiap rumah, serta jumlah rokok yang dihisap per hari dengan kadar PM10 di dalam rumah. Analisis linier ganda menghasilkan sebuah persamaan yang menjelaskan variasi kadar PM10 melalui variabel-variabel rasio luas lubang angin/luas rumah, kepadatan hunian rumah, kelembaban relatif udara, dan jumlah perokok dalam tiap rumah. Antara kelembaban relatif udara dengan TPC mikroba udara terdapat hubungan yang bermakna.
Analisis regresi linier ganda menghasilkan persamaan yang menjelaskan variasi jumlah koloni mikroorganisme udara melalui variabel suhu dan kelembaban relatif udara dalam rumah. Secara keseluruhan, terdapat beberapa variabel yang patut mendapat perhatian karena secara konsisten berhubungan ataupun menunjukkan kecenderungan untuk berhubungan dengan kualitas udara dalam rumah dan dengan gangguan pemapasan pada bayi dan balita. Yaitu rasio luas lubang angin/luas kamar, rasio luas lubang angin/luas rumah, kepadatan hunian rumah, penggunaan obat nyamuk, dan kebiasaan merokok.

The respiratory system is commonly affected by environmental agents and is often the body's first line of defense against them. According to the public health survey conducted in Kelurahan Cisalak in year 2001. respiratory disease was one of public health concern, especially in infants and voting children. Factors that influence the disease seemed to be indoor air quality, since infants and young children spent almost all of their time in home.
The purpose of this study was to analyze the relationship between indoor air quality, housing environment, and respiratory disease in infants and young children. Study design was cross-sectional survey, including the measurement of PM to and total plate count (TPC) of airborne microorganisms as parameters of indoor air quality.
A number of 200 hundred children were randomly selected. As much as 31.5 percents of the children had runny nose and cough with fever and 51.5 percents had runny nose and cough with or without fever in the last two weeks. The measurement of indoor air quality showed that 52.5 percents of houses had indoor PMI0 concentration over 90 µglm3, and 77.8 percents of the houses had more than 750.000 CFU/m3 of total plate count of airborne microorganisms. Bivariate analysis showed that there were no relationship between indoor air quality and respiratory disease in infants and young children. But the proportions of respiratory diseases were different between children who lived in bad indoor air quality and children who lived in good indoor air quality,
Significant relationship was showed between bedroom ventilation and smoking with respiratory disease. Probability of having respiratory disease in children sleeping in inadequate bedroom ventilation was 3 - 3.589 times higher compared with children sleeping in adequate bedroom ventilation. Probability of having respiratory disease in children living with smokers was 1.997 times higher compared with children living in a house with no smoker. Although there were no significant relationship showed by other housing environment variables, the proportions of respiratory diseases were different between children who lived in bad housing-environment and children who lived in good housing environment.
There were significant correlations between the use of mosquito killer, indoor air temperature and relative humidity, number of smoker in a house, and number of cigarrete per day with indoor PMi0 concentration. Multiple linear regression analysis showed a formula that could explain the variation of indoor PMio concentration from variables of house ventilation, living density in a house, relative humidity, and number of smoker in a house. There was a significant correlation between indoor relative humidity and total plate count of airborne microorganisms.
Multiple linear regression analysis showed a formula that could explain the variation of total plate count of airborne microorganisms from variables of indoor air temperature and relative humidity. Some variables were important to be our concern because consistently showed significant relationships or tend to be related with indoor air quality and respiratory diseases in infants and young children. The variables were bed room ventilation, house ventilation, living density in a house, the use of mosquito killer, and smoking.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12705
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
New York: John Wiley & Sons, 1980
576.11 ADS
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
San Fransisco: Pearson Benjamin Cummings, 2009
579 BRO
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Toronto: University of Toronto Press, 1968
616.01 MIC
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Akram Yonda Putra
"Tanah gambut adalah material organik yang berasal dari campuran fragmen-fragmen tumbuhan yang telahmembusuk akibat air endapan dan terbentuk dalam tanah basah yang berubah secara kimia akibat pengaruhcuaca, kondisi topografi, sirkulasi oksigen yang kurang bagus ,dan proses dekomposisi oleh bakteri danmikroorganisme lain di dalam tanah yang tidak sempurna. Tanah gambut termasuk tanah yang bermasalah danpersebarannya banyak ditemukan di beberapa daerah yang memiliki sungai dan rawa lebih banyak seperti diSumatera, Kalimantan dan Papua. Luas tanah gambut di Sumatera Selatan terbanyak kedua yakni 1.43 jutahektar dari 7.14 juta hektar lahan gambut di Sumatera. Untuk mengatasi permasalahan pada tanah gambutdilakukan upaya penstabilan dengan mikroorganisme selulolitik. Uji yang dilakukan sama dengan Pandamean 2014 yaitu dengan uji konsolidasi. Dari uji yang dilkukan dilihat pengaruh perubahan metode injeksi danpenambahan waktu fermentasi terhadap parameter dasar serta parameter kompresibilitas sampel. Dari hasil uji,perubahan metode injeksi serta waktu fermentasi tidak terlalu berpengaruh terhadap perubahan nilai parameterdasar, akan tetapi terdapat perubahan yang cukup besar pada nilai Cc 0.34 berbanding 1.96 dan nilai C 0.01 berbanding 0.02.

Peat soil is an organic material derived from a mixture of plant fragments that have been decomposed due tosediment water and formed in wet soils that change chemically due to weather effects, topographical conditions,poor oxygen circulation, and decomposition by other bacteria and microorganisms in imperfect soil. Peat soils isone of the problematic soils and their distribution is found in areas with more rivers and swamps such asSumatra, Kalimantan and Papua. The peat soil area in South Sumatra is the second largest area in Sumatra 1.43million hectares of 7.14 million hectares of peatland in Sumatra. To solve the problems of the peat soil, theresearcher do a study about a stability efforts with cellulolytic microorganisms. The test performed is the same asPandamean 2014 by consolidation test. From the test we know that the effect of the injection method changeand the addition of fermentation time to the basic and compressibility parameters. From the test result, thechange of injection method and increasing of fermentation time did not significantly affect the value of the basicparameters, but there was a considerable change in the value of Cc 0.34 versus 1.96 and the C value 0.01 versus 0.02.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68172
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanny Handiyani
"Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya hubungan waktu membersihkan ruangan dengan peningkatan jumlah mikroorganisme melalui aliran udara dan mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan jumlah mikroorganisme di udara setelah ruangan dibersihkan. Hal ini penting sebagai salah satu upaya perawat mengontrol infeksi nosokomial dengan cara mengatur jadual kegiatan perawatan klien di rumah sakit. Lowbury, 1981, dikutip dari Pritchard, 1992 menyebutkan bahwa tindakan mengganti balutan sebaiknya dilakukan 30 menit setelah kegiatan pembersihan ruangan. Jadi tidak melakukan aktivitas di ruangan sesaat setelah ruangan dibersihkan. Pernyataan tersebut dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan yang signifikan jumlah koloni di udara sesaat setelah ruangan dibersihkan dibandingkan dengan jumlah koloni sebelum dibersihkan dan jumlah koloni pada udara setelah ruangan dibiarkan 15 menit setelah dibersihkan. Hal ini tedadi karena mikroorganisme dapat bergerak melalui aliran udara yang bergerak saat ruangan dibersihkan."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2000
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>